Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang
kedokteran mendorong para tenaga ahli selalu mengadakan riset
terhadap berbagai penyakit termasuk salah satunya yaitu penyakit
menular demi mengatasi kejadian penderitaan dan kematian akibat
penyakit. Pengertian Epidemiologi menurut asal kata, jika ditinjau
dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri
dari 3 kata dasar yaitu Epi yang berarti pada atau tentang, Demos
yang berarti penduduk dan kata terakhir yaitu Logos yang berarti
ilmu pengetahuan. Jadi Epidemiologi yaitu ilmu yang mempelajari
tentang penduduk. sedang dalam pengertian modern pada saat
ini yaitu ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi
(penyebaran) serta determinant masalah kesehatan pada sekelompok
orang atau warga serta determinasinya (faktor-faktor yang
mempengaruhinya).
Penyakit menular timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor
baik dari agen, induk semang atau lingkungan. Bentuk ini tergambar
didalam istilah yang dikenal luas dewasa ini. Yaitu pemicu majemuk
(multiple causation of disease) sebagai lawan dari pemicu tunggal
(single causation). Didalam usaha para ahli untuk mengumpulkan
pengetahuan mengenai timbulnya penyakit, mereka telah melakukan
eksperimen terkendali untuk menguji sampai dimana penyakit itu bisa di
cegah sehinga dapat meningkat taraf hidup penderita. Dalam epidemiologi
ada tiga faktor yang dapat menerangkan penyebaran (distribusi) penyakit
atau masalah kesehatan yaitu orang (person), tempat (place), dan waktu
(time). Informasi ini dapat digunakan untuk
1
menggambarkan adanya perbedaan keterpaparan dan kerentanan.
Perbedaan ini bisa digunakan sebagi petunjuk tentang sumber, agen
yang bertanggung jawab, transisi, dan penyebaran suatu penyakit.
1). Faktor Orang (Person)
Faktor orang atau person yaitu karakteristik dari individu yang
mempengaruhi keterpaparan atau kepekaan mereka terhadap penyakit.
Orang yang karakteristiaknya mudah terpapar atau peka terhadap
penyakit akan mudah terkena sakit. Karakteristik orang bisa berupa
faktor genetik, umur, jenis kelamin,pekerjaan, kebiasaan dan status
sosial ekonomi. Seorang individu yang mempunyai faktor genetik
pembawa penyakit akan mudah terpapar faktor genetic ini dan
peka untuk sakit. Perbedaan berdasar umur, terdapat kemungkinan
dalam mendapat keterpaparan berdasar perjalanan hidup. Demikian
pula dengan karakteristik lain yang akan membedakan dalam
kemungkinan mendapat keterpaparan.
2). Faktor Tempat (place)
Faktor tempat berkaitan dengan karakteristik geografis. Informasi
ini dapat batas alamiah seperti sungai, gunung,atau bisa dengan batas
administrasi dan histori. Perbedaan distribusi menurut tempat ini
memberikan petunjuk pola perbedaan penyakit yang dapat menjadi
pegangan dalam mencari faktor-faktor lain yang belum diketahui.
3). Faktor Waktu (Time)
Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari,
bulan, atau tahun. Informasi ini bisa dijadikan pedoman tentang
kejadian yang timbul dalam warga .
1.2 Pengertian Penyakit Menular
Ada beberapa pengertian mengenai penyakit antara lain menurut
Gold Medical Dictionary penyakit yaitu kegagalan dari mekanisme
adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap
rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan pada fungsi
struktur, bagian, organ atau sistem dari tubuh. sedang menurut
Arrest Hofte Amsterdam, penyakit bukan hanya berupa kelainan yang
terlihat dari luar saja, tetapi juga suatu keadaan terganggu dari
keteraturan fungsi dari tubuh. Dari kedua pengertian ini , dapat
disimpulkan bahwa penyakit yaitu suatu keadaan gangguan bentuk
dan fungsi tubuh sehingga berada didalam keadaan yang tidak normal.
Beberapa definisi penyakit menurut para ahli yaitu
sebagai berikut :
a). Penyakit yaitu kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu
organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan
atau tekanan sehingga timbul gangguan pada
fungsi/struktur dari bagian organisasi atau sistem dari tubuh
(Gold Medical Dictionary).
b). Penyakit yaitu suatu keadaan di mana proses kehidupan
tidak lagi teratur atau terganggu perjalanannya (Van Dale‟s
Woordenboek der Nederlandse Tel ).
c). Penyakit bukan hanya berupa kelainan yang dapat dilihat dari luar
saja, akan tetapi juga suatu keadaan terganggu dari keteraturan
fungsi-fungsi dalam dari tubuh (Arrest Hofte Amsterdam).
Menurut Parson, sakit yaitu keadaan dimana adanya
ketidakseimbangan fungsi normal pada tubuh manusia, termasuk
sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaiannya. Selain itu
menurut Bauman, ada tiga kriteria penentu keadaan sakit, yaitu
adanya gejala, persepsi mengenai keadaan sakit yang dirasakan,
dan menurunnya kemampuan untuk beraktivitas sehari-hari.
Menurut Natoadmodjo (2003) Penyakit menular yaitu penyakit
yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang
yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara).
Penyakit Menular [comunicable Diseasse] yaitu penyakit yang
disebabkan oleh transmisi infectius agent/produk toksinnya dari
seseorang/reservoir ke orang lain/susceptable host.
Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi) merupakan konsep
dasar dalam epidemiologi yang menggambarkan hubungan antara tiga
faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah
kehatan yaitu host (tuan rumah/penjamu), agen (pemicu ), dan
environtment. Timbulnya penyakit terjadi akibat ketidak seimbangan
ketiga faktor ini . Hubungan ketiga faktor ini dapat menjelaskan
kondisi yang dialami oleh manusia meliputi ; Interaksi pertama
dikatakan berada pada equilibrium (keseimbangan antara, Host, Agent,
dan Environtment), individu dalam kondisi ini dapat disebut sehat yang
kedua Agen menperoleh Kemudahan Menimbulkan Penyakit Interaksi
ini dapat dikatakan bahwa agen mendapat kemudahan untuk
menimbulkan penyakit pada host. Agen memberatkan keseimbangan
sehingga batang pengungkit miring kearah agen. Contohnya ada mutasi
virus influenza sehingga muncul jenis yang baru seperti flu burung
(H5N1) atau Flu Babi (H1N1) dimana warga belum memiliki
kekebalan tubuh untuk melawan virus ini . Kondisi ketiga yaitu
Host Peka Terhadap Agent pada kondisi ini Interaksi ketiga host lebih
peka terhadap agent. Host memberatkan keseimbangan sehingga
pengungkit miring kea rah host. Contoh apabila disuatu daerah yang
penduduk berusia balita besar, maka sebagian besar populasi rentan
terkena penyakit. Selanjutnya terjadi Pergeseran Lingkungan yang
memicu Agen Mendapat Kemudahan Menimbulkan Penyakit
Interaksi ini terjadi pergeseran lingkungan, sehingga memudahkan
agen memasuki tubuh host dan menimbulkan penyakit. Contohnya
ketika banjir air kotor mengandung kuman (Agen) yang kontak dengan
warga (Host), sehingga agen lebih mudah menimbulkan penyakit
dan yang kondisi yang terakhir yaitu terjadinya Pergeseran
Lingkungan yang memicu host peka terhadap penyakit Interaksi
ini terjadi karena adanya pergeseran kuliatas lingkungan sehingga host
memberatkan keseimbangan.(host peka terhadap agent). Contoh terjadi
pencemaran udara dengan SO2 yang memicu saluran udara paru
menyempit (agar tidak banyak racun), namun mengkibatkan sehingga
paru-paru kekurangan oksigen sehingga host jadi lemah dan timbul
kelainan paru.
Dalam usaha-usaha pencegahan dan kontrol yang efektif terhadap
penyakit perlu dipelajari mekanisme interaksi yang terjadi antara agen
penyakit, manusia dan lingkungannya Interaksi ketiganya akan
menghasilkan kondisi sehat maupun sakit pada manusia,
selengkapnya dijelaskan sebagai berikut :
a). Interaksi antara agent penyakit dan lingkungan
Suatu keadaan terpengaruhnya agen penyakit secara
langsung oleh lingkungan yang menguntungkan agen penyakit.
Terjadi pada saat prapatogenesis suatu penyakit, misalnya
viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin yang
terkandung dalam sayuran di dalam ruang pendingin dan
penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan global.
Gambar Ketidakseimbangan agen dan lingkungan
b). Interaksi antara pejamu (manusia) dan lingkungan
Suatu keadaan terpengaruhnya manusia secara langsung
oleh lingkungannya dan terjadi pada saat prapatogenesis suatu
penyakit, misalnya udara dingin, hujan dan kebiasaan membuat
dan menyediakan makanan.
Konsep Epidemiologi Penyakit Menular 5
c). Interaksi antara pejamu (manusia) dan agent penyakit
Suatu keadaan agen penyakit yang menetap, berkembang
biak dan dapat merangsang manusia untuk menimbulkan respons
berupa tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya demam,
perubahan fisiologis jaringan tubuh dan pembentukan kekebalan
atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi
dapat berupa sembuh sempurna, kecacatan atau kematian.
d) Interaksi agent penyakit, pejamu (manusia) dan lingkungan
Suatu keadaan saling mempengaruhi antara agen penyakit,
manusia dan lingkungan secara bersama-sama dan keadaan ini
memperberat satu sama lain sehingga memudahkan agen penyakit
baik secara tidak langsung maupun langsung masuk ke dalam tubuh
manusia, misalnya pencemaran air sumur oleh kotoran manusia
akan dapat menimbulkan penyakit muntaber (water borne diseases).
1.3 Karakteristik Penyakit Menular
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada
yang lain ditentukan oleh tiga faktor ini diatas, yakni faktor
Agen atau pemicu penyakit Agen merupakan pemegang peranan
penting didalam epidemiologi yang merupakan pemicu penyakit.
