pengobatan dasar puskesmas 4



 kan pada ibu hamil dan bayi < 1 tahun

dan penderita G6PD.

b. Malaria vivax

Untuk daerah yang masih sensitif klorokuin dapat diberikan

• Lini I : Klorokuin dosis tunggal perhari selama 3 hari + primakuin 

selama 14 hari

Klorokuin : Hr 1:   10 mg, Hr 2: 10 mg. Hr 3: 5 mg

Primakuin : 0,25-0,5 mg/kgbb/hr selama 14 hari

Untuk daerah yang resisten klorokuin terhadap malaria vivak dapat 

diberikan Artesunate+ Amodiakuin selama 3 hari (dosis sama dengan

falciparum)+Primakuin selama 14 hari dosis 0,25-0,5 mg/kgbb/hr.

• Lini II : Kina (3xsehari) selama 7 hari+Primakuin 14 hari

Kina :   10   mg/kgbb/kali (3 x sehari) selama 7 hari

Primakuin : 0,25  mg/kgbb/hr selama 14 hari

b. Malaria mix (malaria facciparum+malaria vivax)

Pengobatan diberikan :

Artesunate + amodiaquin (selama 3 hari) + Primakuin selama 14 hari

Artesunate :             4 mg/kgbb/hari

Amodiaquin :           10 mg/kgbb/hari

Primakuin :  0,25-0,5 mg/kgbb/hari selama 14 hari

Lihat buku Pedoman perawatan intensif   Kasus Malaria Oleh Subdit Malaria,

Direktorat PBB, Ditjen PP & PL.




MALARIA


Definisi

Malaria yaitu   penyakit  infeksi yang dipicu   oleh parasit Plasmodium yang

hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah pasien  . Penyakit ini ditularkan

melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit ini merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat di negara kita .

Pemicu  

Ada 4 jenis plasmodium pada pasien   yaitu :

• Plasmodium falciparum

• Plasmodium vivax

• Plasmodium ovale

• Plasmodium malariae

Gambaran Klinis

1. Masa inkubasi berkisar 1-2 minggu.

2. Keluhan utama pada malaria tanpa komplikasi : demam, menggigil, berkeringat

dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-

pegal.

3. Gejala pada malaria dengan kompilasi (malaria berat) : gangguan kesadaran,

keadaan umum yang lemah, kejang-kejang, panas sangat tinggi, perdarahan,

warna air seni seperti teh tua dan gejala lainnya.

4. Malaria falciparum yang sering memicu   terjadinya malaria dengan

komplikasi (malaria berat).

Dignosa  

Malaria Dignosa   dengan pemeriksaan yaitu :

1. Rapid Diagnositik Test dengan mekanisme kerja berdasar   deteksi antigen

parasit malaria, yang bermanfaat digunakan pada unit gawat darurat, saat

kejadian luar biasa dan daerah terpencil yang tidak ada   fasilitas laboratorium.

2. Pemeriksaan dengan mikroskop

Dilakukan dengan menemukan parasit dalam pulasan darah yang diwarnai

Giemsa dan diperiksa dengan mikroskop dengan pembesar 700-1000 x.

perawatan intensif  

Pengobatan malaria tanpa komplikasi :

a. Malaria Farciparrum






MORBILI (Campak)


Definisi

Morbili ialah penyakit infeksi virus akut yang bermanifestasi dalam 3 stadium

yaitu stadium kataral, erupsi dan konvalens.

Pemicu  

Pemicu   penyakit campak yaitu   virus campak atau morbili. Pada awalnya,

gejala campak agak sulit dideteksi.

Gambaran Klinis

Secara garis besar penyakit campak dibagi menjadi 3 fase:

1. Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10 – 12 hari.

Pada fase ini anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak

gejala apapun. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum

keluar.

2. Pada fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit

flu seperti batuk, pilek dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan berair.

Bila melihat sesuatu, mata akan silau (fotofobia). Di sebelah dalam mulut

muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3 – 4 hari. Terkadang anak juga

mengalami diare. 1 – 2 hari lalu   timbul demam tinggi yang turun naik,

berkisar 38 – 40,5 oC

3. Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam

tinggi yang terjadi. Namun bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh

melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang telinga, leher, dada,

muka, tangan dan kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak

terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.

Bercak-bercak merah ini dalam bahasa kedokterannya disebut makulopapuler.

Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu,

tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Umumnya jika bercak

merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun

makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu rontok atau

sembuh dengan sendirinya. Periode ini merupakan masa penyembuhan yang butuh

waktu sampai 2 minggu.

Dignosa  

Bercak kemerahan terutama pada bagian atas badan.


1




MIGREN


Definisi

Serangan nyeri kepala sesisi yang berulang, beragam beratnya, lamanya dan

kekerapannya mungkin merupakan serangan migren. Migren klasik diawali selama

+ 60 menit.

Pemicu  

Gangguan vaskular.

Gambaran Klinis

− Nyeri kepala khas berdenyut, unilateral dan bertambah berat setelah aktivitas

fisik.

− Penderita mengeluh mual sampai muntah dan ada   anoreksia, fotofobia

atau fenofobia.

− Migren klasik diawali atau disertai dengan gangguan sensorik, motorik atau

suasana hati (mood). Pada periode awal ini penderita mungkin merasa gelisah,

tidak nafsu makan dan mudah tersinggung. Gangguan motorik dapat berupa

hemiparesis, sedangkan gangguan sensorik mungkin berupa parestesia,

hemianopsia atau seolah melihat kilat.

Dignosa  

Nyeri kepala sesisi.

perawatan intensif  

− Serangan migren sering dicetuskan oleh makanan tertentu, ketegangan emosi

dan kelelahan fisik. Hal-hal itu harus diidentifikasi dan dihindarkan.

− Serangan diatasi dengan :

§ asetosal, parasetamol atau asam mefenamat 500 mg

§ tablet ergotamin 1mg, dosis disesuaikan kondisi penyakit.







OTITIS MEDIA AKUT (OMA)


Definisi

Radang akut telinga tengah yang terjadi terutama pada bayi atau anak yang biasanya

didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas.

Pemicu  

Kuman Pemicu   Otitis Media Akut yaitu   bakteri pirogenik seperti : Streptokokus

hemolitikus, Pneumokokus atau Hemofilus influenza.

Gambaran klinik

Keluhan dan gejala yang timbul tergantung dari stadium OMA yaitu :

1. Stadium oklusi tuba

2. Stadium hiperemis

3. Stadium supurasi

4. Stadium perforasi

5. Stadium resolusi

Gejala OMA yaitu   :

1. Anak gelisah atau ketika sedang tidur tiba-tiba terbangun, menjerit sambil

memegang telinganya.

2. Demam dengan suhu tubuh yang tinggi dan kadang-kadang sampai kejang.

3. Kadang-kadang disertai dengan muntah dan diare

Dignosa  

Tanda OMA yaitu   :

1. OMA Stadium oklusi tuba

Pemeriksaan otoskopik tampak membran timpani suram, refleks cahaya

memendek dan menghilang.

2. OMA Stadium hiperemis

Pemeriksaan otoskopik tampak membran timpani hiperemis dan udem serta

refleks cahaya menghilang.

3. OMA Stadium supurasi

Keluhan dan gejala klinik bertambah hebat.

Pemeriksaan otoskopik tampak membran timpani menonjol keluar (bulging)

dan ada bagian yang berwarna pucat kekuningan.


151

perawatan intensif  

Penanganan yang benar

− Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya berat

atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit.

− Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan

penyakitnya kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang belum

mendapat imunisasi campak.

− Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk meningkatkan

daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna sebab   anak campak

rentan terjangkit infeksi lain seperti radang tenggorokan, flu atau lainnya.

Masa rentan ini masih berlangsung sebulan setelah sembuh sebab   daya tahan

tubuh penderita yang masih lemah.

− Pengobatan secara simtomatik sesuai dengan gejala yang ada.


153

4. OMA Stadium perforasi

Anak yang sebelumnya gelisah menjadi lebih tenang, demam berkurang. Pada

pemeriksaan otoskopik tampak cairan di liang telinga yang berasal dari telinga

tengah. Membran timpani perforasi.

5. Stadium resolusi

Pemeriksaan otoskopik, tidak ada sekret/ kering dan membran timpani berangsur

menutup.

perawatan intensif  

perawatan intensif   OMA disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan stadiumnya.

1. Stadium oklusi tuba

a. Berikan antibiotik selama 7 hari:

§ Ampisilin   : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x

sehari atau

§ Amoksisilin: Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari

atau

§ Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x

sehari

b. Obat tetes hidung nasal dekongestan

c. Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi

d. Antipiretik

2. Stadium hiperemis

a. Berikan antibiotik selama 10 – 14 hari :

§ Ampisilin   : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x

sehari atau

§ Amoksisilin: Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari

atau

§ Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x

sehari

b. Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari

c. Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi

d. Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya


154

3. Stadium supurasi

a. Segera rawat jika   ada fasilitas perawatan.

Berikan antibiotika ampisilin atau amoksisilin dosis tinggi parenteral

selama 3 hari. jika   ada perbaikan dilanjutkan dengan pemberian

antibiotik peroral selama 14 hari.

b. Bila tidak ada fasilitas perawatan segera rujuk ke dokter spesialis THT

untuk dilakukan miringotomi.

4. Stadium perforasi

a. Berikan antibiotik selama 14 hari

b. Cairan telinga dibersihkan dengan obat cuci telinga Solutio H2O2 3%

dengan frekuensi 2 – 3 kali


156

napas atas yang tidak diobati dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga.

Dignosa  

1. OMSK tipe benigna / aman

Proses peradangan hanya terbatas pada mukosa. Perforasi membran timpani

terletak di sentral, jarang menimbulkan komplikasi berbahaya.

2. OMSK tipe maligna / bahaya

Proses peradangan mengenai tulang, perforasi membran timpani terletak di

attic atau marginal dan tampak kolesteatoma.

Tanda klinis lainnya :

− terlihat adanya abses / fistula retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi

di liang telinga yang berasal dari telinga tengah.

− ada   sekret purulen berbau busuk yang khas

OMSK tipe bahaya dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi

intrakranial.

perawatan intensif  

a. OMSK tipe benigna / aman

1. Bila aktif, berikan cuci telinga berupa solutio H2O2 3 %, 2-3 kali

2. Antibiotika selama 7 hari :

− Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/ KgBB    4 x

sehari atau

− Amoksilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/ KgBB    3 x

sehari atau

− Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari

3. Antihistamin jika   ada tanda-tanda alergi

4. Nasehatkan agar tidak berenang dan tidak mengorek telinga

5. Bila selama 2 bulan tidak kering atau hilang timbul, rujuk ke dokter

spesialis THT.

b. OMSK tipe maligna / bahaya

1. jika   belum memungkinkan dirujuk ke spesialis THT, dilakukan terapi

sbb :

− Berikan cuci telinga berupa Solutio H2O2 3%, 2-3 kali






OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)


Definisi

Istilah sehari-hari untuk OMSK dikenal sebagai congek. Dalam perjalanan penyakit

ini dapat berasal dari OMA stadium perforasi yang berlanjut, sekret tetap keluar

dari telinga tengah dalam bentuk encer, bening ataupun mukopurulen. Proses

hilang timbul atau terus menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut. Tetap terjadi

perforasi pada membran timpani.

Beberapa faktor yang memicu   OMA menjadi OMSK yaitu   :

a. pengobatan terlambat diberikan dan tidak adekuat

b. virulensi kuman tinggi

c. daya tahan tubuh/ gizi/ hygiene kurang

OMSK dibagi menjadi 2 tipe :

a. OMSK tipe benigna/ mukosa/ aman

b. OMSK tipe maligna/ tulang/ bahaya

Otitis Media sendiri yaitu   suatu infeksi yang mengenai telinga bagian tengah

(lihat gambar penampang telinga). Infeksi ini disertai dengan pengeluaran cairan

(dapat bening atau keruh) dari liang telinga sehingga disebut supuratif.

Istilah kronik digunakan jika   penyakit ini hilang timbul atau menetap selama

2 bulan atau lebih.

jika   terjadi kekambuhan setelah sebelumnya terjadi penyembuhan maka disebut

mengalami eksaserbasi akut (Acute exacerbation).

Pada pemeriksaan telinga didapatkan adanya gendang telinga yang keruh atau

robek. Kelainan ini dapat terjadi pada 1 telinga atau dapat mengenai 2 telinga.

Pemicu  

Kuman Pemicu   OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%),

Pseudomonas aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidis (10,3%), gram

positif lain (18,1%) dan kuman gram negatif lain (7,8%).

Gambaran klinik

Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah menderita infeksi saluran

napas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan. Melalui saluran yang

menghubungkan antara hidung dan telinga (tuba Auditorius), infeksi di saluran






PAROTITIS EPIDEMIKA


Definisi

Gondongan (Parotitis Epidemika) yaitu   penyakit infeksi akut dan menular yang

dipicu   virus. Virus menyerang kelenjar air liur di mulut, terutama kelenjar

parotis yang terletak pada tiap-tiap sisi muka tepat di bawah dan di depan telinga.

Pemicu  

Virus Mumps.

Gambaran Klinis

a. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak dan orang muda berusia lima

sampai 15 tahun. Gejalanya, nyeri sewaktu mengunyah dan menelan. Lebih

terasa lagi bila menelan cairan asam seperti cuka dan air jeruk.

b. Pembengkakan yang nyeri terjadi pada sisi muka dan di bawah telinga. Kelenjar-

kelenjar di bawah dagu juga akan lebih besar dan membengkak. Penderita

juga merasa demam. Suhu tubuh dapat meningkat hingga 39,5oC. Komplikasi

mungkin terjadi pada anak laki-laki pada umur belasan tahun, nyeri pada perut

dan alat kelamin. Pada penderita remaja perempuan, nyeri akan terasa juga di

bagian payudara. Komplikasi serius terjadi jika virus gondong menyerang otak

dan susunan syarat. Ini memicu   radang selaput otak dan jaringan selaput

otak.

c. Penularan penyakit ini melalui kontak langsung dengan penderita, seperti

persentuhan dengan cairan muntah dan air seni penderita atau melalui udara

ketika penderita bersin atau batuk.

Dignosa  

Dignosa   ditegakkan berdasar   gambaran klinik.

perawatan intensif  

a. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan secara aktif dengan pemberian vaksin

parotitis atau secara pasif dengan penyuntikan zat kekebalan yaitu gama

globulin.

b. Istirahat di tempat tidur hingga suhu tubuh normal kembali. Makanan yang

dikonsumsi yaitu   yang cair dan lunak. Bila perlu beri obat penurun panas

dan kompres pada bagian tubuh yang nyeri. Pakailah obat kumur yang baik

untuk membersihkan selaput lendir mulut. Usahakanlah minum yang

banyak dan mengunyah permen karet.


157

− Antibiotik selama 14 hari :

§ Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari;

Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau

§ Amoksilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari;

Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau

§ Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari;

Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari

2. jika   ada   abses retroaurikuler dilalukan insisi dahulu dan segera

rujuk ke dokter spesialis THT


160

b. Gejala:

Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi

ini harus diperiksa dengan teliti sebab   seringkali dianggap sebagai

gejala yang biasa terjadi pada proses penuaan.

− Batuk kronik

Batuk kronik yaitu   batuk hilang timbul selama 3 bulan yang tidak

hilang   dengan pengobatan yang diberikan

− Berdahak kronik

Kadang kadang pasien menyatakan hanya berdahak terus menerus

tanpa disertai batuk

− Sesak nafas, terutama pada saat melakukan aktivitas

Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi dengan sesak nafas

yang bersifat progressif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan.

Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, gunakan ukuran sesak

napas sesuai skala sesak (Tabel 1).

Tabel 1.  Skala Sesak

Skala

sesak Keluhan sesak berkaitan dengan aktivitas

0 Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat

1 Sesak mulai timbul bila berjalan cepat atau naik

tangga 1 tingkat

2 Berjalan lebih lambat sebab   merasa sesak

3 Sesak timbul bila berjalan 100 m atau setelah

beberapa menit

4 Sesak bila mandi atau berpakaian

2. Pemeriksaan fisik:

Pada pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan yang jelas

terutama  auskultasi pada PPOK ringan, sebab   sudah mulai ada  

hiperinflasi alveoli. Sedangkan pada PPOK derajat sedang dan PPOK

derajad berat seringkali terlihat perubahan cara bernapas atau perubahan

bentuk anatomi toraks.


1





PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)


Definisi

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yaitu   penyakit yang ditandai dengan

hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan

aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru

terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya.

Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK sebab   bronkitis

kronik merupakan Dignosa   klinis sedangkan emfisema merupakan Dignosa  

patologi.

Dalam menilai gambaran klinis pada PPOK harus memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

a. Onset (awal terjadinya penyakit) biasanya pada usia pertengahan,

b. Perkembangan gejala bersifat progresif lambat

c. Riwayat pajanan, seperti merokok, polusi udara (di dalam ruangan, luar ruangan

dan tempat kerja)

d. Sesak pada saat melakukan aktivitas

e. Hambatan aliran udara umumnya ireversibel (tidak bisa kembali normal).

Dignosa   dan Klasifikasi (Derajat) PPOK

Dalam menDignosa   PPOK dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang (foto toraks, spirometri dan lain-lain).  Dignosa   berdasar  

anamnesis, pemeriksaan fisik dan foto toraks dapat menentukan PPOK Klinis.

jika   dilanjutkan dengan pemeriksaan spirometri akan dapat menentukan

Dignosa   PPOK sesuai derajat (PPOK ringan, sedang dan berat)

a.   Dignosa   PPOK Klinis ditegakkan jika  :

1. Anamnesis:

a. Ada faktor risiko

− Usia (pertengahan)

− Riwayat pajanan

§ Asap rokok

§ Polusi udara

§ Polusi tempat kerja


162

Dinyatakan PPOK (secara klinis) jika   sekurang-kurangnya pada anamnesis

ditemukan adanya riwayat pajanan faktor risiko disertai batuk kronik dan

berdahak dengan sesak nafas terutama pada saat melakukan aktivitas pada

seseorang yang berusia pertengahan atau yang lebih tua.

