penyakit menular 1

 



Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang 

kedokteran mendorong para tenaga ahli selalu mengadakan riset 

terhadap berbagai penyakit termasuk salah satunya yaitu   penyakit 

menular demi mengatasi kejadian penderitaan dan kematian akibat 

penyakit. Pengertian Epidemiologi menurut asal kata, jika ditinjau 

dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri 

dari 3 kata dasar yaitu Epi yang berarti pada atau tentang, Demos 

yang berarti penduduk dan kata terakhir yaitu   Logos yang berarti 

ilmu pengetahuan. Jadi Epidemiologi yaitu   ilmu yang mempelajari 

tentang penduduk. sedang   dalam pengertian modern pada saat 

ini yaitu   ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan distribusi 

(penyebaran) serta determinant masalah kesehatan pada sekelompok 

orang atau warga   serta determinasinya (faktor-faktor yang 

mempengaruhinya).  

Penyakit menular timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor 

baik dari agen, induk semang atau lingkungan. Bentuk ini tergambar 

didalam istilah yang dikenal luas dewasa ini. Yaitu pemicu     majemuk 

(multiple causation of disease) sebagai lawan dari pemicu     tunggal 

(single causation). Didalam usaha para ahli untuk mengumpulkan 

pengetahuan mengenai timbulnya penyakit, mereka telah melakukan 

eksperimen terkendali untuk menguji sampai dimana penyakit itu bisa di 

cegah sehinga dapat meningkat taraf hidup penderita. Dalam epidemiologi 

ada tiga faktor yang dapat menerangkan penyebaran (distribusi) penyakit 

atau masalah kesehatan yaitu orang (person), tempat (place), dan waktu 

(time). Informasi ini dapat digunakan untuk 

 

1  

menggambarkan adanya perbedaan keterpaparan dan kerentanan. 

Perbedaan ini bisa digunakan sebagi petunjuk tentang sumber, agen 

yang bertanggung jawab, transisi, dan penyebaran suatu penyakit. 

 

1). Faktor Orang (Person) 

 

Faktor orang atau person yaitu   karakteristik dari individu yang 

mempengaruhi keterpaparan atau kepekaan mereka terhadap penyakit. 

Orang yang karakteristiaknya mudah terpapar atau peka terhadap 

penyakit akan mudah terkena sakit. Karakteristik orang bisa berupa 

faktor genetik, umur, jenis kelamin,pekerjaan, kebiasaan dan status 

sosial ekonomi. Seorang individu yang mempunyai faktor genetik 

pembawa penyakit akan mudah terpapar faktor genetic ini   dan 

peka untuk sakit. Perbedaan berdasar   umur, terdapat kemungkinan 

dalam mendapat keterpaparan berdasar   perjalanan hidup. Demikian 

pula dengan karakteristik lain yang akan membedakan dalam 

kemungkinan mendapat keterpaparan. 

 

2). Faktor Tempat (place) 

 

Faktor tempat berkaitan dengan karakteristik geografis. Informasi 

ini dapat batas alamiah seperti sungai, gunung,atau bisa dengan batas 

administrasi dan histori. Perbedaan distribusi menurut tempat ini 

memberikan petunjuk pola perbedaan penyakit yang dapat menjadi 

pegangan dalam mencari faktor-faktor lain yang belum diketahui. 

 

3). Faktor Waktu (Time) 

 

Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari, 

bulan, atau tahun. Informasi ini bisa dijadikan pedoman tentang 

kejadian yang timbul dalam warga  . 

 

1.2 Pengertian Penyakit Menular 

 

Ada beberapa pengertian mengenai penyakit antara lain menurut 

Gold Medical Dictionary penyakit yaitu   kegagalan dari mekanisme 

adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap 

rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan pada fungsi 

struktur, bagian, organ atau sistem dari tubuh. sedang   menurut 

  

Arrest Hofte Amsterdam, penyakit bukan hanya berupa kelainan yang 

terlihat dari luar saja, tetapi juga suatu keadaan terganggu dari 

keteraturan fungsi dari tubuh. Dari kedua pengertian ini  , dapat 

disimpulkan bahwa penyakit yaitu   suatu keadaan gangguan bentuk 

dan fungsi tubuh sehingga berada didalam keadaan yang tidak normal. 