Agen dapat dikelompokkan menjadi Golongan virus, misalnya
influenza, trachoma, cacar dan sebagainya, Golongan riketsia,
misalnya typhus, Golongan bakteri, misalnya disentri, Golongan
protozoa, misalnya malaria, filaria, schistosoma dan sebagainya.
Faktor Host (Manusia) Sejauh mana kemampuan host didalam
menghadapi invasi mikroorganisme yang infektius itu, berbicara
tentang daya tahan. Misalnya Imunitas seseorang. Faktor Route of
transmission (jalannya penularan). Penularan penyakit dapat dilihat
dari potensi infeksi yang ditularkan. Infeksi yang ditularkan ini
berpotensi wabah atau tidak.
Karakteristik penyakit menular Secara umum memiliki
gejala klinik yang berbeda-beda sesuai dengan faktor pemicu
penyakit ini . berdasar manifestasi klinik maka
karakteristik penyakit menular terdiri dari :
1) Spektrum Penyakit Menular
Pada proses penyakit menular secara umum dijumpai berbagai
manifestasi klinik, mulai dari gejala klinik yang tidak tampak sampai
keadaan yang berat disertai komplikasi dan berakhir cacat / meninggal
dunia.Akhir dari proses penyakit yaitu sembuh, cacat atau meninggal.
Penyembuhan dapat lengkap atau dapat berlangsung jinak (mild) atau
dapat pula dengan gejala sisa yang berat (serve sequele).
2). Infeksi Terselubung (tanpa gejala klinis)
yaitu keadaan suatu penyakit yang tidak menampakan secara
jelas dan nyata dalam bentuk gejala klinis yang jelas sehingga tidak
dapat di diagnosa tanpa cara tertentu seperti tes tuberkolin, kultur
tenggorokan, pemeriksaan antibody dalam tubuh dan lain-lain.
Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam warga
sektor yang memegang peranan penting yaitu ; faktor pemicu /
agent yaitu organisme pemicu penyakit menular, sumber
penularan yaitu reservoir maupun resources, cara penularan
khusus melalui mode of transmission.
3). Sumber Penularan
Merupakan media yang menjadikan suatu penyakit ini
bisa menyebar kepada seseorang. Sumber ini meliputi ;
Penderita, Pembawa kuman, Binatang sakit, tumbuhan / benda,
Cara Penularan. Penyakit dapat menyerang seseorang dengan
bebarapa cara diantaranya, Kontak langsung, Melalui udara,
Melalui makanan / minuman, Melalui vector, Keadaan Penderita.
Suatu pemicu terjadinya penyakit sangat tergantug pada
kondisi tubuh / imunitas seseorang. Makin lemahnya seseorang
maka sangat mudah menderita penyakit. Kondisi ini terdiri dari
keadaan umum, kekebalan, status gizi, keturunan, cara Keluar dan
cara masuk sumber. Kuman pemicu penyakit dapat menyerang
seseorang melalui beberapa cara yaitu ; Mukosa / kulit, Saluran
Pencernaan, Saluran Pernapasan, Saluran Urogenitalia, Gigitan
suntikan, luka, plasenta, interaksi penyakit dengan penderita.
Kuman atau penyakit yang telah berhasil masuk ke dalam tubuh
tidak bisa langsung bereaksi akan tetapi didalam tubuh sendiri terjadi
suatu reaksi perlindungan yang terdiri dari Infektivitas yaitu
kemampuan unsur pemicu / agent untuk masuk dan berkembang biak
serta menghasilkan infeksi dalam tubuh pejamu dan Patogenesis
yaitu kemampuan untuk menghasilkan penyakit dengan segala klinis
yang jelas serta Virulensi yaitu nilai proporsi penderita dengan gejala
klinis yang jelas terhadap seluruh penderita dengan gejala klinis jelas,
Imunogenisitas yaitu suatu kemampuan menghasilkan kekabalan /
imunitas.
Penyakit menular dapat berpindah satu tempat ke tempat yang
lain. Perpindahan ini bisa terjadi dengan sangat cepat sehingga
berkembang menjadi wabah atau endemis pada daerah tertentu. Ada
beberapa cara perpindahan penyakit menular pertama perpindahan
penyakit secara langsung yang merupakan proses berpindahnya
penyakit dari manusia 1 ke manusia lain secara langsung tanpa
perantara, misalnya: penularan melalui tetesan-tetesan halus yang
terhambur dari manusia yang sakit seperti ludah, bersin pada penyakit
TBC. Model perpindahan ke dua yaitu Penularan secara tidak
langsung, Merupakan proses pemindahan penyakit melalui perantara.
Perantara ini bisa dari golongan bakteri, serangga, serta bisa dari
kotoran. Misalnya kolera, disentri dan demam berdarah dengue.
Penyakit menular juga mempunyai beberapa sifat-sifat
dalam penularannya meliputi :
1). Waktu Generasi (Generation Time)
Masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu sampai
masa kemampuan maksimal pejamu ini untuk dapat menularkan
penyakit. Hal ini sangat penting dalam mempelajari proses penularan.
Perbedaan masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur pemicu
sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan pada
penyakit dengan gejala yang terselubung, sedang waktu generasi
untuk waktu masuknya unsur pemicu penyakit hingga timbulnya
kemampuan penyakit ini untuk menularkan kepada pejamu lain
walau tanpa gejala klinik / terselubung.
2). Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)
Kekebalan kelompok yaitu kemampuan atau daya tahan suatu
kelompok penduduk tertentu terhadap serangan/penyebaran unsur
pemicu penyakit menular tertentu didasarkan tingkat kekebalan
sejumlah tertentu anggota kelompok ini . Hard immunity
merupakan factor utama dalam poses kejadian wabah di warga
serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penyakit tertentu.
3). Angka Serangan (Attack Rate)
Angka serangan yaitu sejumlah kasus yang berkembang atau
muncul dalam satu satuan waktu tertentu dikalangan anggota kelompok
yang mengalami kontak serta memiliki resiko / kerentanan terhadap
penyakit ini .Angka serangan ini bertunjuan untuk menganalisis
tingkat penularan dan tingkat keterancaman dalam keluarga, dimana tata
cara dan konsep keluarga, system hubungan keluarga dengan warga
serta hubungan individu dalam kehidupan sehari-hari pada
kelompok populasi tertentu merupakan unit Epidemiologi tempat
penularan penyakit berlangsung.
1.4 Mekanisme Penularan Penyakit Menular
Aspek sentral penyebaran penyakit menular dalam warga
yaitu mekanisime penularan (mode of transmissions) yakni berbagai
mekanisme di mana unsur pemicu penyakit dapat mencapai manusia
sebagai penjamu yang potensial. Mekanisme ini meliputi cara unsur
pemicu (agent) meninggalkan reservoir, cara penularan untuk mencapai
penjamu potensial, serta cara masuknya ke penjamu potensial ini .
Seseorang yang sehat sebagai salah seorang penjamu potensial dalam
warga , mungkin akan ketularan suatu penyakit menular tertentu
sesuai dengan posisinya dalam warga serta dalam pengaruh berbagai
reservoir yang ada di sekitarnya. Kemungkinan ini sangat di
pengaruhi pula olah berbagai faktor antara lain:
a). Faktor lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan media yang
ikut mempengaruhi kualitas maupun kuantitas unsur pemicu . b).
Faktor lingkungan biologis yang menentukan jenis vektor dan
resevoir penyakit serta unsur biologis yang hidup berada di sekitar
manusia.
c). Faktor lingkungan sosial yakni kedudukan setiap orang dalam
warga , termasuk kebiasaan hidup serta kegiatan sehari-hari.
Mekanisme penularan penyakit menular dibedakan berdasar
cara penularan penyakit selengkapnya dijelaskan sebagai berikut ;
1.4.1 Cara unsur pemicu keluar dari penjamu (Reservoir)
Pada umumnya selama unsur pemicu atau mikro-organisme
pemicu masih mempunyai kesempatan untuk hidup dan berkembang biak
dalam tubuh penjamu, maka ia akan tetap tinggal di tempat yang potensial
ini . Namun di lain pihak, tiap individu penjamu memiliki usaha
perlawanan terhadap setiap unsur pemicu patogen yang mengganggu dan
mencoba merusak keadaan keseimbangan dalam tubuh penjamu.
Unsur pemicu yang akan meninggalkan penjamu di mana ia
berada dan berkembang biak, biasanya keluar dengan cara tersendiri
yang cukup beraneka ragam sesuai dengan jenis dan sifat masing-
masing. Secara garis besar, maka cara ke luar unsur pemicu dari
tubuh penjamu dapat dibagi dalam beberapa bentuk, walaupun ada
di antara unsur pemicu yang dapat menggunakan lebih satu cara.
berdasar cara unsur pemicu keluar dari pejamu,
penyakit menular dapat melalui konjungtiva seperti penyakit mata,
melalui saluran napas (droplet) ; karena batuk, bersin, bicara atau udara
pernapasan. Seperti penyakit TBC, influensa, difteri, campak, dan lain-
lain, melalui pencernaan ; lewat ludah, muntah atau tinja. Seperti
penyakit kolera, tifus abdominalis, kecacingan, melalui saluran
urogenitalia yaitu penyakit hepatitis, melalui luka pada kulit atau
mukosa, seperti penyakit sifilis, frambusia, secara mekanik ; seperti
suntikan atau gigitan, antara lain penyakit malaria, hepatitis, AIDS.
