Kemoterapi: kuratif 12 siklus. (CAF7CEF)
o Hormonal: tergantung Check up reseptor
estrogen (ER).
B2. Stadium IV
Penderita dibagi menjadi tiga group, yaitu :
1. Premenopause : ooforektomi bilateral. Respon (+)
tunggu relaps, kemudian diberikan tamoxipen
atau lainnya. Bila (-) kemoterapi CMF/CAF.
2. 1 -2 tahun menopause: diperiksa efek estrogen.
(Efek (+) sesuai no.1, bila (-) sesuai no. 3
101
3. Post menopause : obat-obatan hormonal
additive/inhibitif. Apabila gagal diberikan
kemoterapi.
4. Kemoterapi: Apabila keadaan umum
memungkinkan (CAF/CEF)'
Rehabilitasi dan Konstruksi
1. Latihan pergerakan segera sesudah operasi, untuk
mencegah kekakuan.
2. penanganan limfadema sulit. Diuretik verban elastis, dan
prosedur operasi dikerjakan dengan hasil yang bervariasi.
3. reko
nstruksi segera sesudah
mastektomi dengan
implant bisa dikerjakan
pada penderita tertentu
pada penyakit minimal.
Follow up
1. Check up periodik, termasuk mamma
kontralateral.
102
2. Laboratorium : Tidak pasti untuk menentukan
rekurensi. Bisa dikerjakan Check up CA153 tiap
setengah tahun.
3. Check up X foto toraks tiap 6 bulan dan
mammografi mamma kontralateral tiap tahun.
4. skema:
o 3 bulan pertama : tiap 4 minggu
o sampai 1 tahun : tiap 6 minggu
o Sampai 2 tahun : tiap 2 bulan , ' '
o Sampai 3 tahun : tiap 3 bulan
o Sampai 4 tahun : tiap 4 bulan
o Sampai 6 tahun : tiap 6 bulan
o Pada penderita BCT follow up lebih ketat.
2. Kanker Tiroid
Definisi
Tumor yang mengenai kelenjar tiroid
Etiologi
1. Rangsangan TSH yang berkepanjangan
2. Radiasi di daerah kepala leher pada anak-anak dengan
masa laten 5-30 tahun
103
3. Hubungan yang kurang jelas :
o Hubungan struma koloid yang keberlangsungan
lama dengan Ca tiroid jenis papiler dan anaplastik
o Hubungan antara adenofolikuler dengan Ca
folikuler tiroid
o Faktor genetik dalam Ca meduler
Diagnosis
1. Deteksi: Keganasan tyroid dicurigai pada nodul tiroid
apabila :
o Nodul soliter
o pada anak-anak, dewasa muda dan laki-laki
o pada wanita di atas 50 tahun
o Struma koloid yang sudah berlangsung lama.
2. Check up Fisik
o Pembesaran tiroid diffus atau berbatas tegas
o Perhatikan ukuran, konsistensi dan mobilitas
Pembesaran kelenjar-kelenjar leher
3. Check up Penunjang
o Laboratorium : T3, T4 dan TSH
104
o Scanning radioisotop tiroid
o Foto thoraks
o Bone survey atau scanning radioaktif tulang
o Check up roentgen leher
o Laringoskopi indirect untuk melihat pita suara
o USG
o CT scan dan MRI atas indikasi
4. Diagnosis Pasti
o Biopsi eksisi
o Biopsi insisi hanya pada kasus inoperable
o Aspirasi biopsy
Terapi
Terapi tergantung pada tipe histologi:
o Tipe papiler dan follikuler: total tiroidektomi dengan
alternatif near total. Jika ada metastase kelenjar
dikerjakan diseksi kelenjar leher selektif. Jodium
radioaktif pasca bedah akan membersihkan fokus
mikroskopis sesudah operasi diperlukan substitusi
hormon tiroid seumur hidup
o Tipe meduller: total tiroidektomi dengan diseksi
kelenjar leher selektif. Kadang diikuti radioterapi
105
eksternal kerana terapi jodium radioaktif tidak
berguna
o Tipe anaplastik : radioterapi eksterna.
Follow up
Pada follow up diperiksa :
o Rekurensi
o Metastasis
pada total tiroidektomi dikontrol penuh hormon T3, T4, TSH
untuk pemakaian substitusi tiroid
3. Soft Tissue Tumor
Definisi
Tumor jaringan lunak yaitu neoplasma yang berasal dari
semua jaringan mesenchimal yaitu jaringan lunak, jaringan
ikat penyangga, jaringan otot, (otot lurik dan otot polos),
pembuluh darah, saraf perifer, tendon dan membrana
sinovial. Tumor jinak / ganas dengan nama sesuai jaringan
asalnya :
o jaringan lemak : lipoma / liposarkoma
o jaringan ikat : fibroma / fibrosarkoma
o otot polos : leiomioma / leiomiosarkoma
106
o otot lurik : rabdomioma / rabdomiosarkoma
o membran sinovial : sinovioma / sinoviosarkoma
o pembuluh darah : hemangioma / hemangiosarkoma
o pembuluh limfa : limfangioma / limfangiosarkoma
Manifestasi Klinik
Tumor jinak dan tumor ganas jaringan lunak mempunyai
kesamaan manifestasi klinis, yaitu pertumbuhan massa
lambat, tanpa rasa sakit. Kecurigaan keganasan apabila:
1. Pembengkakan tumbuh dengan cepat
2. Pertumbuhan cepat tiba-tiba dari tumor yang telah
ada
3. Tumor
jaringan
lunak
pada anak
Diagnosis Patologi
o Biopsi insisi atau biopsi jarum tebal
o Biopsi eksisi untuk tumor kecil
Penetapan Stadium
107
Sistem penetapan stadium untuk sarkoma menurut TNMG
(Russel et al., 1977) sebagai berikut :
T : Besar tumor
N : Kelenjar limfe regional
M : Metastase jarak jauh
G : Derajat diferensiasi histologik.
Terapi
Modalitas terapi sarkoma jaringan lunak yaitu pembedahan
dan radioterapi. Kemoterapi sampai saat ini masih
eksperimental.Eksisi dianggap radikal jika tumor diangkat 2 cm
jaringan normal sekitarnya. Jika tidak demikian, eksisi
dianggap tidak radikal dan harus diikuti radioterapi
adjudvan.infiltrasi tumor pada pembuluh darah besar atau
saraf, bisa dipertimbangkan amputasi. Dengan fasilitas yang
lebih baik bisa dikerjakan Limb Salvage Surgery.
4. Keganasan kulit
Definisi
Kanker kulit yaitu kanker yang berasal dari kulit atau aneksa
kulit.
Patofisiologi
108
a. Kefainan kulit premaligna
1. Keratosis :
o Keratosis aktinika (solaris,senilis)
o Leukoplakia
o Keratosis arsen
o MorbusBowen
2. Kelainan nevoid
o Naevus sebaceous
o Nauvus pigmentosus kongenital
3. Kelainan pigmen
o Lentigo maligna (Meianosis Dubreuhil)
o Sindroma naevus displastik
b. Tumor kulit maligna:
1. Karsinoma sel basal
2. Karsinoma sel skuama
Manifestasi klinis
1. Keratosis aktinik, lesi praganas terbanyak, biasanya
merupakan pertumbuhan keratotik kecil, berbatas tegas,
kemerahan, datar atau menonjol dengan permikaan kasar
pada palpasi. Jika terjadi indurasi hati-hati terjadi kanker.
Keratosis terutama terdapat pada muka (terutama pada
109
telinga, punggung, hidung, kepala botak) dan selanjutnya
punggung tangan.
2. Kebanyakan kanker kulit tumbuh pertama sebagai lesi
kecil yang sedikit menonjol di atas kulit. Wama bisa
berbeda dengan kulit sekitarnya. Gejala awal yang
penting : lesi yang mencurigakan yaitu setiap lesi yang
tumbuh dan jadi erosif, tak sembuh dalam 3 minggu
ssudah terapi konvnsional, atau yang tumbuh dalan waktu
pendek. Gejala lanjut yaitu ulcerasi dan perdarahan.
