pasien hipertensi
Lebih dari seperempat jumlah
populasi dunia saat ini menderita
hipertensi. Data WHO menyebutkan,
jumlah penderita hipertensi di India tahun
2000 yaitu 60,4 juta dan diperkirakan
sebanyak 107,3 juta pada tahun 2025
(terjadi kenaikan sebesar 56%). Di Cina
pada tahun 2000 sebanyak 98,5 juta orang
menderita hipertensi dan tahun 2025
diperkirakan menjadi 151,7 juta (kenaikan
sebesar 65%). Sedangkan di bagian lain
Asia tercatat tahun 2000 sebesar 38,4 juta
penderita hipertensi dan tahun 2025
sebesar 67,3 juta (kenaikan sebesar 57%).
Data ini menunjukkan bahwa hipertensi
masih menjadi ancaman bagi warga
dunia
Di negara kita banyaknya penderita
hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi
hanya 4% yang merupakan hipertensi
terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang
dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari
sebagai penderita hipertensi sehingga
mereka cenderung untuk menjadi
hipertensi berat karena tidak menghindari
dan tidak mengetahui faktor risikonya, dan
90% merupakan hipertensi esensial. Saat
ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah
kesehatan warga di negara kita
Terapi nonfarmakologis harus
diberikan kepada semua pasien hipertensi
primer dengan tujuan menurunkan tekanan
darah dan mengendalikan faktor risiko
serta penyakit penyerta lainnya
Ketidakpatuhan pasien terhadap modifikasi
gaya hidup yaitu konsumsi alkohol,
pengendalian berat badan, termasuk
pengendalian stres dan kecemasan
merupakan salah satu penyebab terjadinya
hipertensi resisten
Terapi alternatif komplementer
yaitu sebuah kelompok dari bermacammacam sistem pengobatan dan perawatan
kesehatan, praktek dan produk yang
secara umum tidak menjadi bagian dari
pengobatan konvensional Frekuensi dari
pemanfaatan terapi alternatif
komplementer meningkat pesat diseluruh
pelosok dunia. Perkembangan tersebut
tercatat dengan baik di afrika dan populasi
secara global antara 20% sampai dengan
80%. Hal yang menarik dari terapi alternatif
komplementer ini didasarkan pada asumsi
dasar dan prinsip-prinsip sistem yang
beroperasi
Terbukti bahwa pemanfaatan terapi
alternatif komplementer mengalami
peningkatan secara global, dan pengakuan
diberikan oleh penyedia asuransi
kesehatan di negara-negara maju
(Eisenberg, Davis, Ettner, Appel, Wilkey,
Van Rompay & Kessler, 1998). Faktor
pendorong terjadinya peningkatan
penggunaan obat herbal dinegara maju
yaitu usia harapan hidup yang lebih
panjang pada saat prevalensi penyakit
kronik meningkat, adanya kegagalan
penggunaan obat modern untuk penyakit
tertentu di antaranya kanker serta semakin
luas akses informasi mengenai obat herbal
di seluruh dunia
Menurut teori Lawrence yang
dikutip
kesehatan seseorang atau warga
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu
perilaku (behavior causes) dan faktor dari
luar perilaku (Non-behavior causes),
selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk 3
faktor, yaitu: Faktor predisposisi yaitu
faktor yang mempermudah dan mendasari
terjadinya perilaku tertentu yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan dari pendidikan
formal, sikap, kepercayaan, keyakinan,
nilai-nilai dan budaya serta beberapa
karakteristik individu yaitu: pengetahuan
tentang terapi alternatif komplementer;
Faktor pemungkin (Enabling factor) yaitu
yang memungkinkan untuk terjadinya
perilaku tertentu terbentuk yang berwujud
dalam lingkungan fisik dan ketersediaan
fasilitas dan sarana kesehatan yaitu
ketersediaan, ketercapaian fasilitas dan
ketrampilan yang berkaitan dengan
kesehatan; Faktor pendorong (reinforcing
factor) yaitu faktor yang memperkuat
terjadinya perilaku tersebut yaitu mendapat
dukungan dari keluarga/kerabat, teman,
petugas kesehatan dan lain-lain
Di Kabupaten Banyumas,
penduduk paling banyak menganut agama
Islam dan warga masih sangat kental
dengan pengobatan bernuansa spiritual.