1.4.2 Cara penularan (Mode of Transmission)
Setelah unsur pemicu telah meninggalkan reservoir maka untuk
mendapatkan potensial yang baru, harus berjalan melalui suatu jalur
lingkaran perjalanan khusus atau suatu jalur khusus yang disebut jalur
penularan. Tiap kelompok memiliki jalur penularan tersendiri dan pada
garis-garis besarnya dapat di bagi menjadi dua bagian utama yakni:
a). Penularan langsung yakni penularan penyakit terjadi secara
langsung dari penderita atau resevoir, langsung ke penjamu
potensial yang baru.
b). Penularan tidak langsung yakni penularan penyakit terjadi
dengan melalui media tertentu seperti melalui udara (air
borne) dalam bentuk droplet dan dust, melalui benda
tertentu (vechicle borne), dan melalui vector (vector borne).
berdasar tingkat patogenisitasnya, penyakit menular
pada hakekatnya dibagi atas 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1). Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian
cukup tinggi.
2). Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian
dan cacat, walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama.
3). Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat
tetapi dapat mewabah yang menimbulkan kerugian materi.
Ketiga kelompok penyakit ini diatas dapat dijelaskan
pada gambar berikut ini :
berdasar media penularannya, penyakit menular
dibedakan atas beberapa sumber penularan terdiri atas :
1} Penyakit yang ditularkan melalui air
a} Water Born Diseases: yaitu penyakit yang ditularkan
langsung melalui air minum, dimana air minum ini
mengandung kuman patogen. Penyakit ini diantaranya
12
yaitu : Diare, Dysentri, Kholera, Typhoid, Hepatitis
infektiosa, Gastrointerities.
b} Water Washed Diseases: Penyakit yang disebabkan
oleh kurangnya air bersih.Berjangkitnya penyakit ini
erat kaitannya dengan hygiene perorangan yang buruk,
kebersihan alat-alat makan dan pakaian. penyakit
ini diantaranya : Conjuctivitis/trachoma, scabies.
c) Water Bashed Diseases : Penyakit yang ditularkan
oleh bibit penyakit yang sebagian siklus hidupnya dia
air. Sangat erat hubungannya dengan kehidupan
manusia sehari-hari seperti menangkap ikan, mandi
dan mencuci. Contoh penyakit yaitu Schitosomiasis.
d). Water Related Insect Vectors: Penyakit yang ditularkan
melalui vektor yang hidupnya tergantung pada air, Contoh
Penyakit: Malaria, Demam Berdarah, Filariasis, Yellow Fever.
2} Penyakit yang ditularkan melalui media udara (Air
borne disease)
Penyakit yang ditularkan melalui perantara udara
sebagian besar melalui kontak langsung.Terdapat dua
bentuk ; droplet nucklei dan dust (debu). misalnya penyakit
TBC, virus smallpox, streptococcus hemoliticus, difteri.
3) Penyakit yang ditularkan secara langsung orang ke orang
seperti penyakit sifilis, GO, lymphogranuloma venerum,
chlamydia trachomatis, hepatitis B dan AIDS.
4). Penyakit yang penularan langsung dari hewan ke orang
Termasuk dalam hal ini yaitu kelompok penyakit
zoonosis seperti rabies.
5) Penularan langsung dari tumbuhan ke orang: seperti
penyakit yang ditularkan melalui jamur.
6). Penularan dari orang ke orang melalui kontak benda lain;
seperti kontak dengan benda yang telah terkontaminasi
melalui tanah: seperti penyakit ancylostomiasis, trichuris.
7} Penularan melalui perantara makanan dan minuman (Food
borne disease) seperti salmonellosis, disentri, dan lain-lain.
Penyakit yang ditularkan melalui minuman (Milk borne
disease) seperti penyakit TBC, enteric fever, infant diare.
8). Penularan melalui vektor (vektor borne disease). Vektor
atau si pembawa kuman dapat berasal dari golongan
arthropoda (avertebrata) yang dapat memindahkan penyakit
dari reservoir ke pejamu yang potensial. berdasar jenis
vektor sebagai media menularan terdiri atas :
a). Mosquito borne disease ; Malaria, DBD, yellow fever,
virus encephalitis.
b). Louse borne disease ; Epidemic tifus fever.
c) . Flea borne dosease ; Pes, tifus murin.
d) . Mite borne disease ; Tsutsugamushi, dll.
e).
Tick borne disease ; Spotted fever, epidemic relapsing fever.
f) .
Oleh serangga lain ; Sunfly fever, lesmaniasis, barthonellosis
(lalat hlebotobus), trypanosomiasis (lalat tsetse di Afrika).
1.4.3 berdasar etiologi (kausa)
berdasar etiologi penyakit dibedaan menjadi:
• Penyakit menular
• Penyakit tidak menular
1.4.4 berdasar Durasi :
• Penyakit akut : < 2 minggu
• Sub akut/Sub kronik
• Penyakit kronik: > 3 bulan
1.4.5 berdasar Agent biologic
Biological agents = microorganism
• Virus
• Bacteria
14 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR
• Protozoa
• Fungus
• Helminthes
• Others form of microorganism
1.4.6 berdasar Agent Non biologic
• Physics
• Nutrition
• Chemical
• etc
1.4.7 berdasar Spektrum Penyakit Menular
a). Epidemik
Berjangkit suatu penyakit pada sekelompok
orang di warga dengan jenis penyakit, waktu dan
sumber yang sama di luar keadaan yang biasa (KLB).
b). Endemik
Suatu keadaan berjangkitnya prevalensi suatu jenis
penyakit yang terjadi sepanjang tahun dengan frekuensi
yang rendah di suatu tempat. Contoh penyakit malaria.
c). Sporadik
Jenis penyakit yang tidak tersebar merata pada
tempat dan waktu yang tidak sama, pada suatu saat
dapat terjadi endemik, contoh penyakit Polio.
d). Pandemik
Jenis penyakit yang berjangkit dalam waktu
cepat dan terjadi bersamaan diberbagai tempat
diseluruh dunia contoh : Flu.
1.4.8 berdasar Importansi Penyakit Menular:
• Frekuensi morbiditas dan mortalitasnya masih
tinggi di negara berkembang.
• New emergent diseases : HIV/AIDS, Ebola
• Reemergent diseases : MDR-TBC, Gonorhea (STDs)
• Memiliki dampak yang besar
1.4.9 berdasar Penyebaran Karakteristik
Manifestasi Klinik Penyakit Menular
a). Lebih banyak tanpa gejala klinik yang jelas contohnya :
tuberculosis dan poliomyelitis
b). Lebih banyak dengan gejala klinik jelas contohnya:
measles dan varicella
c). Penyakit menular yang bersifat fatal yang
umumnya berakhir dengan kematian contohnya :
Rabies dan Tetanus neonatorum
Istilah lain yang sering dipakai antara lain: Natural History of
Disease, Natural Course of Disease, atau Natural History of Illness.
Istilah natural history of disease yaitu yang paling banyak digunakan.
Menurut Rothmann (2008) studi riwayat alamiah penyakit bertujuan
mengukur kondisi kesehatan (health outcome) yang akan diperoleh pada
orang sakit jika tidak mendapatkan pengobatan yang signifikan bagi
kesehatannya. sedang Van de Broeck (2013) menyatakan studi
pemaparan riwayat alamiah penyakit merupakan salah satu tujuan dari
studi epidemiologi deskriptif, Istilah lain yang sering dipakai dalam istilah
riwayat alamiah penyakit yaitu antara lain: Natural History of Disease,
Natural Course of Disease, atau Natural History of Illness.
Manfaat riwayat alamiah penyakit yaitu untuk kepentingan
diagnostik yang merupakan masa inkubasi penyakit dan masa
penentuan jenis penyakit, untuk Pencegahan, mengetahui perjalanan
penyakit mulai dari awal hingga terjangkitnya sehingga bisa
mendapatkan solusi yang tepat untuk menghentikan penyebarannya
dan untuk ekpentingan terapi, dengan mengetahui setiap fase dengan
baik maka terapi yang diberikan akan berjalan dengan baik pula.
Riwayat alamiah penyakit merupakan proses perkembangan
suatu penyakit tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh
manusia dengan sengaja dan terencana. (Hikmawati, 2011)
Riwayat alamiah penyakit ini dibagi atas beberapa tahap yang
dijelaskan pada gambar berikt ini :
17
Bibit penyakit belum masuk tubuh
Bibit penyakit belum
masuk tubuh
meninggal
Gejala penyakit tampak
Telah terjadi interaksi kronis
antara penjamu Horison klinis
dengan bibit penyakit
Gejala penyakit tidak tampak
Jika lingkungan
karier
Sembuh menguntungkan bibit
Bibit penyakit
cacat penyakit, bibit penyakit
akan memasuki tubuh
Sembuh
sempurna
Pre-patogenesa Inkubasi Penyakit Penyakit Penyakit
dini lanjut terhenti
2.2 Tahapan/Periodisasi Riwayat Alamiah Penyakit
Secara umum tahapan riwayat alamiah penyakit yaitu sejak ada
pajanan hingga penyakit sembuh, sakit, cacat, atau kambuh. Namun
beberapa ahli menggunakan istilah yang berbeda-beda, dan pada
beberapa penyakit memiliki kekhasan tersendiri. Last (2001) membagi
riwayat alamiah penyakit ke dalam 3 tahap yaitu pathologic onset,
presymptomatic stage, dan clinical stage. Sementara (Roht, 1982)
membagi periode riwayat alamiah penyakit menjadi tiga, yakni 1)
Interval waktu antara terjadinya pajanan oleh agen penyakit sampai
timbulnya penyakit (incubation period); 2) Interval waktu antara
timbulnya penyakit hingga diagnosis; dan 3) Interval waktu selama
diagnosis hingga dilakukan terapi. Kebanyakan literatur mengikuti
pembagian riwayat alamiah penyakit menurut CDC. (2012) membagi
periode riwayat alamiah penyakit dalam empat tahapan, yakni: stage of
susceptibility, stage of subclinical disease, stage of clinical disease,
dan stage of recovery, disability or death. Gambar 1 menjelaskan
proses perjalanan penyakit menurut CDC.
