Mioma uteri merupakan tumor jinak yang menyerang otot polos rahim. Nama lainnya adalah fibroid atau leiomioma. Tumorigenesis dididuga
terjadi akibat abnormalitas gen and paparan hormonal. Kasus mioma dapat terjadi pada populasi dengan rentang usia sejak menarche sampai
menopause. Sebagian besar kasus tidak bergejala sehingga sering ditemukan secara tidak sengaja. Tumor ini menjadi salah satu penyebab
subfertilitas. Jika bersamaan dengan kehamilan akan mengganggu perkembangan janin. Diperlukan ultrasonografi (USG) untuk konfirmasi
diagnosis. Penanganan klinis meliputi observasi dan pembedahan, tergantung keluhan dan keinginan hamil.
Mioma uteri atau sering disebut fibroid
merupakan tumor jinak yang berasal dari
otot polos rahim. Sel tumor terbentuk karena
mutasi genetik, kemudian berkembang akibat
induksi hormon estrogen dan progesteron.1,2
Mengingat sifat pertumbuhannya dipengaruhi
hormonal, tumor ini jarang mengenai usia prapubertas serta progresivitasnya akan menurun
pada masa menopause.1,2 Leiomioma uteri
merupakan jenis tumor jinak yang dapat
menyerang segala usia.2
Sebagian kasus
asimptomatis sehingga sering didapati secara
tidak sengaja saat ke dokter karena keluhan
lain. Gejala paling sering adalah perdarahan
vagina. Tumor ini sering menjadi penyebab
subfertilitas wanita dan pada kehamilan dapat
menyebabkan abortus dan prematuritas.2
PATOFISIOLOGI
Sejumlah faktor dihubungkan dengan
kejadian mioma uteri yang dikenal dengan
nama lain leiomioma uteri, yakni: hormonal,
proses inflamasi, dan growth factor.
Hormonal
Mutasi genetik menyebabkan produksi
reseptor estrogen di bagian dalam
miometrium bertambah signifikan. Sebagai
kompensasi, kadar estrogen menjadi
meningkat akibat aktivitas aromatase
yang tinggi. Enzim ini membantu proses
aromatisasi androgen menjadi estrogen.
Estrogen akan meningkatkan proliferasi sel
dengan cara menghambat jalur apoptosis,
serta merangsang produksi sitokin dan
platelet derived growth factor (PDGF) dan
epidermal growth factor (EGF).2
Estrogen juga
akan merangsang terbentuknya reseptor
progesteron terutama di bagian luar
miometrium.1
Progesteron mendasari terbentuknya
tumor melalui perangsangan insulin like
growth factor (IGF-1), transforming growth
factor (TGF), dan EGF.2
Maruo, dkk. meneliti
peranan progesteron yang merangsang
proto-onkogen, Bcl-2 (beta cell lymphoma-2),
suatu inhibitor apoptosis dan menemukan
bukti bahwa gen ini lebih banyak diproduksi
saat fase sekretori siklus menstruasi. Siklus
hormonal inilah yang melatarbelakangi
berkurangnya volume tumor pada saat
menopause.
Teori lain yang kurang berkembang
menjabarkan pengaruh hormon lain seperti
paratiroid, prolaktin, dan human chorionic
gonadotropin (HCG) dalam pertumbuhan
mioma.2
Proses Inflamasi
Masa menstruasi merupakan proses inflamasi
ringan yang ditandai dengan hipoksia
dan kerusakan pembuluh darah yang
dikompensasi tubuh berupa pelepasan zat
vasokonstriksi.2
Proses peradangan yang
berulang kali setiap siklus haid akan memicu
percepatan terbentuknya matriks ekstraseluler
yang merangsang proliferasi sel.2
Obesitas
yang merupakan faktor risiko mioma ternyata
juga merupakan proses inflamasi kronis;
pada penelitian in vitro, pada obesitas terjadi
peningkatan TNF-α.
2
Selain TNF-α, sejumlah
sitokin lain juga memiliki peranan dalam
terjadinya tumor antara lain IL1, IL-6, dan
eritropoietin.