Pengobatan penyakit metabolik yang ada
saat ini menggunakan terapi alternatif dan
komplementer, salah satunya yaitu
menggunakan terapi bekam atau Hijamah.
Hijamah sudah digunakan semenjak
zaman Rasulullah Muhammad SAW
(Yasin, 2007). Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, terdapat
90 tempat terapi alternatif komplementer
yang ada di Kabupaten Banyumas. Dari
pengamatan lapangan yang telah
dilakukan di salah satu tempat terapi
alternatif komplementer di Kabupaten
Banyumas, menunjukkan bahwa pasien
yang paling banyak mendapatkan
menjalani terapi alternatif komplementer
yaitu pasien hipertensi.
Pendekatan yang digunakan pada
penelitian ini yaitu fenomenologi yaitu
penelitian yang berfokus pada penemuan
fakta mengenai pertimbangan dan alasan
pasien hipertensi menjalani terapi alternatif
komplementer bekam yang ditekankan
pada usaha untuk memahami tingkah laku
berdasarkan perspektif pasien yang
mengalaminya. Fenomenologi merupakan
suatu metode penelitian yang kritis dan
menggali fenomena yang ada secara
sistematis
Metode ini memahami individu dengan
segala kompleksitasnya sebagai makhluk
subyektif, melihat manusia sebagai sistem
yang berpola dan berkembang
Partisipan atau sampel penelitian
ini yaitu pasien hipertensi yang menjalani
terapi alternatif komplementer bekam.
Jumlah partisipan pada penelitian ini
sebanyak 6 partisipan. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan
yaitu purposive sampling. Kriteria sampel
pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :
(1) pasien hipertensi yang sedang
menjalani terapi alternatif komplementer
bekam; (2) pasien yang terdiagnosa
hipertensi oleh dokter (3) bersedia menjadi
partisipan dalam penelitian yang dibuktikan
dengan menandatangani surat pernyataan
persetujuan penelitian; (4) mampu
berkomunikasi dengan baik. Penelitian ini
dilakukan di klinik terapi alternatif
komplementer bekam yang
menyelenggarakan pengobatan terhadap
masalah hipertensi, yaitu klinik An-Nahl
dan Klinik Natura Syifa Purwokerto.
Pengambilan data dilakukan sesuai
dengan kesepakatan antara peneliti dan
partisipan. Dari keenam partisipan, tempat
pengambilan data berada di rumah
partisipan masing-masing sesuai dengan
kesepakatan sebelumnya. Pengambilan
data penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Mei 2010-Juni 2010.
Penelitian ini sangat menjunjung
kode etik penelitian dimana identitas
informan menggunakan kode atau inisial
saja. Pertimbangan etik meliputi aspek self
determination, privacy dan dignity,
anonimity, confidentiality dan protection
from discomfort . Alat pengumpulan data yang digunakan
yaitu peneliti sendiri, pedoman
wawancara, alat tulis, field notes dan MP3.
Pada pengumpulan data dengan
wawancara, strategi yang digunakan
yaitu open ended interview dimana hal
ini merupakan hal yang utama dalam riset
kualitatif karena memberikan kesempatan
kepada partisipan untuk menjelaskan
sepenuhnya pengalaman mereka
Pengumpulan data tidak hanya
dilakukan dengan wawancara, peneliti juga
membuat catatan lapangan (field note)
yang berisikan deskripsi tentang tanggal,
waktu, dan informasi dasar tentang
suasana saat wawancara seperti tatanan
lingkungan, interaksi sosial dan aktivitas
yang berlangsung saat wawancara
dilakukan. Catatan lapangan pada
penelitian kualitatif dibuat pada saat proses
wawancara berlangsung dari masingmasing partisipan agar tidak terjadi
kesalahan
Proses analisis data dilakukan
secara simultan dengan proses
pengumpulan data. Adapun tahapan
proses analisis data menggunakan
langkah-langkah dari Colaizzi (1978,
dalam Streubert & Carpenter, 1999) yaitu
sebagai berikut : 1) Memiliki gambaran
yang jelas tentang fenomena yang diteliti,
yaitu pertimbangan dan alasan pasien
hipertensi yang menjalani terapi alternatif
komplementer; 2) Mencatat data yang
diperoleh yaitu hasil wawancara dengan
partisipan mengenai pertimbangan dan
alasan pasien hipertensi yang menjalani
terapi alternatif komplementer, transkripsi
dilakukan dengan cara merubah dari
rekaman suara menjadi bentuk tertulis
secara verbatim dan hasil catatan
lapangan yang dibuat selama proses
wawancara terhadap partisipan sebagai
tambahan untuk analisis selanjutnya.