Catatan:

Untuk penegakkan Dignosa   PPOK perlu disingkirkan kemungkinan adanya

asma bronkial, gagal jantung kongestif, TB Paru dan  sindrome obstruktif

pasca TB Paru. Penegakkan Dignosa   PPOK secara klinis dilaksanakan di

puskesmas atau rumah sakit tanpa fasilitas spirometri. Sedangkan penegakan

Dignosa   dan penentuan klasifikasi (derajat) PPOK sesuai dengan ketentuan

Perkumpulan Dokter Paru negara kita  (PDPI) / Gold tahun 2005, dilaksanakan

di rumah sakit / fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki spirometri.

b.   Penentuan klasifikasi (derajat) PPOK

Penentuan klasifikasi (derajat) PPOK sesuai dengan ketentuan

Perkumpulan Dokter Paru negara kita  (PDPI) / Gold tahun 2005 sebagai

berikut :

1. PPOK Ringan

Gejala klinis:

− Dengan atau tanpa batuk

− Dengan atau tanpa produksi sputum.

− Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1

Spirometri:

− VEP1 • 80% prediksi (normal spirometri)  atau

− VEP1 / KVP < 70%

2. PPOK Sedang

Gejala klinis:

− Dengan atau tanpa batuk

− Dengan atau tanpa produksi sputum.

− Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).

Spirometri:

− VEP1 / KVP < 70% atau

− 50% < VEP1 < 80% prediksi.


161

Secara umum pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hal-hal sebagai

berikut:

Inspeksi

− Bentuk dada: barrel chest (dada seperti tong)

− ada   cara bernapas purse lips breathing (seperti orang meniup)

− Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas

− Pelebaran sela iga

Perkusi

− Hipersonor

Auskultasi

− Fremitus melemah,

− Suara nafas vesikuler melemah atau normal

− Ekspirasi memanjang

− Mengi (biasanya timbul pada eksaserbasi)

− Ronki

3. Pemeriksaan penunjang:

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada Dignosa   PPOK antara

lain :

− Radiologi (foto toraks)

− Spirometri

− Laboratorium darah rutin (timbulnya polisitemia menunjukkan telah

terjadi hipoksia kronik)

− Analisa gas darah

− Mikrobiologi sputum (diperlukan untuk pemilihan antibiotik bila terjadi

eksaserbasi)

Meskipun kadang-kadang hasil pemeriksaan radiologis masih normal pada

PPOK ringan tetapi pemeriksaan radiologis ini berfungsi juga untuk

menyingkirkan Dignosa   penyakit paru lainnya atau menyingkirkan

Dignosa   banding dari keluhan pasien.

Hasil pemeriksaan radiologis dapat berupa kelainan :

− Paru hiperinflasi atau  hiperlusen

− Diafragma mendatar

− Corakan bronkovaskuler meningkat

− Bulla

− Jantung pendulum


163

3. PPOK Berat

Gejala klinis:

− Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik.

− Eksaserbasi lebih sering terjadi

− Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.

Spirometri:

− VEP1 / KVP < 70%,

− VEP1 < 30% prediksi atau

− VEP1 > 30% dengan gagal napas kronik

Gagal napas kronik pada PPOK ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan analisa

gas darah, dengan kriteria:

− Hipoksemia dengan normokapnia atau

− Hipoksemia dengan hiperkapnia

perawatan intensif  

perawatan intensif   PPOK dibedakan atas tatalaksana kronik dan tatalaksana

eksaserbasi, masing masing sesuai dengan klasifikasi (derajat) beratnya (Lihat

Buku Penemuan dan Tatalaksana PPOK)

Secara umum tata laksana PPOK yaitu   sebagai berikut:

1. Pemberian obat obatan

a. Bronkodilator

Dianjurkan penggunaan dalam bentuk inhalasi kecuali pada eksaserbasi

digunakan oral atau sistemik

b. Anti inflamasi

Pilihan utama bentuk metilprednisolon atau prednison. Untuk penggunaan

jangka panjang pada PPOK stabil hanya bila uji steroid positif. Pada

eksaserbasi dapat digunakan dalam bentuk oral atau sistemik

c. Antibiotik

Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang untuk pencegahan eksaserbasi.

Pilihan antibiotik pada eksaserbasi disesuaikan dengan pola kuman setempat.

d. Mukolitik

Tidak diberikan secara rutin. Hanya digunakan sebagai pengobatan

simtomatik bila tedapat dahak yang lengket dan kental.

e. Antitusif

Diberikan hanya bila ada   batuk yang sangat mengganggu. Penggunaan

secara rutin merupakan kontraindikasi.


164

2. Pengobatan penunjang

a. Rehabilitasi

b. Edukasi

c. Berhenti merokok

d. Latihan fisik dan respirasi

e. Nutrisi

3. Terapi oksigen

Harus berdasar   analisa gas darah baik pada penggunaan jangka panjang

atau pada eksaserbasi. Pemberian yang tidak berhati hati dapat memicu  

hiperkapnia dan memperburuk keadaan. Penggunaan jangka panjang pada

PPOK stabil derajat berat dapat memperbaiki kualitas hidup

4. Ventilasi mekanik

Ventilasi mekanik invasif digunakan di ICU pada eksaserbasi berat. Ventilasi

mekanik noninvasif digunakan di ruang rawat atau di rumah sebagai perawatan

lanjutan setelah eksaserbasi pada PPOK berat

5. Operasi paru

Dilakukan  bulektomi bila ada   bulla yang besar atau transplantasi paru

(masih dalam proses penelitian di negara maju)

6. Vaksinasi influensa

Untuk mengurangi timbulnya eksaserbasi pada PPOK stabil. Vaksinasi influensa

diberikan pada:

a. Usia di atas 60 tahun

b. PPOK sedang dan berat


166

• Plasenta belum lahir

setelah 30 menit

• Perdarahan segera (P3)

• Uterus berkontraksi dan

keras

• Plasenta atau sebagian 

selaput (mengandung 

pembuluh darah) tidak 

lengkap

• Perdarahan segera (P3)

• Uterus tidak teraba

• Lumen vagina terisi

masa

• Tampak tali pusat (bila 

plasenta belum lahir)

• Sub-involusi uterus

• Nyeri tekan perut bawah 

dan pada uterus

• Perdarahan

• Lokhia mukopurulen dan 

berbau

• Tali pusat putus

akibat traksi 

berlebihan

• Inversio uteri

akibat tarikan

• Perdarahan lanjutan

• Uterus berkontraksi

tetapi tinggi fundus

tidak berkurang

• Neurogenik syok

• Pucat dan limbung

• Anemia

• Demam

Retensio plasenta

Tertinggalnya

sebagian plasenta

atau ketuban

Inversio uteri

Endometristis atau

sisa fragmen

plasenta (terinfeksi

atau tidak)

Late postpartum

hemorrhage

Perdarahan

postpartum

sekunder

PENGELOLAAN UMUM

• Selalu siapkan tindakan gawat darurat

• Tata laksana persalinan kala III secara aktif

• Minta pertolongan pada petugas lain untuk membantu bila dimungkinkan

• Lakukan penilaian cepat keadaan umum ibu meliputi kesadaran nadi, tekanan

darah, pernafasan dan suhu

• Jika ada   syok lakukan segera penanganan

• Periksa kandung kemih, bila penuh kosongkan

• Cari Pemicu   perdarahan dan lakukan pemeriksaan untuk menentukan

Pemicu   perdarahan






PERDARAHAN POST PARTUM


Definisi

Perdarahan post partum yaitu   perdarahan melebihi 500 ml yang terjadi setelah

bayi lahir.

Perdarahan post partum dini yaitu perdarahan setelah bayi lahir dalam 24 jam

pertama persalinan dan perdarahan post partum lanjut yaitu perdarahan setelah 24

jam persalinan.

Pemicu  

Perdarahan post partum dapat dipicu   oleh atonia uteri, robekan jalan lahir,

retensio plasenta, sisa plasenta dan kelainan pembekuan darah.

Gambaran Klinis

Dalam persalinan sukar untuk menentukan jumlah darah secara akurat sebab  

tercampur dengan air ketuban dan serapan pada pakaian atau kain alas. Oleh sebab  

itu bila ada   perdarahan lebih banyak dari normal, sudah dianjurkan untuk

melakukan pengobatan sebagai perdarahan post partum.

Dignosa  

GEJALA DAN TANDA TANDA DANGEJALA LAIN

Dignosa  

KERJA

• Uterus tidak berkontraksi

dan lembek

• Perdarahan segera setelah

anak lahir

• Darah segar yang

mengalir segera setelah

bayi lahir

• Uterus kontraksi dan

keras

• Plasenta lengkap

• Syok

• Bekukan darah

pada serviks atau

posis terlentang

akan menghambat

aliran darah ke luar

• Pucat

• Lemah

• Menggigil

Atonia uteri

Robekan jalan lahir


168

2. Peregangan Tali Pusat Terkendali

• Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva

atau menggulung tali pusat

• Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus,

sementara tangan kanan memegang tali pusat memakai   klem atau

kain kasa dengan jarak 5 – 10 cm dari vulva

• Saat uterus kontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso-

kranial

3. Mengeluarkan plasenta

• Jika dengan penegangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat bertambah

panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu untuk meneran

sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bahwa lalu  

ke atas sesuai dengan kurve jalan lahir hingga plasenta tampak pada vulva.

• Bila tali pusat bertambah panjang tetapi plasenta belum lahir, pindahkan

kembali klem hingga berjarak ± 5 – 10 dari vulva.

• Bila plasenta belum lepas setelah mencoba langkah ini   selama 15

menit

• Suntikkan ulang 10 IU Oksitosin i.m

• Periksa kandung kemih, lakukan kateterisasi bila penuh

• Tunggu 15 menit, bila belum lahir lakukan tindakan plasenta manual

4. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan

hati-hati.

• Bila terasa ada tahanan, penegangan plasenta dan selaput secara perlahan

dan sabar untuk mencegah robeknya selaput ketuban.

5. Masase Uterus

• Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan

menggosok fundus secara sirkuler memakai   bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

6. Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan

• Kelengkapan plasenta dan ketuban

• Kontraksi uterus

• Perlukaan jalan lahir


167

PENGELOLAAN KHUSUS

ATONIA UTERI

Atonia uteri terjadi bila miometrium tidak berkontraksi. Uterus menjadi lunak dan

pembuluh darah pada daerah bekas perlekatan plasenta terbuka lebar. Atonia

merupakan Pemicu   tersering perdarahan postpartum, sekurang-kurangnya 2/3

dari semua perdarahan postpartum dipicu   oleh atonia uteri. Upaya penanganan

perdarahan postpartum dipicu   atonia uteri harus dimulai dengan mengenal

ibu yang memiliki kondisi yang berisiko terjadinya atonia uteri.

Kondisi ini mencakup:

1. Hal-hal yang memicu   uterus meregang lebih dari kondisi normal seperti

pada:

• Polihidramnion

• Kehamilan kembar

• Makrosomi

2. Persalinan lama

3. Persalinan terlalu cepat

4. Persalinan dengan induksi atau akselerasi oksitosin

5. Infeksi intrapartum

6. Paritas tinggi

Jika seorang wanita memiliki salah satu dari kondisi-kondisi yang berisiko ini,

maka penting bagi penolong persalinan untuk mengantisipasi kemungkinan

terjadinya atoni uteri postpartum. Meskipun demikian, 20% atoni uteri postpartum

dapat terjadi pada ibu tanpa faktor-faktor risiko ini. yaitu   penting bagi semua

penolong persalinan untuk mempersiapkan diri dalam melakukan perawatan intensif  

awal terhadap masalah yang mungkin terjadi selama proses persalinan.

Jika tidak mempunyai kemampuan dan fasilitas, semua keadaan di atas sebaiknya

segera dirujuk ke dokter spesialis obgyn / Rumah Sakit.

Langkah berikutnya dalam upaya mencegah atonia uteri ialah melakukan penanganan

kala tiga secara aktif, yaitu:

1. Menyuntikan Oksitosin

• Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal.

• Menyuntikkan Oksitosin 10 IU secara intramuskuler pada bagian luar paha

kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk

memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah.


169

Jenis uterotonika dan cara pemberiannya

JENIS DAN

CARA OKSITOSIN ERGOMETRIN

Dosis dan cara

pemberian

Dosis lanjutan

Dosis maksimal

per hari

Kontra Indikasi

IV : 20 IU dalam 1 l

larutan garam fisio logis

dengan tetesan cepat

IM : 10 IU

IV : 20 IU dalam 1 l

larutan garam fisiologis

dengan 40 tetes / menit

Tidak lebih dari 3 l

larutan dengan Oksitosin

Pemberian IV secara

cepat atau bolus

IM atau IV (lambat) :

0.2 mg

Ulangi 0.2 mg IM

setelah 15 menit

Total 1 mg atau 5 dosis

Preeklampsia, vitium

cordis, hipertensi

PERLUKAAN JALAN LAHIR

Perdarahan dalam keadaan di mana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi

rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan ini   berasal dari perlukaan

jalan lahir. Perlukaan jalan terdiri dari:

a. Robekan perineum

b. Hematoma vulva

c. Robekan dinding vagina

d. Robekan serviks

e. Ruptura uteri

Robekan Perineum

Dibagi atas 4 tingkat :

Tingkat I :  robekan hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa

mengenai kulit perineum

Tingkat II :  robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei

transversalis, tetapi tidak mengenai sfingter ani


170

Tingkat III : robekan mengenai seluruh perineum dan otot sfingter ani

Tingkat IV : robekan sampai mukosa rektum

Kolporeksis yaitu   suatu keadaan di mana terjadi robekan di vagina bagian atas,

sehingga sebagian serviks uteri dan sebagian uterus terlepas dari vagina. Robekan

ini memanjang atau melingkar.

Robekan serviks dapat terjadi di satu tempat atau lebih. Pada kasus partus

presipitatus, persalinan sungsang, plasenta manual, terlebih lagi persalinan operatif

pervaginam harus dilakukan pemeriksaan dengan spekulum keadaan jalan lahir

termasuk serviks.

Pengelolaan

d. Episiotomi, robekan perineum dan robekan vulva

Ketiga jenis perlukaan ini   harus dijahit.

1. Robekan perineum tingkat I

Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan dengan memakai

catgut yang dijahitkan secara jelujur atau dengan cara jahitan angka delapan

(figure of eight).

2. Robekan perineum tingkat II

Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat I atau tingkat

II, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka

pinggir yang bergerigi ini   harus diratakan terlebih dahulu. Pinggir

robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing dijepit dengan klem terlebih

dahulu, lalu   digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan

penjahitan luka robekan.

Mula-mula otot-otot dijahit dengan catgut, lalu   selaput lendir vagina

dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur. Penjahitan mukosa

vagina dimulai dari puncak robekan. Sampai kulit perineum dijahit dengan

benang catgut secara jelujur.

3. Robekan perineum tingkat III

Pada robekan tingkat III mula-mula dinding depan rektum yang robek

dijahit, lalu   fasial perirektal dan fasial septum rektovaginal dijahit

dengan catgut kromik, sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot

sfingter ani yang terpisah akibat robekan dijepit dengan klem / pean

lurus, lalu   dijahit dengan 2 – 3 jahitan catgut kromik sehingga

bertemu lagi. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti

menjahit robekan perineum tingkat II.


172

RETENSIO PLASENTA

Retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah

janin lahir.

Plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding rahim oleh sebab  

kontraksi rahim kurang kuat untuk melepaskan plasenta disebut plasenta

adhesiva. Plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding rahim oleh

sebab   villi korialisnya menembus desidua sampai miometrium disebut plasenta

akreta. Plasenta yang sudah lepas dari dinding rahim tetapi belum lahir sebab  

terhalang oleh lingkaran konstriksi di bagian bawah rahim disebut plasenta

inkarserata.

Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau seluruhnya telah

lepas dari dinding rahim. Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung

luasnya bagian plasenta yang telah lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui

periksa dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasenta

sudah lepas atau belum dan bila lebih dari 30 menit maka kita dapat melakukan

plasenta manual.

Prosedur plasenta manual sebagai berikut:

• Sebaiknya pelepasan plasenta secara manual dilakukan dalam narkosis,

sebab   relaksasi otot memudahkan pelaksanaannya terutama bila retensi

telah lama. Sebaiknya juga dipasang infus NaCl 0,9% sebelum tindakan

dilakukan. Setelah desinfektan tangan dan vulva termasuk daerah

seputarnya, labia dibeberkan dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan

dimasukkan secara obstetrik ke dalam vagina.

• Sekarang tangan kiri menahan fundus untuk mencegah kolporeksis. Tangan

kanan dengan posisi obstetrik menuju ke ostium uteri dan terus ke lokasi

plasenta; tangan dalam ini menyusuri tali pusat agar tidak terjadi salah jalan

(false route).

• Supaya tali pusat mudah diraba, dapat diregangkan oleh pembantu (asisten).

Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan ini   dipindahkan

ke pinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas untuk

menentukan bidang pelepasan yang tepat. lalu   dengan sisi tangan kanan

sebelah kelingking (ulner), plasenta dilepaskan pada bidang antara bagian

plasenta yang sudah terlepas dan dinding rahim dengan gerakan yang sejajar

dengan dinding rahim. Setelah seluruh plasenta terlepas, plasenta dipegang

dan dengan perlahan-lahan ditarik keluar.

• Kesulitan yang mungkin dijumpai pada waktu pelepasan plasenta secara

manual ialah adanya lingkaran konstriksi yang hanya dapat dilalui dengan


171

4. Robekan perineum tingkat IV

Pada robekan perineum tingkat IV sebab   tingkat kesulitan untuk

melakukan perbaikan cukup tinggi dan resiko terjadinya gangguan

berupa gejala sisa dapat menimbulkan keluhan sepanjang

kehidupannya, maka dianjurkan jika   memungkinkan untuk

melakukan rujukan dengan rencana tindakan perbaikan di rumah sakit

kabupaten/kota.

e. Hematoma vulva

1. Penanganan hematoma tergantung pada lokasi dan besar hematoma.

Pada hematoma yang kecil, tidak perlu tindakan operatif, cukup

dilakukan kompres.

2. Pada hematoma yang besar lebih-lebih disertai dengan anemia dan

presyok, perlu segera dilakukan pengosongan hematoma ini  .