3. Karsinoma sel basal, biasanya mulai sebagai penonjolan
kecil merah kelabu mengkilap, sering dengan
taleangiektasi. Pada pertumbuhan selanjutnya sering
terjadi suatu daerah sentral yang iicin dan agak
mendalam. Kadang-kadang terjadi destruksi yang cukup
banyak, sedang pingirnya yang menonjol tampaknya tidak
ada. Ini yang disebut ulkus rodent. Kadang sel basal
mengandung sel pigmen melanin sehingga berwarna
coklat sampai hitam. Ini yang disebut karsinoma sel basal
dengan pigmentasi. Pertumbuhannya lambat. Sekitar %
karsinoma terdapat pada kepala dan leher. Sebagian kecil
tumor tumbuh agresif dan invasif, namun metastase jarang
terjadi.
110
4. Karsinoma sel squamosa (karsinoma planosellulare).
Banyak karsinoma terj'adi pada kulit yang mengalami
perubahan premaligna. Ini dapat berupa uatu keratosis
senilis atau leukopiakia. Dalam perjalananya unsur ini
menjadi lebih tebal, dan dibawahnya terjadi perubahan
infiltratik. Bersama dengan itu terjadi tambahan
kornifikasi dan terj'adi pertumbuhan tumor yang terjadi
lebih tebal di pinggirnya. Kadang karsinoma ini tampak
klinis sebagai suatu verucca, kadang-kadang sebagai
papiloma besar yang tumbuh aktif. Metastasi kekelenjar
limfe regional dapat terjadi, metstase hematogen jarang
terjadi.
5. Morbus Bowen, (pada selaput lendir: Morbus Quetyat)
mempunyai gambaran berupa kelainan eritematosa, yang
terdapat pada bagian kulit yang tidak ditutupi, tidak
teratur namun berbatas tegas, sering menyerupai eksema.
Secara mikroskopis ini yaitu karsinoma planosellulare
yang tumbuh intraepitelial (insitu).
Diagnosis
1. Selalu dikonfirmasikan secara histopatologik
111
2. Biopsi pada tumor ganas: insisi / eksisi
Terapi
Karsinoma sel basal:
o Eksisi
o Radioterapi
o Cryosurgery
o Excochleasi dan elektrokoagulasi (kasus tertentu)
Karsinoma sel skuamosa
o Eksisi (dengan diseksi kelenjar regional bila metastase
kefenjar)
o Radioterapi
o Cryosurgery (kasus tertentu)
kesimpulan Kanker Payudara, Kanker Tiroid, Soft Tissue Tumor,
Keganasan kulit yaitu kasus yang sering didapati. Yang
112
perlu diingat yaitu , deteksi sedini mungkin dan operas!
seradikal mungkin serta follow-up pasca operas! yang
balk, termasuk pemakaian modalitas terapi lain
Perawatan intensif PENYAKIT KEGANASAN
Topik Bahasan Perawatan intensif Penyakit Keganasan
Sub Topik bahasan
1. Prinsip Radikalitas
2. Penentuan stadium kanker
3. Prinsip-prinsip radioterapi
4. Prinsip-prinsip kemoterapi
Tindakan bedah harus diyakinkan sebelumnya apakah ini
bersifat kuratif atau paliatif (menghilangkan penyakit atau
sekedar memperbaiki kualitas hidup saja). Operasi Kuratif
mengupayakan penyembuhan definitif. Paliasi yang baik
115
berarti memperbaiki keadaan penderita kanker tanpa
mengusahakan penyembuhan definitif. Contohnya :
1. Kanker usus/colon, bila masih mobile, belum metastase
dapat dilakukan reseksi anastomosis usus/colon sehingga
seluruh tumor diangkat dari tubuh penderita. namun
kadang pasien datang dalam keadaan ileus, sudah terjadi
perforasi, metastasis, tindakan hanya menghilangkan
obstruksinya dengan pintasan, atau menghiiangkan
peritonitis dan merepair perforasi, bahkan bila perlu harus
dibuat stoma (anus buatan)
2. Kanker Payudara, bila masih kecil, belum ada
metastasis/ulkus, mungkin dapat dilakukan mastektomi
radikal sebagai operasi kuratif. namun bila ulkus ada kulit
yang lebar, maka operasi simpel mastektomi dilakukan
untuk paliasi, memperbaiki kualitas penderita, dilanjutkan
dengan radioterapi, kemoterapi amupun hormonal terapi.
3. Kanker kulit (misalnya karsinoma basoselulare) di sudut
mata kanan, seharusnya diiris minimal 5 mm diluar batas
kankernya, kelopak mata dikorbankan. Setelah operasi
direkonstruksi. Prinsip radikalitas pada operasi tumor
antara lain: irisan luas diluar batas/tepi tumor, "Don't
touch the mass", limfe regional harus diangkat secara en
116
bloc (bersama, tidak terpisah dari tumornya). Pada tumor
di otot, harus dilakukan muscle group excision, sehingga
pasien akan kehilangan fungsi gerak yang dikerjakan oleh
otot ini . Pada tumor organ vital, misalnya ginjal,
paru, prostat, uterus, dll harus dilakukan pengangkatan
total organ ini . Bila tumor mengenai tuiang,
mungkin harus dilakukan amputasi.
Setelah operasi, penting untuk mmeriksa patologi
anatomi, selain untuk mengetahui jenis tumornya, juga
untuk memastikan bahwa irisan yang dilakukan yaitu
bebas dari tumor. kerana kalau belum bebas, bisa (bahkan
harus) dilakukan operasi ulang untuk mencapai
radikalitas.
Penting juga dilakukan follow-up pasca operasi untuk
memeriksa kemungkina residif lokoregional atau
timbulnya metastasis. Meski demikian ada penderita yang
perlu dibebaskan dari follow-up kerana supaya merasa
sudah sembuh.
2. Penentuan Stadium Kanker
117
Stadium penyakit kanker sangat mempengaruhi tindakan
bedah, dan modalitas terapi lainnya. Penetuan stadium yang
umum dipakai yaitu menggunakan Sistem TNM. T yaitu
menggambarkan besar/ukuran massa kanker. Penentuan ini
biasanya dengan mengukur langsung. N yaitu keterlibatan
limfonodi regional. Penentuannya juga dengan perabaan
langsung. Sedangkan M yaitu ada atau tidaknya metastasis
jauh di organ-organ lain misalnya, hepar, paru, tuiang dll.
Penentuannya dengan memeriksa USG hepar, Ro thorax, dan
Bone Scanning tuiang secara menyeluruh. Lihat contoh label
TNM untuk kanker payudara.
3. Prinsip-Prinsip Radioterapi.
Pembedahan, radioterapi dan kemoterapi yaitu kombinasi
yang penting dan paling sering dilakukan pada penanganan
kanker. Beberapa prinsip yang penting :
1. Radioterapi dapat membunuh sel kanker atau mencegah
pertumbuhan lanjut dengan tetap mempertahankan
organ yang terkena.
2. Radioterapi menggunakan sinar pengion yang melepas
elektron bebas, dan akan merusak material genetikdi
118
dalam DNA sel kanker, sehingga sel kanker dapat mati :
atau dihambat tumbuhnya.
3. Pada sel kanker yang tidak sensitif memerlukan dosis
(fraksi) sinar lebih besar.
4. Kondisi lokal (misal ada luka) harus baik (sembuh), kerana
regenarasi dihambat.
5. Kondisi umum juga harus baik kerana sering timbul efek,
pusing, mual, muntah, nafsu makan hilang.
6. Laboratorium darah, fungsi jantung, fungsi hepar dan
fungsi ginjal harus baik.
Contoh penyinaran kuratif :
1. Hodgkin atau Non-Hodgkin limfoma yaitu kanker
kelenjar limfe yang dapat diterapi tunggal dengan
penyinaran. Pembedahan biasanya hanya untuk
melakukan biopsi guna memastikan histopatologi
kanker.
2. Penyinaran pasca mastektomi radikal kuratif pada
penderita kanker payudara.
119
Contoh penyinaran paliatif :
1. Kasus metastasis tulang, penyinaran dapat mencegah
nyeri yang timbul, dan mencegah pula proses
osteolisis.
2. Kasus metastasis atau primer di otak, pleksus saraf,
medulla spinalis dapat dilakukan penyinaran, hasilnya
cukup bermakna.
3. Obstruksi pada traktus digestivus maupun
respiratorius dapat dikurangi dengan penyinaran.
4. Karsinoma bronkhus dapat menyebabkan sindroma
vena kava superior. Radiasi segera dapat meringankan
simptom yang ada.