Proses transkripsi dibuat setiap selesai
melakukan wawancara dengan satu
partisipan dan sebelum wawancara
dengan partisipan yang lain; 3) Membaca
hasil transkrip secara berulang – ulang
sebanyak 4 – 5 kali dari semua partisipan
agar peneliti lebih memahami pernyataan –
pernyataan partisipan tentang
pertimbangan dan alasan pasien hipertensi
yang menjalani terapi alternatif
komplementer secara mendalam; 4)
Membaca transkrip untuk memperoleh ide
yang dimaksud partisipan yaitu berupa
kata kunci dari setiap pernyataan
partisipan, yang kemudian diberi garis
bawah pada pernyataan yang penting agar
bisa dikelompokkan; 5) Menentukan arti
setiap pernyataan yang penting dari semua
partisipan dan pernyataan yang
berhubungan dengan pertimbangan dan
alasan pasien hipertensi yang menjalani
terapi alternatif komplementer; 6)
Melakukan pengelompokkan data kedalam
berbagai kategori untuk selanjutnya
dipahami secara utuh dan dan
menentukan tema-tema utama yang
muncul; 7) Peneliti mengintegrasikan hasil
secara keseluruhan kedalam bentuk
deskripsi naratif mendalam tentang
pertimbangan dan alasan pasien hipertensi
yang menjalani terapi alternatif
komplementer; 8) Peneliti kembali ke
partisipan untuk klarifikasi data hasil
wawancara berupa transkrip yang telah
dibuat kepada partisipan, untuk
memberikan kesempatan kepada
partisipan menambahkan informasi yang
belum diberikan pada saat wawancara
pertama atau ada informasi yang tidak
ingin dipublikasikan dalam penelitian; dan 9) Data baru yang diperoleh saat dilakukan
validasi kepada partisipan digabungkan ke
dalam transkrip yang telah disusun peneliti
berdasarkan persepsi partisipan.
HASIL DAN BAHASAN
Berdasarkan temuan pada
penelitian ini, hasil penelitian ini
menemukan dua tema pada penelitian ini.
Kedua tema berdasarkan temuan pada
penelitian ini meliputi : 1) Proses
pengambilan keputusan menjalani terapi
bekam; 2) Alasan klien menjalani terapi
bekam. Tema pertama tentang proses
pengambilan keputusan memilih terapi
bekam, pada penelitian ini ditemukan dua
faktor yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan memilih terapi
bekam yaitu adanya faktor sosial dan
faktor psikologis. Tema kedua tentang
alasan menjalani terapi bekam, pada
penelitian ini ditemukan beberapa alasan
menjalani terapi bekam yang meliputi
aspek fisiologis, psikologis, ekonomi dan
spiritual. Selanjutnya peneliti membahas
secara rinci masing-masing tema yang
teridentifikasi berdasarkan tujuan
penelitian yang dicapai.
Proses Pengambilan Keputusan dalam
pemilihan Terapi Bekam
Berdasarkan hasil penelitian ini,
ditemukan data dan informasi bahwa
proses pengambilan keputusan terdiri dai
dua faktor yaitu faktor sosial dan faktor
psikologis. Faktor sosial yang
mempengaruhi partisipan dalam
mengambil keputusan untuk memilih terapi
bekam yaitu dengan berdiskusi dengan
anggota keluarga dan karena adanya
dukungan dari anggota keluarga. Hal ini
sesuai dengan apa yang disampaikan
menurut teori Lawrence yang dikutip
Soekidjo Notoatmodjo (2003), kesehatan
seseorang atau warga dipengaruhi
oleh 2 faktor pokok, yaitu perilaku
(behavior causes) dan faktor dari luar
perilaku (Non-behavior causes). Salah satu
faktor perilaku yaitu faktor
memperkuat/pendorong (reinforcing factor)
yaitu faktor yang memperkuat terjadinya
perilaku tersebut yaitu mendapat dukungan
dari keluarga/kerabat, teman, petugas
kesehatan dan lain-lain.