Riwayat alamiah penyakit menular dapat bermanfaat dalam
mennetukan jenis-jenis pencegahan mulai dari tahap pencegahan
primer, sekunder dan tersier yang dihubungkan dengan setiap
fase pada riwayat alamiah penyakit, hal ini dapat dijelaskan pada
gambar berikut ini :
2.3 Tahap Pre Patogenesis (Stage Of Susceptibility)
Tahapan dimana terjadi interaksi antara host, bibit penyakit
dan lingkungan. Interaksi di luar tubuh manusia. Pada keadaan
ini penyakit belum teridentifikasi karena sistem imun masih kuat
sehingga kondisi nya dinyatakan sehat. Tahap pre patogenesis
disebut juga fase susceptibel atau stage of susceptibility atau
tahap awal proses etiologis. Masa ini dimulai saat terjadinya
stimulus penyakit sampai terjadi respon pada tubuh. Pada tahap
ini mulai terjadinya interaksi antara Agen-Host-Environment.
Pada kejadian penyakit menular/infeksi, mulai terjadi paparan atau
exposure dengan agen penyakit namun agen belum masuk tubuh host.
Pada riwayat alamiah penyakit individu yang tidak sehat, agen bisa masuk
ke dalam tubuh. Paparan tersebtu dapat berupa mikroorganisme pemicu
penyakit. Kejadian penyakit belum berkembang akan tetapi kondisi yang
melatarbelakangi terjadinya penyakit atau faktor risiko penyakit telah ada.
Pada tahap ini terjadi akumulasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan
penyakit ke host yang rentan misalnya penyakit :
• Hepatitis, faktor risiko kelelahan dan alkoholik sudah
ada jauh sebelumnya
• Penyakit Jantung Koroner (PJK), faktor risiko kolesterol tinggi
(hypercholesterol)
• Asbestosis, faktor risiko paparan asbestosis fiber
• Lung cancer, faktor risiko zata-zat yang ada dalam asap rokok
• Endometrial cancer, dipicu oleh hormon estrogen
2.4 Masa Patogenesis (Stage Of Clinical Disease)
Tahap ini dimulai sejak terjadinya perubahan patologis akibat
paparan agen penyakit hingga penyakit menjadi sembuh, cacat, atau mati.
Last (2001) membagi tahap ini menjadi tiga yaitu tahap pathologic onset,
presymptomatic stage, dan clinical stage. CDC (2012) membagi masa
prepatogenesis sebagai berikut: stage of subclincal disease, stage of
clinical disease, dan stage of recovery, disability or death. Literatur lain
membagi masa ini menjadi empat tahap yaitu masa inkubasi, penyakit
dini, penyakit lanjut, dan akhir penyakit.
2.4.1 Stage of Subclinical Disease (Fase subklinis/Asimtom)
Tahap inkubasi merupakan tahapan masuknya bibit penyakit
sampai sesaat sebelum timbulnya gejala. Pada tahap ini yang terjadi
meliputi ; daya tahan tubuh tidak kuat, penyakit berjalan terus, terjadi
gangguan pada bentuk fungsi tubuh dan penyakit makin bertambah hebat
dan timbul gejala. Pada fase ini disebut juga asymptomatic stage; atau
presymptomatic stage; atau fase preklinis; atau masa inkubasi/latensi;
atau proses induksi dan promosi (empirical induction period). Riwayat
Alamiah Penyakit. Tahap ini dimulai sejak timbulnya gejala-gejala/ tanda-
tanda pertama penyakit. Setelah proses penyakit dipicu oleh pajanan, akan
terjadi perubahan paologis (pathological changes) pada individu yang
tidak peduli terhadap kesehatannya. Pada penyakit infeksi, fase ini disebut
juga masa inkubasi (incubation period), sedang pada penyakit
kronis/tidak menular disebut masa latensi (latency period). Selama periode
ini, gejala penyakit tidak tampak (inapparent). Periode ini dapat
berlangsung cepat dalam hitungan detik (pada keracunan dan kondisi
alergi/hipersensitivitas), sampai berlangsung lama (pada pernyakit kronis).
Bahkan terdapat variasi lama masa inkubasi pada hanya satu penyakit.
Misalnya pada Hepatitis A sekitar 7 minggu. Pada leukemia pada korban
bom atom Hiroshima, masa latensi bervariasi antara 2-12 tahun, dengan
masa puncak 6-7 tahun.
Meskipun penyakit tidak terlihat selama masa inkubasi, beberapa
perubahan patologik dapat dideteksi dengan uji laboratorium,
radiografi, atau metode skrining lainnya. Program skrining memang
sebaiknya dijalankan pada periode inkubasi, karena akan lebih efektif
bila penyakit berlanjut dan menunjukkan gejala. Periode dimana
individu mampu menularkan penyakit yang dimulai sejak infeksi
hingga terdeteksinya infeksi dengan pemeriksaan laboratorium disebut
windows period. sedang Waktu sejak penyakit terdeteksi oleh uji
skrining (mis: laboratorium) hingga timbul manifestasi klinik disebut
sojourn time atau detectable preclinic period. Periode waktu seorang
penderita penyakit dapat menularkan penyakitnya disebut dengan
infection period. Boslaugh (2008) menyebut tahap ini sebagai fase
preklinis, yaitu fase dimana penyakit belum menunjukkan gejala, tetapi
secara biologis sudah ada. Fase ini dimulai dengan timbulnya ciri
biologis penyakit dan berakhir ketika individu mengalami gejala
pertama. Sehingga pada fase ini sebenarnya sudah ada penyakit pada
individu, tetapi tidak nampak gejala. Gerstmann (2013) membagi fase
subklinis ke dalam masa induksi dan masa latensi. Masa induksi terjadi
pada interval waktu antara saat agen Riwayat Alamiah Penyakit.
Riwayat Alamiah Penyakit Menular
Penyakit beraksi, sampai dengan host tak terelakkan terkena
penyakit. sedang masa latensi terjadi setelah host terkena
penyakit namun belum menunjukkan tanda-tanda klinis. Selama
masa latensi ini berbagai pemicu dapat meningkat atau menurun
selama proses terjadinya penyakit. Kombinasi antara masa induksi
dan masa latensi ini disebut empirical induction period atau pada
penyakit tidak menular disebut masa inkubasi multi kausal.
Pada fase ini terdapat pula proses yang disebut proses promosi.
Proses promosi yaitu proses peningkatan keadaan patologis yang
irreversibel dan asimtom, menjadi keadaan yang menimbulkan manifestasi
klinis. Pada proses ini, agen penyakit akan meningkatkan aktivitasnya,
masuk ke dalam tubuh, sehingga memicu transformasi sel atau
disfungsi sel, akhirnya menunjukkan gejala atau klinis.
2.4.2 Stage of Clinical Disease (Fase Klinis)
Pada tahap ini sudah muncul gejala penyakit, sudah merasa
sakit, namun masih ringan penderita masih bsa melakukan aktivitas
sehari-hati. Perawatannya cukup dengan obat jalan dan hindari
penularan terhadap orang lain. Pada tahap ini disebut juga masa durasi;
atau proses ekspresi penyakit; atau tahap penyakit dini. Perubahan-
perubahan yang terjadi pada jaringan tubuh telah cukup untuk
memunculkan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit. Host sudah
merasa sakit ringan, namun masih dapat melakukan aktivitas ringan.
Fase ini dapat berlangsung secara akut (umumnya pada keracunan dan
penyakit menular) atau kronis (umumnya pada penyakit tidak
menular). Periode ini disebut juga masa durasi atau ekspresi, yaitu
waktu yang dibutuhkan oeh suatu pajanan/paparan untuk mencapai
dosis yang cukup untuk menimbulkan reaksi penyakit. Istilah ini
umumnya dipakai pada penyakit menular. Hubungan antara durasi dan
latensi penyakit menentukan tingkat akut/kronis suatu penyakit,
sebagaimana digambarkan pada tabel berikut ini ;
Dari tabel di atas terlihat bahwa penyakit sifilis (misalnya)
membutuhkan masa latensi/inkubasi yang akut, dengan masa durasi
yang kronik. Timbulnya gejala penyakit menandakan periode transisi
dari fase subklinis ke penyakit klinis, sehingga pada fase ini biasanya
mulai dilakukan diagnosis penyakit. Pada beberapa individu yang tidak
rentan atau imun, fase klinis tidak terjadi. Sebaliknya, pada individu
yang rentan dan tidak peduli, penyakit berkembang dari mulai ringan,
sedang, berat, hingga fatal (disebut spectrum of disease). Pada
akhirnya perkembangan penyakit menjadi sembuh, cacat, atau mati.
Periode klinis (clinical stage atau severity of illness) yaitu bagian
dari riwayat alamiah penyakit, dimulai dari diagnosis hingga sembuh,
sakit, atau cacat (Sackett et al, 1991 dalam Brownson & Petiti, 1998).
2.5 Fase Sembuh, Sakit, atau Mati (Stage of
Recovery, Disability, or Death)
Pada tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak
dapat melakukan pekerjaan dan jika berobat telah memerlukan
perawatan. Pada tahap ini perjalanan penyakit akan berhenti dengan
beberapa keadaan, yaitu sembuh sempurna, penderita dikatakan
sempurna apabila keadaannya kembali seperti sebelum sakit, sembuh
dengan cacat, Penderita sembuh tetapi tidak sempurna karena
meninggalkan kecacatan baik fisik, sosial dan fungsional, Karier yaitu
Penderita seolah-olah telah sembuh dan gejalanya hilang/tidak tampak
tetapi didalam tubuh penderita terdapat bibit penyakit. Kondisi lainnya
yaitu kronis penyakit penderita berhenti, gejala penyakit tidak berubah
dan tidak bertambah berat kemungkinan akhir dari penyakit yaitu
meninggal dunia, Penyakitnya berhenti dengan penderita meninggal
dunia. Hal ini tidak diharapkan dalam perjalanan penyakit.
