pasien hipertensi

 



pasien hipertensi



Lebih dari seperempat jumlah 

populasi dunia saat ini menderita 

hipertensi. Data WHO menyebutkan, 

jumlah penderita hipertensi di India tahun 

2000 yaitu  60,4 juta dan diperkirakan 

sebanyak 107,3 juta pada tahun 2025 

(terjadi kenaikan sebesar 56%). Di Cina 

pada tahun 2000 sebanyak 98,5 juta orang 

menderita hipertensi dan tahun 2025 

diperkirakan menjadi 151,7 juta (kenaikan 

sebesar 65%). Sedangkan di bagian lain 

Asia tercatat tahun 2000 sebesar 38,4 juta 

penderita hipertensi dan tahun 2025 

sebesar 67,3 juta (kenaikan sebesar 57%). 

Data ini menunjukkan bahwa hipertensi 

masih menjadi ancaman bagi warga    

dunia 

Di negara kita   banyaknya penderita 

hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi 

hanya 4% yang merupakan hipertensi 

terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang 

dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari 

sebagai penderita hipertensi sehingga 

mereka cenderung untuk menjadi 

hipertensi berat karena tidak menghindari 

dan tidak mengetahui faktor risikonya, dan 

90% merupakan hipertensi esensial. Saat 

ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah 

kesehatan warga    di negara kita   

Terapi nonfarmakologis harus 

diberikan kepada semua pasien hipertensi 

primer dengan tujuan menurunkan tekanan 

darah dan mengendalikan faktor risiko 

serta penyakit penyerta lainnya 

Ketidakpatuhan pasien terhadap modifikasi 

gaya hidup yaitu konsumsi alkohol, 

pengendalian berat badan, termasuk 

pengendalian stres dan kecemasan 

merupakan salah satu penyebab terjadinya 

hipertensi resisten 

Terapi alternatif komplementer 

yaitu  sebuah kelompok dari bermacam￾macam sistem pengobatan dan perawatan 

kesehatan, praktek dan produk yang 

secara umum tidak menjadi bagian dari 

pengobatan konvensional  Frekuensi dari 

pemanfaatan terapi alternatif 

komplementer meningkat pesat diseluruh 

pelosok dunia. Perkembangan tersebut 

tercatat dengan baik di afrika dan populasi 

secara global antara 20% sampai dengan 

80%. Hal yang menarik dari terapi alternatif 

komplementer ini didasarkan pada asumsi 

dasar dan prinsip-prinsip sistem yang 

beroperasi 

Terbukti bahwa pemanfaatan terapi 

alternatif komplementer mengalami 

peningkatan secara global, dan pengakuan 

diberikan oleh penyedia asuransi 

kesehatan di negara-negara maju 

(Eisenberg, Davis, Ettner, Appel, Wilkey, 

Van Rompay & Kessler, 1998). Faktor 

pendorong terjadinya peningkatan 

penggunaan obat herbal dinegara maju 

yaitu  usia harapan hidup yang lebih 

panjang pada saat prevalensi penyakit 

kronik meningkat, adanya kegagalan 

penggunaan obat modern untuk penyakit 

tertentu di antaranya kanker serta semakin 

luas akses informasi mengenai obat herbal 

di seluruh dunia 

Menurut teori Lawrence yang 

dikutip 

kesehatan seseorang atau warga    

dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu 

perilaku (behavior causes) dan faktor dari 

luar perilaku (Non-behavior causes), 

selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk 3 

faktor, yaitu: Faktor predisposisi yaitu 

faktor yang mempermudah dan mendasari 

terjadinya perilaku tertentu yang terwujud 

dalam bentuk pengetahuan dari pendidikan 

formal, sikap, kepercayaan, keyakinan, 

nilai-nilai dan budaya serta beberapa 

karakteristik individu yaitu: pengetahuan 

tentang terapi alternatif komplementer; 