Growth Factor
Beberapa growth factor yang melandasi
tumorigenesis adalah epidermal growth
factor (EGF), insulin like growth factor (IGF I-II),
transforming growth factor-B, platelet derived
growth factor, acidic fibroblast growth factor
(aFGF), basic fibroblast growth factor (bFGF),
heparin-binding epidermal growth factor
(HBGF), dan vascular endothelial growth factor
(VEG-F).1 Mekanisme kerjanya adalah dengan
mencetak DNA-DNA baru, induksi proses
mitosis sel dan berperan dalam angiogenesis
tumor. Matriks ekstraseluler sebagai tempat
penyimpanan growth factor juga menjadi
faktor pemicu mioma uteri karena dapat
mempengaruhi proliferasi sel.1
ETIOLOGI
Etiologi mioma uteri adalah abrnomalitas gen
karena mutasi genetik HMG1, HMG1-C, HMG1
(Y) HMGA2, COL4A5, COL4A6, dan MEDI2.2
Kelainan kromosom terjadi akibat gangguan
translokasi kromosom 10, 12, dan 14, delesi
kromosom 3 dan 7 serta aberasi kromosom
6.1,2
FAKTOR RISIKO
Kejadian mioma uteri dilatarbelakangi oleh
sejumlah faktor risiko, antara lain: faktor
endogen tubuh, misalnya ras, usia, pola hidup
sedentair, faktor diet dan obesitas, pengaruh
siklus haid, dan status paritas serta penyakit
komorbid.
Genetik dan Ras
Risiko kejadian tumor akan meningkat 2,5 kali
lipat pada keturunan pertama pasien mioma
uteri.2
Ras Afrika cenderung lebih sering
mengalami mioma uteri dengan prevalensi
terbanyak kasus mioma multipel; gejala
umumnya lebih berat serta lebih progresif.4,6
Usia
Usia di atas 30 tahun meningkatkan risiko
mioma uteri.2
Gaya Hidup
Gaya hidup sedentary menjadi faktor risiko
karena peningkatan risiko obesitas dan
pengaruhnya terhadap disregulasi hormonal.6
Diet
Makanan indeks glikemik tinggi dan tinggi
asam lemak omega-3 terutama marine fatty
acid (MFA) akan meningkatkan kejadian
tumor melalui jalur induksi hormonal akibat
penumpukan lemak.6
Studi klinis mengaitkan
pertumbuhan sel tumor dengan konsumsi
kafein dan alkohol, karena kedua zat akan
mempengaruhi kadar hormon namun perlu
pembuktian lebih lanjut dengan variasi
demografi.6
Overweight /Obesitas
Setiap pertambahan berat badan sebesar
10 kg, akan meningkatkan risiko mioma
uteri sebesar 21%. Penumpukan jaringan
lemak >30% juga menjadi pemicu karena
peningkatan konversi androgen menjadi
estrogen dan penurunan sex hormone binding
globulin (SHBG).
7
Menarche Prematur dan Menopause
Terlambat
Menarche dini pada usia kurang dari 10
tahun dan menopause terlambat akan
meningkatkan risiko mioma uteri akibat sel
rahim terus terpapar estrogen.4,6
Nulipara
Wanita yang belum pernah hamil berisiko
terkena mioma uteri; dikaitkan dengan
pengaruh paparan hormon seks, estrogen,
dan progesteron.6
Kontrasepsi Hormonal
Prevalensi mioma uteri akan meningkat
pada penggunaan kontrasepsi hormonal
mengandung hormon estrogen baik estrogen
murni maupun kombinasi.6
Penyakit Komorbid
Hipertensi, polycystic ovary syndrome (PCOS),
dan diabetes merupakan tiga penyakit yang
umumnya berasosiasi dengan kejadian
mioma.6
Peningkatan insulin dan IGF-I serta
hiperandrogen menjadi faktor pemicu
PCOS dan diabetes, pada hipertensi terjadi
pelepasan sitokin yang merangsang proliferasi
jaringan tumor.6
Infeksi/Iritasi
Infeksi, iritasi, atau cedera rahim akan
meningkatkan risiko mioma uteri melalui
induksi growth factor.
