Tumor payudara Mammae
Tumor payudara (fibroadenoma mammae) merupakan tumor yang sering menyerang pada wanita usia subur
dikarenakan puncak kesuburan terjadi pada rentang ini dan setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga
perlu dilakukan pencegahan dengan deteksi dini tumor payudara. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang deteksi dini tumor payudara di Puskesmas Ganting Gedangan
Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasinya yaitu semua wanita usia subur
(20-25 tahun) dengan rata-rata kunjungan 65 wanita usia subur, sampelnya yaitu sebagian wanita usia subur
dengan jumlah 56 responden yang diambil dengan cara purposive sampling. Variabel dalam penelitian ini
yaitu tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang deteksi dini tumor payudara. Data diperoleh dengan
menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan deskriptif dengan menggunakan persentase. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 56 responden, sebagian besar pengetahuan kurang (58,9%), hampir
setengahnya pengetahuan cukup (25%) dan sebagian kecil pengetahuan baik (16,1%). Simpulan dari penelitian
ini yaitu sebagian besar wanita usia subur di Puskesmas Ganting memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang
deteksi dini tumor payudara. Diharapkan wanita lebih meningkatkan pengetahuannya tentang deteksi dini tumor
payudara, serta petugas kesehatan diharapkan lebih meningkatkan pelayanan dengan lebih sering melakukan
penyuluhan dan sosialisasi tentang deteksi dini tumor payudara.
Tumor yaitu pembengkakan di dalam atau
pada tubuh akibat pertumbuhan sel yang
abnormal. Tumor dapat bersifat maligna
atau benigna. Tumor merupakan gangguan
patologis pertumbuhan sel yang ditandai
dengan proliferasi sel yang berlebihan, tidak
terkontrol, dan tidak normal yang dapat
bersifat padat maupun berisi cairan.
Ketika pertumbuhan sel tumor terbatas pada
tempat asal dan fisik normal maka
merupakan tumor jinak, namun jika sel-sel
abnormal terus tumbuh dan tidak terkendali,
maka disebut sebagai tumor ganas atau
kanker. Salah satu jenis tumor diantaranya
tumor mammae yang merupakan kelainan
payudara yang sering ditemukan terutama
pada wanita.
Menurut World Health Organization
(WHO) menyebutkan 13% wanita
mengalami tumor payudara. Hal ini
menjadikan tumor payudara sebagai jenis
tumor yang paling banyak ditemui pada
wanita. Setiap tahun lebih dari 260.000
kasus baru tumor payudara terdiagnosa di
Eropa dan kurang lebih 180.000 di Amerika
Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2013
diperkirakan 1,4 juta wanita terdiagnosa
tumor payudara di Asia (Kemenkes RI,
2014). Sedangkan data persentase prevalensi
dan estimasi jumlah penderita penyakit
payudara pada perempuan di negara kita
menunjukan adanya peningkatan dari 1,4%
1000 warga di tahun 2013 menjadi
1,79% 1000 warga pada tahun 2018.
Prevelansi tumor/kanker di Provinsi Jawa
Barat dengan jumlah warga terbanyak di
negara kita : yaitu 40.737.594 orang, wanita:
49,5%, angka kejadian tumor/kanker 0,5%.
estimasi kejadian 26/100.000 wanita atau
prevalensi di Jawa Barat sekitar 5200 kasus
berdasar gambaran klinis, tumor
payudara dapat diklasifikasikan menjadi
tumor mammae jinak (benigna) dan ganas
(maligna). Kanker payudara yaitu tumor
maligna payudara yang dapat menjadi kanker
yang berasal dari jaringan payudara (duktus,
lobulus, dan jaringan penunjang lainnya),
yang mebedakan dari keduanya yaitu
bentuk, konsistensi, permukaan, mobile ata
tidaknya dan sifat nyeri
Tumor payudara terdiri dari fibroadenoma
mammae (FAM), kistosarkoma phyloides,
kista mammmae, kelainan fibrokistik, dan
karsinoma mammae. Pemeriksaan payudara
dapat dilakukan secara rutin dan mandiri
yaitu dengan cara Periksa Payudara Sendiri
(SADARI). SADARI yaitu deteksi dini
untuk mengetahui adanya benjolan atau
perubahan yang abnormal pada payudara
yang dapat dilakukan sendiri dengan cara
periksa payudara sendiri. SADARI
hendaknya dilakukan setiap bulan 7-10 hari
setelah hari pertama menstruasi (saat
payudara kemungkinan tidak mengeras dan
nyeri) (Permenkes RI, 2015). Suryo (2009,
p. 59) juga mengatakan bahwa sebaiknya
SADARI dilakukan pada waktu yang sama
setiap bulan dan bagi wanita yang masih
mengalami menstruasi, waktu yang paling
tepat untuk melakukan SADARI yaitu 7-
10 hari setelah hari pertama menstruasi.