 

Beberapa definisi penyakit menurut para ahli yaitu   

sebagai berikut : 

 

a). Penyakit yaitu   kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu 

organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan 

atau tekanan sehingga timbul gangguan pada 

fungsi/struktur dari bagian organisasi atau sistem dari tubuh 

(Gold Medical Dictionary).  

b). Penyakit yaitu   suatu keadaan di mana proses kehidupan 

tidak lagi teratur atau terganggu perjalanannya (Van Dale‟s 

Woordenboek der Nederlandse Tel ). 

c). Penyakit bukan hanya berupa kelainan yang dapat dilihat dari luar 

saja, akan tetapi juga suatu keadaan terganggu dari keteraturan 

fungsi-fungsi dalam dari tubuh (Arrest Hofte Amsterdam). 

 

Menurut Parson, sakit yaitu   keadaan dimana adanya 

ketidakseimbangan fungsi normal pada tubuh manusia, termasuk 

sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaiannya. Selain itu 

menurut Bauman, ada tiga kriteria penentu keadaan sakit, yaitu 

adanya gejala, persepsi mengenai keadaan sakit yang dirasakan, 

dan menurunnya kemampuan untuk beraktivitas sehari-hari. 

Menurut Natoadmodjo (2003) Penyakit menular yaitu   penyakit 

yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang 

yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). 

Penyakit Menular [comunicable Diseasse] yaitu   penyakit yang 

disebabkan oleh transmisi infectius agent/produk toksinnya dari 

seseorang/reservoir ke orang lain/susceptable host. 

 

Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi) merupakan konsep 

dasar dalam epidemiologi yang menggambarkan hubungan antara tiga 

faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah 

 

kehatan yaitu host (tuan rumah/penjamu), agen (pemicu    ), dan 

environtment. Timbulnya penyakit terjadi akibat ketidak seimbangan 

ketiga faktor ini  . Hubungan ketiga faktor ini dapat menjelaskan 

kondisi yang dialami oleh manusia meliputi ; Interaksi pertama 

dikatakan berada pada equilibrium (keseimbangan antara, Host, Agent, 

dan Environtment), individu dalam kondisi ini dapat disebut sehat yang 

kedua Agen menperoleh Kemudahan Menimbulkan Penyakit Interaksi 

ini dapat dikatakan bahwa agen mendapat kemudahan untuk 

menimbulkan penyakit pada host. Agen memberatkan keseimbangan 

sehingga batang pengungkit miring kearah agen. Contohnya ada mutasi 

virus influenza sehingga muncul jenis yang baru seperti flu burung 

(H5N1) atau Flu Babi (H1N1) dimana warga   belum memiliki 

kekebalan tubuh untuk melawan virus ini  . Kondisi ketiga yaitu 

Host Peka Terhadap Agent pada kondisi ini Interaksi ketiga host lebih 

peka terhadap agent. Host memberatkan keseimbangan sehingga 

pengungkit miring kea rah host. Contoh apabila disuatu daerah yang 

penduduk berusia balita besar, maka sebagian besar populasi rentan 

terkena penyakit. Selanjutnya terjadi Pergeseran Lingkungan yang 

memicu  Agen Mendapat Kemudahan Menimbulkan Penyakit 

Interaksi ini terjadi pergeseran lingkungan, sehingga memudahkan 

agen memasuki tubuh host dan menimbulkan penyakit. Contohnya 

ketika banjir air kotor mengandung kuman (Agen) yang kontak dengan 

warga   (Host), sehingga agen lebih mudah menimbulkan penyakit 

dan yang kondisi yang terakhir yaitu   terjadinya Pergeseran 

Lingkungan yang memicu  host peka terhadap penyakit Interaksi 

ini terjadi karena adanya pergeseran kuliatas lingkungan sehingga host 

memberatkan keseimbangan.(host peka terhadap agent). Contoh terjadi 

pencemaran udara dengan SO2 yang memicu  saluran udara paru 

menyempit (agar tidak banyak racun), namun mengkibatkan sehingga 

paru-paru kekurangan oksigen sehingga host jadi lemah dan timbul 

kelainan paru. 

 

Dalam usaha-usaha pencegahan dan kontrol yang efektif terhadap 

penyakit perlu dipelajari mekanisme interaksi yang terjadi antara agen 

penyakit, manusia dan lingkungannya Interaksi ketiganya akan 

  

menghasilkan kondisi sehat maupun sakit pada manusia, 

selengkapnya dijelaskan sebagai berikut : 

 

a). Interaksi antara agent penyakit dan lingkungan  

Suatu keadaan terpengaruhnya agen penyakit secara 

langsung oleh lingkungan yang menguntungkan agen penyakit. 

Terjadi pada saat prapatogenesis suatu penyakit, misalnya 

viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin yang 

terkandung dalam sayuran di dalam ruang pendingin dan 

penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan global. 