6
Stres
Pada stres terjadi pelepasan kortisol dan
perangsangan hypothalamo-pituitaryadrenal gland axis yang akan menyebabkan
peningkatan estrogen dan progesteron.6
EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi menunjukkan bahwa 70%
kasus terjadi pada usia 50 tahun, di mana 30-
40% kasus pada masa perimenopause dan 20-
25% kasus pada wanita usia reproduksi.5,6
Global
Mioma uteri dapat mengenai semua ras,
paling banyak pada ras kulit hitam (18%), 10%
pada wanita Hispanik, 8% menyerang wanita
kulit putih, dan paling jarang mengenai
wanita Asia.5 Sebagian besar kasus tidak
bergejala sama sekali, hanya 30% kasus yang
simptomatis.1 Sejumlah 80% mioma uteri
multipel dan sekitar 10,7% terjadi pada wanita
hamil.5,6
Indonesia
Sampai saat ini data statistik nasional mioma
uteri belum tersedia. Penelitian retrospektif
di Manado mendapatkan bahwa persentase
terbanyak pada rentang usia 36-45 tahun
dengan status dominan nulipara.8
Mortalitas
Mortalitas umumnya karena anemia berat
akibat perdarahan hebat. Mortalitas akibat
komplikasi pembedahan 0,4-1,1 per 1000
operasi.5
DIAGNOSIS
Diagnosis mioma uteri ditegakkan melalui
anamnesis gangguan siklus haid dan
pemeriksaan fisik pembesaran perut.
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan
penunjang rutin untuk konfirmasi diagnosis.
Anamnesis
Keluhan berupa lama haid memanjang
dan perdarahan vagina di luar siklus haid;
biasanya lebih berat terutama pada mioma
tipe submukosa. Gejala lain adalah nyeri perut
dan pinggang bawah saat menstruasi, sensasi
kenyang, sering berkemih, sembelit, dan nyeri
saat berhubungan seksual.2-4 Keluhan penting
adalah seringnya abortus spontan atau sulit
hamil terutama pada mioma submukosa.
Mioma intramural dengan ukuran >2,5
cm dapat mengganggu proses persalinan
normal.1
Pemeriksaan Fisik
Dijumpai kondisi anemis yang ditandai
konjungtiva, tangan dan kaki pucat.
Volume tumor akan menyebabkan keluhan
pembesaran perut.
Klasifikasi Mioma
Berdasarkan lokasinya, mioma diklasifikasikan
atas beberapa tipe antara lain:9
Tipe 0 - merupakan pedunculated
intracavitary myoma, tumor berada
submukosa dan sebagian dalam rongga
rahim
Tipe 1 - merupakan tipe submukosa
dengan < 50% bagian tumor berada di
intramural
Tipe 2 - tumor menyerang ≥ 50%
intramural
Tipe 3 - seluruh bagian tumor berada
dalam dinding uterus yang berdekatan
dengan endometrium
Tipe 4 - tipe tumor intramural yang
lokasinya berada dalam miometrium
Tipe 5 - tipe serosa dengan ≥ 50% bagian
tumor berada pada intramural
Tipe 6 - jenis subserosa yang mengenai
< 50% intramural
Tipe 7 - tipe pedunculated subserous
Tipe 8 - kategori lain ditandai dengan
pertumbuhan jaringan di luar miometrium
yang disebut cervicalparasitic lesion.
Mioma intramural merupakan jenis yang
paling banyak, sedangkan mioma submukosa
merupakan mioma paling jarang.3
Secara histologi, satu klon sel tumor dapat
berdiferensiasi menjadi 4 jenis sel, yakni sel
otot polos, sel otot polos vaskular, dan 2 jenis
fibroblas.5
Berdasarkan histopatologi, mioma
uteri bisa diklasifikasikan atas beberapa jenis,
yakni:
Cellular leiomyoma yang lebih dominan
bagian selulernya, tidak ada nukleus atipikal
dan indeks mitosisnya rendah (≤ 4 per 10 high
power field/HPF)
Leiomyoma with bizarre nuclei (atypical/
symplastic leiomyoma) ditandai dengan
bizzare pleomorphic nuclei. Pada jenis tumor
ini, aktivitas mitosisnya juga rendah; adanya
karioreksis bisa disalahartikan sebagai mitosis
atipikal.
Mitotically active leiomyoma yang memilki
gambaran mitosis tinggi (>10 mitosis per
10 HPF), tidak memiliki nukleus atipikal dan
tidak terdapat nekrosis. Mioma jenis ini sering
terjadi akibat pengaruh hormonal; paling
sering ditemukan pada usia reproduktif.
Dissecting (‘cotyledenoid’) leiomyoma yang
ditandai dengan adanya perubahan hidrofilik
pada gambaran sel tumor.