Dilakukan sayatan di sepanjang bagian hematoma yang paling

terenggang. Seluruh bekuan dikeluarkan sampai kantong hematoma

kosong. Dicari sumber perdarahan, perdarahan dihentikan dengan

mengikat atau menjahit sumber perdarahan ini  . Luka sayatan

lalu   dijahit. Dalam perdarahan difus dapat dipasang drain atau

dimasukkan kasa steril sampai padat dan meninggalkan ujung kasa

ini   diluar.

f. Robekan dinding vagina

1. Robekan dinding vagina harus dijahit.

2. Kasus kolporeksis dan fistula visikovaginal harus dirujuk ke rumah

sakit.

g. Robekan serviks

Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. Bibir depan dan

bibir belakang serviks dijepit dengan klem Fenster. lalu   serviks

ditarik sedikit untuk menentukan letak robekan dan ujung robekan.

Selanjutnya robekan dijahit dengan catgut kromik dimulai dari ujung

robekan untuk menghentikan perdarahan.

A. Jahitan pertama dimulai dari puncak B. Sebagian robekan serviks

robekan pada serviks setelah dijahit


173

dilatasi oleh tangan dalam secara perlahan-lahan dan dalam nakrosis yang

dalam. Lokasi plasenta pada dinding depan rahim juga sedikit lebih sukar

dilepaskan daripada lokasi di dinding belakang. Ada kalanya plasenta tidak

dapat dilepaskan secara manual seperti halnya pada plasenta akreta, dalam hal

ini tindakan dihentikan.

Setelah plasenta dilahirkan dan diperiksa bahwa plasenta lengkap, segera dilakukan

kompresi bimanual uterus dan disuntikkan Ergometrin 0.2 mg i.m atau i.v sampai

kontraksi uterus baik. Pada kasus retensio plasenta, risiko atonia uteri tinggi oleh

sebab   itu harus segera dilakukan tindakan pencegahan perdarahan postpartum.

jika   kontraksi rahim tetap buruk, dilanjutkan dengan tindakan sesuai prosedur

tindakan pada atonia uteri.

Plasenta akreta ditangani dengan histerektomi oleh sebab   itu harus dirujuk ke

rumah sakit.

SISA PLASENTA

Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga rahim dapat

menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan pospartum lambat

(biasanya terjadi dalam 6 – 10 hari pasca persalinan). Pada perdarahan postpartum

dini akibat sisa plasenta ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah

plasenta lahir dan kontraksi rahim baik. Pada perdarahan postpartum lambat

gejalanya sama dengan subinvolusi rahim yaitu perdarahan.

Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar 3 – 11

yang berulang atau berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim. Perdarahan

akibat sisa plasenta jarang menimbulkan syok.

Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta, kecuali jika  

penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta setelah plasenta lahir.

jika   kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau ada   keraguan

akan sisa plasenta, maka untuk memastikan adanya sisa plasenta ditentukan

dengan eksplorasi dengan tangan, kuret atau alat bantu diagnostik yaitu

ultrasonografi.

Pada umumnya perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan

kontraksi rahim baik dianggap sebagai akibat sisa plasenta yang tertinggal

dalam rongga rahim.


174

Pengelolaan

1. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase.

Dalam kondisi tertentu jika   memungkinkan, sisa plasenta dapat

dikeluarkan secara manual.

Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati sebab   dinding

rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.

2. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan

pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.

3. Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan.






PERTUSIS


Definisi

Pertusis (Batuk Rejan) yaitu   penyakit akut pada saluran pernapasan. Didapatkan

pada anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun, terutama pada anak umur 2

– 3 tahun.

Pemicu  

Pertusis dipicu   oleh kuman gram negatif Bordetella pertusis.

Gambaran Klinis

Gejala penyakit ini timbul 1 – 2 minggu setelah berhubungan dengan penderitanya

dan didahului masa inkubasi selama 7 – 14 hari. Biasanya, penyakit ini berlangsung

selama 6 minggu atau lebih. Itulah sebabnya penyakit ini   dinamakan batuk

seratus hari.

Dalam perjalanannya, pertusis meliputi beberapa stadium, yaitu

a. Kataralis yang ditandai timbulnya batuk ringan, terutama pada malam hari,

disertai demam dan pilek ringan. Stadium ini berlangsung 1 – 2 minggu. Pada

stadium kataral tak dapat dibedakan dengan ISPA yang dipicu   oleh virus

b. Stadium Kedua yaitu   spasmodik yang berlangsung 2 – 4 minggu. Gejalanya,

batuk lebih sering, penderita berkeringat, dan pembuluh darah di muka-leher

melebar. Serangan batuknya panjang biasanya diakhiri dengan bunyi melengking

yang khas (whooping caugh) dan disertai muntah. Sering terjadi perdarahan

subkonjungtiva dan / atau epistaksis. Kuku dan bibir penderita menjadi kebiruan

sebab   darah kekurangan oksigen. Di luar serangan, penderita tampak sehat.

c. Pada Stadium Selanjutnya, yaitu konvalesensi, terjadi selama dua minggu.

Gejalanya, penderita mereda batuknya dan berangsur-angsur mulai bertambah

nafsu makannya.

Dignosa  

− Meningkatnya serum Ig A spesifik Bordatella pertusis

− Terdeteksi Bordatella pertusis dari spesimen nasofaring

− Kultur swab nasofaring ditemukan Bordatella pertusis






PERIODONTITIS


Definisi

Peradangan jaringan periodontium yang lebih dalam yang merupakan lanjutan

dari peradangan ginggiva.

Pemicu  

Sebagian besar periodontitis merupakan akibat dari penumpukan plak dan karang

gigi (tartar) diantara gigi dan gusi.

Akan terbentuk kantong diantara gigi dan gusi, dan meluas ke bawah diantara

akar gigi dan tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu

lingkungan bebas oksigen yang mempermudah pertumbuhan bakteri. Jika keadaan

inti dirusak sehingga gigi lepas.

Gambaran Klinis

- Perdarahan gusi

- Perubahan warna gusi

- Bau mulut (halitosis)

Dignosa  

Nyeri pada ginggiva.

perawatan intensif  

− Karang gigi, saku gigi, food impaction dan Pemicu   lokal lainnya harus

dibersihkan / diperbaiki.

− Antibiotik terpilih Amoksisilin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari.

− Penderita dianjurkan berkumur selama ½ – 1 menit dengan larutan povidon

1%, 3 kali / hari.

− Bila sudah sangat goyah, gigi harus sudah dicabut.






PIELONEFRITIS



Definisi

Pielonefritis yaitu   infeksi bakteri pada salah satu atau kedua ginjal.

Pemicu  

dipicu   oleh Escherichia coli (paling sering), selain itu dipicu   juga antara

lain Enterobacter, Klebsiella, Pseudomonas dan Proteus

Gambaran Klinis

− Gejala biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di

punggung bagian bawah, mual dan muntah.

− Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah,

yaitu sering berkemih dan nyeri ketika berkemih.

− Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut

berkontraksi kuat.

− Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang

dipicu   oleh kejang ureter.

− Kejang bisa terjadi sebab   adanya iritasi akibat infeksi atau sebab   lewatnya

batu ginjal.

− Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit

untuk dikenali.

− Pada infeksi menahun (pielonefritis kronik), nyerinya bersifat samar dan

demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali.

− Pielonefritis kronik hanya terjadi pada penderita yang memiliki kelainan utama,

seperti penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau arus balik air

kemih dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak kecil).

− Pielonefritis kronik pada akhirnya bisa merusak ginjal sehingga ginjal tidak

dapat berfungsi sebagaimana mestinya (gagal ginjal).

Dignosa  

Dignosa   ditegakkan berdasar   gejalanya yang khas.

− Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat Dignosa   pielonefritis

yaitu  :

§ pemeriksaan urin dengan mikroskop


177

perawatan intensif  

− Pengobatan pertusis ditujukan pada kuman Pemicu  nya dengan pemberian

antibiotika yang sesuai, seperti eritromisin 30 – 50 mg/kgBB 4 x sehari.

− Untuk batuk dapat diberikan kodein 0,5 mg/tahun/kali.

− Pertusis dapat dicegah dengan imunisasi DPT, yaitu Difteri-Pertusis-

Tetanus. Imunisasi ini diberikan tiga kali berturut-turut pada bayi usia tiga,

empat, lima bulan.





PIODERMA


Definisi

Pioderma superfisial dapat berbentuk impetigo atau furunkel. Furunkolis yang

menyatu membentuk kurbunkel. Bentuk lain pioderma diantaranya folikulitis,

ektima, selulitis, flegmon, pionikia.

Pemicu  

Impetigo umumnya dipicu   oleh Streptococcus batahaemoliticus, sedangkan

furunkel oleh Staphylococcus aureus. Beberapa faktor perdisposisi umumnya daya

tubuh (anemia, kurang gizi, diabetes melitus) atau adanya kelainan kulit yang

dapat mempercepat terjadinya pioderma.

Gambaran Klinis

− Keadaan umum penderita biasanya baik.

− Impetigo bentuk krustosa biasanya terjadi pada anak yaitu di kulit disekitar

hidung dan mulut. Tampak vesikel atau pustula yang cepat pecah dan menyebar

ke sekitarnya.

− Impetigo bentuk vesikosibola disebut juga cacar monyet, menyerang daerah

ketiak, dada, dan punggung. Bentuk ini sering ditemukan bersama miliaria,

hipopion (endapan nanah di bagian bawah vesikel / bula) dan pada saat

penyembuhan mengering membentuk koleret (warna kemerahan melingkar

di bekas kelainan).

− Impetigo neonatorium menyerang hampir seluruh kulit, biasanya disertai

demam.

− Furunkel banyak ditemukan di ketiak atau bokong. Folikel yang terinfeksi

membengkak membentuk nodus bernanah yang nyeri dengan eritema di

sekitarnya. Kelainan ini dapat menjadi abses atau membentuk fistula. Pada

penderita yang berdaya tahan tubuh rendah misalnya penderita penyakit kronik

(diabetes melitus), furunkel ini sering kambuh dan sukar sembuh.

Dignosa  

− Pemeriksaan penunjang bila diperlukan

− Pemeriksaan sederhana dengan pewarnaan Gram

− Kultur dan resistensi spesimen lesi (misalnya untuk flegmon, hidra adenitis,

ulkus). Kultur dan resistensi darah bila diduga bakteremia


179

§ pembiakan bakteri dalam contoh urin untuk menentukan adanya

bakteri.

− USG dan rontgen bisa membantu menemukan adanya batu ginjal, kelainan

struktural atau Pemicu   penyumbatan air kemih lainnya.

perawatan intensif  

Pengobatan:

− Segera setelah Dignosa   ditegakkan, diberikan antibiotik. Terapi kausal dimulai

dengan kotrimoksazol 2 tablet 2 x sehari atau ampisilin 500 mg 4 x sehari

selama 5 hari.

− 4 – 6 minggu setelah pemberian antibiotik, dilakukan pemeriksaan urin ulang

untuk memastikan bahwa infeksi telah berhasil diatasi.

− Pada penyumbatan, kelainan struktural atau batu, mungkin perlu dilakukan

pembedahan dengan merujuk ke rumah sakit.






PNEUMONIA


Definisi

Pneumonia yaitu   peradangan paru yang dipicu   oleh infeksi bakteri, virus

maupun jamur.

Pneumonia secara klinis dibedakan atas pneumonia lobaris, bronkopneumonia

aspirasi misalnya akibat aspirasi minyak tanah. Kuman Pemicu   banyak macamnya

dan berbeda menurut sumber penularan (komunitas / nosokomial).

Jenis komunitas 47 – 74% dipicu   oleh bakteri, 5 – 20% oleh virus atau

mikoplasma, dan 17 – 43% tidak diketahui Pemicu  nya. Pengobatan jenis

komunitas ini sangat memuaskan apapun Pemicu  nya.

Pemicu  

− Pemicu   pneumonia yaitu  :

1. Bakteri (paling sering memicu   pneumonia pada dewasa):

-  Streptococcus pneumoniae

-  Staphylococcus aureus

-  Legionella

-  Hemophilus influenzae

2. Virus: virus influenza, chicken-pox (cacar air)

3. Organisme mirip bakteri: Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-

anak dan dewasa muda)

4. Jamur tertentu.

− Pneumonia pada anak-anak paling sering dipicu   oleh virus pernafasan,

dan puncaknya terjadi pada umur 2 – 3 tahun. Pada usia sekolah, pneumonia

paling sering dipicu   oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae.

Gambaran klinis

− Secara klinis gambaran pneumonia bakterialis beragam menurut jenis kuman

Pemicu  , usia penderita , dan beratnya penyakit. Beberapa bakteri Pemicu  

memberikan gambaran yang khas, misalnya pneumonia lobaris sebab  

S.pneumoniae, atau empiema dan pneumatokel oleh S.aureus.

− Klasifikasi pneumonia pada balita sesuai dengan manajemen terpadu balita

sakit yaitu batuk disertai dengan napas cepat (usia < 2 bulan > 60 x/menit, 2

bulan – 1 tahun > 50 x/menit, 1-5 tahun > 40 x/menit)


181

perawatan intensif  

Pasien berobat jalan kecuali pada erisipelas, selulitis, flegmon dianjurkan rawat

inap.

Topikal

− Bila dijumpai pus banyak, asah atau krusta dilakukan kompres terbuka dengan

(permanganas kalikus 1/5000), rivanol 0,1%, larutan povidon 7,5% dilarutkan

sepuluh kali, tiga kali sehari masing-masing 1 jam selama masih akut.

− Bila tidak tertutup pus atau krusta diberikan salep/ krim garam natrium fusidat

2 %.

Sistemik

Pada lesi dalam dan / atau luas diberikan antibiotik sistemik:

− Lini 1 : golongan penisilin : amoksisilin , ampisilin

− Lini 2 : golongan makrolid : eritromisin 500 mg 4 x sehari

− Lini 3 : golongan sefalosporin

− Lini 4 : antibiotik lain-lain : klindamisin

Pendidikan dan pencegahan

Mencari faktor predisposisi

− Higiene

− Menurunnya daya tahan tubuh: kurang gizi, anemia, penyakit kronik/

metabolik, dan keganasan

− Telah ada kelainan kulit primer

Protokol

Pada pioderma letak dalam, perhatikan keadaan umum dan status imun secara

keseluruhan

Kriteria penyembuhan

− Pioderma superfisial tidak dijumpai lagi gambaran klinis

− Pioderma letak dalam tidak dijumpai tanda klinis, ulkus telah membentuk

jaringan granulasi bersih, epitelisasi menutup luka.


− Pada dasarnya gejala klinisnya dapat dikelompokkan atas :

§ gejala umum infeksi: demam, sakit kepala, lesu, dll.

§ gejala umum penyakit saluran pernapasan bawah: seperti takipneu, dispneu,

retraksi atau napas cuping hidung, sianosis.

§ tanda pneumonia: perkusi pekak pada pneumonia lobaris, ronki basah

halus nyaring pada bronkopneumonia dan bronkofoni positif.

§ batuk yang mungkin kering atau berdahak mukopurulen, purulen, bahkan

mungkin berdarah.

§ tanda di ekstrapulmonal

− Leukositosis jelas pada pneumonia bakteri dan pada sputum dapat dibiak

kuman Pemicu  nya.

− Dignosa   pasti dapat ditegakkan dengan foto toraks, sedangkan uji serologi

dapat menentukan jenis infeksi lainnya. Selain memastikan Dignosa  , foto

toraks juga dapat digunakan untuk menilai adanya komplikasi.

Dignosa  

− Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal Dignosa   pneumonia.

− Pada pemeriksaan dada dengan memakai   stetoskop, akan terdengar suara

ronki.

− Pemeriksaan penunjang : rontgen dada, pembiakan dahak, hitung jenis darah,

gas darah arteri.

perawatan intensif  

− Penderita pneumonia dapat dirawat di rumah, namun bila keadaannya berat

penderita harus dirawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan yang

memadai, seperti cairan intravena bila sangat sesak, oksigen, serta sarana rawat

lainnya. Bayi memerlukan perhatian lebih khusus lagi.

− Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet.

Dosis anak:

• 2 – 12 bulan : 2 x ¼ tablet

• 1 – 3 tahun : 2 x ½ tablet

• 3 – 5 tahun : 2 x 1 tablet

− Antibiotik pengganti yaitu   amoksisilin atau ampisilin.

− Pada kasus dimana rujukan tidak memungkinkan diberikan injeksi amoksisilin

dan / atau gentamisin.

− Pada orang dewasa terapi kausal secara empiris yaitu   penisilin prokain

600.000 – 1.200.000 IU sehari atau ampisilin 1 gram 4 x sehari terutama pada

penderita dengan batuk produktif.


184

− Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin dapat diberikan

eritromisin 500mg 4 x sehari. Demikian juga bila diduga Pemicu  nya

mikoplasma (batuk kering).

− Tergantung jenis batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari atau

brankodilator (teofilin atau salbutamol).







PULPITIS


Definisi

Pulpitis yaitu   peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa nyeri, merupakan

reaksi terhadap toksin bakteri pada karies gigi.

Pemicu  

Pemicu   pulpitis yang paling sering ditemukan yaitu   pembusukan gigi, Pemicu  

kedua yaitu   cedera. Pulpa terbungkus dalam dinding yang keras sehingga tidak

memiliki ruang yang cukup untuk membengkak ketika terjadi peradangan. Yang

terjadi hanyalah peningkatan tekanan di dalam gigi. Peradangan yang ringan, jika

berhasil diatasi, tidak akan menimbulkan kerusakan gigi yang permanen. Peradangan

yang berat bisa mematikan pulpa. Meningkatnya tekanan di dalam gigi bisa

mendorong pulpa melalui ujung akar, sehingga bisa melukai tulang rahang dan

jaringan di sekitarnya.

Gambaran Klinis

− Gigi yang mengalami pulpitis akan nyeri berdenyut, terutama malam hari.

Nyeri ini mungkin menjalar sampai ke daerah sinus dan pelipis (pulpitis gigi

atas) atau ke daerah telinga (pulpitis gigi bawah).

− Bila kemasukan makanan, sebab   rangsangan asam, manis, atau dingin akan

terasa sakit sekali. Sakit saat mengunyah menunjukkan bahwa peradangan

telah mencapai jaringan periapikal.