Penegakan diagnosis bisa dilakukan
pemeriksaan USG, Magnetic Resonance
Imaging (MRI) mammography dan biopsi.
Biopsi merupakan baku standar
pemeriksaan kanker payudara untuk
memastikan adanya malignansi atau tidak.
Pengambilan sampel biopsi bisa dilakukan
dengan cara (fine-needle aspiration biopsy,
core biopsy, dan biopsi terbuka) (Bonacho,
Rodrigues, & Liberal, 2019). Tata laksana
kanker payudara yaitu dengan kemoterapi,
operasi, pengobatan hormon, radioterapi,
targeting therapy dan rehabilitasi medik
(Brunicardi FC, 2019).Saat ini, penyebab kanker payudara belum
diketahui secara pasti, namun berbagai
penelitian dan pengumpulan bukti-bukti
epidemiologi telah dilakukan untuk mencari
tahu faktor-faktor yang meningkatkan risiko
terkena kanker payudara. Berbagai faktor
risiko itu antara lain :
1. Usia
Puncak insiden tumor jinak payudara pada
wanita yaitu usia 30-an. Kanker
payudara jarang dijumpai pada usia di
bawah 30 tahun, tetapi insidennya
meningkat tajam hingga usia sekitar 50
tahun (30,35%). Setelah usia 50 tahun,
frekuensinya tetap meningkat tetapi
perlahan. Perbedaan insiden berdasar
usia ini diinterpretasikan sebagai efek dari
hormon ovarium pada perkembangan
penyakit. Sekitar 1 hingga 8 kejadian
kanker payudara yang invasif ditemukan
pada wanita yang lebih muda dari usia 45
tahun, sedangkan 2 hingga 3 kejadian
ditemukan pada wanita berusia 55 tahun
ke atas.
2. Geografis
Insiden kanker payudara sangat bervariasi
di antara negara-negaradi seluruh dunia.
Wanita asian-hispanic memiliki risiko
kejadian kanker payudara yang lebih
rendah daripada wanita african-american.
Angka kejadian kanker payudara di
Amerika Utara sekitar lima kali lebih
tinggi daripada di Jepang. Variasi
geografis ini lebih disebabkan oleh faktor
lingkungan daripada genetik karena
warga yang bermigrasi dari negara
berisiko rendah ke negara berisiko tinggi
mengalami peningkatan frekuensi kanker
payudara.
3. Jenis kelamin
Kanker payudara 100 kali lebih sering
terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
Hal ini disebabkan karena pada
perempuan sel-sel payudara lebih sering
terpapar oleh hormon estrogen dan
progesteron yang mempengaruhi
pertumbuhan sel-sel pada payudara.
Angkakejadian kanker payudara pada
laki-laki hanya sekitar 1%.
4. Menstruasi
Menarche pada usia dini dan menopause
yang terlambat dapat meningkatkan risiko
kanker payudara. Menarche sebelum usia
12 tahun mempunyai risiko kanker
payudara 20% lebih besar dari menarche
setelah usia 15 tahun. Risiko kanker
payudara berkurang sekitar setengahnya
jika menopause terjadi sebelum usia 45
tahun dibandingkan jika
menopauseterjadi setelah usia 55 tahun.7
Hal ini mungkin disebabkan karena
paparan hormon estrogen dan progesteron
yang berkepanjangan yang mempengaruhi
pertumbuhan sel-sel payudara.
5. Reproduksi
Status reproduksi juga mempengaruhi
risiko terkena kanker payudara.
