Tampilkan postingan dengan label Mioma Uteri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mioma Uteri. Tampilkan semua postingan

Mioma Uteri

 



Mioma uteri merupakan tumor jinak yang menyerang otot polos rahim. Nama lainnya adalah fibroid atau leiomioma. Tumorigenesis dididuga 

terjadi akibat abnormalitas gen and paparan hormonal. Kasus mioma dapat terjadi pada populasi dengan rentang usia sejak menarche sampai 

menopause. Sebagian besar kasus tidak bergejala sehingga sering ditemukan secara tidak sengaja. Tumor ini menjadi salah satu penyebab 

subfertilitas. Jika bersamaan dengan kehamilan akan mengganggu perkembangan janin. Diperlukan ultrasonografi (USG) untuk konfirmasi 

diagnosis. Penanganan klinis meliputi observasi dan pembedahan, tergantung keluhan dan keinginan hamil.


Mioma uteri atau sering disebut fibroid 

merupakan tumor jinak yang berasal dari 

otot polos rahim. Sel tumor terbentuk karena 

mutasi genetik, kemudian berkembang akibat 

induksi hormon estrogen dan progesteron.1,2 

Mengingat sifat pertumbuhannya dipengaruhi 

hormonal, tumor ini jarang mengenai usia pra￾pubertas serta progresivitasnya akan menurun 

pada masa menopause.1,2 Leiomioma uteri 

merupakan jenis tumor jinak yang dapat 

menyerang segala usia.2

 Sebagian kasus 

asimptomatis sehingga sering didapati secara 

tidak sengaja saat ke dokter karena keluhan 

lain. Gejala paling sering adalah perdarahan 

vagina. Tumor ini sering menjadi penyebab 

subfertilitas wanita dan pada kehamilan dapat 

menyebabkan abortus dan prematuritas.2

PATOFISIOLOGI

Sejumlah faktor dihubungkan dengan 

kejadian mioma uteri yang dikenal dengan 

nama lain leiomioma uteri, yakni: hormonal, 

proses inflamasi, dan growth factor.

Hormonal

Mutasi genetik menyebabkan produksi 

reseptor estrogen di bagian dalam 

miometrium bertambah signifikan. Sebagai 

kompensasi, kadar estrogen menjadi 

meningkat akibat aktivitas aromatase 

yang tinggi. Enzim ini membantu proses 

aromatisasi androgen menjadi estrogen. 

Estrogen akan meningkatkan proliferasi sel 

dengan cara menghambat jalur apoptosis, 

serta merangsang produksi sitokin dan

platelet derived growth factor (PDGF) dan 

epidermal growth factor (EGF).2

 Estrogen juga 

akan merangsang terbentuknya reseptor 

progesteron terutama di bagian luar 

miometrium.1

Progesteron mendasari terbentuknya 

tumor melalui perangsangan insulin like 

growth factor (IGF-1), transforming growth 

factor (TGF), dan EGF.2

 Maruo, dkk. meneliti 

peranan progesteron yang merangsang 

proto-onkogen, Bcl-2 (beta cell lymphoma-2), 

suatu inhibitor apoptosis dan menemukan 

bukti bahwa gen ini lebih banyak diproduksi 

saat fase sekretori siklus menstruasi. Siklus 

hormonal inilah yang melatarbelakangi 

berkurangnya volume tumor pada saat 

menopause.

Teori lain yang kurang berkembang 

menjabarkan pengaruh hormon lain seperti 

paratiroid, prolaktin, dan human chorionic 

gonadotropin (HCG) dalam pertumbuhan 

mioma.2

Proses Inflamasi

Masa menstruasi merupakan proses inflamasi 

ringan yang ditandai dengan hipoksia 

dan kerusakan pembuluh darah yang 

dikompensasi tubuh berupa pelepasan zat 

vasokonstriksi.2

 Proses peradangan yang 

berulang kali setiap siklus haid akan memicu 

percepatan terbentuknya matriks ekstraseluler 

yang merangsang proliferasi sel.2

 Obesitas 

yang merupakan faktor risiko mioma ternyata 

juga merupakan proses inflamasi kronis; 

pada penelitian in vitro, pada obesitas terjadi 

peningkatan TNF-α.