Gambar Ketidakseimbangan agen dan lingkungan 

 

b). Interaksi antara pejamu (manusia) dan lingkungan  

Suatu keadaan terpengaruhnya manusia secara langsung 

oleh lingkungannya dan terjadi pada saat prapatogenesis suatu 

penyakit, misalnya udara dingin, hujan dan kebiasaan membuat 

dan menyediakan makanan. 

  


 

Konsep Epidemiologi Penyakit Menular 5 

c). Interaksi antara pejamu (manusia) dan agent penyakit  

Suatu keadaan agen penyakit yang menetap, berkembang 

biak dan dapat merangsang manusia untuk menimbulkan respons 

berupa tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya demam, 

perubahan fisiologis jaringan tubuh dan pembentukan kekebalan 

atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi 

dapat berupa sembuh sempurna, kecacatan atau kematian. 

 

 

  

 

d) Interaksi agent penyakit, pejamu (manusia) dan lingkungan 

 

Suatu keadaan saling mempengaruhi antara agen penyakit, 

manusia dan lingkungan secara bersama-sama dan keadaan ini   

memperberat satu sama lain sehingga memudahkan agen penyakit 

baik secara tidak langsung maupun langsung masuk ke dalam tubuh 

manusia, misalnya pencemaran air sumur oleh kotoran manusia 

akan dapat menimbulkan penyakit muntaber (water borne diseases). 

 

  

1.3 Karakteristik Penyakit Menular 

 

Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada 

yang lain ditentukan oleh tiga faktor ini   diatas, yakni faktor 

Agen atau pemicu     penyakit Agen merupakan pemegang peranan 

penting didalam epidemiologi yang merupakan pemicu     penyakit. 

Agen dapat dikelompokkan menjadi Golongan virus, misalnya 

influenza, trachoma, cacar dan sebagainya, Golongan riketsia, 

misalnya typhus, Golongan bakteri, misalnya disentri, Golongan 

protozoa, misalnya malaria, filaria, schistosoma dan sebagainya. 

Faktor Host (Manusia) Sejauh mana kemampuan host didalam 

menghadapi invasi mikroorganisme yang infektius itu, berbicara 

tentang daya tahan. Misalnya Imunitas seseorang. Faktor Route of 

transmission (jalannya penularan). Penularan penyakit dapat dilihat 

dari potensi infeksi yang ditularkan. Infeksi yang ditularkan ini   

berpotensi wabah atau tidak. 

 

Karakteristik penyakit menular Secara umum memiliki 

gejala klinik yang berbeda-beda sesuai dengan faktor pemicu     

penyakit ini  . berdasar   manifestasi klinik maka 

karakteristik penyakit menular terdiri dari : 

 

1) Spektrum Penyakit Menular 

 

Pada proses penyakit menular secara umum dijumpai berbagai 

manifestasi klinik, mulai dari gejala klinik yang tidak tampak sampai 

keadaan yang berat disertai komplikasi dan berakhir cacat / meninggal 

dunia.Akhir dari proses penyakit yaitu   sembuh, cacat atau meninggal. 

Penyembuhan dapat lengkap atau dapat berlangsung jinak (mild) atau 

dapat pula dengan gejala sisa yang berat (serve sequele). 

 

2). Infeksi Terselubung (tanpa gejala klinis) 

 

yaitu   keadaan suatu penyakit yang tidak menampakan secara 

jelas dan nyata dalam bentuk gejala klinis yang jelas sehingga tidak 

dapat di diagnosa tanpa cara tertentu seperti tes tuberkolin, kultur 

tenggorokan, pemeriksaan antibody dalam tubuh dan lain-lain. 

 

Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam warga   

sektor yang memegang peranan penting yaitu   ; faktor pemicu     / 

 


agent yaitu organisme pemicu     penyakit menular, sumber 

penularan yaitu reservoir maupun resources, cara penularan 

khusus melalui mode of transmission. 

 

3). Sumber Penularan 

 

Merupakan media yang menjadikan suatu penyakit ini   

bisa menyebar kepada seseorang. Sumber ini meliputi ; 

Penderita, Pembawa kuman, Binatang sakit, tumbuhan / benda, 

Cara Penularan. Penyakit dapat menyerang seseorang dengan 

bebarapa cara diantaranya, Kontak langsung, Melalui udara, 

Melalui makanan / minuman, Melalui vector, Keadaan Penderita. 