Perempuan yang tidak pernah melahirkan
(nullipara) atau yang pertama kali
melahirkan anak usia lebih dari 31 tahun
mempunyai risiko tiga hingga empat kali
lebih besar dibandingkan perempuan yang
melahirkan anak pertamanya setelah
berusia 18 tahun. Perempuan yang
memiliki banyak anak (multipara)
diasosiasikan dengan berkurangnya risiko
kanker payudara, tentunya setelah
memperhatikan usia saat melahirkan anak
pertama. Menyusui lebih lama juga
dianggap dapat menurunkan risiko kanker
payudara.
6. Diet
Perbedaan insiden kanker payudara di
berbagai belahan dunia menunjukkan
bahwa diet mungkin memegang peranan
penting dalam perkembangan kanker
payudara. Bukti-bukti yang ada
menyebutkan bahwa tingginya konsumsi
kalori, lemak, daging dan alkohol dapat
meningkatkan risiko, sedangkan tingginyakonsumsi serat, sayur, buah, vitamin
danfitoestrogen dapat menurunkan risiko
kanker payudara. Diet di negara barat
biasanya mengandung lemak dan gula
yang tinggi sedangkan di Asia dan negara
yang belum berkembang, dietnya lebih
banyak mengandung vitamin dan serat.
Perempuan dari negarabarat memiliki
risiko kanker payudara enam kali lebih
tinggi dibandingkan perempuan Asiadan
negara berkembang lainnya.
7. Ukuran tubuh
Ukuran tubuh mencerminkan status gizi
dan pola makan dapat mempengaruhi
risikoterkena kanker payudara. Usia
menarche sangat dipengaruhi oleh ukuran
tubuh, dengan demikian gizi pada masa
anak-anak akan mempengaruhi pada usia
berapa menarche terjadi. Pada usia
dewasa, tubuh yang kurus dapat
meningkatkan risiko kanker payudara
sebelum menopause sedangkan obesitas
dapat meningkatkan risiko setelah
menopause. Lemak tubuh merupakan situs
konversi androstenedione menjadi
oestradiol, satu-satunya sumber
endogenik estrogen setelah menopause.
Mungkin inilah yang memediasi efek
berat badan terhadap risiko kanker
payudara pada perempuan postmenopause.
8. Riwayat keluarga
Insiden orang-orang dalam satu keluarga
besar terkena kanker payudara terjadi
padasekitar 18% kasus, 5% diantaranya
benar-benar diwarisi secara familial
berdasar nilai analisis pedigree.
Dengan demikian, individu yang memiliki
riwayat keluarga kanker payudaraberisiko
tinggi untuk terkena kanker payudara.
Risiko kanker payudara meningkat kirakira dua kali lipat pada anak perempuan
yang ibunya mengidap kanker dan pada
wanita yang saudara perempuannya
menderita kanker. Kanker familial ini
cenderung terjadi pada usiamuda dan
bilateral. Peningkatan risiko sebagian
besar disebabkan karena pewarisan gengen yang mempredisposisi kanker
payudara. Pada keluarga yang berisiko
tinggi dengan empat atau lebih anggota
keluarga yang terkena kanker payudara,
33% diantaranya mengalami mutasi gen
BRCA-1. Kanker payudara familial juga
sering berhubungan dengan keganasan
pada organ lain seperti kolon, ovarium,
dan uterus.
9. Hormon
Faktor menstruasi dan reproduksi
menunjukkan peran hormon seksual dalam
perkembangan kanker payudara. Hormon
seks mempengaruhi proliferasi sel-sel dan
jaringan payudara serta meningkatkan
sifat karsinogenesis payudara pada hewan
percobaan. Sebuah studi populasi pada
perempuan post menopause yang berasal
dari negara berisiko tinggi menunjukkan
level serum estradiol rata-rata sekitar 20%
lebih tinggi daripada perempuan
yangberasal dari negara berisiko rendah.
Studi case control lainnya menunjukkan
perempuan dengan kanker payudara
memiliki level progesteron yang lebih
tinggi daripada kelompok kontrol pada
analisis yang terbatas saat ovulasi.
Prolactin yaitu mitogen dalam
jaringanpayudara dan merupakan hormon
yang penting untuk perkembangan tumor
payudara pada hewan percobaan.
Selain hormon seks endogen, hormon seks
eksogen seperti terapi pengganti hormon
dan kontrasepsi oral juga dianggap
berpengaruh terhadap risiko kanker
payudara. Terapi pengganti hormon
meningkatkan risiko kanker payudara
pada orang yang baru atau sedang
menggunakan (dalam jangka waktu lima
tahun). Risiko meningkat sekitar 2%
untuk setiap satu tahun pemakaian .