Faktor pemungkin (Enabling factor) yaitu 

yang memungkinkan untuk terjadinya 

perilaku tertentu terbentuk yang berwujud 

dalam lingkungan fisik dan ketersediaan 

fasilitas dan sarana kesehatan yaitu 

ketersediaan, ketercapaian fasilitas dan 

ketrampilan yang berkaitan dengan 

kesehatan; Faktor pendorong (reinforcing 

factor) yaitu faktor yang memperkuat 

terjadinya perilaku tersebut yaitu mendapat 

dukungan dari keluarga/kerabat, teman, 

petugas kesehatan dan lain-lain 

Di Kabupaten Banyumas, 

penduduk paling banyak menganut agama 

Islam dan warga    masih sangat kental 

dengan pengobatan bernuansa spiritual. 

Pengobatan penyakit metabolik yang ada 

saat ini menggunakan terapi alternatif dan 

komplementer, salah satunya yaitu 

menggunakan terapi bekam atau Hijamah. 

Hijamah sudah digunakan semenjak 

zaman Rasulullah Muhammad SAW 

(Yasin, 2007). Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, terdapat 

90 tempat terapi alternatif komplementer 

yang ada di Kabupaten Banyumas. Dari 

pengamatan lapangan yang telah 

dilakukan di salah satu tempat terapi 

alternatif komplementer di Kabupaten 

Banyumas, menunjukkan bahwa pasien 

yang paling banyak mendapatkan 

menjalani terapi alternatif komplementer 

yaitu  pasien hipertensi. 


Pendekatan yang digunakan pada 

penelitian ini yaitu  fenomenologi yaitu 

penelitian yang berfokus pada penemuan 

fakta mengenai pertimbangan dan alasan 

pasien hipertensi menjalani terapi alternatif 

komplementer bekam yang ditekankan 

pada usaha untuk memahami tingkah laku 

berdasarkan perspektif pasien yang 

mengalaminya. Fenomenologi merupakan 

suatu metode penelitian yang kritis dan 

menggali fenomena yang ada secara 

sistematis 

Metode ini memahami individu dengan 

segala kompleksitasnya sebagai makhluk 

subyektif, melihat manusia sebagai sistem 

yang berpola dan berkembang 


Partisipan atau sampel penelitian 

ini yaitu  pasien hipertensi yang menjalani 

terapi alternatif komplementer bekam. 

Jumlah partisipan pada penelitian ini 

sebanyak 6 partisipan. Teknik 

pengambilan sampel yang digunakan 

yaitu  purposive sampling. Kriteria sampel 

pada penelitian ini yaitu  sebagai berikut : 

(1) pasien hipertensi yang sedang 

menjalani terapi alternatif komplementer 

bekam; (2) pasien yang terdiagnosa 

hipertensi oleh dokter (3) bersedia menjadi 

partisipan dalam penelitian yang dibuktikan 

dengan menandatangani surat pernyataan 

persetujuan penelitian; (4) mampu 

berkomunikasi dengan baik. Penelitian ini 

dilakukan di klinik terapi alternatif 

komplementer bekam yang 

menyelenggarakan pengobatan terhadap 

masalah hipertensi, yaitu klinik An-Nahl 

dan Klinik Natura Syifa Purwokerto. 

Pengambilan data dilakukan sesuai 

dengan kesepakatan antara peneliti dan 

partisipan. Dari keenam partisipan, tempat 

pengambilan data berada di rumah 

partisipan masing-masing sesuai dengan 

kesepakatan sebelumnya. Pengambilan 

data penelitian ini dilaksanakan pada bulan 

Mei 2010-Juni 2010. 

Penelitian ini sangat menjunjung 

kode etik penelitian dimana identitas 

informan menggunakan kode atau inisial 

saja. Pertimbangan etik meliputi aspek self 

determination, privacy dan dignity, 

anonimity, confidentiality dan protection 

from discomfort . Alat pengumpulan data yang digunakan 

yaitu  peneliti sendiri, pedoman 

wawancara, alat tulis, field notes dan MP3. 