Secara keseluruhan riwayat alamiah penyakit berbeda untuk
setiap jenis penyakit, berikut ini beberapa jenis penyakit menular
dengan riwayat alamiah masing-masing menurut CDC (2012)
sebagai berikut :
3.1 Pengertian Faktor Resiko
Risk Factor atau Faktor Resiko yaitu hal-hal atau variabel yang
terkait dengan peningkatan suatu resiko dalam hal ini penyakit tertentu.
Faktor resiko di sebut juga faktor penentu, yaitu menentukan berapa
besar kemungkinan seorang yang sehat menjadi sakit. Faktor penentu
kadang-kadang juga terkait dengan peningkatan dan penurunan resiko
terserang sutu penyakit. Faktor resiko yaitu salah satu bagian dari
ilmu Epidemiologi pada penyakit menular di sebut etiologi sedang
pada penyakit tidak menular di sebut faktor resiko.
Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan, tanda atau gejala
yang tampak pada seseorang atau populasi sebelum terserang suatu
penyakit. Namun secara keilmuan, faktor resiko memiliki definisi
tersendiri, yaitu karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit
yang diderita individu yang mana secara statistic berhubungan dengan
peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa individu lain pada
suatu kelompok warga ). Setiap faktor resiko memiliki korelasi tetapi
korelasi tidak dapat membuktikan hukum sebab-akibat yang mungkin
muncul. Metode statistik seringkali digunakan untuk menilai kekuatan
sebuah asosiasi dan untuk memberikan bukti kausal
, contoh yang paling sederhana yaitu dalam studi tentang hubungan
antara merokok dan kanker paru-paru. Analisis statistik bersama
dengan pendekatan dalam bidang biologi dan medik dapat menetapkan
faktor risiko pemicu . Beberapa memilih term faktor risiko sebagai
penentu pemicu meningkatnya angka penyakit, meski kaitan ini
belum terbukti disebut risiko, asosiasi, dan lain-lain.
2
3.2 Jenis-Jenis Faktor resiko
Secara umum, faktor resiko terbagi menjadi 2, yaitu:
1). Faktor risiko yang tidak dapat di intervensi, antara lain:
• Faktor genetik
• Jenis kelamin
• Usia
2). Faktor risiko yang dapat di intervensi, antara lain:
• Kebiasaan buruk,
• gaya hidup,
• pola makan
• obesitas, dll
Menentukan faktor resiko suatu penyakit memiliki beberapa
kegunaan, diantaranya:
• Untuk memprediksi,
Faktor resiko dapat menbantu meramalkan kejadian
penyakit, misalnya perokok berat mempunyai kemungkinan
10 kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.
• Untuk memperjelas pemicu
Faktor resiko menbantu memberikan kejelasan atau
beratnya faktor resiko dapat menjadikannya sebagai factor
pemicu .
• Untuk mendiagnosa
Faktor resiko dapat juga membantu proses diagnose penyakit.
Setiap faktor resiko memiliki penanda resiko atau risk marker, yaitu
suatu variabel yang secara kuantitatif berhubungan dengan penyakit.
Kriteria faktor resiko menurut Austin Bradford Hill, (1965) dapat
dikelompokan berdasar ; Kekuatan hubungan, Temporal, Respon
terhadap dosis, Reversibilitas, Konsistensi, Kelayakan biologis,
Spesifisitas dan Analogi. Faktor resiko penyakit menular seperti yang
sudah dijelaskan pada penjelasan mengenai konsep terjadinya penyakit,
2
ada tiga faktor yang berpengaruh terhadapat terjadinya penyakit
yaitu Host (Penjamu), Agent (pemicu ), dan Environment
(Lingkungan). Selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut ;
3.3 Faktor resiko Pejamu (Host)
Host yaitu manusia atau mahluk hidup lainnya, faktor host
yang berkaitan dengan terjadinya penyakit menular berupa umur,
jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh,dan status gizi. Faktor
manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan
tergantung pada karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing
individu. Karakteristik ini antara lain:
a}. Umur
memicu adanya perbedaan penyakit yang diderita
seperti penyakit campak pada anak-anak, penyakit kanker pada
usia pertengahan dan penyakit aterosklerosis pada usia lanjut.
b}. Jenis Kelamin
Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan
pada wanita dan penyakit tertentu seperti penyakit pada kehamilan
serta persalinan hanya terjadi pada wanita sebagaimana halnya
penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki.
c}. Ras
Hubungan antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi,
adat istiadat dan perkembangan kebudayaan. Terdapat penyakit
tertentu yang hanya dijumpai pada ras tertentu seperti fickle cell
anemia pada ras Negro.
d}. Genetik
Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter seperti
mongolisme, fenilketonuria, buta warna, hemofilia dan lain-lain.
e}. Pekerjaan
Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan
penyakit akibat pekerjaan seperti keracunan, kecelakaan kerja,
silikosis, asbestosis dan lainnya.
f}. Status Nutrisi
Gizi yang buruk mempermudah sesorang menderita
penyakit infeksi seperti TBC dan kelainan gizi seperti obesitas,
kolesterol tinggi dan lainnya.
g}. Status Kekebalan
Reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status
kekebalan yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap
penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup. contoh : campak
h}. Adat-Istiadat
Ada beberapa adat-istiadat yang dapat menimbulkan
penyakit seperti kebiasaan makan ikan mentah dapat
memicu penyakit cacing hati.
i}. Gaya hidup
Kebiasaan minum alkohol, narkoba dan merokok dapat
menimbulkan gangguan pada kesehatan.
j}. Psikis
Faktor kejiwaan seperti emosional, stres dapat
memicu terjadinya penyakit hipertensi, ulkus peptikum,
depresi, insomnia dan lainnya.
3.4 Faktor Resiko Bibit Penyakit (Agent)
Agent (pemicu ) yaitu unsur organisme hidup, atau kuman
infeksi, yang memicu terjadinya suatu penyakit. beberapa
penyakit agen merupakan pemicu tunggal (single) misalnya pada
penyakit menular, sedang pada penyakit tidak menular biasanya
terdiri dari beberapa agen contohnya pada penyakit kanker.
Berikit ini yang termasuk kedalam faktor agen :
a}. Faktor Nutrtisi : Bisa dalam bentuk kelebihan gizi, misalnya
tinggi kolesterol, atau kekurangan gizi baik itu protein,
lemak atau vitamin.
b}. pemicu Kimiawi : Misalnya zat-zat beracun (karbon
monoksida), asbes, kobalt, atau allergen
c.} pemicu Fisik : Misalnya radiasi dan trauma mekanik
(pukulan, tabrakan)
d}. pemicu Biologis
• Metazoa : cacing tambang, cacing gelang, cshistosoma,
• Protozoa : Amoeba, malaria
• Bakteri : Siphilis, typhoid, pneumonia syphilis, tuberculosis,
• Fungi (jamur) : Histosplasmosis, taenea pedis
• Rickettsia : Rocky Mountain spot fever
• Virus : Cacar, campak, poliomyelitis
3.5 Faktor Resiko Lingkungan (Environment)
Lingkungan yaitu faktor luar dari individu yang tergolong
faktor lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua
bagian, yaitu lingkungan hidup internal berupa keadaan yang
dinamis dan seimbang yang disebut hemostasis, dan lingkungan
hidup eksternal di luar tubuh manusia. Lingkungan hidup
eksternal ini terdiri dan tiga komponen yaitu:
a}. Lingkungan Fisik
Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca,
makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik
ini berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan
masa, serta memegang peran penting dalam proses terjadinya penyakit
pada warga , seperti kekurangan persediaan air bersih terutama
pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare.
b}. Lingkungan biologis
Bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan,
hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang
dapat berfungsi sebagai agen penyakit, reservoar infeksi, vektor
penyakit atau pejamu (host) intermediate. Hubungan manusia
dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bila terjadi
ketidakseimbangan antara hubungan manusia dengan lingkungan
biologis maka manusia akan menjadi sakit.
c}. Lingkungan sosial
Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama,
sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan
kewarga an, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi
oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV,
pers, seni, literatur, cerita, lagu dan sebagainya. Bila manusia tidak
dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan
terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik
seperti stres, insomnia, depresi dan lainnya.
Agent atau pemicu penyakit yaitu unsur organisme hidup, atau kuman
infeksi, yang memicu terjadinya suatu penyakit.
Beberapa penyakit agen merupakan pemicu tunggal (single)
misalnya pada penyakit menular, sedang pada penyakit tidak
menular biasanya terdiri atas beberapa agen (multi causa). Dalam
penyakit menular secara umum agent pemicu penyakit terdiri atas
3 unsur yaitu agent fisik, kimia dan biologis, selengkapnya ketiga
agent pemicu penyakit ini dijelaskan sebagai berikut:
4.1 Agent Fisik
Agent fisik yaitu agent penyakit yang dapat memicu
cedera atau penyakit karena pengaruh seperti contohnya antara
lain : trauma, radiasi, kebisingan, dan suhu. Berikut ini akan
dibahas contoh-contoh dari agent fisik.
a) Trauma
Istilah “trauma” diambil dari kata Greek untuk menunjukkan
“luka”. Secara sederhana trauma bermakna luka atau kekagetan
(shock). Dalam artian psikologis trauma mengacu pada pengalaman-
pengalaman emosional yang mengejutkan, menyakitkan dan membawa
dampak serius tidak jarang untuk jangka waktu yang lama. Secara garis
besar ada beberapa macam trauma, yakni:
Trauma ginjal
Trauma ginjal sering memicu luka pada ginjal, misalnya
karena kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada
saat berolahraga. Kerusakan yang terjadi bervariasi. Cedera ringan
31
memicu hematuria yang hanya dapat diketahui dengan
pemeriksaan mikroskopis. sedang cedera berat bias
memicu hematuria yang tampak sebagai air kemih yang
berwarna kemerahan. Biasanya, jika terdiagnosis dan diobati
secara tepat dan cepat, maka sebagian besar trauma ginjal
memiliki prognosis (perjalanan penyakit) yang baik.