Kontrasepsi oral juga dapat meningkatkan
risiko jika digunakan dalam jangka waktu
yang lama. Pada penelitian terbukti,
kontrasepsi oral meningkatkan risiko
kanker sekitar 1,24% pada orang yangsedang menggunakan dan sebesar 1,16%
pada orang yang telahberhenti
menggunakan 1-4 tahun sebelumnya.
10. Radiasi
Pada hewan percobaan terbukti adanya
peranan sinar radiasi sebagai faktor
penyebab kanker payudara. Pada
penelitian epidemiologi setelah
terjadinya ledakan bom atom
ataupenelitian pada orang setelah
pajanan sinar rontgen, peran sinar
ionisasi sebagai faktor penyebab pada
manusia lebih jelas.
III. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi awal berupa munculnya benjolan
pada jaringan payudara, penebalan yang
berbeda dari jaringan payudara lainnya,
ukuran satu payudara menjadi lebih besar
atau lebih rendah dari payudara lainnya,
perubahan posisi atau bentuk puting susu,
lekukan pada kulit payudara, perubahan pada
putting (seperti adanya retraksi, sekresi
cairan yang tidak biasa, ruam di sekitar area
putting), rasa sakit yang konstan di bagian
payudara atau ketiak, dan pembengkakan di
bawah ketiak, (Rosida, 2020).
Terkadang ca mammae dapat muncul
sebagai penyakit metastasis. Tipe ca
mammae metastasis memiliki gejala yang
berbeda-beda, tergantung pada organ yang
terkena metastasis tersebut. Organ-organ
yang umumnya terkena metastasis ca
mammae ialah tulang, hati, paru-paru dan
otak. Gejalanya tergantung pada lokasi
metastasis, selain itu disertai dengan
penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan, demam, menggigil, nyeri tulang,
sakit kuning atau gejala neurologis, (Putri,
2020).
IV. KLASIFIKASI
Klasifikasi ca mammae antara lain:
1 Karsinoma Ductal In Situ (DCIS)
merupakan tipe paling sering dari
noninvasive breast cancer, berkisar 15%
dari semua kasus baru ca mammae di
USA, In situ berarti ditempat, sehingga
duktal karsinoma in situ berarti
pertumbuhan sel tak terkontrol yang
masih dalam duktus. Oleh karena itu
beberapa pakar meyakini DCIS
merupakan lesi precancer. Umumnya lesi
tunggal, terjadi dalam satu payudara tapi
pasien dengan DCIS resiko juga lebih
tinggi untuk menderita kanker payudara
kontra lateral. Sangat sedikit kasus DCIS
muncul sebagai massa yang teraba,
umumnya didiagnosis dengan mamografi
gambaran yang sering berupa
mikrokalsifikasi yang berkelompok
(clusteres microcalcifications). DCIS
terkadang muncul sebagai pathologic
nipple discharge dengan atau tanpa massa.
Dengan terapi tepat dan segera, ratarata
survival lima tahun(five-year survival)
untuk DCIS mencapai 100%.
2 Karsinoma lobular in situ (LCIS), ditandai
oleh adanya perubahan sel dalam lobulus
atau lobus. Insiden tidak sering (4200
kasus pertahun di USA) dan resiko untuk
menderita kanker payudara invasif sedikit
lebih kecil dibanding DCIS. Disebut juga
lobular intraepithelial neoplasia, saat ini
kebanyakan pakar meyakini LCIS bukan
lesi premaligna, tapi merupakan marker
untuk peningkatan resiko kanker
payudara. Yang khas pada LCIS yaitu
lesi multipel dan sering bilateral, sering
ditemukan insidental dari biopsi payudara.
Jarang ditemukan secara klinis ataupun
mamografi (tidak ada tanda khas).
3 Karsinoma invasif. Karsinoma payudara
invasif merupakan tumor yang secara
histologik heterogen. Mayoritas tumor ini
yaitu adenokarsinoma yang tumbuh dari
terminal duktus. Terdapat lima varian
histologik yang sering dari
adenokarsinoma payudara.
a. Karsinoma duktal invasive,
merupakan 75% dari keseluruhan
kanker payudara. Lesi ini ditandai
oleh tidak adanya gambaran
histologik yang khusus. Tumor ini
konsistensinya keras dan terasa berpasir ketika dipotong. Sering
terdapat komponen ductal carcinoma
insitu (DCIS) di dalam specimen.