Efek samping penyinaran :
Efek samping yang umum yaitu kelelahan, mual, muntah dan
malaise umum. Keluhan biasa timbul sesudah seminggu
penyinaran, namun biasanya hilang setelah 2-3 mtnggu. Efek
samping lokal akut yang terpenting yaitu dari kulit
(dermatitis) dan selaput lendir (mukositis). Efek lambat pada
kulit bisa muncul 3-6 bulan sesudah terapi berupa penebalan
edematosa yang akan hilang spontan dengan terjadinya
fibrosis lambat.
120
Penyinaran pada kasus kanker usus sering menimbulkan
perubahan pola defekasi. Penyinaran paru, mulai 6 minggu
dapat timbul alveolitis interstitial yang menimbulkan
rangsangan batuk, sesak dan kadang demam menggigil.
Radiasi pada medulla spinalis menimbulkan demielinisasi,
pada lensa menimbulkan katarak, pada gonade menimbulkan
infertilitas. Penyinaran pada anak juga dapat menimbulkan
gangguan pertumbuhan.
4. Prinsip-Prinsip Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi sistemik dan kerana itu
terutama diindikasikan untuk malignitas sistemik semacam ,
leukemia, tumor yang telah atau diduga telah menyebar, dan
tumor yang tidak operabel.
Terapi kanker dengan sitostatika berdasar atas eliminasi
(pembunuhan) sel-sel tumor dengan sedikit efek yang
merugikan jaringan normal. Sel kanker tumbuh potensial lebih
cepat dari pada jaringan normal yang menghasilkan se itu.
kerana itu Zat penghambat pertumbuhan dapat
memperlambat progresi proses penyakit.
121
Pembagian dan mekanisme kerja sitostatika ada 4 golongan:
1. Zat antimetabolit: merupakan golongan senyawa
alamiah atau sintetik yang berhubungan erat dengan
unsur bangun asam-asam nukleat. Dengan itu mereka
dapat ikut serta dalam sistem transport dan proses
metaboiik sampai strukturnya yang berbeda
memblokade proses lebih lanjut. Termasuk golongan
ini yaitu sitosin arabinosid, 5-fluoro urasil dan
metotreksat.
2. Zat pengalkil (gugus yang reaktif), dapat membuat
ikatan basa DMA, terutama dengan guanin, dengan
membentuk penghubungan dua rantai DNA dengan
reaksi ganda. Ini yaitu suatu toksisitas. Termasuk
golongan ini yaitu melfalan, siklofosfamid.
Cisplatinum juga termasuk subfamili pengalkil.
3. Produk-produk alam, mula-mula diisolasi dari
tumbuh-tumbuhan dan mikroorganisme.
Sitotoksisitasnya disebabkan oleh kerana ikatannya
dengan DNA dan topoisomerase.golongan yang kuat
yaitu pengikat tubulin yang membunuh sel dalam
mitosis. Contohnya yaitu golongan vinka alkaloid,
taxol.
122
4. Mormon, lebih tepat disebut anti hormonal.
Beberapa tumor bergantung kepada hormon
(kelamin), semacam tumor payudara, prostat.
Tamoksifen yaitu antagonis estrogen yang terkenal
pada kanker payudara.
Breast Cancer Staging
T: Size of Primary Tumors
Tl Tumor ≤2 cm in its greatest dimension
T2 Tumor ≥2 cm but ≤5 cm in its greatest dimension
T3 Tumor ≥5 cm in its greatest dimension
T4 Tumor of any size with direct extension Eo chest wall or
skin
N: Status of Regional Lymph Nodes
NO No palpable ipsilateral axillary nodes
Nl Movable ipsilateral axillary nodes
N2 Ipsilateral axillary nodes matted or fixed to other
structures
N3 Ipsilaieral supradavictllar or infraclavicular positive nodes
or arm edema
123
M : Presence or Absence of Distant Metastasis
MO No evidence of distant metastasis
Ml Distant metastasis present, including sldn involvement
beyond the breast area
Clinical Stage - Grouping
Stage I Tl NO MO
Stage 11 TI Nl MO
T2 NO or Nl MO
Stage HI Tl N2 MO
T2 N2 MO
T3 NO, Nl, or N2 • MO
T4 AnyN MO
Stage IV Any T AayN Ml
kesimpulan
Prinsisp Radikalitas akan menjamin bersihnya operasi
mengangkat tumor secara makroskopis. Penentuan
stadium kanker mutlak untuk menentukan tindakan
yang diambil, apakah kuratif atau paliatif saja. Prinsip-
prinsip radioterapi dan Prinsip-prinsip kemoterapi
124
penting untuk menatalaksanakan penyakit terutama
sebagai terapi kombinasi.
LUKA BAKAR (BEDAH PLASTIK)
C. Algoritme kasus
Seorang ibu terjatuh di dapur, mengenai bejana berisi air
panas. Lengan kanannya melepuh nyeri, sebagian lepuhnya
sudah pecah. la segera dilarikan ke rumah sakit.
BEDAH PLASTIK dan REKONSTRUKSI
Topik Bahasan Bedah Plastik dan Rekonstruksi
Sub Topik bahasan 1. Luka bakar
2. Sumbing
3. Hipospadia
4. Trauma muka
1. Luka bakar
Definisi
Luka bakar yaitu kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas semacam api, air
panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Yang perlu diperhatikan
yaitu :
1. kausa
2. luas luka bakar
3. derajat / kedalaman
Klasifikasi Luka Bakar
A. Berdasarkan penyebabnya: kerana api, air panas. bahan
kimia (yang bersifat asam atau basa kuat),listrik atau
petir,radiasi dan akibat suhu rendah (frost bite).
B. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan
o Derajat I : Superficial skin burn Terjadi kemerahan
pada kulit, membaiktanpa pengobatan
o Derajat II: Partial Thickness Skin Burn
Terjadi kerusakan pada sebagian dermis. Epidermis
dapat lepas dari dermis dan berisi cairan sehingga
semacam gelembung yang disebut bulla. Bulla ini dapat
pecah dan luka dibawahnya tampak basah,
132
kemerahan. Padapalpasi luka ini nyeri sekali kerana
ujung ujung saraf terluka.
o Derajat III: Full Thickness Skin Burn
Pada keadaan ini seluruh dermis rusak. Luka tampak
pucat dan kering. Pada palpasi / pin prick test tidak
nyeri kerana ujung saraf ikut rusak.
Perawatan intensif
a. Life saving
1. Api masih hidup -^ stop - drop - roll
2. Hentikan heat-restore
o Siram dengan air
o Bebaskan pasien dari pakaian yang terbakar, zat-
zat kimia dan residu yang dapat mengakibatkan
proses luka bakar terus berlangsung
3. Airway - Breathing – Circulation
pada pasien luka bakar harus diwaspadai adanya
keterlibatan jalan nafas (trauma inhalasi)
b. Perawatan luka
Derajat I
o Cuci dengan larutan 5 ml savlon dalam 500 ml NaCI
verband
o Beri sufratulle / daryantulle
133
o Tutup verband steril yang tebal
o Ganti verband 1 minggu kemudian atau bila verband
nampak basah oleh serum dari luka.