2

 Selain TNF-α, sejumlah 

sitokin lain juga memiliki peranan dalam 

terjadinya tumor antara lain IL1, IL-6, dan 

eritropoietin.


Growth Factor

Beberapa growth factor yang melandasi 

tumorigenesis adalah epidermal growth 

factor (EGF), insulin like growth factor (IGF I-II), 

transforming growth factor-B, platelet derived 

growth factor, acidic fibroblast growth factor

(aFGF), basic fibroblast growth factor (bFGF), 

heparin-binding epidermal growth factor 

(HBGF), dan vascular endothelial growth factor 

(VEG-F).1 Mekanisme kerjanya adalah dengan 

mencetak DNA-DNA baru, induksi proses 

mitosis sel dan berperan dalam angiogenesis 

tumor. Matriks ekstraseluler sebagai tempat 

penyimpanan growth factor juga menjadi 

faktor pemicu mioma uteri karena dapat 

mempengaruhi proliferasi sel.1

ETIOLOGI

Etiologi mioma uteri adalah abrnomalitas gen 

karena mutasi genetik HMG1, HMG1-C, HMG1 

(Y) HMGA2, COL4A5, COL4A6, dan MEDI2.2

Kelainan kromosom terjadi akibat gangguan 

translokasi kromosom 10, 12, dan 14, delesi 

kromosom 3 dan 7 serta aberasi kromosom 

6.1,2

FAKTOR RISIKO

Kejadian mioma uteri dilatarbelakangi oleh 

sejumlah faktor risiko, antara lain: faktor 

endogen tubuh, misalnya ras, usia, pola hidup 

sedentair, faktor diet dan obesitas, pengaruh 

siklus haid, dan status paritas serta penyakit 

komorbid.

Genetik dan Ras

Risiko kejadian tumor akan meningkat 2,5 kali 

lipat pada keturunan pertama pasien mioma 

uteri.2

 Ras Afrika cenderung lebih sering 

mengalami mioma uteri dengan prevalensi 

terbanyak kasus mioma multipel; gejala 

umumnya lebih berat serta lebih progresif.4,6

Usia

Usia di atas 30 tahun meningkatkan risiko 

mioma uteri.2

Gaya Hidup

Gaya hidup sedentary menjadi faktor risiko 

karena peningkatan risiko obesitas dan 

pengaruhnya terhadap disregulasi hormonal.6

Diet

Makanan indeks glikemik tinggi dan tinggi 

asam lemak omega-3 terutama marine fatty 

acid (MFA) akan meningkatkan kejadian 

tumor melalui jalur induksi hormonal akibat 

penumpukan lemak.6

 Studi klinis mengaitkan 

pertumbuhan sel tumor dengan konsumsi 

kafein dan alkohol, karena kedua zat akan 

mempengaruhi kadar hormon namun perlu 

pembuktian lebih lanjut dengan variasi 

demografi.6

Overweight /Obesitas

Setiap pertambahan berat badan sebesar 

10 kg, akan meningkatkan risiko mioma 

uteri sebesar 21%. Penumpukan jaringan 

lemak >30% juga menjadi pemicu karena 

peningkatan konversi androgen menjadi 

estrogen dan penurunan sex hormone binding 

globulin (SHBG).