Diffuse leiomyomatosis adalah jenis yang
paling jarang, merupakan tipe paling invasif
yang sering mengenai kavum peritoneum
dan histopatologis mirip gambaran tumor
ganas.5
Kondisi borderline yang jarang, namun masih
mungkin ganas, adalah smooth muscle tumours
of uncertain malignant potential (STUMP) yang
memiliki aktivitas mitosis intermediate (5-
10 mitosis per 10 HPF), memilki gambaran
miksoid, nekrosis, serta terdapat nukleus
atipikal dan sel epiteloid.5
Diagnosis Banding
Kehamilan
Kehamilan ektopik
Adenomiosis
Polip endometrium
Endometriosis
Karsinoma endometrium
Membedakan mioma uteri dengan
diagnosis lainnya adalah dengan
pemeriksaan penunjang, yakni pemeriksaan
kehamilan sederhana menggunakan strip
test, laboratorium darah, USG, ataupun
histeroskopi. [4]
Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan
penunjang yang paling direkomendasikan
untuk diagnosis mioma uteri.3 Dibanding USG
abdominal, USG transvaginal lebih sensitif
namun kurang direkomendasikan jika pasien
belum menikah dan mengalami mioma
submukosa. Pada kondisi tersebut lebih
dianjurkan penggunaan histeroskop.4,9
Selain USG, diperlukan pemeriksaan
laboratorium darah untuk menentukan
status anemia. Untuk menyingkirkan potensi
maligna, dianjurkan biopsi endometrium dan
MRI.9
TATALAKSANA
Penatalaksaaan mioma uteri atau tumor
jinak otot rahim mencakup observasi,
medikamentosa, atau pembedahan.3
Observasi
Observasi dilakukan jika pasien tidak
mengeluh gejala apapun karena diharapkan
saat menopause, volume tumor akan
mengecil.1
Medikamentosa
Diberikan untuk mengurangi perdarahan,
mengecilkan volume tumor, dan sebagai
prosedur pre-operatif.
Agonis Gonadotropine Releasing Hormone
(GnRH)
Mekanisme kerjanya adalah melalui down
regulation reseptor GnRH, sehingga terjadi
penurunan produksi FSH dan LH yang
akan menurunkan produksi estrogen. Obat
ini direkomendasikan pada mioma jenis
submukosa. Durasi pemberian yang dianjurkan
adalah selama 3-6 bulan; pemberian jangka
panjang >6 bulan harus dikombinasi dengan
progesteron dengan atau tanpa estrogen.
Pada pemberian awal bisa terjadi perburukan
keluhan akibat efek samping obat.
Analog
GnRH juga dapat digunakan pre-operatif
selama 3-4 bulan sebelum pembedahan.
Preparat Progesteron
Preparat progesteron antara lain antagonis
progesteron atau selective progesterone
receptor modulator (SPRM). Suatu studi
prospektif acak menyimpulkan bahwa
pemberian mifepristone 25 mg sehari selama 3
bulan akan menurunkan ukuran tumor sebesar
40%. Ukuran tumor menurun jauh lebih besar,
sebesar 50%, pada pemberian ulipristal 10
mg dengan durasi pengobatan yang sama.10
Berdasarkan farmakodinamikanya, golongan
obat ini juga digunakan pre-operatif.
Kemudian, setelah 2-4 siklus pengobatan
dianjurkan menggunakan levonorgestrelintrauterine devices (LNG IUS) untuk mencegah
relaps.
IUD jenis ini juga direkomendasikan
sebagai terapi mioma intramural.
Aromatase Inhibitor
Aromatase inhibitor terbagi dua jenis,
yaitu aromatase inhibitor kompetitif yakni
anastrazole dan letrozole, dan senyawa
inaktivator yakni exemestane. Kerja keduanya
hampir sama yakni menghambat proses
aromatisasi yang merupakan dasar
patogenesis mioma.
Kelebihan obat ini
adalah tidak ada efek tromboemboli yang
dapat menjadi kausa mortalitas.
Asam Traneksamat
Asam traneksamat berfungsi membantu
mengatasi perdarahan.4
Durasi pemberian
adalah selama 3-4 hari dalam sebulan.NSAID
Golongan NSAID digunakan untuk
mengurangi nyeri dan perdarahan.
Pembedahan
Jenis pembedahan mencakup histerektomi
dan miomektomi. Pilihan operasi disesuaikan
dengan kondisi dan keinginan pasien.