Trauma Lahir
Trauma lahir yaitu trauma png diteri pada proses kelahiran.
Trauma dapat terjadi sebagai akibat keterampilan atau medic yang
tidak pantas atau yang tidak mengadai sama sekali, atau dapat
terjadi meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang
terampil dan kompoten serta sama sekali tidak ada kaitannya
dengantindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh.
Trauma mata
Trauma mata yaitu tindakan sengaja maupun tidak sengaja yang
menimbulkan luka pada mata.Trauma mata kasus gawat darurat mata.
Dan dapat juga sebagai kasus polisi. Luka yang ditimbulkan dapat
ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan
mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan luka atau trauma mata.
b) Radiasi
Radiasi yaitu pemancaran dan perambatan gelombang yang
membawa tenaga melalui ruang atau antara, missal pemacaran dan
perambatan gelombang, elektro magnetik, gelombang bunyi,
gelombang lenting, penyiaran. Dengan demikian dapat dikatan
bahwa radiasi bukan hanya radisi nuklir, tetai juga radiasi lain
seperti gelombang radio, pancaran sinar, dan lain-lain. Banyak orng
beranggapan bahwa radiasi hanya terkait dengan reactor nuklir atau
bom nuklir yang tidak banyak di ketahui sesungguhnya yaitu
bahwa ala mini juga merupakan pemancar radiasi.
Radiasi yang dipancarkan alam dapat di kelompokan menjadi
tiga jenis yaitu radiasi kosmik, radiasi terrestrial dan radiasi internal.
Radiasi kosmik berasal dari sumber radiasi yang berada pada benda
langit dalam tata surya dalam bentuk partikel berenergi tinggi (sinar
kosmik) dan sumber radiasi yang berasal dari unsure radioaktif di
dalam kerak bumi yang terbentyuk sejak terjadinya bumi.
Radiasi Ultra violet
Sinar matahari merupakan sumber energi bagi seluruh kehidupan
di dunia, namun sinar matahari dengan spektrum antara 400-200 nm
berbahaya bagi kulit manusia. Sinar ini kita kenal dengn nama sinar
ultra violet (UV), sinar UV C yang sangat berbahaya tidak mencapai
permukaan bumi karena terserap oleh molekul-molekul gas di
atmosfer. sedang sinar UV dengan spectrum yang lebih panjang,
yaitu UV A dan UV B, dapat menembus atmosfir dan mencapai
permukaan bumi tertutup awan. Oleh sebab itu kita akan tetap
terekspos sinar UV meskipun cuaca berawan atau mendung.
Radiasi dari tindakan medis
Radiasi dari tindakan medis merupakan radiasi yang berasal dari
sumber buatan manusia, jadi sesungguhnya bukan merupakan radiasi
dari alam. Dalam bidang kedokteran radiasi digunakan sebagai alat
pemeriksaan (diagnosis) maupun penyembuhan (terapi). Pesawat sinar
X atau Reontgen merupakan alat diagnosis yang paling banyak dikenal
dan dosis radiasi yang diterima dari yang Reontgen merupakan dosis
tunggal (sekaligus) terbesar yang diterima dari radiasi buatan manusia.
Dalam sekali penyinaran sinar X ke dada, seseorang dapat
menerima dosis radiasi total sejumlah 35- 90 hari jumlah radiasi
yang di terima dari alam. Penyinaran sinar X untuk pemeriksaan
gigi memberikan dosis total kira-kira 3 hari jumlah radiasi yang
di terima dari alam.
Radiasi reactor nuklir
Banyak orang beranggapa bahwa tinggal disekitar pembangkit
listrik tenaga tenaga nuklir akan memicu terkena radiasi yang
tinggi. Meskipun di dalam reactor terdapat banyak sekali unsure
radioaktif, tetapi system keselamatan reactor membuat jumlah lepasan
radiasi ke lingkungan sangat kecil.Dalam kondisi normal, seseorang
yang tinggal di radius 1-6 km dari reactor menerima radiasi tambahan
Agent Penyakit Menular
tak lebih dari 0,005 milisievert per tahun. Nilai ini jauh lebih kecil
daripada yang di terima dari alam (kira-kira 2 milisiever per tahun).
c) Kebisingan
Bunyi yaitu sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam
kehidupan sehari-hari. Namun sering bunyi-bunyi ini
merupakan bagian dari kerja kita tetapi tidak kita inginkan.
Kebisingan mempengaruhi kesehatan, dari hasil penelitian
diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising
dan mempengaruhi kesehatan (pendengaran) yaitu diatas 60 Hz.
d) Gangguan Suhu :
Agent fisik dalam bentuk suhu lingkungan dapat
menpengaruhi organ tubuh yang mengakibatkan :
Demam
Demam dapat terjadi karena mekanisme pengeluaran panas
tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran
kelebihan produksi panas, yang mengakibatkan peningkatan suhu
tubuh abnormal.Demam biasanya tidak berbahaya jika berada pada
suhu di bawah 39°C. Davis dan Lentz (1989) merekomendasikan
untuk menentukan demam berdasar beberapa pembacaan suhu
dalam waktu yang berbeda pada satu hari dibandingkan dengan
suhu normal orang ini pada waktu yang sama, di samping
terhadap tanda vital dan gejala infeksi.
Kelelahan Akibat Panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala
kurang volume cairan yaitu hal yang umum selama kelelahan akibat
panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke lingkungan yang
lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan
produksi panas yaitu hipertermia. Setiap penyakit atau trauma
pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran
panas. Hipertermia malignan yaitu kondisi bawaan tidak dapat
mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan
menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap
dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi
panas, mengakibatakan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan
melalui pengukuran suhu inti:
a. Ringan: 33°C-36°C
b. Sedang: 30°C-33°C
c. Berat: 27°C-30°C
d. Sangat berat: <30°C
Heat Cramps
Heat cramps, yaitu kondisi mengancam jiwa dimana suhu
tubuh mencapai lebih dari 400C atau lebih. Heat stroke dapat
disebabkan karena kenaikan suhu lingkungan, atau aktivitas yang dapat
meningkatkan suhu tubuh. Dengan tanda dan gejala sebagai berikut:
a. Tidak berkeringat. Jika head stroke disebabkan oleh suhu
lingkungan yang sangat panas, maka kulit cenderung terasa
panas dan kering.
b. Kemerahan pada kulit.
c. Gejala saraf lain, misalnya kejang, tidak sadar, halusinasi.
Heat Exhaustion
Heat exchaustion, yaitu kelelahan karena panas, yakni suatu
keadaan yang terjadi akibat terkena panas selama berjam-jam, dimana
hilangnya banyak cairan karena berkeringat memicu kelelahan,
Agent Penyakit Menular 35
tekanan darah rendah dan kadang pingsan. Dengan tanda dan
gejala sebagai berikut :
a. Kecemasan yang meningkat, serta badan basah kuyup
karena keringat.
b. Kulit menjadi dingin, pucat, dan lembab,
c. Penderita menjadi linglung / bingung hingga terkadang pingsan.
Heat Stroke
Heat stroke,yaitu suatu keadaan yang bias berakibat fatal,
yang terjadi akibat terpapar panas dalam waktu yang sangat
lama, dimana penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang
cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Jika tidak segera
diobati, bias memicu kerusakan yang permanent atau
kematian. Dengan tanda dan gejala sebagai berikut :
a. Sakit kepala, perasaan berputas (vertigo).
b. Denyut jantung meningkat dan bias mencapai 160-180 kali/
menit (normal 60-100 kali/menit).
c. Suhu tubuh meningkat sampai 400-410C, memicu
perasaan seperti terbakar.
4.2 Agen Kimia
Agent kimia di devinisikan sebagai zat-zat kimia yang berada di
lingkungan yang dapat memberikan efek kepada manusia. Baik efek
menguntungkan (Eugenik) maupun merugikan (Disgenik). Di udara
bebas terdapat beberapa agent kimia yang berpengaruh pada system
pernafasan, kulit, selaput lender dan sistemik (pembuluh darah) yaitu :
a) Karbon Monoksida (CO)
Sifat
:
gas, tidak berwarna dan tidak berbau.
Sumber
:
pembakaran yang tidak sempurna (80%
kenderaan bermotor).
Efek : pusing, disorientasi, sangguan system syaraf
pusat, par, jantung,
pingsan (250 ppm) dan dapat meninggal (750 ppm).
b) Sulfur Dioxida (SO2)
Sifat : gas tidak berwana, iritan kuat.
Sumber : gunung berapi, pembusukan, batubara dan buangan
industri.
Efek : iritasi kuat terhadap kulit, selaput lendir, dan
peradangan.
c) Nitrogen Oxida (NO)
Sifat : gas yang beracun.
Sumber : pembakaran dan kenderaan bemotor (50%).
Efek : radang paru-paru, bronchioli tis fibrosis obliterans
dan meninggal (500ppm).
d) Hidrokarbon (CH2O)
Sifat : gas beracun dan karsinogenik.
Sumber : kenderaan bermotor, tanaman.
Efek : tergantung reaksi fotokimianya dan beresiko
menimbulkan kanker tinggi.
Di lingkungan air terdapat beberapa agent kimia yang
paling sering ada, yaitu di antaranya:
e) Air Raksa (Hg)
Sifat : metal, menguap pada temperatur kamar dan Racun
sistemik (hati, ginjal, limpa, tulang).
Sumber : industri (amalgam, perhiasan).
Efek : gejala ssp (tremor, pikun,insomnia) pemicu
penyakit minamata.
f) Cadmium (Cd)
Sifat : metal, kristal putih keperakan, lunak.
Sumber : industri, pestisida.
Agent Penyakit Menular
37
Efek : hati, ginjal, paru-paru,tulang, Otot polos,
hipertensi, sakit pinggang sampai perlunakan
tulang, kematian karena gagal jantung.
g) Cobalt (Co)
Sifat
:
metal, warna biru cerah,tahan oksidasi da
magnetik yang baik.