− Gigi biasanya sudah berlubang dalam dan pulpa terbuka.

Dignosa  

Nyeri dan tanda peradangan.

perawatan intensif  

− Bila tidak ada tenaga dental, lubang gigi dbersihkan dengan ekskavator dan

semprit air, lalu dikeringkan dengan kapas dan dijejali pellet kapas yang ditetesi

eugenol.

− Berikan analgetik bila perlu :

§ Parasetamol 3 x 500 mg/hari pada orang dewasa.

§ Parasetamol 3 x 250 mg/hari pada anak-anak.






PTERIGIUM


Definisi

Kelainan ini dapat dijumpai pada semua kelompok umur. Umumnya ada   di

sisi nasal bilateral atau unilateral.

Pemicu  

Patogenesis pterigium belum jelas, tetapi diduga sebab   iritasi kronik antara lain

oleh debu, sinar matahari dan panas.

Gambaran Klinis

− Penderita mengeluh mata lekas merah, berair, dan ada rasa mengganjal. Bila

penebalan jaringan ini mencapai pupil maka penglihatan dapat terganggu.

− Pterigium tampak sebagai penebalan berupa lipatan mukosa bentuk segitiga

yang puncaknya di kornea. Jaringan ini kaya pembuluh darah, semuanya

menuju ke puncak pterigium.

Dignosa  

Penebalan mukosa pada selaput mata.

perawatan intensif  

− Dalam keadaan meradang diberikan astringen-dekongestan 1 tetes 3 – 4 x

sehari: kombinasi seng-sulfat 0,25% dengan fenilefrin 0,12% atau nafazolin

0,7%.

− Pterigium lanjut yang telah mengganggu penglihatan memerlukan pembedahan

(rujuk ke rumah sakit).





RABIES


Definisi

Rabies (penyakit anjing gila) yaitu   penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat

yang dipicu   oleh virus rabies dan ditularkan melalui gigitan hewan penular

rabies terutama anjing, kucing dan kera.

Pemicu  

Virus rabies, termasuk rhabdo virus bersifat neurotrop.

Gambaran Klinis

1. Stadium Prodromal

Gejala-gejala awal berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri di tenggorokan

selama beberapa hari.

2. Stadium Sensoris

Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas

gigitan. lalu   disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan

terhadap rangsang sensorik.

3. Stadium Eksitasi

Tonus otot-otot dan aktifitas simpatik meningkat dengan gejala hiperhidrosis

(banyak berkeringat), hipersalivasi (banyak air liur), hiperlakrimasi (banyak

air mata) dan dilatasi pupil.  Bersamaan dengan stadium eksitasi penyakit

mencapai puncaknya, yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya bermacam-

macam fobia, yang sangat terkenal diantaranya ialah hidrofobia (takut air).

Kontraksi otot-otot faring dan otot-otot pernapasan dapat pula ditimbulkan

oleh rangsang sensorik seperti meniupkan udara ke muka penderita (aerophobia)

atau dengan menjatuhkan sinar ke mata (photophobia) atau dengan bertepuk

tangan ke dekat telinga penderita (audiophobia). Pada stadium ini dapat terjadi

 apneu, sianosis, kejang dan takikardi, cardiac arrest, tingkah laku penderita

tidak rasional kadang-kadang maniakal disertai dengan respons yang berlebihan.

Gejala-gejala eksitasi dapat berlangsung sampai pasien meninggal, tetapi pada

saat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot melemas, sehingga terjadi

paresis flaksid otot-otot.


187

− Bila sudah ada peradangan jaringan periapikal, berikan antibiotik selama 5

hari :

§ Amoksisilin : 3 x 500 mg/hari pada orang dewasa.

§ Amoksisilin : 3 x 250 mg/hari pada anak-anak.

− Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin, maka diberikan :

§ Tetrasiklin 3 x 500 mg/hari selama 5 hari untuk orang dewasa.

§ Eritromisin 3 x -250 mg/hari selama 5 hari untuk anak-anak.

− Selanjutnya penderita dirujuk ke dokter gigi.






RINITIS


Definisi

Rinitis (Hay fever, Polinosis) yaitu   suatu alergi terhadap serbuk sari yang ada  

di dalam udara.

Pemicu  

Serbuk sari di dalam udara yang memicu   rinitis alergika bervariasi, tergantung

kepada daerah dan individu. Tanaman yang sering memicu    rinitis alergika

yaitu   pohon-pohonan, rumput, bunga dan rumput liar. Selain kepekaan individu

dan daerah tempat tumbuhnya tanaman, faktor lain yang berpengaruh terhadap

terjadinya rinitis alergika yaitu    jumlah serbuk yang terkandung di dalam udara.

Cuaca panas, kering dan berangin lebih banyak mengandung serbuk, cuaca dingin,

lembab dan hujan memicu   serbuk terbuang ke tanah.

Gambaran Klinik

Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa gatal,

baik secara  tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur.  Biasanya akan diikuti

dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler.  Beberapa penderita mengeluh

sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan depresi;

kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Terjadi peradangan pada

kelopak mata bagian dalam dan pada bagian putih mata (konjungtivitis). Lapisan

hidung membengkak dan berwarna merah  kebiruan, memicu   hidung meler

dan hidung tersumbat.

Dignosa  

Dignosa   ditegakkan berdasar   gejala-gejalanya yang hanya timbul pada musim

 tertentu. Untuk menentukan serbuk Pemicu  nya bisa dilakukan tes kulit.

perawatan intensif  

Pengobatan awal untuk rinitis alergika musiman yaitu   antihistamin.

Pemberian antihistamin kadang disertai dengan dekongestan (misalnya

pseudoefedrin atau fenilpropanolamin) untuk melegakan hidung tersumbat.

Pemakaian dekongestan pada penderita tekanan darah tinggi harus diawasi


189

4. Stadium Paralisis.

Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadang-

kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paralisis

otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini sebab    gangguan saraf tulang belakang

yang memperl ihatkan gejala  paresis  otot-otot  pernapasan.

Dignosa  

berdasar   gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.

perawatan intensif  

1. Penanganan luka gigitan hewan penular rabies

Setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies (anjing, kucing, kera) harus

ditangani dengan tepat dan sesegera mungkin. Untuk mengurangi/ mematikan

virus rabies yang masuk pada luka gigitan, usaha yang paling efektif ialah

mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau

deterjen selama 10 – 15 menit, lalu   diberi alkohol 70%.

2. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) sesudah digigit (Post Exposure Treatment).

Dosis dan cara pemberian VAR (Purified Vero Rabies Vaccine = PVRV) :

Diberikan 4 x suntikan @ 0,5 ml pada hari ke-0 sebanyak 2 dosis sekaligus

di regio deltoideus kanan dan kiri, hari ke-7 dan 21 masing-masing 1 dosis

secara intramuskuler (i .m). Dosis sama untuk semua umur.

3. Perawatan rabies pada pasien  

- Pasien dirujuk ke rumah sakit

- Sebelum dirujuk, pasien diinfus dengan ringer laktat atau NaCl 0,9%,

kalau perlu diberi antikonvulsan dan sebaiknya pasien difiksasi selama

dalam perjalanan dan waspada terhadap tindak-tanduk pasien yang tidak

rasional,

 

kadang-kadang maniakal disertai saat-saat responsif.







SALPINGITIS


Definisi

Infeksi saluran tuba uterina

Pemicu  

Salpingitis akut kebanyakan dipicu   oleh infeksi gonore. Salpingitis kronik

dapat berbentuk sebagai piosalping, hidrosalping atau salpingitis ismika nodosa.

Pada salpingitis akut perlu dipikirkan kemungkinan kehamilan ektopik atau

apendisitis sebagai Dignosa   banding.

Gambaran Klinis

− Penderita mengeluh nyeri perut bagian bawah, unilateral atau bilateral. Nyeri

ini bertambah pada gerakan.

− Kadang ada   perdarahan di luar siklus dan secret vagina berlebihan.

− Pada yang akut ada   demam yang kadang disertai keluhan menggigil.

− ada   nyeri tekan di abdomen bagian bawah disertai nyeri pada pergerakan

serviks. Parametrium nyeri unilateral atau bilateral.

Dignosa  

Nyeri tekan dan kaku daerah tuba pada pemeriksaan dalam ginekologi.

perawatan intensif  

− Pasien dianjurkan untuk tirah baring pada posisi Fowler.

− Berikan antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi:

§ Ampisilin 2 g i.v, lalu   1 g setiap 6 jam

§ ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB i.v dosis tunggal/hari dan Metronidazol

500 mg i.v setiap 8 jam.

§ Lanjutkan antibiotika ini sampai pasien tidak panas selama 24 jam.

− Pilihan lain Ampisilin 3,5 gram per oral, disusul dengan 500 mg 4 x sehari

selama 7 – 10 hari. Probenesid 1 gram sehari diberikan per oral baik pada

alternatif pertama maupun kedua.

− Pilihan lain : Doksisiklin 100 mg 2 x sehari selama 10 hari.

− Jika pasien memakai   AKDR, maka AKDR ini   harus dicabut.

− Jika tata laksana ini tidak menolong, pasien sebaiknya dirujuk.


191

secara ketat. Bisa juga diberikan obat semprot hidung natrium kromolin;

efeknya terbatas pada hidung dan tenggorokan bagian belakang.

Jika keadaan kronis rujuk ke dokter spesialis THT.







SERUMEN


Definisi

Kotoran pada liang telinga

Pemicu  

Tertimbunnya kotoran pada liang telinga

Gejala klinik

Keluhan rasa tersumbat di telinga, pendengaran berkurang dan kadang-kadang

berdengung.

Pada pemeriksaan liang telinga tampak serumen dalam bentuk lunak, liat, keras

dan padat.

Diagnosa

Anamnesis dan pemeriksaan fisik (telinga)

perawatan intensif  

i. Serumen cair

Bila serumen sedikit, bersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas

atau disedot dengan pompa penghisap.

ii. Serumen lunak

Bila serumen banyak dan tidak ada riwayat perforasi membran timpani, lakukan

irigasi liang telinga dengan larutan permanganat 1/1000 suhu larutan sesuai

suhu tubuh.

Bila ada riwayat perforasi membran timpani, maka tidak dapat dilakukan

irigasi. Bersihkan serumen dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas.

iii. Serumen liat

Dikait dengan pengit serumen, jika   tidak berhasil lakukan irigasi dengan

syarat tidak ada perforasi membrana timpani.

iv. Serumen keras dan padat

jika   serumen berukuran besar dan menyumbat liang telinga, lunakkan

terlebih dahulu dengan meneteskan karboliserin 10% selama 3 hari, lalu  

keluarkan dengan pengait atau dilakukan irigasi.


1




SIFILIS


Definisi

Sifilis atau yang disebut dengan 'raja singa' dipicu   oleh sejenis bakteri yang

bernama Treponema pallidum. Bakteri yang berasal dari famili spirochaetaceae

ini, memiliki ukuran yang sangat kecil dan dapat hidup hampir di seluruh bagian

tubuh.

Pemicu  

Bakteri ini masuk ke dalam tubuh pasien   melalui selaput lendir (misalnya vagina,

mulut atau melalui kulit). Spirochaeta Pemicu   sifilis dapat ditularkan dari satu

orang ke orang yang lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin)

maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu

kepada bayinya selama masa kehamilan.

Gambaran klinik

Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1 – 13 minggu setelah terinfeksi; rata-

rata 3 – 4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang

memicu   kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian.

Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan:

1. Fase Primer.

Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat yang

terinfeksi; yang tersering yaitu   pada penis, vulva atau vagina. Cangker juga

bisa ditemukan di anus, rektum, bibir, lidah, tenggorokan, leher rahim, jari-

jari tangan atau bagian tubuh lainnya. Luka ini   tidak mengeluarkan darah,

tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular.

Kelenjar getah bening terdekat biasanya akan membesar, juga tanpa disertai

nyeri. Luka ini   hanya memicu   sedikit gejala sehingga seringkali

tidak dihiraukan. Luka biasanya membaik dalam waktu 3 – 12 minggu dan

sesudahnya penderita tampak sehat secara keseluruhan.

2. Fase Sekunder.

Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam

waktu 6 – 12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung hanya

sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan

menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan lalu   akan


196

Lama pengobatan 30 hari (std I dan II) atau waktu yang lebih lama untuk std

laten.

Evaluasi tes serologis (VDRL):

1 bulan setelah pengobatan selesai, ulangi tes serologis sifilis (TSS):

a) Titer turun : tidak diberikan pengobatan lagi

b) Titer naik : pengobatan ulang

c) Titer tetap : observasi 1 bulan

1 bulan setelah c:

d) Titer turun : tidak diberi pengobatan

e) Titer naik atau tetap : pengobatan ulang

Pemantauan TSS:

Pada bulan I, II, VI, dan XII dan setiap 6 bulan pada tahun ke dua

Pencegahan dan pendidikan

− Edukasi tentang penyakit, cara penularan, cara pencegahan dan pengobatan

− Sedapat mungkin penanganan pasangan seksualnya.


195

muncul ruam yang baru. Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut,

kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya, peradangan di organ-organ tubuh.

Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang lembab,

bisa terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Gejala lainnya yaitu  

merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual, lelah,

demam dan anemia.

3. Fase Laten.

Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase

laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung

bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup

penderita.

Pada awal fase laten kadang luka yang infeksius kembali muncul .

4. Fase Tersier.

Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala bervariasi

mulai ringan sampai sangat parah.

Dignosa  

Dignosa   ditegakkan berdasar   gejala-gejalanya. Dignosa   pasti ditegakkan

berdasar   hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik.

Pada fase primer atau sekunder, Dignosa   sifilis ditegakkan berdasar   hasil

pemeriksaan mikroskopis terhadap cairan dari luka di kulit atau mulut. Bisa juga

digunakan pemeriksaan antibodi pada contoh darah.

Untuk neurosifilis, dilakukan pungsi lumbal guna mendapatkan contoh cairan

serebrospinal.

Pada fase tersier, Dignosa   ditegakkan berdasar   gejala dan hasil pemeriksan

antibodi.

perawatan intensif  

Obat pilihan

Benzatin  penisilin G dengan dosis tergantung stadium

− Std I dan II : 4,8 juta unit

− Std laten : 7,2 juta unit

Cara : injeksi intramuskular 2,4 juta unit/ kali dengan interval 1 minggu

Obat alternatif:

− Tetrasiklin 500 mg 4 x sehari atau

− Eritromisin 500 mg 4 x sehari


198

− Kekurangan gizi bisa terjadi akibat hilangnya zat-zat gizi (misalnya glukosa)

ke dalam air kemih.

− Pertumbuhan anak-anak bisa terhambat. Kalsium akan diserap dari tulang.

Rambut dan kuku menjadi rapuh dan bisa terjadi kerontokan rambut. Pada

kuku jari tangan akan terbentuk garis horisontal putih yang Pemicu  nya

tidak diketahui.

− Lapisan perut bisa mengalami peradangan (peritonitis). Sering terjadi infeksi

oportunistik (infeksi akibat bakteri yang dalam keadaan normal tidak berbahaya).

− Tingginya angka kejadian infeksi diduga terjadi akibat hilangnya antibodi

ke dalam air kemih atau sebab   berkurangnya pembentukan antibodi.

− Terjadi kelainan pembekuan darah, yang akan meningkatkan resiko terbentuknya

bekuan di dalam pembuluh darah (trombosis), terutama di dalam vena ginjal

yang utama. Di lain fihak, darah bisa tidak membeku dan memicu  

perdarahan hebat.

− Tekanan darah tinggi disertai komplikasi pada jantung dan otak paling mungkin

terjadi pada penderita yang memiliki diabetes dan penyakit jaringan ikat.

Dignosa  

− Dignosa   ditegakkan berdasar   gejala dan hasil pemeriksaan

laboratorium.

− Pemeriksaan laboratorium terhadap urin menunjukkan kadar protein yang

tinggi, 40 mg/ml/jam atau ++.

− Konsentrasi albumin dalam darah yaitu   rendah sebab   protein vital ini

dibuang melalui air kemih dan pembentukannya terganggu.

− Kadar natrium dalam air kemih rendah dan kadar kalium dalam air kemih

tinggi.

− Konsentrasi lemak dalam darah tinggi, kadang sampai 10 kali konsentrasi

normal. Kadar lemak dalam air kemih juga tinggi.

− Bisa terjadi anemia. Faktor pembekuan darah bisa menurun atau

meningkat.

− Analisa air kemih dan darah bisa menunjukkan Pemicu  nya. Jika penderita

mengalami penurunan berat badan atau usianya lanjut, maka dicari

kemungkinan adanya kanker.

− Sindroma Nefrotik dengan komplikasi harus rujuk.







SINDROMA NEFROTIK


Definisi

Sindroma Nefrotik yaitu   suatu sindroma (kumpulan gejala-gejala) yang terjadi

akibat berbagai penyakit yang menyerang ginjal dan memicu  :

− proteinuria (protein di dalam air kemih lebih dari 3 gram per 24 jam)

− menurunnya kadar albumin dalam darah

− penimbunan garam dan air yang berlebihan

− meningkatnya kadar lemak dalam darah.

Sindroma ini bisa terjadi pada segala usia. Pada anak-anak, paling sering timbul

pada usia 18 bulan – 4 tahun dan lebih banyak menyerang anak laki-laki.

Pemicu  

Adanya perubahan permeabilitas barrier filtrasi glomerulus terhadap protein.

Gambaran Klinis

− Gejala awalnya bisa berupa:

§ berkurangnya nafsu makan

§ pembengkakan kelopak mata

§ nyeri perut

§ pengkisutan otot

§ pembengkakan jaringan akibat penimbunan garam dan air

§ air kemih berbusa.

− Perut bisa membengkak sebab   terjadi penimbunan cairan dan sesak nafas

bisa timbul akibat adanya cairan di rongga sekitar paru-paru (efusi pleura).

− Gejala lainnya yaitu   pembengkakan lutut dan kantung zakar (pada pria).

Pembengkakan yang terjadi seringkali berpindah-pindah; pada pagi hari cairan

tertimbun di kelopak mata dan setalah berjalan cairan akan tertimbun di

pergelangan kaki. Pengkisutan otot bisa tertutupi oleh pembengkakan.