Histerektomi
Direkomendasikan untuk pasien berusia di
atas 40 tahun dan tidak berencana memiliki
anak lagi.8 Histerektomi dapat dilakukan
dengan metode laparotomi, mini laparotomi,
dan laparoskopi. Histerektomi vagina lebih
dipilih karena komplikasi lebih rendah serta
durasi hospitalisasi lebih singkat.
Miomektomi
Miomektomi direkomendasikan pada
pasien yang menginginkan fertility sparing.9
Miomektomi dapat dengan teknik laparotomi,
mini laparotomi, laparoskopi, dan histeroskopi.
Teknik laparotomi dan mini laparotomi
adalah tindakan yang paling sering dilakukan,
sedangkan laparoskopi paling jarang
dilakukan karena lebih sulit. Histeroskopi
direkomendasikan pada mioma submukosa
dengan ukuran tumor <3 cm yang 50%-nya
berada dalam rongga rahim dan pada mioma
multipel.3,9 Akan tetapi, komplikasi perdarahan
pada teknik ini lebih besar dibanding
histerektomi.
Selain pembedahan, juga digunakan teknik
non-invasif radioterapi, yakni embolisasi dan
miolisis.
Embolisasi Arteri Uterina
Metode ini dilakukan dengan embolisasi
melalui arteri femoral komunis untuk
menghambat aliran darah ke rahim. Efek
yang diharapkan adalah iskemia dan nekrosis
yang secara perlahan membuat sel mengecil.
Teknik ini direkomendasikan pada pasien yang
menginginkan anak dan menolak transfusi,
memiliki penyakit komorbid, atau terdapat
kontraindikasi operasi. Di sisi lain, teknik ini
dikontraindikasikan pada kehamilan, jika
terdapat infeksi arteri atau adneksa dan alergi
terhadap bahan kontras.
Miolisis/Ablasi Tumor
Teknik ini bekerja langsung menghancurkan
sel tumor dengan media radiofrekuensi, laser,
atau Magnetic Resonance Guided Focused
Ultrasound Surgery (MRgFUS). Metode
terakhir menggunakan gelombang ultasonik
intensitas tinggi yang diarahkan langsung ke
sel tumor.9
Gelombang ini akan menembus
jaringan lunak dan menyebabkan denaturasi
protein, iskemia, dan nekrosis koagulatif.
Teknik ini tidak direkomendasikan pada
mioma uteri saat kehamilan.
PROGNOSIS
Potensi keganasan mioma uteri sangat rendah
tetapi dapat kambuh walau telah dilakukan
miomektomi.4,6 Mioma dapat menyebabkan
infertilitas dan jika terjadi bersamaan dengan
kehamilan umumnya meningkatkan risiko
persalinan sectio casesaria.
5
Komplikasi
Komplikasi mioma yang paling meresahkan
adalah infertilitas. Berdasarkan data di Amerika
Serikat, infertilitas dapat terjadi pada 2-3%
kasus mioma uteri.2
Pada kehamilan, tumor akan memicu
keguguran, gangguan plasenta dan presentasi
janin, prematuritas serta perdarahan pascapersalinan.1 Komplikasi pembedahan meliputi
perdarahan, infeksi, dan trauma pada organ
sekitar. Akibat embolisasi dapat terjadi
sindrom pasca-embolisasi yang ditandai
dengan keluhan nyeri, demam, dan ekspulsi
tumor dari vagina. Setelah miolisis dapat
terjadi nyeri dan perdarahan.
Prognosis
Prognosis mioma asimptomatis umumnya
baik karena tumor akan mengecil dalam
6 bulan sampai 3 tahun, terutama saat
menopause. Mioma simptomatis sebagian
besar berhasil ditangani dengan pembedahan
tetapi rekurensi dapat terjadi pada 15-
33% pasca-tindakan miomektomi.
Setelah
5-10 tahun, 10% pasien akhirnya menjalani
histerektomi.4 Pasca-embolisasi, tingkat
kekambuhan mencapai 15-33% kasus dalam
18 bulan sampai 5 tahun setelah tindakan.5
Konsepsi spontan dapat terjadi pascamiomektomi atau setelah radioterapi. Pada
penelitian retrospektif, kejadian sectio caesaria
meningkat pada wanita hamil dengan
mioma uteri karena kejadian malpresentasi
janin, ketuban pecah dini, prematuritas, dan
kematian janin dalam kandungan.