Pada pengumpulan data dengan 

wawancara, strategi yang digunakan 

yaitu  open ended interview dimana hal 

ini merupakan hal yang utama dalam riset 

kualitatif karena memberikan kesempatan 

kepada partisipan untuk menjelaskan 

sepenuhnya pengalaman mereka 


Pengumpulan data tidak hanya 

dilakukan dengan wawancara, peneliti juga 

membuat catatan lapangan (field note)

yang berisikan deskripsi tentang tanggal, 

waktu, dan informasi dasar tentang 

suasana saat wawancara seperti tatanan 

lingkungan, interaksi sosial dan aktivitas 

yang berlangsung saat wawancara 

dilakukan. Catatan lapangan pada 

penelitian kualitatif dibuat pada saat proses 

wawancara berlangsung dari masing￾masing partisipan agar tidak terjadi 

kesalahan 

Proses analisis data dilakukan 

secara simultan dengan proses 

pengumpulan data. Adapun tahapan 

proses analisis data menggunakan 

langkah-langkah dari Colaizzi (1978, 

dalam Streubert & Carpenter, 1999) yaitu  

sebagai berikut : 1) Memiliki gambaran 

yang jelas tentang fenomena yang diteliti, 

yaitu pertimbangan dan alasan pasien 

hipertensi yang menjalani terapi alternatif 

komplementer; 2) Mencatat data yang 

diperoleh yaitu hasil wawancara dengan 

partisipan mengenai pertimbangan dan 

alasan pasien hipertensi yang menjalani 

terapi alternatif komplementer, transkripsi 

dilakukan dengan cara merubah dari 

rekaman suara menjadi bentuk tertulis 

secara verbatim dan hasil catatan 

lapangan yang dibuat selama proses 

wawancara terhadap partisipan sebagai 

tambahan untuk analisis selanjutnya. 

Proses transkripsi dibuat setiap selesai 

melakukan wawancara dengan satu 

partisipan dan sebelum wawancara 

dengan partisipan yang lain; 3) Membaca 

hasil transkrip secara berulang – ulang 

sebanyak 4 – 5 kali dari semua partisipan 

agar peneliti lebih memahami pernyataan – 

pernyataan partisipan tentang 

pertimbangan dan alasan pasien hipertensi 

yang menjalani terapi alternatif 

komplementer secara mendalam; 4) 

Membaca transkrip untuk memperoleh ide 

yang dimaksud partisipan yaitu berupa 

kata kunci dari setiap pernyataan 

partisipan, yang kemudian diberi garis 

bawah pada pernyataan yang penting agar 

bisa dikelompokkan; 5) Menentukan arti 

setiap pernyataan yang penting dari semua 

partisipan dan pernyataan yang 

berhubungan dengan pertimbangan dan 

alasan pasien hipertensi yang menjalani 

terapi alternatif komplementer; 6) 

Melakukan pengelompokkan data kedalam 

berbagai kategori untuk selanjutnya 

dipahami secara utuh dan dan 

menentukan tema-tema utama yang 

muncul; 7) Peneliti mengintegrasikan hasil 

secara keseluruhan kedalam bentuk 

deskripsi naratif mendalam tentang 

pertimbangan dan alasan pasien hipertensi 

yang menjalani terapi alternatif 

komplementer; 8) Peneliti kembali ke 

partisipan untuk klarifikasi data hasil 

wawancara berupa transkrip yang telah 

dibuat kepada partisipan, untuk 

memberikan kesempatan kepada 

partisipan menambahkan informasi yang 

belum diberikan pada saat wawancara 

pertama atau ada informasi yang tidak 

ingin dipublikasikan dalam penelitian; dan 9) Data baru yang diperoleh saat dilakukan 

validasi kepada partisipan digabungkan ke 

dalam transkrip yang telah disusun peneliti 

berdasarkan persepsi partisipan. 