− Pada anak-anak bisa terjadi penurunan tekanan darah pada saat penderita

berdiri dan tekanan darah yang rendah (yang bisa memicu   syok). Tekanan

darah pada penderita dewasa bisa rendah, normal ataupun tinggi.

− Produksi air kemih bisa berkurang dan bisa terjadi gagal ginjal sebab   rendahnya

volume darah dan berkurangnya aliran darah ke ginjal.

− Kadang gagal ginjal disertai penurunan pembentukan air kemih terjadi

secara tiba-tiba.







SINDROM STEVENS JOHNSON


Definisi

Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) merupakan suatu kumpulan gejala klinis erupsi

mukokutaneus yang ditandai oleh trias kelainan pada kulit vesikulobulosa,

mukosa orifisium serta mata disertai gejala umum berat. Sinonimnya antara

lain: sindrom de Friessinger-Rendu, eritema eksudativum multiform mayor,

eritema poliform bulosa, sindrom muko-kutaneo-okular, dermatostomatitis, dll.

Pemicu  

Reaksi alergi.

Gambaran Klinik

Gejala prodromal berkisar antara 1 – 14 hari berupa demam, malaise, batuk,

korizal, sakit menelan, nyeri dada, muntah, pegal otot dan atralgia yang sangat

bervariasi  dalam derajat  berat  dan kombinasi  gejala ini  .

Setelah itu akan timbul lesi di :

− Kulit berupa eritema, papel, vesikel, atau bula secara simetris pada hampir

seluruh tubuh.

− Mukosa berupa vesikel, bula, erosi, ekskoriasi, perdarahan dan kusta berwarna

merah. Bula terjadi mendadak dalam 1-14 hari gejala prodormal, muncul pada

membran mukosa, membran hidung, mulut, anorektal, daerah vulvovaginal,

dan meatus uretra. Stomatitis ulseratif dan krusta hemoragis merupakan

gambaran utama.

− Mata : konjungtivitas kataralis, blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, kelopak

mata edema dan sulit dibuka, pada kasus berat terjadi erosi dan perforasi

kornea yang dapat memicu   kebutaan. Cedera mukosa okuler merupakan

faktor pencetus yang memicu   terjadinya ocular cicatricial pemphigoid,

merupakan inflamasi kronik dari mukosa okuler yang memicu   kebutaan.

Waktu yang diperlukan mulai onset sampai terjadinya ocular cicatricial

pemphigoid bervariasi mulai dari beberapa bulan sampai 31 tahun.


199

perawatan intensif  

− Tujuan pengobatan yaitu   untuk mengatasi Pemicu  nya. Mengobati infeksi

Pemicu   sindroma nefrotik bisa menyembuhkan sindroma ini.

− Jika Pemicu  nya yaitu   penyakit yang dapat diobati (misalnya penyakit

Hodgkin atau kanker lainnya), maka mengobatinya akan mengurangi gejala-

gejala ginjal.

− Jika Pemicu  nya yaitu   kecanduan heroin, maka menghentikan pemakaian

heroin pada stadium awal sindroma nefrotik, bisa menghilangkan gejala-

gejalanya.

− Jika Pemicu  nya yaitu   obat-obatan, maka untuk mengatasi sindroma nefrotik,

pemakaian obat harus dihentikan.

− Jika tidak ditemukan Pemicu   yang pasti, maka diberikan kortikosteroid dan

obat-obatan yang menekan sistem kekebalan (misalnya siklofosfamid).

2mg/kgBB selama 4 hari pertama, jika sensitif lanjutkan dengan dosis 40

mg/kgBB (2/3 dosis) dosis awal diberi selang sehari selama 4 minggu berikut

dan sesudahnya dihentikan.

Tetapi obat ini   bisa memicu   terhambatnya pertumbuhan pada anak-

anak dan menekan perkembangan seksual.

− Pengobatan yang umum yaitu   diet yang mengandung protein dan kalium

dalam jumlah yang normal dengan lemak jenuh dan natrium yang rendah.

Terlalu banyak protein akan meningkatkan kadar protein dalam air kemih.

ACE inhibitors (misalnya enalapril, kaptopril dan lisinopril) biasanya

menurunkan pembuangan protein dalam air kemih dan menurunkan konsentrasi

lemak dalam darah. Tetapi pada penderita yang memiliki kelainan fungsi ginjal

yang ringan sampai berat, obat ini   dapat meningkatkan kadar kalium

darah. Jika cairan tertimbun di perut, untuk mengurangi gejala dianjurkan

untuk makan dalam porsi kecil tetapi sering.

Tekanan darah tinggi biasanya diatasi dengan diuretik. iuretik juga dapat mengurangi

penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan, tetapi bisa meningkatkan resiko

terbentuknya bekuan darah. Antikoagulan bisa membantu mengendalikan

pembentukan bekuan darah.






SINUSITIS


Definisi

Sinusitis yaitu   suatu peradangan pada sinus yang terjadi sebab   alergi atau infeksi

virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat

sinus

Pemicu  

Ostium sinus tersumbat, atau rambut-rambut pembersih (ciliary) rusak sehingga

sekresi mucus tertahan dalam rongga sinus yang selanjutnya memicu  

peradangan.

Gambaran klinik

− Gejala khas dari kelainan pada sinus yaitu   sakit kepala yang dirasakan ketika

penderita bangun pada pagi hari.

− Sinusitis akut dan kronik memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan

pembengkakan pada sinus yang terkena, tetapi ada gejala tertentu yang timbul

berdasar   sinus yang terkena:

§ Sinusitis maksilaris memicu   nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit

gigi dan sakit kepala.

§ Sinusitis frontalis memicu   sakit kepala di dahi.

§ Sinusitis etmoidalis memicu   nyeri di belakang dan diantara mata

serta sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa

memicu   nyeri bila pinggiran hidung ditekan, berkurangnya indera

penciuman dan hidung tersumbat.

§ Sinusitis sfenoidalis memicu   nyeri yang lokasinya tidak dapat

dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun

belakang, atau kadang memicu   sakit telinga dan sakit leher.

− Gejala lainnya yaitu  :

§ tidak enak badan

§ Demam, demam dan menggigil menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar

ke luar sinus.

§ letih, lesu

§ batuk, yang mungkin semakin memburuk pada malam hari

§ hidung meler atau hidung tersumbat.

§ Selaput lendir hidung tampak merah dan membengkak, dari hidung mungkin

keluar nanah berwarna kuning atau hijau.


201

Dignosa  

Dignosa   ditujukan terhadap manifestasi yang sesuai dengan trias kelainan kulit,

mukosa, mata, serta hubungannya dengan faktor Pemicu   yang secara klinis

ada   lesi berbentuk target, iris atau mata sapi, kelainan pada mukosa, demam.

Selain itu didukung pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan darah tepi,

pemeriksaan imunologik, biakan kuman serta uji resistensi dari darah dan tempat

lesi, serta pemeriksaan histopatologik biopsi kulit.

perawatan intensif  

Pada umumnya penderita SSJ datang dengan keadan umum berat sehingga terapi

yang diberikan biasanya yaitu   :

− Cairan dan elektrolit, serta kalori dan protein secara parenteral.

− Antibiotik spektrum luas, selanjutnya berdasar   hasil biakan dan uji resistensi

kuman dari sediaan lesi kulit dan darah.

− Kortikosteroid parenteral : deksamentason dosis awal 1mg/kgBB bolus,

lalu   selama 3 hari 0,2-0,5 mg/kgBB tiap 6 jam. Penggunaan steroid

sistemik masih kontroversi, ada yang mengganggap bahwa penggunaan steroid

sistemik pada anak bisa memicu   penyembuhan yang lambat dan efek

samping yang signifikan, namun ada juga yang menganggap steroid

menguntungkan dan menyelamatkan nyawa.

− Antihistamin bila perlu. Terutama bila ada rasa gatal. Feniramin hidrogen

maleat dapat diberikan dengan dosis untuk usia 1 – 3 tahun 7,5 mg/dosis,

untuk usia 3 –12 tahun 15 mg/dosis, diberikan 3 x sehari.

− Bula di kulit dirawat dengan kompres basah larutan Burowi.

− Tidak diperbolehkan memakai   steroid topikal pada lesi kulit.

− Terapi infeksi sekunder dengan antibiotika yang jarang menimbulkan alergi,

berspektrum luas, bersifat bakterisid dan tidak bersifat nefrotoksik,

misalnya klindamisin i.v 8 – 16 mg/kgBB/hari, diberikan 2 x sehari.


203

Dignosa  

− Dignosa   ditegakkan berdasar   gejala-gejala, foto rontgen sinus dan hasil

pemeriksaan fisik. Untuk menentukan luas dan beratnya sinusitis, bisa dilakukan

pemeriksaan CT scan.

− Pada sinusitis maksilaris, dilakukan pemeriksaan rontgen gigi untuk mengetahui

adanya abses gigi.

perawatan intensif  

− Sinusitis akut

Untuk sinusitis akut biasanya diberikan:

§ Dekongestan untuk mengurangi penyumbatan

§ Antibiotik untuk mengendalikan infeksi bakteri  (terapi awal umumnya

dengan amoksisilin atau kotrimoksazol)

§ Obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa nyeri.

Dekongestan dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot hidung hanya boleh

dipakai selama waktu yang terbatas (sebab   pemakaian jangka panjang bisa

memicu   penyumbatan dan pembengkakan pada saluran hidung).

Untuk mengurangi penyumbatan, pembengkakan dan peradangan bisa diberikan

obat semprot hidung yang mengandung steroid.

− Sinusitis kronik

Diberikan antibiotik dan dekongestan. Untuk mengurangi peradangan biasanya

diberikan obat  semprot  hidung yang mengandung steroid.

Jika penyakitnya berat, bisa diberikan steroid per-oral (melalui mulut).

Hal-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman:

- Menghirup uap dari sebuah vaporizer atau semangkuk air panas

- Obat semprot hidung yang mengandung larutan garam

- Kompres hangat di daerah sinus yang terkena.

Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan ini  , maka satu-satunya jalan

untuk mengobati sinusitis kronik yaitu   pembedahan.







SIROSIS HATI


Definisi

Sirosis yaitu   kelainan hati dimana ada   nekrosis, fibrosis dan regenerasi

Pemicu  

Meliputi antara lain infeksi virus, parasit, obat-obatan dan bahan kimia , kelainan

bawaan dan obstruksi bilier.

Gambaran Klinis

− Beberapa penderita sirosis ringan tidak memiliki gejala dan nampak sehat

selama bertahun-tahun. Penderita lainnya mengalami kehilangan nafsu makan,

penurunan berat badan dan merasa sakit.

− Jika aliran empedu tersumbat selama bertahun-tahun, bisa terjadi sakit kuning

(jaundice), gatal-gatal dan timbul nodul kecil di kulit yang berwarna kuning,

terutama di sekeliling kelopak mata.

− Malnutrisi biasa terjadi sebab   buruknya nafsu makan dan terganggunya

penyerapan lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, yang dipicu  

oleh berkurangnya produksi garam-garam empedu.

− Kadang-kadang terjadi batuk darah atau muntah darah sebab   adanya perdarahan

dari vena varikosa di ujung bawah kerongkongan (varises esofageal). Pelebaran

pembuluh darah ini merupakan akibat dari tingginya tekanan darah dalam

vena yang berasal dari usus menunju ke hati. Tekanan darah tinggi ini disebut

sebagai hipertensi portal, yang bersamaan dengan jeleknya fungsi hati, juga

bisa memicu   terkumpulnya cairan di dalam perut (asites).

− Bisa juga terjadi gagal ginjal dan ensefalopati hepatikum.

− Gejala-gejala penyakit hati lainnya bisa terjadi, seperti:

§ kelemahan otot

§ kemerahan di telapak tangan (eritema palmaris)

§ jari-jari tangan melekuk keatas (kontraktur telapak tangan)

§ vena-vena kecil yang memberikan gambaran seperti laba2

§ pembesaran payudara dan pinggul pada laki-laki (ginekomastia)

§ pembesaran kelenjar ludah di pipi

§ rambut rontok

§ buah zakar mengecil (atrofi testis)

§ fungsi saraf abnormal (neuropati perifer).


2





SISTITIS AKUT


Definisi

Sistitis yaitu   infeksi pada kandung kemih. Infeksi kandung kemih umumnya

terjadi pada wanita, terutama pada masa reproduktif. Beberapa wanita menderita

infeksi kandung kemih secara berulang.

Pemicu  

E.coli (organisme paling sering, pada 80 – 90% kasus); Juga Klebsiella,

Pseudomonas, grup B Streptococcus dan Proteus mirabilis

Gambaran Klinik

− Infeksi kandung kemih biasanya memicu   desakan untuk buang air kecil

dan rasa terbakar atau nyeri selama buang air kecil.

− Nyeri biasanya dirasakan diatas tulang kemaluan dan sering juga dirasakan

di punggung sebelah bawah.

− Gejala lainnya yaitu   nokturia (sering buang air kecil di malam hari).

− Urin tampak berawan dan mengandung darah.

− Kadang infeksi kandung kemih tidak menimbulkan gejala dan diketahui pada

saat pemeriksaan urin (urinalisis untuk alasan lain.)

− Sistitis tanpa gejala terutama sering terjadi pada usia lanjut, yang bisa menderita

inkontinensia uri sebagai akibatnya.

Dignosa  

− Dignosa   ditegakkan berdasar   gejalanya yang khas.

− Diambil contoh urin aliran tengah (midstream), agar urin tidak tercemar oleh

bakteri dari vagina atau ujung penis. Urin lalu   diperiksa dibawah

mikroskop untuk melihat adanya sel darah merah atau sel darah putih atau zat

lainnya.

− Dilakukan penghitungan bakteri dan dibuat biakan untuk menentukan jenis

bakterinya. Jika terjadi infeksi, maka biasanya satu jenis bakteri ditemukan

dalam jumlah yang banyak.

− Pada pria, urin aliran tengah biasanya cukup untuk menegakkan Dignosa  .

Pada wanita, contoh urin ini kadang dicemari oleh bakteri dari vagina,

sehingga perlu diambil contoh urin langsung dari kandung kemih dengan

memakai   kateter.


205

Dignosa  

− USG bisa menunjukkan adanya pembesaran hati.

− Scanning hati memakai   isotop radioaktif menunjukkan gambaran daerah

hati yang masih berfungsi dan daerah hati yang sudah menjadi jaringan parut.

− Dignosa   pasti dibuat berdasar   pemeriksaan mikroskopis dari jaringan

hati (biopsi).

perawatan intensif  

Pengobatan untuk sirosis berupa :

− menghilangkan sumber racun (misalnya alkohol)

− asupan makanan yang tepat, termasuk vitamin tambahan

− pengobatan komplikasi.

Gradasi penyakit:

− Grade A : Albumin normal

perawatan intensif   : Hati-hati obat rematik dan analgetik

− Grade B : salah satu ada

− Grade C : kelainan kesadaran

perawatan intensif   B&C  : istirahat

Rujuk ke rumah sakit.






SKABIES


Definisi

Skabies atau sering juga disebut penyakit kulit berupa budukan dapat ditularkan

melalui kontak erat dengan orang yang terinfeksi merupakan penyakit yang

dipicu   oleh infestasi dan sensitisasi terhadap kutu Sarcoptes scabiei var

hominis dan tinjanya pada kulit pasien  . Sarcoptes scabiei yaitu   kutu yang

transparan, berbentuk oval, pungggungnya cembung, perutnya rata dan tidak

bermata. Skabies hanya dapat diberantas dengan memutus rantai penularan dan

memberi obat yang tepat.

Pemicu  

Kutu Sarcoptis  scabiei

Gambaran klinik

Penyakit skabies memiliki 4 gejala klinis utama,yaitu:

1. Pruritus nokturna, atau rasa gatal di malam hari, yang dipicu   aktivitas

tungau yang lebih tinggi dalam suhu lembab.

2. Penyakit ini dapat menyerang pasien   secara kelompok. Mereka yang tinggal

di   asrama, barak-barak tentara, pesantren maupun panti asuhan berpeluang

lebih besar terkena penyakit ini. Penyakit ini amat mudah menular melalui

pemakaian handuk, baju maupun seprai secara bersama-sama. Skabies mudah

menyerang daerah yang tingkat kebersihan diri dan lingkungan masyarakatnya

rendah.

3. Adanya terowongan-terowongan di bawah lapisan kulit  (kanalikuli), yang

berbentuk lurus atau berkelok-kelok.  Jika terjadi infeksi skunder oleh bakteri,

maka akan timbul gambaran pustul (bisul kecil). Kanalikuli ini berada pada

daerah lipatan kulit yang tipis, seperti sela-sela jari tangan, daerah sekitar

kemaluan (pada anak), siku bagian luar, kulit sekitar payudara, bokong dan

perut bagian bawah.

4. Menemukan kutu pada pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis,

merupakan Dignosa   pasti penyakit ini.


207

− Pemeriksaan lainnya yang dilakukan untuk membantu menegakkan Dignosa  

sistitis yaitu  :

§ Rontgen, untuk menggambarkan ginjal, ureter dan kandung kemih

§ Sistouretrografi, untuk mengetahui adanya arus balik urin dari kandung

kemih dan penyempitan uretra

§ Uretrogram retrograd, untuk mengetahui adanya penyempitan, divertikula

§ Sistoskopi, untuk melihat kandung kemih secara langsung dengan serat

optik.

perawatan intensif  

Pengobatan:

− Pada usia lanjut, infeksi tanpa gejala biasanya tidak memerlukan pengobatan.

− Untuk sistitis ringan, langkah pertama yang bisa dilakukan yaitu   minum

banyak cairan. Aksi pembilasan ini akan membuang banyak bakteri dari tubuh,

bakteri yang tersisa akan dilenyapkan oleh pertahanan alami tubuh.

− Pemberian antibiotik peroral seperti kotrimoksazol atau siprofloksasin selama

5 hari biasanya efektif, selama belum timbul komplikasi.

− Jika infeksinya kebal, biasanya antibiotik diberikan selama 7 – 10 hari.

− Untuk meringankan kejang otot bisa diberikan atropin.

− Gejalanya seringkali bisa dikurangi dengan membuat suasana urin menjadi

basa, yaitu dengan meminum baking soda yang dilarutkan dalam air.