Derajat II
o Cuci dengan larutan 5 ml savlon dengan 500 ml NaCI
fisiologis tiap hari
o Lumuri dengan silver sulfadiasin / burnazin /
silverazin
o Balut dengan kasa steril
Derajat III, balut diganti tiap minggu, beri salep antibiotik
yang mengandung sulfadiasin / burnazin / silverazin dan
kalau perlu skin graft
Luas permukaan leher dan kepala = 9%
134
Luas permukaan setiap lengan = 9%
Luas permukaan dada = 9%
Luas permukaan perut = 9%
Luas permukaan punggung = 9%
Luas permukaan pinggang = 9%
Luas permukaan paha = 9%
Luas permukaan betis = 9%
Luas permukaan perineum dan genital = 9%
Lebar permukaan telapak tangan dihitung = 1%
Indikasi Rawat Inap
1. Dewasa: derajat II dengan luas > 15 %, anak atau
orang tua derajat II > 10%
2. Derajat III. 10%
3. Luka pada: wajah tangan genital / perineal
4. Penyababnya kimia dan listrik
5. Menderita gangguan atau penyakit lain
2. Sumbing
135
A. Labioshizis Klasifikasi
o L, unilateral sinistra incompleta
o L. unilateral dextra incompleta
o L. bilateral incompleta
o L. unilateral sinistra completa
o L. unilateral dextra completa
o L. bilateral completa
Anamnesis
o Sumbing bibir sejak lahir
o Riwayat keluarga sakit serupa
o Riwayat :
o Defisiensi nutrisi/vitamin pada ibu
o Obat-obatan yang mengganggu pertumbuhan
Terapi
o Bayi baru lahir tidur miring pada sisi sumbing
Plester/elastik penahan premaxilla pada L Bilateral
completa
o Labioplasty (millard) bila telah memenuhi rule of tens:
✓ HB > 10 gr%,AL< 10.000
✓ BB > 10 pounds
136
✓ Umur> 10minggu
B. Palatoscizis Klasifikasi
o P. unilateral sinistra completa
o P. unilateral dextra completa
o P. bilateral completa
o P. incompleta
Anamnesis
o Sumbing langit-langit sejak lahir
o Riwayat keluarga sakit serupa
o Riwayat defisiensi nutrisi/vitamin pada ibu
o Obat-obatan yang mengganggu pertumbuhan
Terapi
o Usia 1-2 minggu konsultan ke bagian orthopedi untuk
pemasangan obturator, bila penderita tidak mampu diberi
nasehat cara feeding :
✓ Menggunakan dot besar (no.3/besar: untuk anak
usia 9 bulan) dengan lubang besar tidak di ujung,
namun menghadap ke bawah
137
✓ Posisi anak jangan telentang, namun
tegak/setengah duduk
o Usia 1,5-2 tahun dilakukan palatoplasty
(Wardil/Bisono/Furlow)
C. Gnatoscizis
Anamnesis
o Sumbing gusi sejak lahir
o Riwayat keluarga sumbing
o Riwayat :
✓ defisiensi nutrisi/vitamin pada ibu
✓ obat-obatan yang mengganggu pertumbuhan
Terapi
Alveolar bone graft pada usia 7-9 tahun donor diambil
substansia spongiosa crista iliaca
Cara lain dilakukan grafting dengan bahan anorganik
Hydroxy Apatite
3. Hipospadia
Definisi
138
Keadaan di mana muara uretra tidak di ujung namun di sebelah
sentral. Tergantung letak muara uretra dikenal tipe-tipe
o Glans / glanular
o Caronal
o Penile
o Peno-scrotal
o Scrotal
o Perineal
Terapi
Penanganan hipospadia dilakukan dengan 2 tahap :
1. Operasi reseksi chorda (chordectomy atau release chorda)
Tahap pertama dilakukan pada usia 2 tahun (bisa ditunda),
sebelumnya test endokrinologi anak (kadar hormon
testosteron) kerana biasanya disertai undescensus testis.
2. Uretroplasti
Dilakukan 6 bulan setelah chordectomy, untuk
meletakkan OUE pada tempatnya Sebelum usia 4 tahun
semua tahapan operasi harus sudah selesai, terkait
dengan psikis anak
4. Trauma Muka
Pada trauma muka dapat terjadi :
139
1. Trauma jaringan lunak: yang perlu diperhatikan
yaitu N VII (n. Facialis), ductus parotis stensen, arteri
dan saraf sensible
2. Trauma tulang : Zygoma, nasal, maxilla, mandibula
A. Fraktur Mandibula Klasifikasi
• Fraktur symphisis mandibulae
• Fraktur corpus mandibulae
• Fraktur ramus mandibulae
• Fraktur angulus mandibulae
• Fraktur condylus mandibulae
• Fraktur coronoideus mandibulae
• Fraktur processus mandibulae
Anamnesis
• Riwayat trauma pada regio mandibula
• Terjadi gangguan oclusi
• Waspada pada kemungkinan disertai fraktur
cervical
Terapi
Reposisi-fixasi sehingga tercapai oclusi yang baik, sehingga
diharapkan fungsi buka mulut dan mengunyah menjadi
baik
140
B. Fraktur Maxilla
Klasifikasi
• Fraktur transversal
• Fraktur pyramidal
• Fraktur craniofacial dysjunction
• Fraktur sagital
Anamnesis
• Riwaayat trauma
• Gangguan oclusi
Check up
sinistra komplit
• Palpasi
• Wajah tampak memanjang
Terapi
• IDW-IMW + suspensi ke arcus zygomatius atau orbita
rim Archbar + suspensi ke arcus zygomatius atau
orbita rim
• Microplating + IDW-IMW
• Microplating + archbar
141
• Microplating
142
kesimpulan Tiga hal penting dalam luka bakar, yakni penyebab,
kedalaman dan luasnya. Indikasi rawat inap harus
jelas. Sumbing, sering dianggap oleh pasien sebagai
kasus darurat (faktor psikologis). Rule often, adaiah
saat operasi ideal. Jadwal penanganan harus
diterangkan kepada orang tua anak. Demikian juga
kasus Hipospadia, sebaiknya sebelum anak sekolah,
sudah ditangani. Trauma muka harus
direkonstruksi kerana disamping aspek
fungsiaonal, kosmetika juga sangat penting.
PATAH TULANG (BEDAH ORTHOPEDI)
C. Aigontme kasus
Kasus: Gadis X, 23 th, tertabrak motor,
jatuh, bahu kanan sakit, di foto, hasiinya
semacam berikut.
D. Dattar keterampilan (afektit dan psikomotor)
1. Menolong pasien yang kesakitan.
2. Memeriksa tanda klinis patognomonis fraktur.
3. Memeriksa NVD (neurovascufar disturbencies).
4. Menginterpretasi foto rontgen fraktur.
5. Melakukan debridement fraktur terbuka
6. Melakukan reposisi suatu displaced fracture
7. Memasang bidai atau gips sederhana
8. Melakukan rujukan kasus
9. Melatih mobilisasi pasien post-operasi
E. Penjaoaran /eon singm
BEDAHORTHOPEDI
Topik Bahasan Bedah Orthopedi
Sub Topik bahasan
1. Fraktur
2. Dislokasi
3. Inflamasi tulang sendi
4. Penyakit Degeneratif Sendi
5. Osteoporosis
149
1. Fraktur
Definisi
Fraktur yaitu hilangnya kontinuitas struktur tulang
Macam
Deskripsi fraktur dibedakan berdasarkan:
1. Lokasi: diafisis, metafisis, epifisis, intraartikuler. Jika
berhubungan dengan sendi disebut fraktur-dislokasi
2. Tingkatan : komplit, inkomplit.
3. Konfigurasi: transversal, oblik, spiral, comminuted,
segmental
4. Hubungan antar fragmen : undisplaced, displaced,
(translasi/bergeser, angulasi, rotasi, distracted,
overiding, impacted)
5. Hubungan dengan lingkungan eksternal: tertutup,
terbuka
6. Komplikasi: complicated, un complicated.
Diagnosis
1. Anamnesis : mekanisme trauma, penurunan fungsi,
adanya bunyi tulang berderak
150
2. Check up : bengkok, deformitas, gerakan
abnormal, ekimosis
3. Palpasi: nyeri tekan, nyeri dan spasme otot, krepitus
4. Check up penunjang: foto rontgen di daerah
fraktur: Meliputi seluruh tulang panjang Minimal 2
sudut pandang Melibatkan 2 sendi
Perawatan intensif
1. Life saving.
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat
penting untuk melakukan Check up dan
penanganan pertama pada A-B-C.
2. Jika A-B-C tidak ada masalah, dilakukan penegakan
diagnosis dengan anamnesis, Check up fisik dan
penunjang kemudian dilakukan pengobatan secara
konservatif atau operatif tergantung jenis frakturnya.
• Terapi konservtif:
o Proteksi saja, misal mitella
o Imobilisasi saja tanpa reposisi, misal
pemasangan gips
o Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
o Traksi, untuk reposisi secara perlahan
151
• Terapi operatif
o Reposisi terbuka, fiksasi interna
o Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis
dan fiksasi eksterna
2. Dislokasi
Definisi
Dislokasi yaitu hubungan tulang pembentuk sendi terpisah
komplit. Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang
memerlukan pertolongan segera.