Umumnya metastasis ke kelenjar
getah bening aksila, metastasis jauh
sering ditemukan di tulang, paru,
liver dan otak. Prognosis lebih buruk
disbanding subtype histologik yang
lain (mucinous, colloid, tubular, dan
medullar).
b. Karsinoma lobular invasive
merupakan 5%-10% dari keseluruhan
kanker payudara. Secara klinis lesi
sering memiliki area abnormal yang
menebal (ill-defined thickening) di
dalam payudara. Secara mikroskopis
gambaran yang khas yaitu sel kecil
tunggal atau Indian file pattern.
Karsinoma lobular invasif cenderung
untuk tumbuh di sekitar duktus dan
lobulus. Multisentris dan bilateral
lebih sering terlihat pada karsinoma
lobular disbanding karsinoma duktal.
Juga metastasis ke kelenjar getah
bening aksila, lebih sering metastasis
jauh ke tempat yang tidak umum
(mening dan permukaan serosa).
Prognosis serupa dengan karsinoma
duktal invasif.
c. Karsinoma tubular, hanya merupakan
2% dari kanker payudara. Diagnosis
ditegakkan bila lebih dari 75% tumor
menunjukkan formasi tubule. Jarang
metastasis ke kelenjar getah bening
aksila. Prognosis sangat lebih bagus
dibanding tipe lain.
d. Karsinoma medullar, merupakan 5%-
7% dari kanker payudara. Secara
histologik lesi ditandai oleh inti
dengan differensiasi buruk, a
syncytial growth pattern, batas tegas,
banyak infiltrasi limfosit dan plasma
sel, dan sedikit atau tanpa DCIS.
Prognosis untuk pasien yang murni
karsinoma medullar yaitu baik, tapi
bila bercampur dengan komponen
duktal invasif prognosisnya sama
dengan karsinoma duktal.
e. Karsinoma mucinous atau kolloid,
merupakan 3% dari kanker payudara.
Ditandai oleh akumulasi yang
menonjol dari mucin ekstraseluler
melingkupi kelompok sel tumor.
Karsinoma kolloid tumbuh lambat
dan cenderung untuk besar ukurannya
(bulky). Bila terdapat predominan
musinous, prognosis baik.
V. DIAGNOSIS
a. Anamnesi
b. Keluhan Utama
- Benjolan di payudara
- Kecepatan tumbuh dengan/tanpa
rasa sakit
- Nipple discharge, retraksi puting
susu, dan krusta
- Kelainan kulit, dimpling, peau
d’orange, ulserasi, venektasi
- Benjolan ketiak dan edema lengan
c. Keluhan Tambahan
- Nyeri tulang
- Sesak dan lainnya
b. Pemeriksaan fisik
Status generalis (Karnofsky Performance
Score) Status lokalis :
Payudara kanan atau kiri atau
bilateral
Massa tumor :
- Lokasi
- Ukuran
- Konsistensi
- Bentuk dan batas tumor
- Terfiksasi atau tidak ke kulit,
m.pectoral atau dinding dada
Perubahan kulit
- Kemerahan, dimpling, edema/nodul
satelitPeau de orange,ulserasi
- Perubahan puting susu/nipple
- Tertarik
- Erosi
- Krusta
- Discharge
Status kelenjar getah bening
- Kgb aksila: Jumlah, ukuran,
konsistensi, terfiksir terhadap
sesama atau jaringan sekitar
- Kgb infraklavikula: idem
- Kgb supraklavikula: idem
Pemeriksaan pada daerah metastasis
Lokasi : tulang, hati, paru, otak
Bentuk
Keluhan
Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
SADARI dilakukan oleh masing-masing
wanita, mulai dari usia 20 tahun. SADARI
dilakukan setiap bulan, 7-10 hari setelah hari
pertama haid terakhir.
Cara melakukan Sadari yang benar dapat
dilakukan dalam 5 langkah yaitu :
1 Dimulai dengan memandang kedua
payudara didepan cermin dengan posisi
lengan terjuntai kebawah dan selanjutnya
tangan berkacak pinggang.
Lihat dan bandingan kedua payudara
dalam bentuk, ukuran dan
warnakulitnya.