− Pembedahan dilakukan untuk mengatasi penyumbatan pada aliran kemih

(uropati obstruktif) atau untuk memperbaiki kelainan struktur yang memicu  

infeksi lebih mudah terjadi.

− Biasanya sebelum pembedahan diberikan antibiotik untuk mengurangi

resiko penyebaran infeksi ke seluruh tubuh.


210

4. Krotamiton 10%, termasuk obat pilihan sebab   selain memiliki efek anti-

skabies, juga bersifat anti gatal.

5. Permetrin HCl 5%,  efektifitasnya seperti Gamexan, namun tidak terlalu

toksik. Penggunaannya cukup sekali, namun harganya relatif mahal.

− Selain memakai   obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan

yaitu   upaya peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara:

1. Mencuci bersih bahkan sebagian ahli menganjurkan merebus handuk,

seprai maupun baju penderita skabies, lalu   menjemurnya hingga

kering. Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain dengan penyluhan

mengenai higiene perorangan dan lingkungan.

2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.

3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi

untuk memutuskan rantai penularan.

Pemantauan

Dianjurkan kontrol 1 minggu lalu  , bila ada lesi baru obat topikal dapat

diulang kembali.


209

Dignosa  

Ditegakkan  dari anamnesis, manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang

ditemukan 3 dari 4 kriteria sebagai berikut:

− Gatal malam hari

− ada   pada sekelompok orang

− Predileksi dan morfologis khas

− Ditemukan Tungau S.scabies

perawatan intensif  

Pengobatan:

Pengobatan penyakit ini memakai   obat-obatan berbentuk krim atau salep

yang dioleskan pada bagian kulit yang terinfeksi. Banyak sekali obat-obatan yang

tersedia di pasaran. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain;

tidak berbau, efektif terhadap semua stadium kutu (telur, larva maupun kutu

dewasa), tidak menimbulkan iritasi kulit, juga mudah diperoleh dan murah harganya.

Sistemik

− Antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi gatal, misalnya

klorfeniramin maleat 0.34 mg/kg BB 3 x sehari.

− Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin, amoksisilin,

eritromisin.

Topikal

− Obatan-obatan yang dapat digunakan antara lain:

1. Salep 2 – 4, biasanya dalam bentuk salep atau krim.

Kekurangannya, obat ini menimbulkan bau tak sedap (belerang), mengotori

pakaian, tidak efektif membunuh stadium telur, dan penggunaannya harus

lebih dari 3 hari berturut-turut.

2. Emulsi benzil-benzoas 20 – 25%, efektif terhadap semua stadium, diberikan

setiap malam selama 3 hari berturut-turut. Kekurangannya, dapat

menimbulkan iritasi kulit.

3. Gamexan 1%, termasuk obat pilihan sebab   efektif terhadap semua

stadium kutu, mudah digunakan, serta jarang menimbulkan iritasi kulit.

Namun obat ini tidak dianjurkan bagi wanita hamil, maupun anak

dibawah usia 6 tahun, sebab   bersifat toksik terhadap susunan saraf

pusat. Pemakaiannya cukup satu kali dioleskan seluruh tubuh. Dapat

diulang satu minggu lalu   bila belum sembuh.


212

perawatan intensif  

− Bila pasien sangat gaduh dan gelisah sehingga mengganggu lingkungan atau

membahayakan orang lain maupun dirinya sendiri maka penderita harus

dirawat.

− Berikan klorpromazin 100 mg 3 x sehari yang dapat dinaikkan (setelah 1

minggu) menjadi 200 mg 3 x sehari bila belum tampak perbaikan. Bila telah

ada respons maka dosis dipertahankan selama 4 minggu sampai pasien tenang

dan kembali dapat mengurus dirinya sendiri.

− Selanjutnya setiap minggu dosis diturunkan secara bertahap dan dosis rumat

(biasanya 3 x 50 – 100 mg) dipertahankan selama 3 bulan.

− Obat pilihan lain yaitu   haloperidol 1 – 5 mg 3 x sehari.

− Untuk pasien yang sukar untuk ditemui, dianjurkan pemberian injeksi flufenazin

dekanoat sekali sebulan.

− Gunakanlah dosis efektif terkecil untuk mengurangi efek samping.

− Penderita harus dijauhkan dari benda-benda yang dapat membahayakan

dirinya atau orang disekitarnya dan kebersihan diri serta kebutuhan

hidupnya sehari-hari harus tetap diperhatikan.


2




SKIZOFRENIA dan GANGGUAN PSIKOTIK KRONIK LAIN


Definisi

Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa (psikosis) yang serangannya

mungkin timbul akut. Setiap pasien yang dicurigai menderita skizofrenia harus

diperiksakan ke psikiater setelah disingkirkan kemungkinan adanya kelainan

organik.

Pemicu  

Berbagai teori termasuk faktor genetik dianggap sebagai Pemicu  .

Gambaran Klinis

− Penderita psikosis akut mungkin dating tingkah laku gaduh dan mengacau

atau mungkin didahului oleh gejala awal (prodromal) berupa penarikan diri

dari hubungan social, gangguan nyata dalam fungsi peran misalnya sebagai

pencari nafkah, bertingkah laku aneh, ganggauan nyata dalam higiene diri dan

berpakaian, efek yang tumpul, mendatar atau tak serasi, bicara melantur,

menunjukkan ide (gagasan) yang aneh atau pikiran magis seperti takhayul,

gagasan mirip waham yang menyangkut diri sendiri, adanya ilusi dan lain

sebagainya.

− Untuk menegakkan Dignosa   gangguan skizofrenia maka harus dipenuhi

kriteria diagnostik di bawah ini :

§ Sedikitnya ada   satu dari beberapa tanda ini selama suatu fase

(inkoherensi), tingkah laku kacau (disorganized).

§ Penurunan fungsi penyesuaian dalam bidang pekerjaan, hubungan social

dan perawatan dirinya.

§ Gejala berlangsung terus menerus selama paling sedikit 6 bulan yang

mencakup fase aktif dengan atau tanpa fase prodromal maupun fase residual

yaitu masa setelah fase aktif yang menunjukkan sedikitnya 2 gejala

prodromal.

§ Tidak ada kelainan organik.

Dignosa  

ada   problem kronik dengan gambaran:

− Penarikan diri secara sosial

− Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri

− Inkoheren dan disorganized


2




STOMATITIS


Definisi

Sariawan (Chanker Sores, Ulkus Aftosa) yaitu   suatu luka terbuka yang kecil di

dalam mulut yang menimbulkan nyeri.

Pemicu  

Pemicu  nya macam-macam misalnya kebersihan mulut yang buruk, gizi kurang,

infeksi kumam, gangguan hormonal (gingivostomatitis deskuamatif), kelainan

darah, pemakaian obat-obatan (stomatitis medikamentosa/venenata) atau makanan

yang merangsang misalnya cabe.

Stomatitis Vincent  dipicu   oleh kumam Gram negatif, sedangkan stomatitis

aftosa (sariawan) merupakan salah satu bentuk yang tidak diketahui Pemicu  nya.

Beberapa faktor diduga berperan dalam terjadinya sariawan, misalnya demam,

stres, trauma, cemas, gangguan hormonal.

Gambaran klinis

− Sariawan dapat terjadi di semua bagian mulut. Bila sariawan ini terletak di

dekat faring, penderita biasanya mengeluh sakit menelan.

− Stomatitis Vincent atau gingivostomatitis nekrotik biasanya timbul akut.

Penderita mengeluh mulutnya rasa terjadi perdarahan spontan pada gusi dan

gigi sering terasa memanjang. Ulkus pada stomatitis ini biasanya ada   di

daerah gusi antargigi dan diselaputi pseudomembran berwarna kuning keabu-

abuan yang mudah diangkat. Tetapi ulkus ini dapat meluas ke bagian lain

mulut sampai ke faring.

Dignosa  

Nyeri dan lesi pada rongga mulut.

perawatan intensif  

− Sariawan dapat segera disembuhkan dengan deksametason 1 mg 2 x sehari

yang cukup diberikan 2 – 3 hari, jika sudah sering berulang dan dalam 2

minggu tidak sembuh

− Bila tidak diketahui dengan pasti Vincent atau bukan, kombinasikan

dengan antibiotik amoksisilin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari.


214

− Faktor lokal maupun faktor sistemik pada stomatitis Vincent perlu dihilangkan,

misalnya anjurkan istirahat cukup, makan makanan bergizi, dan jangan merokok.

lalu   mulut diirigasi dengan cairan H2O2 + air hangat (1,5%). Jaringan

nekrotik diambil hati-hati dengan kain kasa yang dibasahi H2O2 atau larutan

garam faali.

Beri juga vit.B kompleks dan vit.C 50 mg 3 x sehari selama 3 hari.


216

perawatan intensif  

− Pengobatan ditujukan untuk:

1. Mengurangi besarnya kelenjar gondok.

2. Mengoreksi adanya keadaan hipotiroidisme, kalau memang ada.

− Solusio lugol 5 tetes/hari dalam 1/2 gelas air bersama dengan iodium 10 – 15

mg/hari diberikan beberapa minggu sampai kelenjar tiroid kembali normal.

− Selanjutnya penderita dianjurkan memakai   garam dapur beriodium.

− Struma sporadik diobati dengan ekstrak tiroid 50 – 150 mg/hari atau tiroksin

150 –300 mg/hari.

− Bila ada persangkaan keganasan segera rujuk ke rumah sakit.







STRUMA


Definisi

Struma yaitu   istilah untuk pembesaran kelenjar tiroid. Disebut struma endemik

bila struma ini ditemukan pada banyak orang dalam suatu populasi. Ini biasanya

terjadi di daerah yang makanan penduduknya kurang mengandung iodium. Penyakit

ini umumnya muncul pada masa pubertas atau kehamilan.

Pemicu  

Pada keadaan tertentu struma dipicu   oleh zat goitrogenik seperti PAS,

sulfonilurea, litium atau iodium dosis tinggi.

Gambaran Klinis

Adanya kelainan dishormonogenesis tiroid perlu dicurigai jika   ditemukan:

a. Gondok yang secara familial ada   di daerah nonendemis.

b. Adanya kretin di daerah nonendemis.

c. Adanya gondok dengan hipotiroidisme tanpa tanda Hashimoto.

d. Adanya gondok disertai dengan gangguan pendengaran (tuli dan sebagainya).

− Penderita dengan hipotiroidisme ringan datang dengan keluhan lelah, nyeri

otot, rambut rontok atau konstipasi, kadar T4 bebas biasanya rendah atau

normal rendah, dengan kadar TSH meningkat.

− Sedangkan manifestasi klinik penderita dengan hipotiroidisme nyata, berupa

kurang energi, rambut rontok, intoleransi dingin, berat badan naik, konstipasi,

kulit kering dan dingin, suara parau, serta lamban dalam berpikir.

− Pada hipotiroidisme, kelenjar tiroid sering tidak teraba. Kemungkinan terjadi

sebab   atrofi kelenjar akibat pengobatan hipertiroidisme memakai yodium

radioaktif sebelumnya atau setelah tiroditiditis autoimun.

Dignosa  

Kadar TSH yang meningkat .

Struma sporadik dibedakan dari struma endemik dengan uji TSH yang hasilnya

normal, sedangkan pada struma endemik menurun.


218

perawatan intensif  

Penanggulangan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab penderita

berada pada keadaan gawat. Sebenarnya, pengobatan syok anafilaktik tidaklah

sulit, asal tersedia obat-obat emerjensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta

dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan sebab   kita berpacu dengan waktu

yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap. Kalau

terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat kimia, baik

peroral maupun parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan, yaitu  :

1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi

dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha

memperbaiki  curah jantung dan menaikkan tekanan darah.

2. Segera berikan adrenalin 0,3 – 0,5 mg larutan 1 : 1000 untuk penderita dewasa

atau 0,01 µg/kgBB untuk penderita anak-anak, i.m. Pemberian ini dapat diulang

tiap 15 menit sampai keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan

pemberian infus kontinyu adrenalin 2 – 4 µg/menit.

3. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin kurang memberi

respons, dapat ditambahkan aminofilin 5 – 6 mg/kgBB i.v dosis awal yang

diteruskan 0,4 – 0,9 mg/kgBB/menit dalam cairan infus.

4. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg atau

deksametason 5 – 10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk mengatasi

efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang membandel.

5. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:

A. Airway 'penilaian jalan napas'. Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak

ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala

dan leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas,

yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan

buka mulut.

B. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak

ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke

hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat

mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial. Penderita

yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong dengan

obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen. Penderita

dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih

aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi.

C. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a.

karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.


2



SYOK ANAFILAKSIS


Definisi

Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan lalu   terjadi kontak lagi

terhadap antigen ini  , akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen yang

bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi degranulasi,

pengeluaran histamin dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini memicu   peningkatan

permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi hipovolemia relatif sebab  

vasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan peningkatan permeabilitas

kapiler memicu   udem. Pada syok anafilaktik, bisa terjadi bronkospasme

yang menurunkan ventilasi. Syok anafilaktik sering dipicu   oleh obat, terutama

yang diberikan intravena seperti antibiotik atau media kontras. Sengatan serangga

seperti lebah juga dapat memicu   syok pada orang yang rentan.

Pemicu  

Syok anafilaksis paling sering dipicu   oleh pemberian obat secara suntikan,

tetapi dapat pula dipicu   oleh obat yang diberikan secara oral atau oleh

makanan. Obat suntik yang paling sering menimbulkan syok anafilaksis antara

lain penisilin, streptomisin, tiamin, ekstrak bali dan kombinasi vitamin neurotropik.

Gambaran Klinis

− Gejala-gejala pertama : Eritema, rasa terbakar pada kulit, rasa

tersengat, takikardi, rasa tebal di faring dan dada, batuk, mungkin mual dan

muntah.

− Gejala-gejala sekunder : Pembengkakan kulit (khususnya palpebra dan

bibir), urtikaria, Edema laring, serak, wheezing, serangan batuk, Nyeri

abdomen, mual, muntah, diare, Hipotensi, berkeringat, pucat.

− Pada kasus-kasus berat, spasme laring, shock, henti nafas dan henti jantung.

Dignosa  

Adanya tanda-tanda yang berhubungan dengan syok anafilaktik.


220

penderita tidak akan mengalami reaksi anafilaktik. Orang dengan tes kulit

negatif dan mempunyai riwayat alergi positif mempunyai kemungkinan reaksi

sebesar 1 – 3% dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya reaksi 60% bila

tes kulit positif.

4. Yang paling utama yaitu   harus selalu tersedia obat penawar untuk

mengantisipasi kemungkinan terjadinya reaksi anafilaktik atau anafilaktoid

serta adanya alat-alat bantu resusitasi kegawatan.

Mempertahankan suhu tubuh dipertahankan dengan memakaikan selimut

pada penderita untuk mencegah kedinginan dan mencegah kehilangan

panas. Jangan sekali-kali memanaskan tubuh penderita sebab   akan sangat

berbahaya.

Pemberian Cairan :

1. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual,

muntah atau kejang sebab   bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.

2. Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau dibius dan

yang mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).

3. Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada indikasi

kontra. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau

muntah.

4. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama

dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler,

volume interstitial dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna

untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.

5. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan

jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama

dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar.

Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan

berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian

volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 3 – 4 kali

volume perdarahan yang hilang, sedang bila memakai   larutan koloid

memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah

diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang dikombinasi dengan larutan

ringer laktat sama efektifnya dengan darah lengkap.

6. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian

cairan yang berlebihan.


219

Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan

hidup dasar yang perawatan intensif  nya sesuai dengan protokol resusitasi

jantung paru.

6. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur i.v untuk koreksi

hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan

utama dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan

tekanan darah dan curah jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan

jenis cairan antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan

didasarkan atas keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya peningkatan

permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan larutan

kristaloid, maka diperlukan jumlah 3--4 kali dari perkiraan kekurangan volume

plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat diperkirakan ada   kehilangan

cairan 20 – 40% dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid,

dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume

plasma. Tetapi, perlu dipikirkan juga bahwa larutan koloid plasma protein atau

dextran juga bisa melepaskan histamin.

7. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik

dikirim ke rumah sakit, sebab   dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau

terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di tempat kejadian sudah

harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan transportasi

penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam

posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung.

8. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan, tetapi

harus diawasi / diobservasi dulu selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan

penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih dari 2 – 3 kali

suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam untuk observasi.

Pencegahan:

Pencegahan syok anafilaktik merupakan langkah terpenting dalam setiap

pemberian obat, tetapi ternyata tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Ada

beberapa hal yang dapat kita lakukan, antara lain:

1. Pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang kuat dan tepat.

2. Individu yang mempunyai riwayat penyakit asma dan orang yang

mempunyai riwayat alergi terhadap banyak obat, mempunyai risiko lebih

tinggi terhadap kemungkinan terjadinya syok anafilaktik.

3. Penting menyadari bahwa tes kulit negatif, pada umumnya penderita dapat

mentoleransi pemberian obat-obat ini  , tetapi tidak berarti pasti


2



TETANUS


Definisi

Tetanus yaitu   suatu penyakit yang dipicu   oleh racun yang dihasilkan oleh

bakteri Clostridium tetani dan menyerang otot rangka. Disebut juga lockjaw sebab  

terjadi kejang pada otot rahang. Tetanus banyak ditemukan di negara-negara

berkembang. Tanpa imunisasi, angka kematian penyakit ini berkisar antara 35 –

70% tergantung umur, jenis kelamin, letak geografi, masa inkubasi, dan

perawatan intensif  .

Pemicu  

Bakteri an-aerob Clostridium tetani. Spora dari Clostridium tetani dapat hidup

selama bertahun-tahun di dalam tanah dan kotoran hewan. Jika bakteri tetanus

masuk ke dalam tubuh pasien  , bisa terjadi infeksi baik pada luka yang dalam

maupun luka yang dangkal. Setelah proses persalinan, bisa terjadi infeksi pada

rahim ibu dan pusar bayi yang baru lahir (tetanus neonatorum). Yang memicu  

timbulnya gejala-gejala infeksi yaitu   racun yang dihasilkan oleh bakteri, bukan

bakterinya.