7

Menarche Prematur dan Menopause 

Terlambat

Menarche dini pada usia kurang dari 10 

tahun dan menopause terlambat akan 

meningkatkan risiko mioma uteri akibat sel 

rahim terus terpapar estrogen.4,6

Nulipara

Wanita yang belum pernah hamil berisiko 

terkena mioma uteri; dikaitkan dengan 

pengaruh paparan hormon seks, estrogen, 

dan progesteron.6

Kontrasepsi Hormonal

Prevalensi mioma uteri akan meningkat 

pada penggunaan kontrasepsi hormonal 

mengandung hormon estrogen baik estrogen 

murni maupun kombinasi.6

Penyakit Komorbid

Hipertensi, polycystic ovary syndrome (PCOS), 

dan diabetes merupakan tiga penyakit yang 

umumnya berasosiasi dengan kejadian 

mioma.6

 Peningkatan insulin dan IGF-I serta 

hiperandrogen menjadi faktor pemicu 

PCOS dan diabetes, pada hipertensi terjadi 

pelepasan sitokin yang merangsang proliferasi 

jaringan tumor.6

Infeksi/Iritasi

Infeksi, iritasi, atau cedera rahim akan 

meningkatkan risiko mioma uteri melalui 

induksi growth factor.

6

Stres

Pada stres terjadi pelepasan kortisol dan 

perangsangan hypothalamo-pituitary￾adrenal gland axis yang akan menyebabkan 

peningkatan estrogen dan progesteron.6

EPIDEMIOLOGI

Data epidemiologi menunjukkan bahwa 70% 

kasus terjadi pada usia 50 tahun, di mana 30-

40% kasus pada masa perimenopause dan 20-

25% kasus pada wanita usia reproduksi.5,6

Global

Mioma uteri dapat mengenai semua ras, 

paling banyak pada ras kulit hitam (18%), 10% 

pada wanita Hispanik, 8% menyerang wanita 

kulit putih, dan paling jarang mengenai 

wanita Asia.5 Sebagian besar kasus tidak 

bergejala sama sekali, hanya 30% kasus yang 

simptomatis.1 Sejumlah 80% mioma uteri 

multipel dan sekitar 10,7% terjadi pada wanita 

hamil.5,6

Indonesia

Sampai saat ini data statistik nasional mioma 

uteri belum tersedia. Penelitian retrospektif 

di Manado mendapatkan bahwa persentase 

terbanyak pada rentang usia 36-45 tahun 

dengan status dominan nulipara.8

Mortalitas

Mortalitas umumnya karena anemia berat 

akibat perdarahan hebat. Mortalitas akibat 

komplikasi pembedahan 0,4-1,1 per 1000 

operasi.5

DIAGNOSIS

Diagnosis mioma uteri ditegakkan melalui 

anamnesis gangguan siklus haid dan 

pemeriksaan fisik pembesaran perut. 

Ultrasonografi merupakan pemeriksaan 

penunjang rutin untuk konfirmasi diagnosis.

Anamnesis

Keluhan berupa lama haid memanjang 

dan perdarahan vagina di luar siklus haid; 

biasanya lebih berat terutama pada mioma 

tipe submukosa. Gejala lain adalah nyeri perut 

dan pinggang bawah saat menstruasi, sensasi 

kenyang, sering berkemih, sembelit, dan nyeri 

saat berhubungan seksual.2-4 Keluhan penting 

adalah seringnya abortus spontan atau sulit 

hamil terutama pada mioma submukosa. 

Mioma intramural dengan ukuran >2,5 

cm dapat mengganggu proses persalinan 

normal.1

Pemeriksaan Fisik

Dijumpai kondisi anemis yang ditandai 

konjungtiva, tangan dan kaki pucat. 

Volume tumor akan menyebabkan keluhan 

pembesaran perut.


Klasifikasi Mioma

Berdasarkan lokasinya, mioma diklasifikasikan 

atas beberapa tipe antara lain:9

„ Tipe 0 - merupakan pedunculated 

intracavitary myoma, tumor berada 

submukosa dan sebagian dalam rongga 

rahim

„ Tipe 1 - merupakan tipe submukosa 

dengan < 50% bagian tumor berada di 

intramural

„ Tipe 2 - tumor menyerang ≥ 50% 

intramural

„ Tipe 3 - seluruh bagian tumor berada 

dalam dinding uterus yang berdekatan 

dengan endometrium

„ Tipe 4 - tipe tumor intramural yang 

lokasinya berada dalam miometrium

„ Tipe 5 - tipe serosa dengan ≥ 50% bagian 

tumor berada pada intramural

„ Tipe 6 - jenis subserosa yang mengenai 

< 50% intramural

„ Tipe 7 - tipe pedunculated subserous

„ Tipe 8 - kategori lain ditandai dengan 

pertumbuhan jaringan di luar miometrium 

yang disebut cervicalparasitic lesion.