HASIL DAN BAHASAN 

Berdasarkan temuan pada 

penelitian ini, hasil penelitian ini 

menemukan dua tema pada penelitian ini. 

Kedua tema berdasarkan temuan pada 

penelitian ini meliputi : 1) Proses 

pengambilan keputusan menjalani terapi 

bekam; 2) Alasan klien menjalani terapi 

bekam. Tema pertama tentang proses 

pengambilan keputusan memilih terapi 

bekam, pada penelitian ini ditemukan dua 

faktor yang mempengaruhi proses 

pengambilan keputusan memilih terapi 

bekam yaitu adanya faktor sosial dan 

faktor psikologis. Tema kedua tentang 

alasan menjalani terapi bekam, pada 

penelitian ini ditemukan beberapa alasan 

menjalani terapi bekam yang meliputi 

aspek fisiologis, psikologis, ekonomi dan 

spiritual. Selanjutnya peneliti membahas 

secara rinci masing-masing tema yang 

teridentifikasi berdasarkan tujuan 

penelitian yang dicapai. 

Proses Pengambilan Keputusan dalam 

pemilihan Terapi Bekam 

Berdasarkan hasil penelitian ini, 

ditemukan data dan informasi bahwa 

proses pengambilan keputusan terdiri dai 

dua faktor yaitu faktor sosial dan faktor 

psikologis. Faktor sosial yang 

mempengaruhi partisipan dalam 

mengambil keputusan untuk memilih terapi 

bekam yaitu  dengan berdiskusi dengan 

anggota keluarga dan karena adanya 

dukungan dari anggota keluarga. Hal ini 

sesuai dengan apa yang disampaikan 

menurut teori Lawrence yang dikutip 

Soekidjo Notoatmodjo (2003), kesehatan 

seseorang atau warga    dipengaruhi 

oleh 2 faktor pokok, yaitu perilaku 

(behavior causes) dan faktor dari luar 

perilaku (Non-behavior causes). Salah satu 

faktor perilaku yaitu  faktor 

memperkuat/pendorong (reinforcing factor) 

yaitu faktor yang memperkuat terjadinya 

perilaku tersebut yaitu mendapat dukungan 

dari keluarga/kerabat, teman, petugas 

kesehatan dan lain-lain. 

Faktor psikologis yang 

mempengaruhi partisipan dalam 

mengambil keputusan untuk memilih terapi 

bekam yaitu  adanya rasa percaya 

kepada keluarga ataupun orang lain. 

Bangsa negara kita   telah lama mengenal 

dan menggunakan tanaman berkhasiat 

obat sebagai salah satu upaya dalam 

menanggulangi masalah kesehatan. 

Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat 

obat berdasar pada pengalaman dan 

ketrampilan yang secara turun temurun 

telah diwariskan dari satu generasi ke 

generasi berikutnya (Sukandar, 2006). Dari 

uraian diatas dapat disimpulkan bahwa 

penggunaan terapi alternatif komplementer 

sudah digunakan sejak nenek moyang dan 

perilaku tersebut mendapatkan dukungan 

dari keluarga karena adanya keyakinan 

dan kepercayaan dalam warga    

secara turun temurun. 

Proses pengambilan keputusan 

dimulai dengan penerimaan informasi, 

memproses berbagai informasi dengan 

kemungkinan dampaknya, kemudian 

mengambil keputusan dari berbagai 

kemungkinan dan melaksanakannya. 