Macam
1. Dislokasi sendi akromioklavikularis
2. Dislokasi sendi sternoklavikularis
3. Dislokasi sendi bahu
4. Dislokasi sendi siku
5. Dislokasi sendi radioulnaris distalis
6. Dislokasi sendi metacarpofalangeales dan
interfalangeales
7. Dislokasi korpus: lunat dan perilunat
8. Dislokasi sendi koksae
9. Dislokasi sendi lutut
152
10. Dislokasi sendi talokruralis
11. Dislokasi lisfranc
12. Dislokasi
interfalan
geles (jari
kaki)
Diagnosis
1. Anamnesis
• Adanya trauma
• Mekanisme trauma yang sesuai, misal trauma
ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi
bahu
• Ada rasa sendi keluar
• Bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada
dislokasi rekurens atau habitual
2. Check up klinis
• Deformitas : Hilangnya tonjolan sendi normal,
pemendekan / pemanjangan.
• Nyeri
• Functio laesa, misal bahu tidak dapat endorotasi pada
dislokasi anterior bahu
153
3. Check up penunjuang
Check up foto rontgen untuk memastikan arah
dislokasi dan apakah disertai fraktur
Perawatan intensif
1. Lakukan segera reposisi
2. Dislokasi sendi kecil dapat dilakukan di tempat
kejadian dengan atau tanpa anestesi lokal.
3. Dislokasi sendi besar memerlukan anestesi umum
3. Inflamasi Tulang dan sendi
Definisi
Inflamasi yaitu reaksi lokal dari jaringan yang hidup pada
iritan. Iritan yaitu zat/trauma yang menimbulkan iritasi,
semacam :
1. Bakteri: piogenik (osteomyelitis hematogenius),
granulomatous (tuberkulosis, sipilis, fungi)
2. nonspesifik / idiopatik: rematik, spondilitis ankilosing
3. kimiawi: penyakit gout, pseudogout
4. trauma kronis :
bursitis,
tenovaginitis
154
Diagnosis
Anamnesis
1. Keluhan : kemerahan, bengkak, nyeri, panas dan
fungsiolaesa
2. Riwayat: faktor pencetus, adanya trauma, sendi yang
diserang pertama kali
3. Deformitas: sikap terpaksa, atrofi, bengkak / benjolan,
nodus.
Check up
1. Perabaan: panas, nyeri tekan, fluktuasi, benjolan
keras pada gout/nodus rematoid
2. Goldstandar:
3. Kultur dan sensitivitas untuk piogenik akut / kronis
4. Check up histologis (TBC gout dan rematoid)
5. Foto rontgen : squester, body abcess (kronis)
Perawatan intensif
Konservatif
1. pembidaian atau traksi dengan analgetika dan anti
inflamasi :
2. support psikologis
155
3. terapi supportif dengan cairan atau tranfusi jika
terdapat anemi
4. terapi spesifik sesuai jenis / kausa
Operatif
1. Dekompresi: evakuasi pus, drilling, drainase
2. Artrotomi
3. Squestrektomi
4. Guttering
5. Operasi rekonstruksi osteomuscle flap grafting
6. Fusion
7. Atroplasti
8. Sinoviektomi
4. Penyakit Degeneratif Sendi
Definisi
Disebut juga osteoartritis, osteoartrosis, artritis degeneratif,
artritis senesent, atau arthritis hipertrofi. Yaitu penyakit sendi
dengan kerusakan pada kartilagonya, yang sifatnya progresif
dan pada tulang subkhondral terjadi hipertrofi dan
remodelling serta pada membrana synovial terjadi reaksi
inflamasi sekunder.
Penyakit degeratif:
156
Sendi tidak simetris namun terlokalisir
Insidensi: 60 tahun ke atas, 25% wanita, 15% kali-laki
Tipe: primer (banyak pada wanita) dan sekunder (banyak pada
laki-laki)
Etiologi
1. Kelainan kongenital
2. Infeksi sendi
3. Penyakit inflamasi non spesifik
4. Artritis metabolik
5. Trauma
6. Instabilitas sendi
7. iatrogenik
Klinis
1. nyeri sendi, hilang jika istiarahat
2. krepitasi sendi bila digerakkan
3. bengkak atau udem sendi
4. atrofi otot di sekitar sendi
5. limitasi ROM dengan krepitasi
6. nodus heberden pada degenerasi sendi
interfalangealeas jar! tangan
Perawatan intensif
157
1. Support psikilogis
2. Analgetik dan antiinflamasi
3. Mempertahankan fungsi sendi dan mencegah
deformitas dengan latihan aktif sendi, terapi panas,
diathermi dan alat-alat bantu ortopedik
4. Koreksi deformitas agar fungsi menjadi
baik, terutama tipe sekunder :
• Osteotomi
• artroplasti
• artrodesis
• operasi jaringan lunak
• transplantasi sendi
5. Osteoporosis
Definisi
Osteoporosis yaitu suatu kondisi di mana volume tuiang atau
kepadatan tulang per-unit berkurang (decrease bone density
mass)
Tulang pada m.anuia menipis dan rapuh, maka kondisi in!
mempunyai manifestasi Minis
fraktur akibat trauma ringan dan sepele (trivial injury), sedang
pada orang normal tidak akan
158
terjadi.
Klinis
Pada umumnya penderita manula datang ke dokter kerana
masalah fraktur, terutama fraktur collum femoris atau fraktur
colles. Setelah difakukan Check up radiologis ternyata
tulangnya mengalami Osteoporosis. Oleh kerana itu,
pengobatan Osteoporosis disamping menangani fraktur juga
pengobatan osteoporosisnya. Maka pencegahan
Osteoporosis lebih penting agar tidak terjadi fraktur.
Klasifikasi
1. Osteoporosis Primer
a. Tipe I : pada wanita pasca menopause
b. Tipe II : pada laki-laki dan wanita kerana
penanbahan usia
2. Osteoporosis Sekunder: kerana penyakit tulang yang
bersifat erosif semacam multipel myeloma,
hipertiroidisme/hiperparatiroidisme, obat-obat toksis
pada tulang semacam preparat steroid.
3. Osteoporosis Idiopatik yang terdapat pada juvenile,
adolescent, wanita premenopause dan laki-laki muda
159
Perawatan intensif
1. Terapi fraktur pada manula yaitu imobilisasi dini
dengan memberi stabilisasi fraktur. Perlu
diperhatikan sebelum maupun sesudah operasi: Hb,
keseimbangan elektrolit dan pencegahan komplikasi.
2. Perawatan penderita sangat penting dalam
memperetahankan kondisi prima dan mencegah
komplikasi dekubitus. Rehabilitasi penderita
merupakan kerja tim yang tergantung pada
perawatan, fisioterapi, terapi okupasi, pekerja sosia!
dan ahli manula. Komunikasi denan penderita
perlu ketelatenan dan kesabaran ekstra.
3.
kesimpulan
Fraktur, Dislokasi paling banyak kerana trauma,
merupakan kasus emergency. Reposisi dan fiksasi yaitu
terapi utamanya, Inflamasi tulang sendi, Penyakit
Degeneratif Sendi, Osteoporosis juga sering dijumpai
meskipun terapi medikamentosa sering jadi pilihan.
CEDERA KEPALA (BEDAH SARAF)
C. Algoritme kasus
Kasus: Mahasiswa PTS di Jogja, dikejar Polisi kerana tidak pakai
helm. Malangnya ia menabrak truk yang sedang parkir. la jatuh
pingsan, kepala membentur aspal di pelipis kiri. la dilarikan ke
RS terdekat. Hasil CT scannya semacam berikut.
D. Daftar keterampilan (afektif dan psikomotor)
1. Memeriksa Skor GCS
2. Memeriksa tanda-tanda lateralisasi
3. Menginterpretasi foto rontgen/CT Scanning
4. Melakukan debridement sederhana cedera kepala
terbuka
5. Melakukan rujukan kasus
6. Melatih mobilisasi pasien post-operas!
E. Penjabaran teori singkat
BEDAH SARAF
Topik Bahasan Bedah Saraf
Sub Topik bahasan
1. Hydrosefalus
2. Meningoensefalokel
3. Hernia Nukleus Pulposus
4. Tumor Intrakranial
5. HEAD INJURY (SUPLEMENT)
167
1. Hydrosefalus
Definisi
Hidrosefalus yaitu yaitu akumulasi cairan seerbrospinal di
dalam sistem ventrikel, yang mengakibatkan pelebaran
ventrikel dan biasanya disertai dengan peninggian tekanan
intrakranial Penyebab
1. congenital
2. pasca infeksi: meningitis, ensefalitis
3. pasca hemorrhagik: perdarahan intraventrikuler,
subarahnoid, trauma lahir.