Perhatikan kemungkinan kemungkinan
dibawah ini :
- Dimpling, pembengkakan kulit.
- Posisi dan bentuk dari
puting susu (apakah masuk
kedalam atau bengkak)
- Kulit kemerahan, keriput atau
borok dan bengkak.
2 Tetap didepan cermin kemudian
mengangkat kedua lengan dan melihat
kkelainan seperti pada langkah 1
3 Pada waktu masih ada didepan cermin,
lihat dan perhatikan tanda tanda adanya
pengeluaran cairan dari puting susu.
4 Berikutnya dengan posisi berbaring,
rabalah kedua payudara, payudara kiri
dengan tangan kanan dan sebaliknya,
gunakan bagian dalam (volar/telapak) dari
jari ke 2-4 Raba seluruh payudara dengan
cara melingkar dari luar kedalam atau
dapat juga vertikal dari atas kebawah.
5 Langkah berikutnya yaitu meraba
payudara dalam keadaan basah dan
licinkarena sabun dikamar mandi; rabalah
dalam posisi berdiri dan lakukan seperti
langkah-4.
a. Pemeriksaan penunjang
a. Mamografi
Mamografi dapat digunakan sebagai
metode pilihan deteksi dini kanker
payudara pada tumor yang tidak teraba
saat palpasi. Hasil dari mamografi
dikonfirmasi dengan Fine Needle
Aspiration Biopsy (FNAB), core
biopsy, atau biopsi bedah.2
b. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat membedakan lesi
solid dan kistik serta menentukan
ukuran lesi.
1. Biopsi
Setiap ada kecurigaan dari hasil
pemeriksaan fisik dan mammografi,
biopsi harus dilakukan.
a. Fine Needle Aspiration Biopsy
(FNAB)
Jaringan tumor diaspirasi
dengan jarum halus lalu
diperiksa dibawah mikroskop.
Kekurangan dari FNAB ini
kadang tidak dapat menentukan
grade tumor dan kadang tidak
memberikan diagnosis yang
jelas sehingga dibutuhkan
biopsi lainnya.2
b. Core Biopsy
Dengan menggunakan jarum
yang ukurannya cukup besar,
lalu diambil spesimen silinder
jaringan tumor. Kelebihan dari
core biopsy yaitu dapat
membedakan tumor yang
noninvasif dan invasif serta
grade tumor.2
c. Biopsi Terbuka
Indikasi dilakukan biopsi
terbuka jika pada mamografi
terlihat adanya kelainan yang
mengarah ke keganasan, hasil
FNAB atau core biopsy yang
meragukan.2
Biopsi eksisional yaitu
mengangkat seluruh massa
tumor dan menyertakan sedikit
jaringan sehat disekitar massa
tumor ini digunakan untuk
kasus yang masih operabel atau
stadium dini dan biopsi
insisional hanya mengambil
sebagian massa tumor yang
sudah inoperabel yang
selanjutnya akan dilakukan
pemeriksaan patologi anatomi.2
d. Sentinel Node Biopsy
Biopsi ini dilakukan untuk
menentukan keterlibatan dari
kelenjar limf aksila dan
parasternal.2
2. Pemeriksaan Histopatologi (Gold
Standard Diagnostic)
Pemeriksaan histopatologi
dilakukan dengan potong beku
dan/atau parafin.23
Bahanpemeriksaanhistopatologi
diambil melalui:
Core biopsy
Biopsi eksisional untuk tumor
ukuran <3 cm
Biopsi insisional untuk tumor
operabel ukuran >3 cm sebelum
operasi definitif dan inoperable
Spesimen mastektomi disertai
dengan pemeriksaan kelenjar
getah bening
Pemeriksaan imunohistokimia
VI. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan fibroadenoma mammae atau
FAM bisa berupa observasi atau bedah eksisi
tergantung pada kondisi lesi dan keinginan
masing-masing pasien. Intervensi bedahdapat
memberikan perlukaan iatrogenik pada payudara atau memicu deformitas,
sehingga keuntungan dan risikonya perlu
dipertimbangkan dengan matang sebelum
tindakan.
Pada kasus FAM yang bersifat asimtomatik,
tidak membesar dengan cepat, dan tidak
memicu deformitas secara kosmetik,
penanganan konservatif dengan observasi
payudara secara berkala dapat menjadi
pilihan.