Proses pengambilan keputusan 

dipengaruhi oleh faktor psikologis dan 

sosiologis yang berinteraksi secara tidak 

logis. Keputusan yang diambil orang sakit 

penting bagi pengobat untuk menilai hasil terapi dan kemungkinan hasil yang 

diharapkan 

Menurut hasil penelitian dari 

Lorenc, Clarke, Robinson & Blair (2009) 

tentang How parents choose to use CAM: 

a systematic review of theoretical models

menyatakan bahwa faktor yang 

mempengaruhi pengambilan keputusan 

dalam memilih terapi alternatif 

komplementer yaitu  adanya keinginan 

(nilai-nilai pribadi, tujuan), kepercayaan 

(harapan terhadap proses dan hasil 

pengobatan, pengetahuan dan faktor 

lainnya seperti kemudahan akses. Selain 

itu ada dua pendekatan dominan dalam 

pengambilan keputusan menggunakan 

terapi alternatif komplementer yaitu (1) 

konsep dari pemanfaatan fasilitas 

kesehatan mengenai kesempatan dan 

keterlibatan dalam pemanfaatan fasilitas 

kesehatan, (2) perilaku kesehatan dimana 

pengambilan keputusan terapi alternatif 

komplementer di gambarkan dalam 

kerangka sosial dan psikologis terutama 

faktor kognitif. 

Alasan klien menjalani terapi alternatif 

komplementer bekam 

Alasan klien dalam menjalani 

terapi bekam tercermin dalam sebuah 

tema alasan klien menjalani terapi 

alternatif komplementer bekam. 

Berdasarkan data dan informasi dari 

partisipan, partisipan menyatakan bahwa 

alasan menjalani terapi bekam meliputi 

aspek fisiologis, aspek psikologis, aspek 

ekonomi dan aspek spiritual. Berbeda 

dengan hasil penelitian Rayner, Mc 

Lachlan, Forster and Cramer (2009) 

tentang Australian women’s use of 

complementary and alternative medicine to 

enhance fertility: exploring the experience 

of women and practitioners menyatakan 

bahwa alasan yang menyebabkan 

peningkatan pemanfaatan terapi alternatif 

komplementer yaitu  karena ketidak 

puasan dengan pengobatan konvensional, 

kebutuhan akan control yang lebih dari 

keputusan pengobatan, perawatan 

penyakit kronis, kelamiahan terapi 

alternatif komplementer dan adanya 

interaksi personal antara klien dengan 

praktisi. 

Aspek fisiologis yang menjadi 

alasan klien dalam menjalani terapi 

alternatif komplementer bekam yaitu  

terbebasnya dari efek samping obat kimia 

(Amira 2007, Shafiq 2003, Sirois 2008). 

Pengobatan tradisional atau herbal 

semakin diperhatikan. Banyak alasan 

mengapa warga    memilih cara ini. 

Pengobatan secara medis yang semakin 

mahal, adanya efek samping untuk 

pemakaian obat kimiawi jangka panjang, 

maupun kesembuhan melalui cara medis 

yang tidak 100% khususnya untuk penyakit 

yang kronis ( Haryana, 2006 ). 

Hal ini sesuai dengan penelitian 

Amira (2007) tentang Frequency of 

complementary and alternative medicine 

utilization in hypertensive patients 

attending an urban tertiary care centre in 

Nigeria menyatakan bahwa sebagian 

besar pasien hipertensi memilih terapi 

alternatif komplementer dengan alasan 

kealamiahan terapi, dan tidak adanya efek 

samping dari terapi tersebut. Hal serupa 

juga sesuai dengan Shafiq et al (2003) 

dalam penelitiannya tentang Prevalence 

and Pattern of use of complementary and 

alternative medicine (CAM) in hypertensive 

patients of tertiary care center in India

menyatakan bahwa menghindari efek 

samping yaitu  salah satu alasan 

penggunaan terapi alternatif komplementer terhadap 59% responden pada penelitian 

yang dilakukan di India. 

Berdasarkan hasil temuan pada 

penelitian ini bahwa salah satu alasan 

menjalani terapi bekam yaitu  karena 

kemanjuran atau kecocokan terapi 

terhadap penyakit yang diderita. Menurut 

Sirois (2008) dalam penelitiannya tentang 

Motivations for consulting complementary 

and alternative medicine practitioners: A 

comparison of consumers from 1997-8 and 

2005 menyatakan bahwa motivasi atau 

alasan warga    mengunakan terapi 

alternatif komplementer yaitu  karena 

ketidakefektifan pengobatan konvensional 

terhadap penyakit yang di alami. Alasan 

lainnya yaitu  bahwa terapi alternatif 

komplementer dapat memberikan peran 

aktif kepada warga    dalam 

memelihara kesehatan dan adanya efek 

samping yang tidak diinginkan dari 

pengobatan konvensional. 