Suatu pemicu     terjadinya penyakit sangat tergantug pada 

kondisi tubuh / imunitas seseorang. Makin lemahnya seseorang 

maka sangat mudah menderita penyakit. Kondisi ini terdiri dari 

keadaan umum, kekebalan, status gizi, keturunan, cara Keluar dan 

cara masuk sumber. Kuman pemicu     penyakit dapat menyerang 

seseorang melalui beberapa cara yaitu ; Mukosa / kulit, Saluran 

Pencernaan, Saluran Pernapasan, Saluran Urogenitalia, Gigitan 

suntikan, luka, plasenta, interaksi penyakit dengan penderita. 

 

Kuman atau penyakit yang telah berhasil masuk ke dalam tubuh 

tidak bisa langsung bereaksi akan tetapi didalam tubuh sendiri terjadi 

suatu reaksi perlindungan yang terdiri dari Infektivitas yaitu   

kemampuan unsur pemicu     / agent untuk masuk dan berkembang biak 

serta menghasilkan infeksi dalam tubuh pejamu dan Patogenesis 

yaitu   kemampuan untuk menghasilkan penyakit dengan segala klinis 

yang jelas serta Virulensi yaitu   nilai proporsi penderita dengan gejala 

klinis yang jelas terhadap seluruh penderita dengan gejala klinis jelas, 

Imunogenisitas yaitu   suatu kemampuan menghasilkan kekabalan / 

imunitas. 

 

Penyakit menular dapat berpindah satu tempat ke tempat yang 

lain. Perpindahan ini bisa terjadi dengan sangat cepat sehingga 

berkembang menjadi wabah atau endemis pada daerah tertentu. Ada 

beberapa cara perpindahan penyakit menular pertama perpindahan 

penyakit secara langsung yang merupakan proses berpindahnya 

penyakit dari manusia 1 ke manusia lain secara langsung tanpa 

  

perantara, misalnya: penularan melalui tetesan-tetesan halus yang 

terhambur dari manusia yang sakit seperti ludah, bersin pada penyakit 

TBC. Model perpindahan ke dua yaitu   Penularan secara tidak 

langsung, Merupakan proses pemindahan penyakit melalui perantara. 

Perantara ini   bisa dari golongan bakteri, serangga, serta bisa dari 

kotoran. Misalnya kolera, disentri dan demam berdarah dengue. 

 

Penyakit menular juga mempunyai beberapa sifat-sifat 

dalam penularannya meliputi : 

 

1). Waktu Generasi (Generation Time) 

 

Masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu sampai 

masa kemampuan maksimal pejamu ini   untuk dapat menularkan 

penyakit. Hal ini sangat penting dalam mempelajari proses penularan. 

Perbedaan masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur pemicu     

sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan pada 

penyakit dengan gejala yang terselubung, sedang   waktu generasi 

untuk waktu masuknya unsur pemicu     penyakit hingga timbulnya 

kemampuan penyakit ini   untuk menularkan kepada pejamu lain 

walau tanpa gejala klinik / terselubung. 

 

2). Kekebalan Kelompok (Herd Immunity) 

 

Kekebalan kelompok yaitu   kemampuan atau daya tahan suatu 

kelompok penduduk tertentu terhadap serangan/penyebaran unsur 

pemicu     penyakit menular tertentu didasarkan tingkat kekebalan 

sejumlah tertentu anggota kelompok ini  . Hard immunity 

merupakan factor utama dalam poses kejadian wabah di warga   

serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penyakit tertentu. 

 

3). Angka Serangan (Attack Rate) 

 

Angka serangan yaitu   sejumlah kasus yang berkembang atau 

muncul dalam satu satuan waktu tertentu dikalangan anggota kelompok 

yang mengalami kontak serta memiliki resiko / kerentanan terhadap 

penyakit ini  .Angka serangan ini bertunjuan untuk menganalisis 

tingkat penularan dan tingkat keterancaman dalam keluarga, dimana tata 

cara dan konsep keluarga, system hubungan keluarga dengan warga   

serta hubungan individu dalam kehidupan sehari-hari pada 

 

kelompok populasi tertentu merupakan unit Epidemiologi tempat 

penularan penyakit berlangsung. 

 

1.4 Mekanisme Penularan Penyakit Menular 

 

Aspek sentral penyebaran penyakit menular dalam warga   

yaitu   mekanisime penularan (mode of transmissions) yakni berbagai 

mekanisme di mana unsur pemicu     penyakit dapat mencapai manusia 

sebagai penjamu yang potensial. Mekanisme ini   meliputi cara unsur 

pemicu     (agent) meninggalkan reservoir, cara penularan untuk mencapai 

penjamu potensial, serta cara masuknya ke penjamu potensial ini  . 