Sumber : pabrik elektronik, bir.
Efek
:
sesak napas, batuk, edema,kelesuan, shock
gondok, polisitemia (bersama vit.b12),
hipertensi, Kematian karena gagal jantung.
h) Arsen (As)
Sifat : metal, mudah patah, warna keperakan dan sangat
toksis.
Sumber : alam, pabrik.
Efek : muntaber (darah), ginjal, kanker kulit, alergi, dan
kematian.
i) Dichloro-diphenil-trichloroethane (DDT)
Sifat : persisten, mudah terakumulasi.
Sumber : pestisida.
Efek : pusing, mual, tremor, konvulsi, rusak hati, ssp,
ginjal dan menghambat enzim asetil kolin esterase
terutama di otot rangka.
Berikut yaitu contoh zat-zat kimia sebagai bahan makanan
tambahan atau aditif yang bersifat beracun yang sering kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari :
j) Sakarin (Saccharin)
Sakarin yaitu bubuk Kristal putih, tiak berbau dan snagat
manis, kira-kira 550 kali lebih manis dari pada gula biasa. Oleh
karena itu ia sangat popular di pakai sebagai bahan pengganti gula.
Tikus-tikus percobaan yang di beri makan 5% sakarin
selama lebih dari 2 tahun, menunjukan kanker mukosa kandung
kemih (dosisnya kira-kira setara 175 gram sakarin sehari untuk
orang dewasa seumur hidup).
Sekalipun hasil penelitian ini masih controversial, namun
kebanyakan para epidemiolog dan peneliti berpendapat, skarin
memenag meningkatkan derajat kejadian kanker kandung kemih
pada usia kira-kira 60 lebih tinggi dari pada pemakai. Khususnya
pada kaum laki-laki. Foof and drug administration (FDA)
Amerika menganjurkan untuk membatasi penggunakaan sakarin
hanya bagi pada penderita kencing manis dan obesitas. Dosisnya
agar tidak melampaui 1 gram setiap hari.
k) Siklamat (Cyclamate)
Siklamat yaitu bubuk Kristal putih, tidak berbau dan kira-
kira 30 kali manis dari pada gula tebu (dengan kadar siklamat
kira-kira 0.7 %). Bilamana kadar larutan dinaikkan sampai
dengan 0.5 %, maka akan terasa getir dan pahit.
Siklamat dengan kadar 200 mg/ml dalam medium biakkan
sel leukosit dan monolayer manusia (in vitro) dapat
mengakibatkan kromosom sel-sel ini pecah. Tetapi hewan
percobaan yang di beri siklamat untuk makanan dan minuman
sudah dilarang, demikian pula di beberapa Negara Eropa dan AS.
l) Nitrosamin
sodium nitrit yaitu bahan Kristal yang tak berwarna atau sedikit
semu kuning. Ia dapat berbentuk seperti bubuk, butir- butir atau
bongkahan dan tidak berbau. Garam ini sangat di gemari, antara lain
untuk mempertahankan warna asli daging serta memberikan aroma
yang khas seperti sosis, keju, kornet, dendeng, ham, dan lain-lain.
Untuk pembuatan keju di anjurkan supaya kandungan sodium
nitrit tidak melampaui 50 ppm, sedang bahan pengawet daging dan
pemberi aroma yang khas bervariasi antara 150-500 ppm. Sodium nitrit
yaitu precursor dari nitrosamines, dan nitrosammnes sudah di
buktikan bersifat karsinogenik pada berbagai jenis hewan percobaan.
Agent Penyakit Menular 39
Oleh karena itu. Pemakaian sodium nitrit harus hati-hati
dan tidak boleh melampaui 500 ppm. Makana bayi sama sekali
dilarang mengandung sodium nitrit.
m) Zat Pewarna Sintesis
Dari hasil pengamatan di pasar-pasar di temukan lima zat
pewarna sintesis yang paling banyak di gemari di Indonesia yaitu
warna merah, kuning, jingga, hijau dan coklat. Dua dari lima zat
pewarna tersebt yaitu merah dan kuning yaitu Rhodaminc-B dan
metanil yellow. Kedua zat pewarna ini termasuk golongan zat
pewarna industry untuk mewarnai kertas. Tekstil, cat, dan
sebgainya dan bukan untuk makanan dan minuman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kedua zat
warna ini kepada tikus dan manit mengakibatkan limfoma.
Selain itu, boraks juga merupakan zat pewarna favorit yang
sering di gunakan oleh produsen makanan.
n) Monosodium Glutamat (MSG)
Monosodium glutamate (MSG) atau vetsin yaitu penyedap
masakan dan sangat popular di kalangan para ibu rumah tangga,
warung nasi, dan rumah makan. Hamper setia jenis makanan
masa kini mulai dari cemilan untuk anak anak seperti chiki dan
sejenisnya, mie bakso, maksakan cina sampai makanan
tradisional sayur asam, lodeh dan bahkan sebagian masakan
padang sudah di bubuhi MSG atau Vetsin.
Pada hewan percobaan, MSG dapat memicu degenerasi dan
nekrosisi sel-sel neutron, degenerasi dan nekroisi sel-sel saraf lapisan
dalam retina, memicu mutasi sel, mengakibatkan kanker kolon
dan hati, kanker ginjal, kanker otak, dan merusak jaringan lemak.
4.3 Zat-Zat Toksik Yang Larut dalam Air
Zat-zat kimia yang larut dalam air yang dapat mengganggu
bahkan membahayakan kesehatan manusia antara lain:
a) Arsen
Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air
0,05 mg/l. di kenal sebagai racun :chronic effect, bersifat
karsinogenik dengan melalui makanan (food intake)
b) Barium
Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air 1,5
mg/l. di kenal sebagai bahan kimia bersifat toxis terhadap
hati, aliran darah dan nervous.
c) Cadmium
Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air 0,01
mg/l. sebagai racun yang akut bagi manusia melalui makanan.
d) Chromium
Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air
0,05 mg/1. Karsinogenik pada pernafasan. Bersifat
komulatif dalam daging tikus pada kadar mg/1.
e) Lead (timah hitam)
Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air
0,05 mg/1. Di kenal sebagai racun dengan melalui
makanan, air, udara dan menghisap rokok.
f ) Mercury (Air Raksa)
Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air
minum 0,002 mg/1. Di kenal sebagai rajun pada pekerja
dan ikan. Terdapat dalam air alam kurang dari 1 mg/1.
Terdapat dalam makanan 10-70.
g) Nitrate (Nitrat)
Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air
minum 10 mg/1. Air sumur dengan kandungan 15-250
mg/1 memicu methemogloinemia pada bayi yang di
sebabkan karena susu yang di campur dengan air ini .
h) Selenium
Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air
minum 0,05. Di kenal sebagai racun yang berhubungan
dengan pekerjaan dan memicu keracunan pada anak
bila lebih dari 3-4 mg/ kg makanan masuk.
i) Silver (Perak)
Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air
minum 0,005 mg/1. Dapat memicu penyakit argria,
warna kulit yang kelabu kebiru-biruan.
j) Sulfate
Konsentrasi maksimum yangmasih di perbolehkan dalam
air 20 mg/1. memicu laxative apabila kadarnya
berupa magnesium dan sodium.
k) Besi
Konsentrasi maksimum yang masih di perbolehkan dalam
air 0,3 mg/1. Besi berguna untuk metabolism tubuh
manusia. Nilai ambang rasa 2 mg/1, menimbulkan warna,
memicu timbulnya koloid yang berwarna dalam air.
l) Tembaga
Konsentrasi maksimum yang di perbolehkan dalam air 1
mg/1. Penting untuk metabolism, memicu air
mempunyai rasa tertentu. Nilai ambang rasa 1-5 mg/1.
m) Chlorida
Konsentrasi maksimum yang di perbolehkan dalam air 250
mg/1. Kadar yang berlebihan memicu air menjadi
asin rasanya. Rasa asin akan bertambah akibat adanya
limbah yang mencemari air.
n) Fluor
Kekurangan fluor dalam air dapat memicu caries gigi
dan kelebihan fluor memicu penyakit fluoresis. Kadar
di dalam air minimum 1- mg/1.
4.4 Agen Biologis
Agent biologis ialah agent yang berasal dari makhluk, seperti
parasit, virus, bakteri, jamur, dan protoza.Agen biologi yaitu
mikroorganisme yang dapat memicu penyakit pada tanaman,
hewan, atau tumbuhan, atau memicu kerusakan material.
Agent biologi terdiri dari mikroorganisme (virus, bakteri, dan
jamur) dan organisme uniselular dan multiselular lainnya seperti
parasit beserta racun yang dihasilkannya. Agent biologi mampu
mempengaruhi kondisi kesehatan manusia dalam berbagai cara, dari
reaksi alergi yang umumnya ringan sampai kepada kondisi yang serius
bahkan kematian. Agent biologi dapat di temukan di air, tanah,
tumbuhan, dan hewan. Adapun identifikasi agent biologi ini yakni:
a. Parasit
Beberapa parasit ada dalam feses (kotoran) hewan dan dapat
memicu infeksi jika makanan yang tercemar oleh kotoran
yang mengandung parasit termakan, dicerna dan diserap oleh tubuh.
Parasit terbagi atas dua yaitu protozoa dan cacing. Berikut beberapa
contoh penyakit yang disebabkan parasit dan cacing:
1). Ascarislumbricroises memicu penyakit askarisis, yaitu
penyakit yang dapat memicu seseorang menderita kurang gizi
karena makanan yang masuk diserap oleh Ascarislumbricroises.
Telur cacing ini hidup di dalam rongga usus manusia. Telur ini
dapat menetas diusus, kemudian berkembang jadi larva menembus
dinding usus, lalu masuk ke paru-paru. Masuknya larva ke paru-paru
manusia disebut terinfeksi sindroma loeffler.