Alasan lain dalam menjalani terapi 

bekam yaitu  karena harga yang 

terjangkau. Menurut Walcott (2004) salah 

satu alasan pemilihan pengobatan 

alternatif yaitu  faktor ekonomi. Satu 

alasan mengapa pengobatan alternatif 

murah, sering dikatakan sebagai alasan 

alami. Pengobatan alternatif/tradisional 

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan cukup 

banyak dibandingkan obat kimia, sehingga 

ketersedian bahan-bahan tumbuhan bisa 

lebih mudah didapat di mana saja. 

Harganya pun lebih murah dari pada obat 

kimia yang hanya bisa didapat dari apotek. 

Banyak iklan-iklan di majalah dan di surat 

kabar yang mempromosikan jenis-jenis 

pengobatan alternatif/tradisional sebagai 

‘cepat’ dan ‘murah’. Karena itu, faktor 

ekonomi menjadi hal yang terkait dengan 

pengobatan alternatif. Untuk responden 

yang tidak pernah mencoba pengobatan 

alternatif dia masih menganggap hal ini 

sebagai alasan utama dalam pemilihan 

pengobatan alternatif. 

Meskipun faktor-faktor ekonomi 

memainkan peran dalam pemilihan terapi 

alternatif komplementer, faktor biaya tidak 

selalu dapat diprediksi. Sebagai contoh, 

sebuah kesalahpahaman yang biasa 

terjadi yaitu  bahwa pasien memilih terapi 

alternatif komplementer dan pengobatan 

tradisional karena biaya yang lebih murah 

dibandingkan pengobatan konvensional. 

Walaupun banyak bukti biaya perawatan 

menggunakan pengobatan alternatif 

komplementer dan pengobatan tradisional 

lebih murah daripada biaya pengobatan 

konvensional, beberapa studi telah 

menemukan bahwa biaya pengobatan 

alternatif komplementer dan pengobatan 

tradisional sama atau lebih mahal 

dibandingkan pengobatan medis 

konvensional (Muela, Mushi, dan Ribera 

2000). 

Salah satu studi telah 

menunjukkan bahwa pertimbangan 

keuangan bukan faktor utama dalam 

memilih pengobatan tradisional, alasan 

utamanya yaitu  keyakinan, kemudahan 

akses, dan kenyamanan. Biaya 

pengobatan menjadi alasan setelah 

keyakinan, kemudahan akses dan 

kemudahan terapi (Winston dan Patel 

1995). Dari uraian tersebut menjelaskan 

bahwa faktor ekonomi/biaya yang lebih 

murah bukanlah alasan utama dalam 

pemilihan terapi alternatif komplementer 

tetapi keyakinan, kemudahan akses dan 

kenyamanan menjadi faktor yang lebih 

berperan dalam pemilihan terapi alternatif 

komplementer tersebut 

Berdasarkan data dan informasi 

yang ditemukan pada penelitian ini bahwa 

alasan menjalani terapi bekam yaitu  sebagai salah satu ibadah dalam rangka 

menjalankan ajaran agama yang 

dianutnya. Pengobatan dengan bekam 

sudah digunakan semenjak zaman Nabi. 

Terbukti dengan adanya hadis Nabi 

Muhammad SAW yang berbunyi 

“Kesembuhan itu terdapat pada tiga hal, 

yaitu minuman madu, sayatan alat bekam 

dan kay (pembakaran) dengan api, dan 

sesungguhnya aku melarang umatku dari 

kay.” Sabda yang lain “Sungguh, 

pengobatan paling utama yang kalian 

gunakan yaitu  bekam ”(Hadits Bukhari) 

(Yasin, 2007). 