Mioma intramural merupakan jenis yang 

paling banyak, sedangkan mioma submukosa 

merupakan mioma paling jarang.3

Secara histologi, satu klon sel tumor dapat 

berdiferensiasi menjadi 4 jenis sel, yakni sel 

otot polos, sel otot polos vaskular, dan 2 jenis 

fibroblas.5

 Berdasarkan histopatologi, mioma 

uteri bisa diklasifikasikan atas beberapa jenis, 

yakni:

„ Cellular leiomyoma yang lebih dominan 

bagian selulernya, tidak ada nukleus atipikal 

dan indeks mitosisnya rendah (≤ 4 per 10 high 

power field/HPF)

„ Leiomyoma with bizarre nuclei (atypical/

symplastic leiomyoma) ditandai dengan 

bizzare pleomorphic nuclei. Pada jenis tumor 

ini, aktivitas mitosisnya juga rendah; adanya 

karioreksis bisa disalahartikan sebagai mitosis 

atipikal.

„ Mitotically active leiomyoma yang memilki 

gambaran mitosis tinggi (>10 mitosis per 

10 HPF), tidak memiliki nukleus atipikal dan 

tidak terdapat nekrosis. Mioma jenis ini sering 

terjadi akibat pengaruh hormonal; paling 

sering ditemukan pada usia reproduktif.

„ Dissecting (‘cotyledenoid’) leiomyoma yang 

ditandai dengan adanya perubahan hidrofilik 

pada gambaran sel tumor.

„ Diffuse leiomyomatosis adalah jenis yang 

paling jarang, merupakan tipe paling invasif 

yang sering mengenai kavum peritoneum 

dan histopatologis mirip gambaran tumor 

ganas.5

Kondisi borderline yang jarang, namun masih 

mungkin ganas, adalah smooth muscle tumours 

of uncertain malignant potential (STUMP) yang 

memiliki aktivitas mitosis intermediate (5-

10 mitosis per 10 HPF), memilki gambaran 

miksoid, nekrosis, serta terdapat nukleus 

atipikal dan sel epiteloid.5

Diagnosis Banding

„ Kehamilan

„ Kehamilan ektopik

„ Adenomiosis

„ Polip endometrium

„ Endometriosis

„ Karsinoma endometrium

Membedakan mioma uteri dengan 

diagnosis lainnya adalah dengan 

pemeriksaan penunjang, yakni pemeriksaan 

kehamilan sederhana menggunakan strip 

test, laboratorium darah, USG, ataupun 

histeroskopi. [4]

Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi merupakan pemeriksaan 

penunjang yang paling direkomendasikan 

untuk diagnosis mioma uteri.3 Dibanding USG 

abdominal, USG transvaginal lebih sensitif 

namun kurang direkomendasikan jika pasien 

belum menikah dan mengalami mioma 

submukosa. Pada kondisi tersebut lebih 

dianjurkan penggunaan histeroskop.4,9

Selain USG, diperlukan pemeriksaan 

laboratorium darah untuk menentukan 

status anemia. Untuk menyingkirkan potensi 

maligna, dianjurkan biopsi endometrium dan 

MRI.9

TATALAKSANA

Penatalaksaaan mioma uteri atau tumor 

jinak otot rahim mencakup observasi, 

medikamentosa, atau pembedahan.3

Observasi

Observasi dilakukan jika pasien tidak 

mengeluh gejala apapun karena diharapkan 

saat menopause, volume tumor akan 

mengecil.1

Medikamentosa

Diberikan untuk mengurangi perdarahan, 

mengecilkan volume tumor, dan sebagai 

prosedur pre-operatif.