Mioma uteri bersifat jinak, risiko menjadi
keganasan sangat rendah, hanya sekitar
10-20% mioma berkembang menjadi
leiomyosarcoma.
5
Suatu studi menyimpulkan
bahwa transformasi maligna hanya terjadi
pada 0,25% (1 dari 400 kasus) wanita yang
telah menjalani pembedahan.
Keganasan
umumnya dipicu oleh riwayat radiasi pelvis,
riwayat penggunaan tamoksifen, usia lebih
dari 45 tahun, perdarahan intratumor,
penebalan endometrium, dan gambaran
heterogen pada gambaran radiologis MRI.
Edukasi meliputi anjuran kontrol ulang
berkala pada pasien asimptomatis dan yang
menginginkan fertility sparing. Tindakan
preventif umum berupa pengaturan diet
dan olahraga. Di samping itu, menyusui
dan merokok ternyata dapat menghambat
tumorigenesis mioma uteri.
Edukasi Pasien
Selama tidak ada keluhan, pasien dianjurkan
kontrol setiap 6 bulan. Jika telah menopause
dan tidak ada pertumbuhan tumor dalam
satu tahun maka kontrol dianjurkan hanya jika
muncul gejala.9
Kehamilan dapat terjadi 4-6 bulan setelah
penanganan. Kehamilan dapat berjalan lancar
namun 1/3 kasus mioma dapat menginduksi
abortus dan prematur.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit
Seperti penyakit lainnya, upaya pencegahan
mioma uteri dilakukan dengan pengaturan
diet dan olahraga.6 Selain itu, merencanakan
kehamilan dan memberikan ASI eksklusif,
merokok, dan produk kecantikan ternyata
dapat memberikan efek profilaksis.
Diet
Rekomendasi paling penting adalah diet
menjaga berat badan ideal untuk mengurangi
faktor risiko obesitas.6 Hal ini karena kejadian
tumor sering dikaitkan dengan terlalu banyak
konsumsi daging merah dan rendahnya
konsumsi sayuran hijau atau buah.2,6
Fungsi proteksi juga dari vitamin A dan D.6
Penelitian gagal menunjukkan manfaat
kedelai dalam pencegahan tumor;6
namun
konsumsi susu dan dairy product akan
menurunkan risiko tumor.Zat aktif lain seperti lycopene, isoflavone,
dan gallactocatechin gallate (EGCG) dari teh
hijau membantu menurunkan risiko tumor
melalui induksi apoptosis dan menghambat
proliferasi sel
Olahraga
Olahraga teratur dengan intensitas sedang
membantu menjaga keseimbangan hormonal
dan menjaga agar berat badan tetap stabil.6
Merokok
Merokok dapat mengurangi risiko mioma
dengan cara menurunkan kadar estrogen
melalui dua jalur berbeda, yakni: menghambat
enzim aromatase yang berperan penting pada
proses aromatisasi androgen dan stimulasi
jalur 2-hidroksilase yang menurunkan
bioavailabilitas estrogen. Walaupun begitu,
efek merokok terhadap kesehatan jelas lebih
buruk.
Multipara
Saat hamil akan terjadi perubahan matriks
ekstraseluler, growth factor, dan hormon
seks yang akan menurunkan insidens mioma
uteri.2 Makin sering hamil, risiko mioma uteri
juga akan menurun karena setelah kehamilan
jumlah reseptor estrogen dalam endometrium
berkurang.
Menyusui
Menyusui terutama ASI eksklusif akan
menghentikan siklus haid dan mengurangi
paparan hormon seks pada sel/jaringan
rahim.6
Produk Kecantikan
Ada hubungan antara phthalate dan kejadian
mioma uteri.
Hal ini karena senyawa
tersebut merupakan antiandrogen, sehingga
menyebabkan peningkatan hormon estrogen.
Senyawa lain yang diduga dapat mengganggu
metabolisme hormonal adalah paraben dan
bisphenol A. Oleh karena itu, ketiga senyawa
kosmetik ini sebaiknya dihindari.
Penanganan mioma uteri bergantung pada
usia pasien, ukuran, jumlah dan lokasi tumor,
serta ada tidaknya keluhan dan keinginan
memperoleh keturunan. Metode konservatif
observasi merupakan pilihan jika pasien
tidak ada keluhan, sedangkan pembedahan
direkomendasikan jika terdapat gejala yang
membuat pasien tidak nyaman