Faktor psikologis yang
mempengaruhi partisipan dalam
mengambil keputusan untuk memilih terapi
bekam yaitu adanya rasa percaya
kepada keluarga ataupun orang lain.
Bangsa negara kita telah lama mengenal
dan menggunakan tanaman berkhasiat
obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan.
Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat
obat berdasar pada pengalaman dan
ketrampilan yang secara turun temurun
telah diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya (Sukandar, 2006). Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan terapi alternatif komplementer
sudah digunakan sejak nenek moyang dan
perilaku tersebut mendapatkan dukungan
dari keluarga karena adanya keyakinan
dan kepercayaan dalam warga
secara turun temurun.
Proses pengambilan keputusan
dimulai dengan penerimaan informasi,
memproses berbagai informasi dengan
kemungkinan dampaknya, kemudian
mengambil keputusan dari berbagai
kemungkinan dan melaksanakannya.
Proses pengambilan keputusan
dipengaruhi oleh faktor psikologis dan
sosiologis yang berinteraksi secara tidak
logis. Keputusan yang diambil orang sakit
penting bagi pengobat untuk menilai hasil terapi dan kemungkinan hasil yang
diharapkan
Menurut hasil penelitian dari
Lorenc, Clarke, Robinson & Blair (2009)
tentang How parents choose to use CAM:
a systematic review of theoretical models
menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan
dalam memilih terapi alternatif
komplementer yaitu adanya keinginan
(nilai-nilai pribadi, tujuan), kepercayaan
(harapan terhadap proses dan hasil
pengobatan, pengetahuan dan faktor
lainnya seperti kemudahan akses. Selain
itu ada dua pendekatan dominan dalam
pengambilan keputusan menggunakan
terapi alternatif komplementer yaitu (1)
konsep dari pemanfaatan fasilitas
kesehatan mengenai kesempatan dan
keterlibatan dalam pemanfaatan fasilitas
kesehatan, (2) perilaku kesehatan dimana
pengambilan keputusan terapi alternatif
komplementer di gambarkan dalam
kerangka sosial dan psikologis terutama
faktor kognitif.
Alasan klien menjalani terapi alternatif
komplementer bekam
Alasan klien dalam menjalani
terapi bekam tercermin dalam sebuah
tema alasan klien menjalani terapi
alternatif komplementer bekam.
Berdasarkan data dan informasi dari
partisipan, partisipan menyatakan bahwa
alasan menjalani terapi bekam meliputi
aspek fisiologis, aspek psikologis, aspek
ekonomi dan aspek spiritual. Berbeda
dengan hasil penelitian Rayner, Mc
Lachlan, Forster and Cramer (2009)
tentang Australian women’s use of
complementary and alternative medicine to
enhance fertility: exploring the experience
of women and practitioners menyatakan
bahwa alasan yang menyebabkan
peningkatan pemanfaatan terapi alternatif
komplementer yaitu karena ketidak
puasan dengan pengobatan konvensional,
kebutuhan akan control yang lebih dari
keputusan pengobatan, perawatan
penyakit kronis, kelamiahan terapi
alternatif komplementer dan adanya
interaksi personal antara klien dengan
praktisi.
Aspek fisiologis yang menjadi
alasan klien dalam menjalani terapi
alternatif komplementer bekam yaitu
terbebasnya dari efek samping obat kimia
(Amira 2007, Shafiq 2003, Sirois 2008).
Pengobatan tradisional atau herbal
semakin diperhatikan. Banyak alasan
mengapa warga memilih cara ini.
Pengobatan secara medis yang semakin
mahal, adanya efek samping untuk
pemakaian obat kimiawi jangka panjang,
maupun kesembuhan melalui cara medis
yang tidak 100% khususnya untuk penyakit
yang kronis ( Haryana, 2006 ).