Pasien harus diedukasi mengenai keamanan
observasi FAM dan diberitahukan bahwa
sekitar 10–40% kasus FAM akan mengalami
regresi spontan. Bila pasien merasa tidak
nyaman dan khawatir lesi FAM akan berubah
menjadi keganasan, maka perlu dilakukan
pembedahan.
a. Pembedahan minimal invasif
Vacuum-Assisted Percutaneous Excisional
Biopsy
Prosedur ini dapat digunakan untuk
mengangkat FAM berdiameter ≤3 cm dan
berjarak minimal 0,5 cm dari permukaan kulit
atau otot pektoralis mayor. Dengan
menggunakan anestesi lokal, jarum vakum
(dengan bantuan USG atau stereotactic)
mengaspirasi jaringan tumor secara berulang.
Prosedur ini dinyatakan selesai bila hasil
radiologi tidak menemukan kembali massa
tumor. Prosedur ini dilaporkan dapat
menimbulkan rekurensi pada 3,4% pasien
setelah 6 bulan, terutama pada tumor yang
berukuran >2 cm.[3,15]
Cryotherapy
Cryotherapy juga dapat digunakan pada
FAM dengan menggunakan anestesi lokal.
Mula-mula, lakukan penempatan probe
secara perkutan sepanjang aksis FAM hingga
bagian tengah tumor dengan bantuan USG.
Probe kemudian didinginkan oleh gas argon
hingga -160°C. Umumnya, pasien
memerlukan 2 kali siklus beku-cair.[3,15]
Saat terjadi pembekuan, sel yang dekat
dengan probe akan membentuk kristal es
intrasel yang merusak sel secara permanen.
Sel yang jauh dari probe akan membeku
lebih lambat, sehingga
menghasilkan pembentukan kristal es
ekstraselular dan daerah hipertonik. Gradien
osmotik ini memicu kerusakan sel
hingga akhirnya lisis.[3,15]
Anoksia yang terjadi akibat kerusakan
pembuluh darah akan berlangsung beberapa
hari setelah prosedur dan mengakibatkan
kerusakan sel lebih lanjut. Sel yang mati lalu
berangsur-angsur diserap oleh tubuh dan
umumnya menghilang setelah 12
bulan.[3,15]
Destruksi secara in situ ini mencegah distorsi
bentuk payudara dan memberikan hasil yang
lebih baik secara kosmetik. Efek samping
yang mungkin timbul yaitu ekimosis dan
pembengkakan yang akan menghilang
setelah 3 minggu.[3,15]
MRI-Guided Focused Ultrasound
Prosedur ini menggunakan ultrasound yang
difokuskan untuk menembus jaringan dan
memberikan temperatur tinggi secara lokal.
Daerah ablasi ditentukan batas-batasnya
denganmenghindari daerah sehat seminimal
mungkin. Kombinasi dengan MRI akan
memberikan gambaran pembeda anatomis
yang baik antara target tumor dan jaringan
sehat di sekitarnya.
b. Pembedahan eksisi
Prosedur ini merupakan pilihan utama pada
FAM, termasuk pada giant fibroadenoma
yang memicu distorsi jaringan
payudara. Tujuan utama bedah eksisi yaitu
enukleasi secara total dari FAM serta jaringan sehat sekitar tanpa memicu
deformitas iatrogenik pada payudara.
Pada FAM berukuran besar, dokter biasanya
perlu melakukan rekonstruksi payudara
karena deformitas hampir selalu terjadi.
Rekonstruksi sebaiknya disarankan 1 tahun
setelahnya. Bedah eksisi dapat dilakukan
secara endoskopik maupun open sesuai
ukuran tumor. pemakaian endoskopi dapat
mengurangi terjadinya jaringan parut.
Setelah bedah, pasien sebaiknya disarankan
untuk menghindari aktivitas berlebihan
selama 6–8 minggu dan menggunakan
pakaian yang memiliki efek kompresi selama
4–6 minggu untuk mengurangi nyeri dan
pembengkakan.
Pasien diminta kontrol kembali setelah 4–8
minggu pascaoperasi, setiap 3 bulan pada
tahun pertama, setiap 6 bulan pada tahun
kedua, dan setiap tahun pada tahun ketiga.
Pada saat kontrol, observasi ada tidaknya
komplikasi dan rekurensi.