Beribadah merupakan proses 

keimanan yang diawali dengan niat yang 

kemudian di amalkan dan dilaksanakan 

dengan ketaatan. Dengan beragama 

manusia mempunyai aturan petunjuk dan 

nasehat dalam menjalankan 

kehidupannya. Motivasi ibadah yaitu  

dorongan seseorang untuk berbakti 

kepada Allah untuk mencapai tujuan 

hidupnya, yang ditunjukan dengan sikap 

dan perilaku yang baik yaitu untuk 

mendapat ridho Allah. Beribadah yaitu  

pengakuan kita terhadap Allah, dimana kita 

bergantung hanya pada satu yaitu Allah 

yang menciptakan manusia, dunia, dan 

alam semesta. Dengan pengakuan ini, 

timbulkan rasa aman dalam jiwa manusia 

bahwa ada pendukung hidupnya yang 

amat dekat, yang tidak akan pernah 

membuatnya sedih. 

Dalam beribadah kita memerlukan 

motivasi, motivasi menggerakkan sikap, 

tanpa ada motivasi yang didasari 

keikhlasan, apalagi semata-mata hanya 

menjalankan kewajiban, maka ibadah 

tersebut menjadi kering tanpa makna. 

Motivasi dibagi menjadi 2 bagian penting 

yaitu: (1) Motivasi utama atau motivasi 

psikologi; (2) Motivasi Kejiwaan (spiritual). 

Motivasi utama atau psikologi yaitu  

motivasi yang fitrah yang sudah menjadi 

tabiat dan bawaan manusia sejak lahir, 

berhubungan erat dengan segala sesuatu 

yang berkaitan dengan fisik. motivasi 

psikologi yang terpenting yaitu  motivasi 

menjaga kelangsungan hidup dengan 

pemenuhan rasa lapar, haus , lelah, sakit , 

bernafas. Sedangkan motivasi kejiwaan 

dan spiritual, seperti motivasi untuk tetap 

konsisten menjalankan ajaran agama, 

motivasi bertaqwa, mencintai kebaikan, 

kebenaran dan membenci kezaliman. (Az￾Zahrani, 2005). 

SIMPULAN DAN SARAN 

Proses pengambilan keputusan 

pasien hipertensi yang menjalani terapi 

bekam mempertimbangkan faktor social 

dan faktor psikologis. Faktor social yang 

berpengaruh dalam proses pengambilan 

keputusan memilih terapi bekam yaitu  

adanya dukungan dari keluarga dan 

dengan diskusi dengan anggota keluarga. 

Faktor psikologis yang mempengaruhi 

proses pengambilan keputusan memilih 

terapi bekam yaitu  karena adanya 

kepercayaan dengan orang lain. Alasan 

klien dalam menjalani terapi altertif 

komplementer digambarkan dalam satu 

tema yaitu alasan menjalani terapi bekam. 

Alasan menjalani terapi bekam meliputi 

aspek fisiologis, ekonomi, psikologis dan 

aspek spiritual. Aspek fisiologis yang 

menjadi alasan menjalani terapi bekam 

yaitu  keinginan untuk terbebas dari efek 

samping obat. Aspek ekonomi berupa 

harga terapi bekam yang terjangkau, 

aspek psikologis meliputi adanya 

kecocokan dengan terapi bekam serta 

adanya aspek spiritual berupa terapi 

bekam yaitu  salah satu ajaran agama 

tertentu. Hasil penelitian ini diharapkan 

bahwa perawat dapat memahami tentang 

terapi alternatif komplementer bekam dan 

dapat menjadi praktisi terapi alternatif 

komplementer bekam, peran lainnya 

yaitu  perawat mempunyai peranan 

seperti care provider, conselor, educator

dan advocator dalam pelaksanaan terapi 

alternatif komplementer bekam. Bagi 

pelayanan keperawatan, diharapkan dapat 

dijadikan rekomendasi di bidang