4. tumor neoplasma
Klasifikasi
• Hidrosefalus obstruktif :
Disebabkan kerana obstruksi aliran cairan
serebrospinal dalam sistem ventrikel baik dari dalam
atau dan* luar ventrikel.
• Hidrosefalus komunikan :
Disebabkan kerana gangguan obstruksi cairan
serebrospinal yang ada di rongga subarahnoid.
168
Kriteria Diagnosis
Pada bayi dan anak:
• Kepaia cepat bertambah besar
• Ubun-ubun menonjol
• Diastasis sutura
• Kulit kepaia tipis, vena melebar
• Mata melirik ke bawah (setting - sun sign
• Hambatan perkembangan
• Defisit neurologik yang bervariasi, kejan
• Peninggian tekanan intracranial
• Atrofi korteks
Pada orang dewasa:
• Peningkatan tekanan intrakranial biasanya disertai
nyeri kepaia, muntah, mual dan edema papii
• Dapat terjadi herniasi tentorial dan atau foramen
magnum, diikuti dengan gangguan fungsi otak yang
diikuti dengan kematian mendadak
Terapi
• Acetazolamide, antikonvulsan
• Drenase ventrikuler dengan profilaksi antibiotik
• Pemasangan sistem pirau (shunt) ventrikul
operitoneal atau ventrikuloatrial
169
• Biia memungkinkan mengangkat tumor, kista,
membran, yang menyurnbat aliran cairan
serebrospinai
2. Meningokel – Meningoense falokel
Definisi
Penonjolan jaringan otak dan atau meningen melafui defek
penutupan tulang kepaia (kranium bifidum).
Klasifikasi
• oksipital
• parietal
• fronto
• ethmoidal
• nasofrontal
• nasoorbital
• nasofaringeal
• orbital
170
Kausa
Anomali kongenital dimana penutupan tuba neuralis kurang
sempurna atau terhenti disertai dengan fusi tulang kepala
yang inkomplit.
Kriteria Diagnosis
1. penonjolan jaringan lunak di bagian frontal, nasal,
parietal, oksipital, di garis tengah
2. ada sejak Eahir
3. terdapat defek tulang kepala
4. penonjolan meningen berisi cairan serebrospinal:
meningokel
5. penonjolan meningen berisi substansi otak:
meningoensefalokel
6. dapat disertai gangguan neurofogik atau hidrosefalus
Check up Penunjang
1. Foto kepala
2. USG
3. CTScan
171
Terapi
Pada neonatus dimana terdapat kebocoran cairan
serebrospinal atau kulit menutup sempurna perlu diberikan
antibiotika.
Pembedahan
• Reseksi dan rekonstruksi defek tulang kepala
• Bila disertai dengan hidrosefalus dipasang pirau
ventrikuloperitonial, sebelum dilakukan reseksi
Outcome
• Sembuh baik bila tidak disertai dengan
malformasi yang berat
• Retardasi mental namun perkembangan fisik baik
• Gangguan pertumbuhan fisik, mental baik
• Hemiparesis, monoparesis, strabismus, papil
atrofi, epilepsi
3. Hernia Nukleus Pulposus Definisi
Hernia Nukleus Pulposus iaiah penonjolan diskus
intervertebralis dengan protusi dari nukleus ke dalam kanaiis
spinalis lumbalis yang mengakibatkan penekanan pada radiks
atau cauda equina.
172
Kausa
Degenerasi diskus intervertebralis
Trauma spinal akibat dari jatuh, kecelakaan lalu lintas,
mengangkat beban berat
Klasifikasi
HNP : lateral -akut/kronis
Sentral - akut / kronis
Kriteria Diagnosis
HNP lateral :
1. Nyeri pinggang bawah yang menjalar ke tungkai yang
sesuai dengan distribusi radiks yang tertekan
2. Gerakan pinggang bawah terbatas
3. Nyeri bertambah hebat bila batuk, bersin atau
mengejan
4. Paraestesi, sesuai dengan distribusi radiks yang
tertekan
5. Tanda Laseque posistif
6. Refleks tendon lutut atau tendon Achilles menurun /
negatif
7. Defisit neurologik sesuai radiks yang tertekan
173
Check up Penunjang
1. Laboratorium :
2. Darah rutin
3. Cairan serebrospinal
4. Foto polos lumbosakral
5. Mielografi
6. CT Scan lumbosakral
Terapi
Konservatif, biia tidak dijumpai defisit neurologic :
1. Tirah baring
2. Traksi lumbal, mungkin menolong namun biasanya
residif
3. Memakai korset lumbal atau spinal brace
Pembedahan :
Dilakukan dislektomi melalui :
• Hemilaminotomi
• Laminotomi
• Laminektomi luas, terutama pada HNP sentral
Outcome
174
Setelah dilakukannya pembedahan biasanya 80% menjadi
baik, sedangkan sisanya dapat terjadi residif, instabilitas
spinal.
4. Tumor Intrakranial
Definisi
Tumor intrakranial yaitu neoplasma baik jinak maupun ganas
yang tumbuh di dalam rongga intrakranial
Klasifikasi
1. Berdasar lokasi
• tumor supratentorial: dewasa 80-85%, anak 40%
• tumor infratentorial: dewasa 15-20%, anak 60%
2. Patologik
• tumor primer: astrositoma, menngioma,
neurufibroma, hemangioma, adenoma,
adenocarsinoma
• tumor metastase : paling sering berasal dari
karsinoma bronkogenik dan karsinoma payudara.
Dapat pula berasal dari ginjal, thiroid, lambung,
prostat dan melanoma.
175
Klinis
• Peninggian tekanan intrakranial: nyeri kepaia,
muntah / mual, edema papil, gangguan kesadaran
• Serangan epileptik bersifat umum atau lokal
Gangguan neurologik fokal sesuai lokasi tumor
Check up penunjang
1. Laboratorium: darah, cairan serebrospinal
2. Foto rontgen: kepala, thoraks
3. CTscan
4. Angiografi
5. Radionuklir scan
Perawatan intensif
Tergantung pada tipe dan lokasi tumor
1. Medikamentosa: dexametason, manitol,
antikonvulsan
2. Pembedahan: biopsi, kraniotomi, kraniektomi diikuti
reseksi, trepanasi.
3. Radioterapi
4. Khemoterapi
176
kesimpulan
Hydrosefalus, Meningoensefalokel merupakan kelainan
kongenital dimana operasi menj'adi jalan satu-satunya.
VP-shunt mendrainase LCS ke kavum abdomen. Sedang
meningo-ensefalokel harus dieksisi dan penutupan
defek. Hernia Nukleus Pulposus, Tumor Intrakranial juga
biasanya akan menimbulkan defisit neurologis kerana
proses desak ruang, sehingga harus dioperasi untuk
dekompresi.
TRAUMA DADA (BEDAH THORAKS)
C. Algoretme Kasus
Kasus: Laki-laki 50 th naik motor menabrak pick-up
mengangkut bambu yang berhenti mendadak. Luka bagian
dadanya, sesak nafas berat.
BEDAH THORAKS / VASCULER
Topik Bahasan Bedah thoraks / vascular
Sub Topik bahasan
1. Trauma thoraks
2. Hematothoraks
3. Pneumothoraks
4. Empyema thoraks
1. Trauma Thorax
Definisi :
Semua rudapaksa yang mengenai toraks yang meliputi dinding
toraks dan segenap isinya baik rudapaksa tajam, tumpul
maupun tembakan.
186
Patofisiologi
1. Perdarahan ->exanguasi, hemetotoraks, hematoma,
intraalveolar, tamponade cordis
2. Kerusakan alveoli/jalan nafas/pleura ->
pneumothorax, tension pneumothotax, emfisema
kutis, emfisema mediastinum.