VII.KOMPLIKASI
Meski jarang terjadi, tumor payudara jinak
dalam kondisi tertentu dapat memicu
komplikasi berupa:
Penurunan rasa percaya diri terhadap
perubahan payudara
Peningkatan risiko terjadinya kanker
payudara, misalnya pada papiloma
intraduktal
Nyeri akibat penekanan tumor pada saraf
Kerusakan jaringan akibat penekanan
tumor pada pembuluh darah di sekitarnya
Sementara itu, kanker payudara dapat
menyebar ke berbagai organ tubuh lain.
Komplikasi yang muncul akibat penyebaran
kanker ini tergantung pada organ tubuh yang
diserang, misalnya:
Otak, dengan gejala sakit kepala, mual
dan muntah, pandangan kabur, atau
kejang
Tulang, yang bisa memicu nyeri
atau patah tulang
Hati, yang keluhannya bisa berupa mual
dan muntah, pembengkakan pada perut,
berat badan turun, atau penyakit kuning
Paru-paru, dengan gejala batuk terusmenerus, sesak napas, nyeri dada, batuk
darah, suara serak
Pengobatan kanker payudara itu sendiri juga
dapat memicu komplikasi, seperti:
Kelelahan
Mual muntah
Rambut rontok
Pembengkakan pada lengan, dada, dan
perut
Nyeri tulang dan sendi
VIII. PROGNOSIS
Data studi Surveillance, Epidemiology, and
End Results Program (SEER) yang
dilakukan oleh National Cancer Institute di
Amerika Serikat menunjukkan bahwa
kesintasan relatif pasien kanker payudara
pada 5 tahun pertama mencapai 91,2%.
berdasar derajat penyakit, kesintasan 5
tahun untuk pasien dengan kanker payudara
lokal (61% dari total pasien) mencapai
99,6%, kanker payudara regional (32% total
pasien) mencapai 86,7%; dan pasien dengan
kanker payudara metastatik (5% total pasien)
hanya 31,9%.
Secara keseluruhan, kanker payudara dengan
stadium IIB dan IIIA memiliki prognosis
yang lebih baik daripada kanker payudara
terlokalisasi stadium lebih lanjut (stadium
IIIB dan III C) dan kanker payudara invasif
(III B dan T4d). Prognosis kanker payudara
juga dipengaruhi subtipe molekularnya:
Luminal A: prognosis baik dengan tingkat
rekurensi terendah
Luminal B: prognosis cukup baik dengan
tingkat rekurensi lebih sering
dibandingkan subtipe Luminal A.
Meskipun begitu, rekurensi tipe ini dapat
muncul bahkan setelah 10 tahun. HER-2 positive: prognosis umumnya
buruk dan memiliki risiko tinggi rekurensi
lokal dan regional. Tak hanya kurang
responsif terhadap terapi antibodi
monoklonal anti-HER2, resistensi juga
muncul pada kebanyakan pasien
Tripel negatif (basal): prognosis buruk
dengan tingkat rekurensi lokal dan
regional yang tinggi. Subtipe ini tidak
responsif terhadap terapi hormon atau
HER-2.
IX
Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang
disebabkan pertumbuhan sel abnormal yang
dapat terjadi pada payudara. Puncak insiden
tumor jinak payudara pada wanita yaitu
usia 30-an. penyebab kanker payudara
belum diketahui secara pasti namun terdapat
beberapa faktor resiko seperti usia,
geografis, jenis kelamin, menstruasi,
reproduksi, diet, ukuran tubuh, riwayat
keluarga, hormon dan radiasi. Tumor jinak di
klasifikasikan menjadi fibroadenoma
mammae (FAM), Tumor filoides, papilloma
intraduktal, kista, galaktokel, dan adenoma
tubular mammae. Diagnosis dapat
ditegakkan dari anamnesis dengan keluhan
utama adanya benjolan di payudara dan
sekitar ketiak, retraksi puting susu, dan dari
pemeriksaan fisik dengan Karnofsky
performance score dan SADARI
.Pemeriksaan penunjang juga dapat
dilakukan dengan mamografi dan
ultrasonografi dan hasil mamografi dapat
dilakukan biopsi dan pemeriksaan
histopatologi. Tumor mammae dapat
ditatalaksana dengan pembedahan dan
eksisi bila pasien sudah tidak nyaman dan
khawatir lesi FAM menjadi ganas.