Hal ini sesuai dengan penelitian
Amira (2007) tentang Frequency of
complementary and alternative medicine
utilization in hypertensive patients
attending an urban tertiary care centre in
Nigeria menyatakan bahwa sebagian
besar pasien hipertensi memilih terapi
alternatif komplementer dengan alasan
kealamiahan terapi, dan tidak adanya efek
samping dari terapi tersebut. Hal serupa
juga sesuai dengan Shafiq et al (2003)
dalam penelitiannya tentang Prevalence
and Pattern of use of complementary and
alternative medicine (CAM) in hypertensive
patients of tertiary care center in India
menyatakan bahwa menghindari efek
samping yaitu salah satu alasan
penggunaan terapi alternatif komplementer terhadap 59% responden pada penelitian
yang dilakukan di India.
Berdasarkan hasil temuan pada
penelitian ini bahwa salah satu alasan
menjalani terapi bekam yaitu karena
kemanjuran atau kecocokan terapi
terhadap penyakit yang diderita. Menurut
Sirois (2008) dalam penelitiannya tentang
Motivations for consulting complementary
and alternative medicine practitioners: A
comparison of consumers from 1997-8 and
2005 menyatakan bahwa motivasi atau
alasan warga mengunakan terapi
alternatif komplementer yaitu karena
ketidakefektifan pengobatan konvensional
terhadap penyakit yang di alami. Alasan
lainnya yaitu bahwa terapi alternatif
komplementer dapat memberikan peran
aktif kepada warga dalam
memelihara kesehatan dan adanya efek
samping yang tidak diinginkan dari
pengobatan konvensional.
Alasan lain dalam menjalani terapi
bekam yaitu karena harga yang
terjangkau. Menurut Walcott (2004) salah
satu alasan pemilihan pengobatan
alternatif yaitu faktor ekonomi. Satu
alasan mengapa pengobatan alternatif
murah, sering dikatakan sebagai alasan
alami. Pengobatan alternatif/tradisional
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan cukup
banyak dibandingkan obat kimia, sehingga
ketersedian bahan-bahan tumbuhan bisa
lebih mudah didapat di mana saja.
Harganya pun lebih murah dari pada obat
kimia yang hanya bisa didapat dari apotek.
Banyak iklan-iklan di majalah dan di surat
kabar yang mempromosikan jenis-jenis
pengobatan alternatif/tradisional sebagai
‘cepat’ dan ‘murah’. Karena itu, faktor
ekonomi menjadi hal yang terkait dengan
pengobatan alternatif. Untuk responden
yang tidak pernah mencoba pengobatan
alternatif dia masih menganggap hal ini
sebagai alasan utama dalam pemilihan
pengobatan alternatif.
Meskipun faktor-faktor ekonomi
memainkan peran dalam pemilihan terapi
alternatif komplementer, faktor biaya tidak
selalu dapat diprediksi. Sebagai contoh,
sebuah kesalahpahaman yang biasa
terjadi yaitu bahwa pasien memilih terapi
alternatif komplementer dan pengobatan
tradisional karena biaya yang lebih murah
dibandingkan pengobatan konvensional.
Walaupun banyak bukti biaya perawatan
menggunakan pengobatan alternatif
komplementer dan pengobatan tradisional
lebih murah daripada biaya pengobatan
konvensional, beberapa studi telah
menemukan bahwa biaya pengobatan
alternatif komplementer dan pengobatan
tradisional sama atau lebih mahal
dibandingkan pengobatan medis
konvensional (Muela, Mushi, dan Ribera
2000).
Salah satu studi telah
menunjukkan bahwa pertimbangan
keuangan bukan faktor utama dalam
memilih pengobatan tradisional, alasan
utamanya yaitu keyakinan, kemudahan
akses, dan kenyamanan. Biaya
pengobatan menjadi alasan setelah
keyakinan, kemudahan akses dan
kemudahan terapi (Winston dan Patel
1995). Dari uraian tersebut menjelaskan
bahwa faktor ekonomi/biaya yang lebih
murah bukanlah alasan utama dalam
pemilihan terapi alternatif komplementer
tetapi keyakinan, kemudahan akses dan
kenyamanan menjadi faktor yang lebih
berperan dalam pemilihan terapi alternatif
komplementer tersebut
Berdasarkan data dan informasi
yang ditemukan pada penelitian ini bahwa
alasan menjalani terapi bekam yaitu sebagai salah satu ibadah dalam rangka
menjalankan ajaran agama yang
dianutnya. Pengobatan dengan bekam
sudah digunakan semenjak zaman Nabi.