3. Patah tulang iga -> nyeri, gangguan ventilasi, flail chest
4. Kompresi pada dada -> asfiksia traumatika
5. Luka menghisap' pada dinding dada, paru kolaps
Gejala Klinis
1. Sesak nafas, pernafasan asimetris
2. Gerakan nafas paradoksai pada flail chest
3. Nyeri, pernafasan berkurang, ventilasi menurun
4. Jejas pada dinding dada, luka terbuka, dll
5. Emfisema kutis
Diagnosis
1. Check up fisik
2. Check up penunjang: Ro Thorax AP/PA dan lateral
Perawatan intensif
1. Fiksasi dengan plester lebar pada tulang yang patah
2. Analgetik oral / parenteral
187
3. Untuk fraktur sederhana dan tertutup pada 1 -2
tulang iga tanpa penyulit, penderita tak perlu dirawat
4. Bila fraktur iga sebanyak 3 atau lebih tanpa penyulit,
perlu rawat inap untuk observasi. Lakukan observasi
klinis, Ro foto pada waktu datang, 5-6 jam kemudian
dan 24 jam:
a. Bila baik, penderita boleh pulang
b. Tindakan dilakukan sesuai penyulit atau
kelainan yang terjdi
c. Fisioterapi nafas seawal mungkin
d. Perawatan dengan posisi 1/2 duduk (bila tak
ada kontraindikasi), terutama pada penderita
gemuk agar isi abdomen turun ke kaudal,
sehingga diafragma bebas tidak tertekan isi
abdomen
e. Mukolitik / bronkosekretotolitik diberikan bila
sudah bisa batuk adekuat
f. Pemberian 02 / masker
g. Korpus aleonum hanya boleh dicabut selama
durante operasionum. Selama perjalanan,
persiapan opersi, korpal difiksasi agar tidak
menambah cidera akibat goncangan.
188
2. Hematothoraks
Definisi
Terkumpulnya darah pada cavum pleura
akibat suatu perdarahan.
Patofisiologi
1. Akibat trauma, terjadi robekan pada pleura
viseralis/paru atau pleura parietalis/ dinding dada,
terjadi perdarahan dan tertampung pada cavum
pleura.
2. Hematotoraks dapat diklasifikasi sesuai dengan jenis
Perawatan intensif :
• Ringan : 300cc
• Sedang : 300-800 cc
• Berat : 800 cc
3. Pada hematotoraks, disamping kehilangan juga
menyebabkan gangguan pada pengembangan paru
dan ventilasi.
Gejala Minis
1. Jejas pada dada.
189
2. Sesuai dengan tanda-tanda kehilangan darah.
3. Sesak nafas, tergantung hebatnya desakan pada
paru.
4. Nyeri dada (bifa ada cidera dinding dada).
5. Pada hematotoraks yang bersangkutan ketinggalan
gerak, suara paru menurun / hilang, perkusi redup.
Diagnosis
1. Klinis/Check up fisik.
2. X. foto toraks (kecuali hematotoraks berat/masif).
3. Punksi.
Penyulit
1. Akibat eksanguinasi(shock hipovolemi, dll.)
2. Empiema toraksis(lambat).
Perawatan intensif
1. Ringan (300cc) punksi.
2. Sedang (300-800 cc), drainase toraks WSD, dengan
drentoraks No. 28 atau 32. dianjurkan dengan isapan
tetap (bullau).
190
3. Berat > (800 cc) —> darah segar/baru terjadi) harus
torakotomi eksplorasi segera, untuk menghentikan
perdarahan.
4. Bila setiap jam 200-300 cc dalam 2-3 jam berturut-
turut segera torakotomi eksplorasi.
3. Pneumotoraks
Pengertian
Terdapat udara di dalam cavum
pleura. Patofisiologi
1. Terdapat robekan pada pleura viseralis dan
paru/jalan nafas/esofagus, sehingga udar masuk
cavum pleura kerana tekanan cavum pleura negatif,
disebut pneumotoraks sederhana tertutup.
2. Terdapat robekan dinding dada dan pleura parietalis
sehingga udara luar masuk cavum pleura (sucking
wound), disebut pneumotoraks terbuka.
3. Paru akan kolap (mengerut/mengempis) ke arah hilus
paru, sesuai dengan derajat pneumotoraknya.
4. Bila kebocoran pleura ini bersifat ventil/katub,
udara masuk cavum pleura saat inspirasi dan tidak
dapat keluar saat ekspirasi, akan terjadi
191
pneumotoraks desakan (tension pneumotorax) yang
akan mendorong mediastinum ke kontra lateral,
mengganggu aliran darah balik ke jantung dengan
akibat curah jantung menurun dan terjadi shock non
hemoragik. Bila tekanan dalam cavum pleura semakin
tinggi, paru kontra lateral akan terdesak dan
menimbulkan sesak nafas yang hebat. Sianosis terjadi
pada keadaan lanjut.
5. Bisa terjadi emfisema cutis (udara masuk jaringan
longgar bawah kulit).
6. Udara bisa masuk mediastinum (emfisema
mediastinal).
Gejala Klinis
1. Jejas pada dada.
2. Nyeri dada (bila ada cidera dinding dada).
3. Sesak nafas, bisa hebat (tension pneumotorax).
4. Gangguan hemodinamik (tension pneumotorax).
5. Sisi dada yang bersangkutan hipersonor, suara
pernafasan menurun/hilang.
6. Tekanan v. jugularis meningkat pada ..tension
pneumotorax".
192
Diagnosis
1. Klinis/Check up fisik.
2. X-foto toraks (kecuali tension pneumothorax).
Penyulit
1. Paru kolaps (mengkerut/mengempis).
2. Mediastinum tergeser ke kontra lateral dan ganguan
hipodinamik (tension pneumotorax).
Penatalaksanan
1. Konservatif (20%).
2. Drainase toraks (WSD) bila 20% dengan drentoraks
No. 28 atau 32. dianjurkan dengan isapan tetap
(bullau/monaldi). Cara monaldi (RIKII linea
medioklavikularis) iebih morbid dibanding cara Bullau
(RIK V/VI depan linea aksilaris media) kerana haus
menembus otot yang tebal (m. Pektoralis mayor).
3. Pada emfisema mediastinum dipasang dren
mediastinal melalui irisan pada insisura jagularis.
4. Pneumotoraks desakan (tension pneumothorax)
segera dikompresi dengan tusukan j'arum pada ruang
interkostal II linea medio klavikularis dan diikuti WSD
untuk mengembangkan para
193
4. Empyema thoraks (pyothoraks)
Definisi
yaitu akumulasi pus di dalam rongga toraks. Pus biasanya
tebal, semacam krim dan berbau
Etiologi
Biasanya terjadi sebagai komplikasi dart pneumonia, abses
paru, bronkiektasis. Penyebab lain: trauma, ruptur esophagus
dan abses hepar.
Klinis
Pasien mengalami tanda peradangan akut sesuai dengan
penyakit yang mendasari. Pada empyema yang berat akan
timbul sesak nafas, keringat dingin, batuk, dahak berlendir
dengan campuran semacam nanah
Check up penunjang
1. foto rontgen toraks
2. torokosintesis
Perawatan intensif
194
1. Drainase dengan pipa WSD
2. Antibiotik masif sesuai hasil kultur
195
kesimpulan
Trauma thoraks yaitu kasus emergency yang
mengancam jiwa. Hematothoraks, Pneumothoraks,
Empyema thoraks yaitu kasus-kasus yang sering timbul
akibat trauma.
TAK BISA KENCING (BEDAH UROLOGI)
C. Algoritme Kasus
Kasus : Seorang laki-laki 75 tahun,
datang ke UGD RS kerana tidak bisa
kencing. Kejadian ini sudah berulang –
ulang dalam 1 tahun ini. Biasanya
dipasang DC, setelah urine keluar minta
dilepas lagi dia membawa hasil IVP
berikut ini.
BEDAH UROLOGI
Topik Bahasan Bedah Urologi
Sub Topik bahasan
1. BPH
2. Batu saluran
3. Hidrokel
4. Tumor Testis
5. Striktura Kemi
1. BPH (Benigna prostate Hiperplasia)
Predileksi
Me Neai membagi kelenjar prostat menjadi 5 zona:zona
perifer,zona sentral,zona transisional.zona fibromuskuler
anterior,zona periuretra.BPH berasal dari zona
202
transisional.keganasan berasal dari zona perifer.Terjadi pada
50%pria berusia 80 tahun.
Etiologi
• Teori dihidrotestosteron (DHT). DHT dibentuk dari
testoteron dibantu oleh enzim 5a reduktase dan koenzim
NADPH. DHT inilah yang menstimulasi pertumbuhan sel
prostat.
• Ketidakseimbangan estrogen-testosteron pada usia tua
testosteron menurun. Estrogen meningkatkan sensitifitas
sel prostat pada rangsang hormon
androgen.meningkatkan jumlah reseptor androgen dan
menurunkan apoptosis sel.