Gambaran Klinis

− Gejala-gejala biasanya muncul dalam waktu 5 – 10 hari setelah terinfeksi,

tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah terinfeksi.

− Gejala yang paling sering ditemukan yaitu   kekakuan rahang dan sulit dibuka

(trismus) sebab   yang pertama terserang yaitu   otot rahang.

− Selanjutnya muncul gejala lain berupa gelisah, gangguan menelan, sakit kepala,

demam, nyeri tenggorokan, menggigil, kejang otot dan kaku kuduk, lengan

serta tungkai.

− Kejang pada otot-otot wajah memicu   ekspresi penderita seperti

menyeringai (risus sardonikus) dengan kedua alis yang terangkat.

− Kekakuan atau kejang otot-otot perut, leher dan punggung bisa memicu  

kepala dan tumit penderita tertarik ke belakang sedangkan badannya melengkung

ke depan yang disebut epistotonus.

− Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah bisa memicu   retensi

urin dan konstipasi.


221

8. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan

berlebihan yang akan membebani jantung. Harus diperhatikan oksigenasi

darah dan tindakan untuk menghilangkan nyeri.

9. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat, mengingat

pada syok septik biasanya ada   gangguan organ majemuk (Multiple Organ

Disfunction). Diperlukan pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP,

"Swan Ganz" kateter dan pemeriksaan analisa gas darah.


2




TETANUS NEONATORUM


Definisi

Tetanus neonaturom yaitu   penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi

berusia kurang 1 bulan) . Spora kuman masuk ke dalam tubuh bati melalui pintu

masuk satu-satunya yaitu tali pusat, yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali

pusat ketika bayi lahir maupun perawatannya sebelum puput (terlepasnya tali

pusat).

Pemicu  

Kuman Clostridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan

menyerang sistem saraf pusat.

Gambaran Klinis

− Bayi biasanya tidak mau menyusu dengan tanda khas mulut yang mencucu

− Kaku kuduk dan kejang sampai epistotonus sering dijumpai

− Tidak jarang bayi demam tinggi dan tampak sianosis.

Dignosa  

Kejang pada bayi berusia kurang dari 1 bulan.

perawatan intensif  

Penderita sebaiknya dirujuk untuk dirawat di rumah sakit sebab   sering terjadi

komplikasi terutama sepsis. Sebelumnya pasang infus cairan rumat yaitu glukosa

5% NaCl (4:1) sebanyak 75cc/kgBB/hari, lalu   diberikan:

− ATS 10.000 IU/hari selama 2 hari berturut-turut

− Ampisilin 100 mg/kgBB/hari i.v. yang dilanjutkan sampai 10 hari

− Diazepam i.v. secara perlahan dengan titrasi dosis sampai kejang hilang,

maksimal 2,5 mg; lalu   dilanjutkan dengan 3 – 4 mg/kgBB/hari dalam

cairan infus.


223

− Gangguan-gangguan yang ringan, seperti suara berisik, aliran angin atau

goncangan, bisa memicu kekejangan otot yang disertai nyeri dan keringat yang

berlebihan.

− Selama kejang penderita tidak dapat berbicara sebab   otot dadanya kaku atau

terjadi kejang tenggorokan sehingga terjadi kekurangan oksigen yang

memicu   gangguan pernafasan. Biasanya tidak terjadi demam. Laju

pernafasan dan denyut jantung serta refleks-refleks biasanya meningkat. Tetanus

juga bisa terbatas pada sekelompok otot di sekitar luka. Kejang di sekitar luka

ini bisa menetap selama beberapa minggu.

Dignosa  

Diduga suatu tetanus jika terjadi kekakuan otot atau kejang pada seseorang yang

memiliki luka. Untuk memperkuat Dignosa   bisa dilakukan pembiakan bakteri

dari apusan luka.

perawatan intensif  

− Penderita tetanus harus segera dirujuk ke rumah sakit sebab   ia harus selalu

dalam pengawasan dan perawatan. Sebelum dirujuk lakukanlah hal-hal ini  

di bawah ini. Selanjutnya bila anak yang menderita tetanus selesai dirawat,

berikan tetanus toksoid 3 kali dengan jarak waktu 1 bulan.

− Pertahankan jalan napas dan jaga keseimbangan cairan.

− Segera berikan human tetanus immunoglobulin 5000 IU i.m untuk menawarkan

racun yang belum bersenyawa dengan otot.

Bila yang ada hanya ATS suntikkan i.m atau i.v  20.000 – 40.000 IU/hari

selama 3 hari atau 20.000 IU/hari untuk anak-anak selama 2 hari.

− Berikan penisilin prokain 2 juta IU i.m pada orang dewasa atau 50.000

IU/kgBB/hari selama 10 hari pada anak untuk eradikasi kuman.

− Berikan diazepam untuk mengendalikan kejang dengan titrasi dosis:5 – 10 mg

i.v. untuk anak dan  40 – 120 mg/hari untuk dewasa.

− Cegah penyebaran racun lebih lanjut dengan eksplorasi luka dan

membersihkannya dengan H202 3%. Port d’entre lain seperti OMSK atau

gangren gigi juga harus dibersihkan dahulu.

− Untuk menetralisir racun diberikan immunoglobulin tetanus. Antibiotik

tetrasiklin dan penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan racun lebih

lanjut. Obat lainnya bisa diberikan untuk menenangkan penderita, mengendalikan

kejang dan mengendurkan otot-otot. Penderita biasanya dirawat di rumah sakit

dan ditempatkan dalam ruangan yang tenang.


226

− Untuk memperkuat Dignosa  , dilakukan biakan darah, tinja, air kemih atau

jaringan tubuh lainnya guna menemukan bakteri Pemicu  nya.

perawatan intensif  

Tirah baring, dilaksanakan untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup sebaiknya rendah serat,

makanan lunak.

Pengobatan :

− Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan. 

Antibiotik untuk penderita tifoid :

§ Kloramfenikol,

o Dewasa : 4 x 500 mg selama 14 hari

o Anak : 50-100 mg/kgBB 4  x sehari selama 10 – 14 hari.

§ Tiamfenikol,

o Dewasa : 500 mg 4 x sehari selama 5 – 7 hari bebas panas.

o Anak : 50 mg/kgBB 4 x sehari selama 5 – 7 hari bebas panas.

§ Ampisilin

o Dewasa : 500 mg  4 x sehari selama 10 – 14 hari.

o Anak : 50 – 100 mg/kgBB 4 x sehari selama 10 – 14 hari.

− Terapi simtomatik (anti piretik, anti emetik)

− Roburansia.

− Terapi cairan, kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat

mencerna makanan.

− Jika terjadi perforasi usus berikan antibiotik berspektrum luas (sebab   berbagai

jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu dilakukan

pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang mengalami

perforasi.

Pencegahan:

− Pencegahan terhadap carier dan kasus relaps.

− Perbaikan snitasi lingkungan.

− Perbaikan hygiene makanan,hygiene perorangan

− Imunisasi

§ Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%.

§ Vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh

bakteri Salmonella typhii dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi

(termasuk petugas laboratorium dan para pelancong).






TIFUS ABDOMINALIS


Definisi

Demam Tifoid atau tifus abdominalis yaitu   suatu infeksi yang dipicu   oleh

bakteri Salmonella typhii yang ditularkan melalui makanan yang tercemar oleh

tinja dan urine penderita.

Pemicu  

Bakteri Salmonella typhii

Gambaran klinik

− Gambaran klinis bervariasi dari sangat ringan sampai berat dengan komplikasi

yanga sangat berbahaya.

− Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap dalam wakatu 8 – 14 hari setelah

terinfeksi.

− Gejalanya bisa berupa demam intermitten (pagi lebih rendah dibanding sore

hari), sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, bibir kering dan pecah,

lidah kotor tertutup oleh selaput putih, sembelit, penurunan nafsu makan dan

nyeri perut.

− Kadang penderita merasakan nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta

perdarahan dari hidung.

− Jika pengobatan tidak dimulai maka suhu tubuh secara perlahan akan meningkat

dalam waktu 2 – 3 hari, yaitu mencapai 39,4 – 40°C selama 10 – 14 hari.

Panas mulai turun secara bertahap pada akhir minggu ke-3 dan kembali normal

pada minggu ke-4.

− Demam seringkali disertai oleh denyut jantung yang lambat dan kelelahan

yang luar biasa.

− Pada kasus yang berat bisa terjadi delirium, stupor atau koma.

− Pada sekitar 10% penderita timbul sekelompok bintik-bintik kecil berwarna

merah muda di dada dan perut pada minggu kedua dan berlangsung selama

2 – 5 hari.

Dignosa  

− Dignosa   ditegakkan berdasar   gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik.


2




TIROTOKSIKOSIS


Definisi

Tirotoksikosis merupakan tampilan klinis hiperfungsi kelenjar tiroid. Keadaan ini

disebab  kan stimulasi tiroid oleh suatu globulin darah yang memiliki aktivitas

TSH. Selain itu dipicu   adanya benjolan kecil didalam kelenjar, yang secara

otanom membentuk hormone berlebih diluar sistem H-H. Biasanya diderita oleh

penderita yang kelebihan minum obat yang mengandung iod / iodide atau makan

makanan dengan kadar iod tinggi, dalam hal ini penyakit tsb disebut iod-struma

atau iod-Basedow.

Pemicu  

− Penyakit Graves’

− Gondok multinodul toksik (yang berkembang sebagai respon terhadap keadaan

tubuh, yaitu kehamilan)

− Kanker tiroid

− Tiroiditis post partum (onset 2 – 6 bulan post partum) dalam bentuk ringan

dan jangka pendek

Gambaran klinis

− Umumnya penderita merasa sukar tidur, gelisah, rasa takut, menurunya berat

badan akibat penggunaan energi, palpitasis, tremor, transpirasi dan diare akibat

peningkatan pristaltik.

− Gejala terpenting  efek jantung (takikardi, atriumfibrilasi), struma serta bola

mata menonjol secara abnormal, sirkulasi yang hiperkinetik.

− Pemeriksaan laboratorium penunjang  yang menunjukkan kadar T3 dan T4

meningkat dan Indeks Tiroksin Bebas.

Dignosa  

Dignosa   tirotoksikosis sering dapat ditegakkan secara klinis tanpa pemeriksaan

laboratorium, namun pemeriksaan ini perlu untuk menilai kemajuan terapi.

Ukur TSH (dapat menurun) dan kadar tiroksin (T4) (mungkin meningkat)


227

− Para pelancong sebaiknya menghindari makan sayuran mentah dan

makanan lainnya yang disajikan atau disimpan di dalam suhu ruangan.

− Sebaiknya mereka memilih makanan yang masih panas atau makanan yang

dibekukan, minuman kaleng dan buah berkulit yang bisa dikupas.







TONSILITIS


Definisi

Tonsil yaitu   kelenjar getah bening di mulut bagian belakang (di puncak

tenggorokan) yang berfungsi membantu menyaring bakteri dan mikroorganisme

lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.

Tonsilitis yaitu   suatu peradangan pada tonsil (amandel) yang dapat menyerang

semua golongan umur.

Pada anak, tonsilitis akut sering menimbulkan komplikasi. Bila tonsilitis akut

sering kambuh walaupun penderita telah mendapatkan pengobatan yang memadai,

maka perlu di ingat  kemungkinan ter jadinya tonsi l i t is  kronik.

Faktor-faktor berikut ini mempengaruhi berulangnya tonsilitis : rangsangan

menahun (misalnya rokok, makanan tertentu), cuaca, pengobatan tonsilitis yang

tidak memadai, dan higiene rongga mulut yang kurang baik.

Tonsilitis kronik dapat tampil dalam bentuk hipertrofi hiperplasia atau bentuk

atrofi. Pada anak, tonsilitas kronik sering disertai pembengkakan kelenjar

submandibularis adenoiditis, rinitis dan otitis media.

Pemicu  

Pemicu  ny yaitu   infeksi bakteri streptokokus atau infeksi virus (lebih jarang).

Gambaran klinik

− Penderita biasanya mengeluh sakit menelan, lesu seluruh tubuh, nyeri sendi,

dan kadang atalgia sebagai nyeri alih dari N. IX.

− Suhu tubuh sering mencapai 40C, terutama pada anak.

− Tonsil tampak bengkak, merah, dengan detritus berupa folikel atau

membran. Pada anak, membran pad tonsil mungkin juga dipicu   oleh

tonsilitis difteri.

− Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan leukositosis.

− Pada tonsilitis kronik hipertrofi, tonsil membesar dengan permukaan tidak

rata, kripta lebar berisi detritus. Tonsil melekat ke jaringan sekitarnya. Pada

bentuk atrofi, tonsil kecil seperti terpendam dalam fosa tonsilaris.

− Gejala lainnya yaitu   demam, tidak enak badan, sakit kepala dan muntah.


229

Penatalaksanan

− Penggunaan obat antitiroid seperti:

§ Propiltiourasil (PTU), dosis permulaan 70 – 200 mg 3 x sehari selama 6

– 8  minggu, pemeliharaan 50 – 300 mg/hari.

§ Pada keadaan krisis dapat diberikan propranolol  60 – 120 mg 4 x sehari.

§ Kegagalan terapi umumnya sebab   ketidak patuhan penderita makan obat,

sebab   itu penderita perlu diperiksa ulang setiap 2 minggu pada 2 bulan

pertama, lalu   setiap bulan sampai pengobatan selesai.

− Propanolol 20 mg 3 x sehari sebelum makan kadang diperlukan untuk

mengurangi beberapa keluhan seperti takikardi dan kegelisahan. Beta bloker

ini mengurangi efek tiroksin dijaringan perifer dengan cara blokade susunan

saraf pusat.



§ Obstruksi saluran nafas yang dipicu   oleh tonsil (yang dapat hampir

saling bersentuhan satu sama lain), apneu saat tidur, gangguan oklusi

gigi

§ Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.


231

Dignosa  

Dignosa   ditegakkan berdasar   gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Tonsil

membengkak dan tampak bercak-bercak perdarahan. Ditemukan nanah dan selaput

putih tipis yang menempel di tonsil. Membran ini bisa diangkat dengan mudah

tanpa memicu   perdarahan. Dilakukan pembiakan apus tenggorokan di

laboratorium untuk mengetahui bakteri Pemicu  nya.

perawatan intensif  

− Jika Pemicu  nya yaitu   bakteri, diberikan antibiotik per oral selama 10 hari.

Jika anak mengalami kesulitan menelan bisa diberikan dalam bentuk suntikan.

§ Penisilin V 1,5 juta IU 2 x sehari selama 5 hari atau 500 mg 3 x sehari.

§ Pilihan lain yaitu   eritromisin 500 mg 3 x sehari atau amoksisilin 500 mg

3 x sehari yang diberikan selama 5 hari. Dosis pada anak : eritromisin 40

mg/kgBB/ hari, amoksisilin 30 – 50 mg/kgBB/hari.

− Tak perlu memulai antibiotik segera, penundaan 1 – 3 hari tidak meningkatkan

komplikasi atau menunda penyembuhan penyakit.

− Antibiotik hanya sedikit memperpendek durasi gejala dan mengurangi risiko

demam rematik.

− Bila suhu badan tinggi, penderita harus tirah baring dan dianjurkan untuk

banyak minum. Makanan lunak diberikan selama penderita masih nyeri

menelan.

− Analgetik (parasetamol dan ibuprofen yaitu   yang paling aman) lebih efektif

daripada antibiotik dalam menghilangkan gejala. Nyeri faring bahkan dapat

diterapi dengan spray lidokain.

− Pasien tidak lagi menularkan penyakit sesudah pemberian 1 hari antibiotik.

− Bila dicurigai adanya tonsilitis difteri, penderita harus segera diberi serum anti

difteri (ADS), tetapi bila ada gejala sumbatan nafas, segera rujuk ke rumah

sakit.

− Pada tonsilitis kronik, penting untuk memberikan nasihat agar menjauhi

rangsangan yang dapat menimbulkan serangan tonsilitis akut, misalnya rokok,

minuman/makanan yang merangsang, higiene mulut yang buruk, atau

penggunaan obat kumur yang mengandung desinfektan.

− Segera rujuk jika terjadi :

§ Tonsilitis bakteri rekuren (> 4x/tahun) tak peduli apa pun tipe bakterinya

§ Komplikasi tonsilitis akut: abses peritonsiler, septikemia yang berasal dari

tonsil.








TUBERKULOSIS


Definisi

Tuberkulosis yaitu   suatu infeksi menular dan menahun dan bisa berakibat fatal,

yang dipicu   oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis atau

Mycobacterium africanum. Tuberkulosis paru kini bukan penyakit yang menakutkan

sampai penerita harus dikucilkan, tetapi penyakit kronik ini dapat memicu  

cacat fisik atau kematian. Penularan TB paru hanya terjadi dari penderita tuberkulosis

terbuka.

Pemicu  

Mycobacterium tuberculosis.

Gambaran Klinis

− Pada awalnya penderita hanya merasakan tidak sehat atau batuk terus menerus

dan berdahak selama 3 minggu atau lebih

− Jumlah dahak biasanya akan bertambah banyak sejalan dengan perkembangan

penyakit. Pada akhirnya dahak akan berwarna kemerahan sebab   mengandung

darah.

− Masa inkubasi berkisar antara 4 – 12 minggu.

− Salah satu gejala yang paling sering ditemukan yaitu   berkeringat di malam

hari tanpa aktivitas.

− Keluhan dapat berupa demam, malaise, penurunan berat badan, nyeri dada,

batuk darah, sesak nafas.

− Sesak nafas merupakan pertanda adanya udara (pneumotoraks) atau cairan

(efusi pleura) di dalam rongga pleura. Sekitar sepertiga infeksi ditemukan

dalam bentuk efusi pleura.

− Pada infeksi tuberkulosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-paru ke

dalam kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru. Jika sistem pertahanan

tubuh alami bisa mengendalikan infeksi, maka infeksi tidak akan berlanjut

dan bakteri menjadi dorman.

− Pada anak-anak, kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan tabung

bronkial dan memicu   batuk atau bahkan mungkin memicu   penciutan

paru-paru. Kadang bakteri naik ke saluran getah bening dan membentuk

sekelompok kelenjar getah bening di leher. Infeksi pada kelenjar getah bening

ini bisa menembus kulit dan menghasilkan nanah.