Agonis Gonadotropine Releasing Hormone

(GnRH)

Mekanisme kerjanya adalah melalui down 

regulation reseptor GnRH, sehingga terjadi 

penurunan produksi FSH dan LH yang 

akan menurunkan produksi estrogen. Obat 

ini direkomendasikan pada mioma jenis 

submukosa. Durasi pemberian yang dianjurkan 

adalah selama 3-6 bulan; pemberian jangka 

panjang >6 bulan harus dikombinasi dengan 

progesteron dengan atau tanpa estrogen. 

Pada pemberian awal bisa terjadi perburukan 

keluhan akibat efek samping obat.

 Analog 

GnRH juga dapat digunakan pre-operatif 

selama 3-4 bulan sebelum pembedahan.

Preparat Progesteron

Preparat progesteron antara lain antagonis 

progesteron atau selective progesterone 

receptor modulator (SPRM). Suatu studi 

prospektif acak menyimpulkan bahwa 

pemberian mifepristone 25 mg sehari selama 3 

bulan akan menurunkan ukuran tumor sebesar 

40%. Ukuran tumor menurun jauh lebih besar, 

sebesar 50%, pada pemberian ulipristal 10 

mg dengan durasi pengobatan yang sama.10 

Berdasarkan farmakodinamikanya, golongan 

obat ini juga digunakan pre-operatif. 

Kemudian, setelah 2-4 siklus pengobatan 

dianjurkan menggunakan levonorgestrel￾intrauterine devices (LNG IUS) untuk mencegah 

relaps.

 IUD jenis ini juga direkomendasikan 

sebagai terapi mioma intramural.

Aromatase Inhibitor

Aromatase inhibitor terbagi dua jenis, 

yaitu aromatase inhibitor kompetitif yakni 

anastrazole dan letrozole, dan senyawa 

inaktivator yakni exemestane. Kerja keduanya 

hampir sama yakni menghambat proses 

aromatisasi yang merupakan dasar 

patogenesis mioma.

 Kelebihan obat ini 

adalah tidak ada efek tromboemboli yang 

dapat menjadi kausa mortalitas.

Asam Traneksamat

Asam traneksamat berfungsi membantu 

mengatasi perdarahan.4

 Durasi pemberian 

adalah selama 3-4 hari dalam sebulan.NSAID

Golongan NSAID digunakan untuk 

mengurangi nyeri dan perdarahan.

Pembedahan

Jenis pembedahan mencakup histerektomi 

dan miomektomi. Pilihan operasi disesuaikan 

dengan kondisi dan keinginan pasien.

Histerektomi

Direkomendasikan untuk pasien berusia di 

atas 40 tahun dan tidak berencana memiliki 

anak lagi.8 Histerektomi dapat dilakukan 

dengan metode laparotomi, mini laparotomi, 

dan laparoskopi. Histerektomi vagina lebih 

dipilih karena komplikasi lebih rendah serta 

durasi hospitalisasi lebih singkat.

Miomektomi

Miomektomi direkomendasikan pada 

pasien yang menginginkan fertility sparing.9

Miomektomi dapat dengan teknik laparotomi, 

mini laparotomi, laparoskopi, dan histeroskopi. 

Teknik laparotomi dan mini laparotomi 

adalah tindakan yang paling sering dilakukan, 

sedangkan laparoskopi paling jarang 

dilakukan karena lebih sulit. Histeroskopi 

direkomendasikan pada mioma submukosa 

dengan ukuran tumor <3 cm yang 50%-nya 

berada dalam rongga rahim dan pada mioma 

multipel.3,9 Akan tetapi, komplikasi perdarahan 

pada teknik ini lebih besar dibanding 

histerektomi.

Selain pembedahan, juga digunakan teknik 

non-invasif radioterapi, yakni embolisasi dan 

miolisis.