2). Penyakit malaria yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium, dimana
Agent Penyakit Menular 43
proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Tanda
dan gejala penyakit malaria masa tunas/inkubasi penyakit ini
dapat beberapa hari sampai beberapa bulan yang kemudian
munculah tanda dan gejala seperti demam,hati dan limfa
membesar, air seni tampak keruh/pekat karena mengandung
hemoglobin, nyeri persendian, dan gejala lainnya.
3). Protozoa yang hidup dalam darah dan jaringan manusia mencakup
berbagai jenis yaitu Trypanosoma sp., Leishmania sp., Plassmodium
sp., dan Toksoplasma gondii. Patologinya memicu pecahnya
eritrosit, reaksi humoral kelemahan limfa, hati, ginjal, dan gangguan
peredaran darah. Gejala klinis ialah serangan demam yang
intermitten dan pembesaran limfa, pencegahan mencakup
pengurangan sumber infeksi, pengendalian nyamuk malaria.
Pengobatan meliputi penghancuran parasit praeritrositik dan
represif, obat penyembuh dan obat radikal untuk eksoeritrositik,
gametositik, dan gametastatik.
b. Virus
Contoh-contoh penyakit yang disebabkan oeh virus:
1). Rabies, atau disebut juga penyakit anjing gila merupakan
penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus yang
menyerang susunan saraf dan dapat ditularkan melalui
gigitan satwa. Gejala yang ditimbulkan bila terinfeksi
rabies pertama-tama yaitu tingkh laku yang abnormal dan
sangat sensitif (mudah marah), kelumpuhan dan kekejangan
pada anggota gerak. Penderita akan mati karena kesulitan
bernafas dan menelan dalam kurun waktu 2 – 10 hari.
2). Herpes, memiliki gejala awal yaitu adanya pelepuhan kulit
diseluruh tubuh. Virus ini dapat memicu kematian
bagi bangsa primata. Manusia dapat tertular dari gigitan
atau cakaran satwa yang mengandung virus ini .
Penderita ini akan mengalami dehidrasi akibat pelepuhan
kulit yang kemudian memicu kematian.
c. Bakteri
Berikut beberapa contoh penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri:
1). Salmonellosis, disebabkan oleh bakteri Salmonella yang
masuk ke tubuh penderita melalui makanan yang tercemar
bakteri ini yang kemudian akan memicu peradangan
pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus.
Akibatnya pendrita akan mengalami diare karena tidak
dapat terserap dengan baik hingga penderita akan tampak
lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan bakteri ini
memicu kerusakan otak, organ reproduksi wanita,
bahkan yang sedang hail dapat mengalami keguguran.
2). Vibrio cholerae, merupakan bakteri yang dapat memicu
penyakit kolera asiatica. Gejalanya dapat berupa nausea,
muntah, diare, dan kejang perut. Keadaan ini dapat
memicu kejang kematian dalam beberapa jam sampai
beberapa hari dari permulaan sakit. Cara penularan melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri ini.
d. Jamur
Jamur dapat memicu penyakit yang cukup parah bagi
manusia. Penyakit ini antara lain mikosis yang langsung
menyerang kulit, mikotoksitosis akibat mengonsumsi toksin dari
jamur yang ada dalam produk makanan, jamur itu kemudian
melepaskan toksin yang dapat menimbulkan peradangan dan
iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa bercak –
bercak putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk asimetris.
Epidemiologi sebagai suatu ilmu mengalami perkembangan dari
waktu kewaktu. Perkembangan itu dilatar belakangi oleh perubahan
dari berbagai aspek terhadap lingkungan hidup yang kemudian
berimplikasi kepada perubahan masalah kesehatan warga
antara lain perubahan pola penyakit. Pada awalnya epidemiologi
lebih banyak menbahas masalah infeksi dan wabah penyakit namun
dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit kearah penyakit
tidak menular dan epidemiologi tidak hanya diperhadapkan dengan
masalah penyakit semata, tetapi juga hal-hal lain baik yang
berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan penyakit serta
masalah non kesehatan. Disamping itu dampak dari perkembangan
ilmu pengetahuan dibidang kedokteran berkembang begitu pesat
disamping perkembangan ilmu-ilmu lainnya seperti biostatistik,
administrasi, dan ilmu perilaku (behavior science) berdampak pada
perkembangan epidemiologi penyakit menular.
Proses perubahan dan perkembangan diatas secara langsung
mempengaruhi pola pikir para ahli kesehatan warga dari masa
kemasa yang kemudian melahirkan teori terjadinya penyakit menular
yang di landasi oleh kondisi zaman dimana mereka berada pada saat
itu. Teori ini selengkapnya dijelaskan sebagai barikut ;
5.1 Teori segitiga (Triangle Theory)
Menurut John Gordon dan La Richt (1950), model ini
menggambarkan interaksi tiga komponen pemicu penyakit, yaitu
manusia (host), pemicu (Agent), dan lingkungan (environment).
Gordon berpendapat bahwa :
1) Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent
(pemicu ) dan manusia (host).
2) Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan
karakteristik agent dan host (baik individu/kelompok).
3) Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi,
dalam interaksi ini akan berhubungan langsung pada
keadaan alami dari lingkungan (lingkungan fisik, sosial,
ekonomi, dan biologis).
Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan
perlunya analisis dan pemahaman masing-masing komponen.
Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara
ketiga komponen ini . Model ini lebih di kenal dengan
model triangle epidemiologi atau triad epidemologi, dan cocok
unutk menerangka pemicu penyakit infeksi. Sebab peran Agent
(mikroba) mudah diisolasi dengan jelas dari lingkungannya.
Menurut model ini perubahan salah satu komponen akan
mengubah keseimbangan interaksi ketiga komponen yang
akhirnya berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit.
Hubungan antara ketiga komponen ini digambarkan seperti
tuas pada timbangan. Host dan Agent berada di ujung masing-
masing tuas, sedang environment sebagai penumpunya.
5.2 Jaring-Jaring Sebab Akibat (The Web Of Causation)
Teori jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac
Mohan dan Pugh (1970). Teori ini sering disebut juga sebagai
konsep multi factorial. Dimana teori ini menekankan bahwa suatu
penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai faktor. Misalnya faktor
interaksi lingkungan yang berupa faktor biologis, kimiawi dan
sosial memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit.
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan
mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah
atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Menurut model ini,
suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri
melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat.
Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau
dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik. Model
ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan
gaya hidup individu. (azwar, 1998) Contoh: Jaringan sebab akibat yang
mendasari penyakit jantung koroner (PJK) dimana banyak faktor yang
merupakan menghambat atau meningkatkan perkembangan penyakit.
Beberapa dari faktor ini instrinsik pada pejamu dan tetap (umpama
LDL genotip), yang lain seperti komponen makanan, perokok,
inaktifasi fisik, gaya hidup dapat dimanipulasi.
5.3 Teori Roda (The Well Of Causation)
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model
roda memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam
timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan pentingnya agen.
Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan
hidupnya. Besarnya peranan dari masing -masing lingkungan
bergantung pada penyakit yang bersangkutan.
Sebagai contoh peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang
lainnya pada stress mental, peranan lingkungan fisik lebih besar dari
lainnya pada sunburn, peranan lingkungan biologis lebih besar dari
lainnya pada penyakit yang penularannya melalui vektor (vektor borne
disease) dan peranan inti genetik lebih besar dari lainnya pada penyakit
Teori Terjadinya Penyakit 49
keturunan. (Notoatmodjo, 2003). Dengan model-model ini diatas
hendaknya ditunjukkan bahwa pengetahuan yang lengkap mengenai
mekanisme-mekanisme terjadinya penyakit tidaklah diperuntukkan bagi
usaha-usaha pemberantasan yang efektif. (Notoatmodjo, 2003) Oleh
karena banyaknya interaksi-interaksi ekologis maka seringkali kita dapat
mengubah penyebaran penyakit dengan mengubah aspek-aspek tertentu
dari interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya tanpa intervensi
langsung pada pemicu penyakit.
Model ini menggambarkan hubungan manusia dengan
lingkungannya sebagai roda. Roda ini terdiri atas manusia
dengan substansi genetik pada bagian intinya, dan komponen
lingkungan biologi, social, fisik mengelilingi penjamu. Ukuran
komponen roda bersifat relative, tergantung problem spesifik
penyakit yang bersangkutan. Contoh pada penyakit herediter
tentunya proporsi inti genetik relative besar, sedang pada penyakit
campak status imunitas penjamu dan lingkungan biologik lebih
penting daripada faktor genetik. Peranan lingkungan sosial lebih
besar dari yang lainnya dalam hal strees mental, sebaliknya pada
penyakit malaria peran lingkungan biologis lebih besar.
5.4 Teori Contagion (Contagion theory)
Teori yang mengemukakan bahwa untuk terjadinya penyakit
diperlukan adanya kontak antara satu orang dengan orang lainnya.
Teori ini tentu dikembangkan berdasar situasi penyakit pada
masa itu di mana penyakit yang melanda kebanyakan yaitu
penyakit yang menular yang terjadi karena adanya kontak langsung.
Teori ini bermula dikembangkan berdasar pengamatan terhadap
epidemi dan penyakit lepra di Mesir.
Di Eropa, epidemi sampar, cacar dan demam tifus merajalela
pada abad ke-14 dan 15. Keadaan buruk yang dialami manusia pada
saat itu telah mendorong lahirnya teori bahwa kontak dengan mahkluk
hidup yaitu pemicu penyakit menular. Konsep ini dirumuskan oleh
Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya mengatakan bahwa
penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat
penular (tranference) yang disebut kontangion.
Fracastoro membedakan 3 jenis kontangion, yaitu :
1. Jenis kontangion yang dapat menular melalui kontak langsung
misalnya bersentuhan, berciuman, dan berhubungan seksual.
2. Jenis kontangion yang dapat menular melalui benda-benda
p