TRAKOMA


Definisi

Trakoma merupakan infeksi mata yang berlangsung lama yang memicu  

inflamasi dan jaringan parut pada konjungtiva dan kelopak mata serta kebutaan.

Pemicu  

Trakoma terjadi akibat infeksi oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Masa inkubasi

berlangsung selama 5 – 12 hari.

Gambaran Klinis

− Kedua mata tampak merah dan berair. Penderita sukar melihat cahaya terang

(silau) dan merasa gatal di matanya.

− Pada stadium awal, konjungtiva tampak meradang, merah dan mengalami

iritasi serta mengeluarkan kotoran (konjungtivitis).

− Pada stadium lanjut, konjungtiva dan kornea membentuk jaringan parut

sehingga bulu mata melipat ke dalam dan terjadi gangguan penglihatan.

− Gejala lainnya yaitu  :

§ pembengkakan kelopak mata

§ pembengkakan kelenjar getah bening yang terletak tepat di depan mata

§ kornea tampak keruh.

Dignosa  

Dignosa   ditegakkan berdasar   gejala dan hasil pemeriksaan mata. Apusan

mata diperiksa untuk mengetahui organisme Pemicu  nya

perawatan intensif  

− Pengobatan meliputi pemberian salep antibiotik yang berisi tetrasiklin dan

erithromisin selama 4 – 6 minggu. Selain itu antibiotik ini   juga bisa

diberikan dalam bentuk tablet.

§ Doksisiklin

o Sediaan : kapsul atau tablet 100 mg (HCl)

o Dosis dewasa 100 mg per oral 2 x sehari selama 7 hari atau

§ Tetrasiklin

o Sediaan salep mata 1% (HCl)

o Dosis dewasa 2 x sehari selama 6 minggu


236

− Pemberian etambutol diawali dengan dosis yang relatif tinggi untuk membantu

mengurangi jumlah bakteri dengan segera. Setelah 2 bulan, dosisnya dikurangi

untuk menghindari efek samping yang berbahaya terhadap mata.

− Streptomisin merupakan obat pertama yang efektif melawan tuberkulosis,

tetapi harus diberikan dalam bentuk suntikan. Jika diberikan dalam dosis tinggi

atau pemakaiannya berlanjut sampai lebih dari 3 bulan, streptomisin bisa

memicu   gangguan pendengaran dan keseimbangan.

− Panduan obat untuk orang dewasa yang dianjurkan oleh Program P2M yaitu  

sebagai berikut :

a. Panduan obat jangka panjang terdiri dari streptomisin, INH + B6, dan

pirazinamida untuk jangka pengobatan 12 bulan.

Cara pemberian :

§ tahap intensif : pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24 kali

pengobatan) berupa : streptomisin 0,75 mg, INH 400 mg, Vit. B6 10

mg dan pirazinamida 1 gram selama 8 minggu (48 kali pengobatan).

§ tahap berselang : pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama 48

minggu (96 kali pengobatan) dengan streptomisin 0,75 mg, INH 700

mg, ditambah Vit. B6 10 mg.

b. Panduan obat jangka pendek terdiri dari rifampisin, etambutol, INH dan

Vit. B6 untuk jangka pengobatan 6 – 9 bulan.

Cara pemberian :

§ tahap intensif : pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24 kali

pengobatan) berupa: rifampisin 450 mg, etambutol 1 gram, INH 400

mg ditambah Vit. B6 10 mg.

§ tahap berselang : pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama 22

minggu (44 kali pengobatan) berupa: rifampisin 600 mg, INH 700 mg

ditambah Vit. B6 10 mg.

§ Wanita yang dalam pengobatan jangka pendek sebaiknya tidak

memakai   pil atau suntikan KB sebab   keampuhan pil dan suntikan

KB dapat berkurang sehingga dapat terjadi kehamilan.

§ Penderita harus diberitahu bahwa rifampisin memicu   warna

merah pada air liur, air mata, dan air seni.

§ Pengobatan jangka pendek ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil

dan wanita yang sedang menyusui.

− Khusus pengobatan TB pada penderita anak diperlukan kerja sama yang

baik dengan orang tua pasien sebab   angka drop out cukup tinggi.


2

Dignosa  

Dignosa   TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman

TB (BTA) melalui pemeriksaan dahak mikroskopis.

− Yang seringkali merupakan petunjuk awal dari tuberkulosis yaitu   foto rontgen

dada. Penyakit ini tampak sebagai daerah putih yang bentuknya tidak teratur

dengan latar belakang hitam. Rontgen juga bisa menunjukkan efusi pleura

atau pembesaran jantung (perikarditis).

− Minimal 2 kali sputum BTA (+) : diDignosa   sebagai TB paru BTA (+)

− Bila BTA (+) 1 kali, maka perlu dilakukan pemeriksaan rontgen dada atau

pemeriksaan dahak SPS diulang.

− Upaya pertama dalam Dignosa   TB paru pada anak yaitu   melakukan uji

Tuberkulin. Hasil positif yaitu > 10 mm atau > 15 mm pada anak yang telah

mendapatkan BCG, ditambah dengan gambaran radiologi dada yang

menunjukkan infeksi spesifik, LED yang tinggi, limfadenitis leher dan

limfositisis relatif sudah dapat digunakan untuk membuat Dignosa   kerja TB

paru.

perawatan intensif  

Pencegahan :

ada   beberapa cara untuk mencegah tuberkulosis:

− Sinar ultraviolet pembasmi bakteri, sinar ini bisa membunuh bakteri yang

ada   di dalam udara.

− Isoniazid sangat efektif jika diberikan kepada orang-orang dengan resiko tinggi

tuberkulosis, misalnya petugas kesehatan dengan hasil tes tuberkulin positif,

tetapi hasil rontgen tidak menunjukkan adanya penyakit. Isoniazid diminum

setiap hari selama 6 – 9 bulan.

− Di negara-negara berkembang, vaksin BCG digunakan untuk mencegah infeksi

oleh M. tuberculosis.

Pengobatan :  “DOTS”

Pengobatan TB paru memerlukan panduan antituberkulosis untuk memperoleh

hasil terapi yang baik dan mencegah/memperkecil kemungkinan timbulnya

resistensi.

− Antibiotik yang paling sering digunakan yaitu   : isoniazid, rifampisin,

pirazinamid, streptomisin; dan etambutol, isoniazid, rifampisin dan pirazinamid

dapat digabungkan dalam 1 kapsul, sehingga mengurangi jumlah pil yang

harus ditelan oleh penderita.


− Selama terapi, kemajuan pengobatan dipantau dengan pemeriksaan darah dan

radiologi. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati, mengingat efek

rifampisin dan INH terhadap hati.

− Buku-buku acuan baku hanya menganjurkan pengobatan intensif selama 6

bulan dengan dosis yang lebih kecil. Pengobatan berselang dengan dosis besar

hanya dilakukan dengan pertimbangan bahwa ada ketidakpatuhan penderita,

atau kesulitan dalam supervisi terapi. Akan tetapi, dengan cara itu kemungkinan

toksisitas lebih besar, terutama terhadap hati masih perlu diteliti lebih lanjut.

− Panduan terapi  untuk dewasa:

§ Rifampisin 450 – 600 mg, INH 300 mg, pirazinamid 1,2 – 2 gram dan

etambutol 25 mg/kg BB, semua ini diberikan selama 2 bulan

§ 4 bulan berikutnya : rifampisin 450 – 600 mg dan INH 300 mg.

Panduan untuk anak:

§ Rifampisin 10 mg/kgBB/hari, INH 10 mg/kgBB/hari, pirazinamid 15

mg/kgBB/ hari selama 2 bulan pertama

§ Dilanjutkan dengan rifampisin dan INH dengan dosis yang sama selama

4 bulan berikutnya.







SERVICITIS sebab   CHLAMYDIA


Definisi

Uretritis yaitu   infeksi dari uretra, yaitu saluran yang membawa urin dari kandung

kemih keluar tubuh.

Uretritis non-gonore (NGU) yaitu   uretritis yang dipicu   oleh berbagai

mikroorganisme tetapi Pemicu   paling sering yaitu   klamidia.

Pemicu  

Pemicu  nya bisa berupa bakteri, jamur atau virus. Pada wanita jasad renik ini  

biasanya berasal dari vagina. Pada kebanyakan kasus, bakteri berasal dari usus

besar dan sampai ke vagina melalui anus. Pria lebih jarang menderita uretritis.

Uretritis pada pria paling sering dipicu   oleh gonokokus. Klamidia dan virus

herpes simpleks juga bisa ditularkan melalui hubungan seksual dan bisa

memicu   uretritis.

Gambaran klinik

− Masa inkubasi infeksi klamidia sampai muncul gejala yaitu   1 – 3 minggu,

lebih lama daripada gonore. Sekitar 25% pria dan sebagian besar wanita tak

mengalami gejala dini sebab   infeksi klamidia dan banyak yang menjadi

carrier asimtomatik penyakit klamidia.

− Pada pria, uretritis ditandai oleh sekret yang jumlahnya sedikit, berair (lalu  

mukus) dari uretra. Gejala lain yaitu   nyeri dan disuria. Pada wanita, ada

disuria, polakisuria dan leukorea ringan. Servisitis yaitu   hal yang relatif

sering ditemui. Hal ini bermanifestasi sebagai sekret mukopurulen dan edema

atau kecenderungan perdarahan orifisium uteri.

− Pada wanita, infeksi klamidia yang lama sering mengakibatkan endometritis

dan salpingitis. Pasien mungkin mengalami demam ringan atau nyeri abdomen

bawah yang ringan. Endometritis juga dapat memicu   perdarahan uterus

yang ireguler. PID (Pelvic Inflammation Disease) yaitu   komplikasi lanjut

dari infeksi klamidia yang penting, biasanya memerlukan terapi rawat inap.

Perihepatitis yaitu   komplikasi yang jarang pada infeksi klamidia.

− Komplikasi lanjut infeksi klamidia yang rekuren dan ekstensif berupa

kerusakan tuba yang lalu   memicu   infertilitas dan kehamilan

ektopik.








URTIKARIA


Definisi

Merupakan suatu reaksi (alergi) pada kulit yang umumnya dalam bentuk udema

lokal dan bersifat self-limited atau dapat sembuh sendiri dalam waktu singkat,

meskipun beberapa dapat berkembang menjadi kronik. Urtikaria disebut akut jika

berlangsung kurang dari 6 minggu, sedangkan urtikaria kronik biasanya

keberlangsungannya lebih dari 6 minggu.

Pemicu  

Sebagian besar Pemicu   urtikaria telah diketahui, di antaranya:

− Alergi terhadap obat, makanan, alergen inhalasi, gigitan atau sengatan serangga

− Penyakit infeksi (virus, parasit)

− Agen fisik (panas, dingin, penekanan, matahari)

− Penyakit sistemik (contoh: lupus eritematosus sistemik)

Gambaran Klinis

− Pasien merasa tidak sehat

− Bercak gatal putih sampai merah muda

− Lesi umumnya berwarna merah muda, udematus dengan berbagai bentuk dan

ukuran dan di sekelilingnya eritema.

− Lesi umumnya memberi rasa gatal hingga nyeri dan seperti sensasi terbakar.

− Jarang bertahan > 12 – 24 jam

− Udem di saluran nafas memicu   sumbatan jalan nafas.

Dignosa  

Dignosa   urtikaria umumnya dapat ditegakkan secara klinis, kecuali

ada   Dignosa   banding lain maka Dignosa   disokong oleh hasil pemeriksaan

histopatologis pada lesi urtikaria yang bertahan lebih dari 48 jam.

− Infeksi klamidia dapat memicu perkembangan artritis reaktif (uroartritis,

Reiter’s disease) pada pria dan wanita.

Dignosa  

Dignosa   uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan pewarnaan

Gram atau biru methylene dari sedian apus uretra. Bila jumlah lekosit PMN

melebihi 5 pada pembesaran 1000 x merupakan ind

ikasi uretritis.
Dignosa   infeksi klamidia yang reliabel pada pria dan wanita sebab   itu hanya
dapat dicapai dengan pengambilan sampel mikrobiologis yang tepat.
Metode amplifikasi gen yang baru telah menggantikan teknik-teknik sebelumnya,
dan sampel urine first-void telah lebih berperan dalam Dignosa   klamidia pada
pria dan wanita. Metode amplifikasi gen seperti PCR dan LCR, didasarkan pada
multiplikasi asam nukleat klamidia.
perawatan intensif  
− Chlamydia trachomatis sensitif terhadap makrolida dan tetrasiklin. Klindamisin
relatif efektif terhadap spesies ini, fluorokuinolon kurang begitu efektif.
Sefalosporin dan penisilin memiliki efficacy yang buruk.
− Untuk pengobatan, tetrasiklin yaitu   antibiotik pilihan yang sudah digunakan
sejak lama untuk infeksi genitalia yang dipicu   oleh C. trachomatis. Dapat
diberikan  dengan dosis 500 mg 4 x sehari selama 7 hari atau 250 mg 4 x
sehari selama 14 hari.
− Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 100
mg 2 x sehari selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianjurkan dan
merupakan drug of choice sebab   cara  pemakaiannya yang lebih mudah dan
dosisnya lebih kecil.
− Regimen alternatif dapat diberikan :
§ eritromisin 500 mg 4 x sehari selama 7 hari atau 250 mg 4 x sehari selama
14 hari (Pasien yang sedang hamil)
§ eritromisin base 500 mg 4 x sehari selama 7 hari






VARISELA

Definisi
Varisela atau cacar air yang ditandai dengan vesikel di kulit dan selaput lendir ini
sangat mudah menular melalui percikan ludah dan kontak. Penularan sudah dapat
terjadi sejak 24 jam sebelum timbul kelainan kulit sampai 6 – 7 hari lalu  .
Pemicu  
Virus Varicella zoster.
Gambaran klinis
− Masa inkubasi 13 – 17 hari.
− Gejala awal berupa pusing, sakit kepala, dan demam yang tidak begitu tinggi.
Gejala ini tidak  begitu jelas pada anak balita, tetapi menonjol pada anak usia
diatas 10 tahun.
Pada orang dewasa keluhan ini dapat berat sekali.
− Kelainan kulit muncul mula-mula seperti pada morbili, berupa makula dan
papula yang lalu   menjadi vesikel berisi cairan jernih. Perubahan ini
berlangsung dalam waktu 24 – 48 jam.
− Ruam biasanya lebih banyak di badan dibandingkan dengan di anggota gerak.
Yang khas pada varisela ini yaitu   berbagai macam ruam dapat ditemukan
dalam satu saat.
− Pada bentuk yang berat kelainan kulit timbul di seluruh tubuh.
Dignosa  
berdasar   gambaran klinis dengan bentuk rash yang karakteristik (fluorosensi
yang sifatnya papulo vesikuler yang multiforme dan proses penjalarannya sentrifugal)
perawatan intensif  
− Pengobatan yang diberikan hanya bersifat simtomatis: parasetamol bila demam
sangat tinggi. Jangan memberikan asetosal pada anak, sebab   dapat menimbulkan
sindrom reye.
− Pasien dianjurkan mandi dengan air dan sabun. Kalium permanganat dan
antiseptik lain tidak dianjurkan.

241
perawatan intensif  
Terapi yang ideal yaitu   identifikasi dan menghilangkan Pemicu   (bila
ditemukan).
Pengobatan sistemik
− Diberikan antihistamin (AH) konvensional atau generasi baru bergantung
keadaan. Bila tidak berhasil, dosis dapat dinaikkan sampai batas dosis
terapeutik yang aman. Bila masih tidak berhasil, dapat dikombinasikan 2
macam AH yang berbeda golongan. Bila tidak berhasil juga dapat diberikan
kombinasi AH.
− Kortikosteroid sistemik diberikan bila ada   angioudema atau
keterlibatan organ lain, atau urtikaria luas (>50%), atau kegagalan
pengobatan antihistamin. Prednison 20 – 40 mg/hari untuk pasien dewasa,
diberikan dalam waktu singkat.
Pengobatan topikal
Dengan obat antipruritus.






XEROFTALMIA


Definisi
Xeroftalmia yaitu   kelainan mata akibat kekurangan vitamin A, terutama pada
anak Balita dan sering ditemukan pada penderita gizi buruk dan gizi kurang.
Pemicu  
Faktor yang menjadi Pemicu   tingginya kasus Xeroftalmia di negara kita  yaitu  :
− Konsumsi makanan yang kurang / tidak mengandung cukup Vitamin A atau
pro vitamin A untuk jangka waktu lama
− Bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif
− Gangguan penyerapan vitamin A
− Tingginya angka infeksi pada anak (gastroenteritis / diare)
Gambaran Klinis
1. Gejala Reversible :
− buta senja (Hemeralopia)
− xerosis konjungtiva : yaitu konjungtiva yang kering, menebal,
berkeriput, dan keruh sebab   banyak bercak
pigmen
− xerosis kornea : konjungtiva kornea yang kering, menebal,
berkeriput dan keruh sebab   banyak bercak
pigmen
− bercak Bitot : benjolan berupa endapan kering dan berbusa
yang berwarna abu-keperakan berisi sisa-sisa
epitel konjungtiva yang rusak.
2. Gejala irreversible : ulserasi kornea dan sikatriks (scar)
Dignosa  
Dignosa   ditegakkan berdasar   gejala dan hasil pemeriksaan mata.

243
− lalu   beri bedak salisil 1%. Usahakan agar vesikel tidak pecah dan
mengalami infeksi sekunder.
− Bila ada infeksi sekunder : suntikkan penisilin prokain 50.000 IU/kgBB/hari
selama 3 hari atau beri amoksisilin 25 – 50  mg/kgBB/hari peroral.
− Penderita diperiksa ulang setelah seminggu.
− Bila perlu pemberian asiklovir 200 – 400 mg 5 x sehari pada awal penyakit
selama 7 hari.

245
perawatan intensif  
− Berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral atau 100.000 IU Vitamin A injeksi
− Hari berikutnya, berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral
− 1 – 2 minggu berikutnya, berikan 200.000 IU Vitamin A secara oral
− Obati penyakit infeksi yang menyertai
− Obati kelainan mata, bila terjadi
− Perbaiki status gizi