• Interaksi stroma-epithei DHT dan estradiolmenstimuiasi
sel stroma untuk mengeluarkan growth faktor sehingga
menyebabkan proliferasi sel epithel dan sel stroma .
• Berkurangnya kematian sel.
• Teori sel stem.
Manifestasi Klinis
Keluhan pada sal kemih bagian bawah (LUTS) terdiri atas
gejala obstruksi dan gejala iritatif. Gejala obstruktif yaitu :
• Hesitansi (susah memulai miksi)
203
• Pancarab miksi lemah
• Intermitensi (kencing tiba-tiba berhenti dan lancar
kembali)
• Terminal
dribbling
(menetes
setelah miksi)
Gejala iritasi yaitu :
1. Frekuensi (anyang-anyangen)
2. Nokturia (sering kencing malam hari)
3. Urgensi (merasa ingin kencing yang tidak bisa ditahan)
4. Disuria (rasa tidak enak saat kencing)
Perawatan intensif
Observasi Medikasmentosa Operasi Invasif minimal
Watchfull
waiting
• α adrenergik inhibitor
• α reduktase inhibitor
• fitoterapi
• hormonal
• prosta tektomi terbuka
• endourologi :
➢ TURP
➢ TUIP
➢ TULP
• elektro vaporasasi
• TUM
• TUBD
• Stenuretra
• TNA
1. Batu saluran Kemih
204
Etiologi
Batu kalsium dapat disebabkan oleh:
1. Hiperkalsuria absorptif: gangguan metabolisme yang
menyebabkan absorbs! usus yang berlebihan juga
pengaruh vitamin D dan hiperparatiroidi
2. Hiperkalsuria
renalis: kebocoran
pada ginjal
Batu oksalat dapat
disebabkan oleh:
1. primer autosomal resesif
2. ingesti inhalasi: vitamin C, ethiien glycol,
methoxyflurane, anestesi
3. hiperoksalouria entemik : inflamasi saluran
pencernakan, reaksi usus halus, bypass jejunoileal,
sindrom malabsorbsi
Batu asam urat dapat disebabkan oleh :
1. makanan yang banyak mengandung purin
2. pemberian stostatik pada pengobatan neoplasma
3. dehidrasi kronis
4. obat-obatan : tiazid, lasix, salisilat
Manifestasi Klinis
205
Tergantung pada lokasi batu:
1. Batu ginjal: pegal dan colik daerah sudut
kostovertebralis (CVA = costovertebra anhle). Nyeri
tekan dan ketok pada CVA. Jika hidronefrosis akan
teraba masa. Hematuri dapat terjadi secara mikro
atau makro. Dapat terjadi infeksi dan sepsis
2. Batu ureter: nyeri mendadak, berupa pegal di CVA
atau colik yang menjalar ke perut bawah sesuai lokasi
batu dalam ureter.
3. Batu vesika : miksi yang lancar kemudian terhenti
secara tiba-tiba disertai rasa sakit yang menjalar ke
penis. Miksi yang terhenti bisa lancar kembali dengan
perubahan posisi. Bisa terjadi infeksi dengan gejala
sistitis hingga hematuria.
4. Batu uretra : miksi yang lancar kemudian terhenti
secara tiba-tiba disertai rasa sakit yang hebat pada
glans penis, batang penis, perineum dan rektum
sesuai lokasi di mana batu bertahan dalam uretra.
Check up Penunjang
206
1. urinalisa
2. BNO/IVP
3. USG, CT scan, MRI atau nuclear scintigrafi
Penataiaksanaan
1. Konservatif: bila ukuran batu kurang atau sama
dengan 5 mm dengan hidronefrosis ringan yang nyeri
koliknya sudsh diatasi
2. Operatif: operasi terbuka, operasi endoskopik, Extra
corporeal shokwave lithotripsy.
2. Hidrokel
Definisi
Hidrokel yaitu terdapatnya cairan di cavitas vaginalis tesiis.
Ada beberapa macam hidokel: hidokel komunikans, funikuli
dan tunika vaginalis.
Etiologi
kerana kegagalan penutupan (obtiterasi) processus vaginalis
Manifestasi Klinis
Status genartis normal
207
Status lokalis: terdapat pembesaran kantong zakar, lunak,
balotemen (+), transiluminasi (+). Pada hidrokel komunikans,
besamya kantong kadang berubah-ubah kerana cairan bi9sa
masuk ke kantong abdomen. Dapat juga disertai hernia
inguinalis indirek. Pada hidrokel funikuli, besar kantong
menetap
Check up Penunjang
Apabila dicurigai tidak adanya testis, perlu dilakukan USG atau
CT scan abdomen bawah untuk memastikan keberadaan testis
Perawatan intensif
Pada umumnya hidrokel itu nonkomunikan. Secara fisiologis
akan menghilang pada umur 1 tahun. Jika setelah satu tahun
menetap, difikirkan untuk repair (operas!).
3. Tumor Testis
208
Definisi
Setiap masa atau benjdan yang keras pada testis fiarus
dicurigai sebagai tumor, biasanya pada laki-laki 18 s/d 40
tahun, tidak ada rasa nyeri.
Manifestasi Klinis
Testis membesar, keras, tidak nyeri, kadang disertai hidrokel,
biasanya terjadi mulai beberapa bulan sebelum pasien datang
ke rumah sakit. Dalam keadaan lanjut kadaang terjadi
perdarahan spontan, kadang nyeri perut, anoreksi, kehilangan
berat badan.
Check up Penunjang
A. Dilakukan Check up B-HCG, alpha veto protein
dan LDH, ketiganya meningkat.
B. CT scan abdomen untuk melihat pembesaran
limfonodi retroperitoneal
Perawatan intensif
Dilakukan ekstendet orkhidektomi dilanjutkan dengan
radioterapi dan kemoterapi
4. Striktura
209
Definisi
Berkurangnya diameter dan atau elastisitas uretra akibat
digantinya jaringan uretra dengan jaringan ikat yang
kemudian mengerut sehingga lumen uretra mengecil.
Etiologi
Kongenital, uretritis gonore atau non gonore, ruptur uretra
anterior atau posterior secara iatrogenik maupun bukan.
Pada wanita umumnya disebabkan radang kronis. Biasanya
wanita ini berusia diatas 40 tahun dengan sindrom
sistitis berulang.
Manifestasi Klinis
Sumbatan pada uretra dan tekanan kandung kemih yang
tinggi dapat menyebabkan imbibisi urin keluar kandung kemih
atau uretra proksimal dari striktur. Gejaia yang khas yaitu
pancaran miksi kecil dan bercabang. Gejaia yang lain yaitu
iritasi dan infeksi semacam frekuensi, urgensi, disuria, kadang-
kadang dengan infiltrat, abses, dan fistel, Gejaia lanjut yaitu
retensio urin.
Check up Penunjang
210
Analisis urin dan kultur untuk mencari adanya infeksi. Ureum
dan kreatinin darah untuk melihat fungsi ginjal. Diagnosis
pasti dibuat dengan uretrografi retrograd (untuk melihat
uretra anterior) atau antegrad (untuk melihat uretra
posterior). Dapat pula dilakukan uroflowmetri an uretroskopi.
Perawatan intensif
Pada pasien yang datang dengan retensio urin harus
dilakukan sistostomi kemudian baru dlakukan pemeriksan
uretrografi untuk mengetahui adanya srtiktur uretra. Pada
pasien dengan infiltrat urin atau abses dilakukan insisi,
sistostomi, baru kemudin dilakukan uretrografi.
Bila panjang striktur uretra lebih dari 2 cm atau
terdapat fistula uretrokutan, atau residif, dapat dilakukan
uretroplasty. Bila panjang srtiktur kurang dari 2 cm dan tidak
ada fistel maka dilakukan bedah endoskopi dengan alat
sachse. Untuk sriktur uretra anterior dapat dilakukan otis
uretrotomie.
Pada wanita pengobatannya dengan dilatasi, bila cara
ini gagal bisa dilakukan otis uretrotomi.
kesimpulan
BPH, Batu saluran Kemih, Hidrokel, Tumor Testis,
Striktura yaitu kasus-kasus yang sering dijumpai.
Umumnya mereka dengan kondisi ketuaan, resiko
berulang dan operasi yang tidak cukup sekali. Hal ini
harus diketahui oteh pasien dan keluarganya.
----