Embolisasi Arteri Uterina

Metode ini dilakukan dengan embolisasi 

melalui arteri femoral komunis untuk 

menghambat aliran darah ke rahim. Efek 

yang diharapkan adalah iskemia dan nekrosis 

yang secara perlahan membuat sel mengecil. 

Teknik ini direkomendasikan pada pasien yang 

menginginkan anak dan menolak transfusi, 

memiliki penyakit komorbid, atau terdapat 

kontraindikasi operasi. Di sisi lain, teknik ini 

dikontraindikasikan pada kehamilan, jika 

terdapat infeksi arteri atau adneksa dan alergi 

terhadap bahan kontras.

Miolisis/Ablasi Tumor

Teknik ini bekerja langsung menghancurkan 

sel tumor dengan media radiofrekuensi, laser, 

atau Magnetic Resonance Guided Focused 

Ultrasound Surgery (MRgFUS). Metode 

terakhir menggunakan gelombang ultasonik 

intensitas tinggi yang diarahkan langsung ke 

sel tumor.9

 Gelombang ini akan menembus 

jaringan lunak dan menyebabkan denaturasi 

protein, iskemia, dan nekrosis koagulatif. 

Teknik ini tidak direkomendasikan pada 

mioma uteri saat kehamilan.

PROGNOSIS

Potensi keganasan mioma uteri sangat rendah 

tetapi dapat kambuh walau telah dilakukan 

miomektomi.4,6 Mioma dapat menyebabkan 

infertilitas dan jika terjadi bersamaan dengan 

kehamilan umumnya meningkatkan risiko 

persalinan sectio casesaria.

5

Komplikasi

Komplikasi mioma yang paling meresahkan 

adalah infertilitas. Berdasarkan data di Amerika 

Serikat, infertilitas dapat terjadi pada 2-3% 

kasus mioma uteri.2

Pada kehamilan, tumor akan memicu 

keguguran, gangguan plasenta dan presentasi 

janin, prematuritas serta perdarahan pasca￾persalinan.1 Komplikasi pembedahan meliputi 

perdarahan, infeksi, dan trauma pada organ 

sekitar. Akibat embolisasi dapat terjadi 

sindrom pasca-embolisasi yang ditandai 

dengan keluhan nyeri, demam, dan ekspulsi 

tumor dari vagina. Setelah miolisis dapat 

terjadi nyeri dan perdarahan.

Prognosis

Prognosis mioma asimptomatis umumnya 

baik karena tumor akan mengecil dalam 

6 bulan sampai 3 tahun, terutama saat 

menopause. Mioma simptomatis sebagian 

besar berhasil ditangani dengan pembedahan 

tetapi rekurensi dapat terjadi pada 15-

33% pasca-tindakan miomektomi.

 Setelah 

5-10 tahun, 10% pasien akhirnya menjalani 

histerektomi.4 Pasca-embolisasi, tingkat 

kekambuhan mencapai 15-33% kasus dalam 

18 bulan sampai 5 tahun setelah tindakan.5

Konsepsi spontan dapat terjadi pasca￾miomektomi atau setelah radioterapi. Pada 

penelitian retrospektif, kejadian sectio caesaria

meningkat pada wanita hamil dengan 

mioma uteri karena kejadian malpresentasi 

janin, ketuban pecah dini, prematuritas, dan 

kematian janin dalam kandungan.

Mioma uteri bersifat jinak, risiko menjadi 

keganasan sangat rendah, hanya sekitar 

10-20% mioma berkembang menjadi 

leiomyosarcoma.

5

 Suatu studi menyimpulkan 

bahwa transformasi maligna hanya terjadi 

pada 0,25% (1 dari 400 kasus) wanita yang 

telah menjalani pembedahan.

 Keganasan 

umumnya dipicu oleh riwayat radiasi pelvis, 

riwayat penggunaan tamoksifen, usia lebih 

dari 45 tahun, perdarahan intratumor, 

penebalan endometrium, dan gambaran 

heterogen pada gambaran radiologis MRI.