Terbukti dengan adanya hadis Nabi
Muhammad SAW yang berbunyi
“Kesembuhan itu terdapat pada tiga hal,
yaitu minuman madu, sayatan alat bekam
dan kay (pembakaran) dengan api, dan
sesungguhnya aku melarang umatku dari
kay.” Sabda yang lain “Sungguh,
pengobatan paling utama yang kalian
gunakan yaitu bekam ”(Hadits Bukhari)
(Yasin, 2007).
Beribadah merupakan proses
keimanan yang diawali dengan niat yang
kemudian di amalkan dan dilaksanakan
dengan ketaatan. Dengan beragama
manusia mempunyai aturan petunjuk dan
nasehat dalam menjalankan
kehidupannya. Motivasi ibadah yaitu
dorongan seseorang untuk berbakti
kepada Allah untuk mencapai tujuan
hidupnya, yang ditunjukan dengan sikap
dan perilaku yang baik yaitu untuk
mendapat ridho Allah. Beribadah yaitu
pengakuan kita terhadap Allah, dimana kita
bergantung hanya pada satu yaitu Allah
yang menciptakan manusia, dunia, dan
alam semesta. Dengan pengakuan ini,
timbulkan rasa aman dalam jiwa manusia
bahwa ada pendukung hidupnya yang
amat dekat, yang tidak akan pernah
membuatnya sedih.
Dalam beribadah kita memerlukan
motivasi, motivasi menggerakkan sikap,
tanpa ada motivasi yang didasari
keikhlasan, apalagi semata-mata hanya
menjalankan kewajiban, maka ibadah
tersebut menjadi kering tanpa makna.
Motivasi dibagi menjadi 2 bagian penting
yaitu: (1) Motivasi utama atau motivasi
psikologi; (2) Motivasi Kejiwaan (spiritual).
Motivasi utama atau psikologi yaitu
motivasi yang fitrah yang sudah menjadi
tabiat dan bawaan manusia sejak lahir,
berhubungan erat dengan segala sesuatu
yang berkaitan dengan fisik. motivasi
psikologi yang terpenting yaitu motivasi
menjaga kelangsungan hidup dengan
pemenuhan rasa lapar, haus , lelah, sakit ,
bernafas. Sedangkan motivasi kejiwaan
dan spiritual, seperti motivasi untuk tetap
konsisten menjalankan ajaran agama,
motivasi bertaqwa, mencintai kebaikan,
kebenaran dan membenci kezaliman. (AzZahrani, 2005).
SIMPULAN DAN SARAN
Proses pengambilan keputusan
pasien hipertensi yang menjalani terapi
bekam mempertimbangkan faktor social
dan faktor psikologis. Faktor social yang
berpengaruh dalam proses pengambilan
keputusan memilih terapi bekam yaitu
adanya dukungan dari keluarga dan
dengan diskusi dengan anggota keluarga.
Faktor psikologis yang mempengaruhi
proses pengambilan keputusan memilih
terapi bekam yaitu karena adanya
kepercayaan dengan orang lain. Alasan
klien dalam menjalani terapi altertif
komplementer digambarkan dalam satu
tema yaitu alasan menjalani terapi bekam.
Alasan menjalani terapi bekam meliputi
aspek fisiologis, ekonomi, psikologis dan
aspek spiritual. Aspek fisiologis yang
menjadi alasan menjalani terapi bekam
yaitu keinginan untuk terbebas dari efek
samping obat. Aspek ekonomi berupa
harga terapi bekam yang terjangkau,
aspek psikologis meliputi adanya
kecocokan dengan terapi bekam serta
adanya aspek spiritual berupa terapi
bekam yaitu salah satu ajaran agama
tertentu. Hasil penelitian ini diharapkan
bahwa perawat dapat memahami tentang
terapi alternatif komplementer bekam dan
dapat menjadi praktisi terapi alternatif
komplementer bekam, peran lainnya
yaitu perawat mempunyai peranan
seperti care provider, conselor, educator
dan advocator dalam pelaksanaan terapi
alternatif komplementer bekam. Bagi
pelayanan keperawatan, diharapkan dapat
dijadikan rekomendasi di bidang