Edukasi meliputi anjuran kontrol ulang 

berkala pada pasien asimptomatis dan yang 

menginginkan fertility sparing. Tindakan 

preventif umum berupa pengaturan diet 

dan olahraga. Di samping itu, menyusui 

dan merokok ternyata dapat menghambat 

tumorigenesis mioma uteri.

Edukasi Pasien

Selama tidak ada keluhan, pasien dianjurkan 

kontrol setiap 6 bulan. Jika telah menopause 

dan tidak ada pertumbuhan tumor dalam 

satu tahun maka kontrol dianjurkan hanya jika 

muncul gejala.9

Kehamilan dapat terjadi 4-6 bulan setelah 

penanganan. Kehamilan dapat berjalan lancar 

namun 1/3 kasus mioma dapat menginduksi 

abortus dan prematur.

Upaya Pencegahan dan Pengendalian 

Penyakit

Seperti penyakit lainnya, upaya pencegahan 

mioma uteri dilakukan dengan pengaturan 

diet dan olahraga.6 Selain itu, merencanakan 

kehamilan dan memberikan ASI eksklusif, 

merokok, dan produk kecantikan ternyata 

dapat memberikan efek profilaksis.

Diet

Rekomendasi paling penting adalah diet 

menjaga berat badan ideal untuk mengurangi 

faktor risiko obesitas.6 Hal ini karena kejadian 

tumor sering dikaitkan dengan terlalu banyak 

konsumsi daging merah dan rendahnya 

konsumsi sayuran hijau atau buah.2,6

Fungsi proteksi juga dari vitamin A dan D.6

Penelitian gagal menunjukkan manfaat 

kedelai dalam pencegahan tumor;6

 namun 

konsumsi susu dan dairy product akan 

menurunkan risiko tumor.Zat aktif lain seperti lycopene, isoflavone, 

dan gallactocatechin gallate (EGCG) dari teh 

hijau membantu menurunkan risiko tumor 

melalui induksi apoptosis dan menghambat 

proliferasi sel

Olahraga

Olahraga teratur dengan intensitas sedang 

membantu menjaga keseimbangan hormonal 

dan menjaga agar berat badan tetap stabil.6

Merokok

Merokok dapat mengurangi risiko mioma 

dengan cara menurunkan kadar estrogen 

melalui dua jalur berbeda, yakni: menghambat 

enzim aromatase yang berperan penting pada 

proses aromatisasi androgen dan stimulasi 

jalur 2-hidroksilase yang menurunkan 

bioavailabilitas estrogen. Walaupun begitu, 

efek merokok terhadap kesehatan jelas lebih 

buruk.

Multipara

Saat hamil akan terjadi perubahan matriks 

ekstraseluler, growth factor, dan hormon 

seks yang akan menurunkan insidens mioma 

uteri.2 Makin sering hamil, risiko mioma uteri 

juga akan menurun karena setelah kehamilan 

jumlah reseptor estrogen dalam endometrium 

berkurang.

Menyusui

Menyusui terutama ASI eksklusif akan 

menghentikan siklus haid dan mengurangi 

paparan hormon seks pada sel/jaringan 

rahim.6

Produk Kecantikan

Ada hubungan antara phthalate dan kejadian 

mioma uteri.

 Hal ini karena senyawa 

tersebut merupakan antiandrogen, sehingga 

menyebabkan peningkatan hormon estrogen. 

Senyawa lain yang diduga dapat mengganggu 

metabolisme hormonal adalah paraben dan 

bisphenol A. Oleh karena itu, ketiga senyawa 

kosmetik ini sebaiknya dihindari.


Penanganan mioma uteri bergantung pada 

usia pasien, ukuran, jumlah dan lokasi tumor, 

serta ada tidaknya keluhan dan keinginan 

memperoleh keturunan. Metode konservatif 

observasi merupakan pilihan jika pasien 

tidak ada keluhan, sedangkan pembedahan 

direkomendasikan jika terdapat gejala yang 

membuat pasien tidak nyaman