Seseorang yang sehat sebagai salah seorang penjamu potensial dalam 

warga  , mungkin akan ketularan suatu penyakit menular tertentu 

sesuai dengan posisinya dalam warga   serta dalam pengaruh berbagai 

reservoir yang ada di sekitarnya. Kemungkinan ini   sangat di 

pengaruhi pula olah berbagai faktor antara lain: 

 

a).   Faktor lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan media yang 

ikut mempengaruhi kualitas maupun kuantitas unsur pemicu    . b).  

Faktor lingkungan biologis yang menentukan jenis vektor dan 

resevoir penyakit serta unsur biologis yang hidup berada di sekitar 

 

manusia. 

 

c). Faktor lingkungan sosial yakni kedudukan setiap orang dalam 

warga  , termasuk kebiasaan hidup serta kegiatan sehari-hari. 

 

Mekanisme penularan penyakit menular dibedakan berdasar   

cara penularan penyakit selengkapnya dijelaskan sebagai berikut ; 

 

1.4.1 Cara unsur pemicu     keluar dari penjamu (Reservoir) 

 

Pada umumnya selama unsur pemicu     atau mikro-organisme 

pemicu     masih mempunyai kesempatan untuk hidup dan berkembang biak 

dalam tubuh penjamu, maka ia akan tetap tinggal di tempat yang potensial 

ini  . Namun di lain pihak, tiap individu penjamu memiliki usaha 

perlawanan terhadap setiap unsur pemicu     patogen yang mengganggu dan 

mencoba merusak keadaan keseimbangan dalam tubuh penjamu. 

  

Unsur pemicu     yang akan meninggalkan penjamu di mana ia 

berada dan berkembang biak, biasanya keluar dengan cara tersendiri 

yang cukup beraneka ragam sesuai dengan jenis dan sifat masing-

masing. Secara garis besar, maka cara ke luar unsur pemicu     dari 

tubuh penjamu dapat dibagi dalam beberapa bentuk, walaupun ada 

di antara unsur pemicu     yang dapat menggunakan lebih satu cara. 

 

berdasar   cara unsur pemicu     keluar dari pejamu, 

penyakit menular dapat melalui konjungtiva seperti penyakit mata, 

melalui saluran napas (droplet) ; karena batuk, bersin, bicara atau udara 

pernapasan. Seperti penyakit TBC, influensa, difteri, campak, dan lain-

lain, melalui pencernaan ; lewat ludah, muntah atau tinja. Seperti 

penyakit kolera, tifus abdominalis, kecacingan, melalui saluran 

urogenitalia yaitu penyakit hepatitis, melalui luka pada kulit atau 

mukosa, seperti penyakit sifilis, frambusia, secara mekanik ; seperti 

suntikan atau gigitan, antara lain penyakit malaria, hepatitis, AIDS. 

 

1.4.2 Cara penularan (Mode of Transmission) 

 

Setelah unsur pemicu     telah meninggalkan reservoir maka untuk 

mendapatkan potensial yang baru, harus berjalan melalui suatu jalur 

lingkaran perjalanan khusus atau suatu jalur khusus yang disebut jalur 

penularan. Tiap kelompok memiliki jalur penularan tersendiri dan pada 

garis-garis besarnya dapat di bagi menjadi dua bagian utama yakni: 

 

a). Penularan langsung yakni penularan penyakit terjadi secara 

langsung dari penderita atau resevoir, langsung ke penjamu 

potensial yang baru. 

b). Penularan tidak langsung yakni penularan penyakit terjadi 

dengan melalui media tertentu seperti melalui udara (air 

borne) dalam bentuk droplet dan dust, melalui benda 

tertentu (vechicle borne), dan melalui vector (vector borne). 

 

berdasar   tingkat patogenisitasnya, penyakit menular 

pada hakekatnya dibagi atas 3 (tiga) kelompok, yaitu : 

 

 

 

1). Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian 

cukup tinggi. 

2).  Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian 

dan cacat, walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama. 

 

3). Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat 

tetapi dapat mewabah yang menimbulkan kerugian materi. 

 

Ketiga kelompok penyakit ini   diatas dapat dijelaskan 

pada gambar berikut ini : 

 

 

berdasar   media penularannya, penyakit menular 

dibedakan atas beberapa sumber penularan terdiri atas : 

 

1} Penyakit yang ditularkan melalui air  

a} Water Born Diseases: yaitu   penyakit yang ditularkan 

  langsung melalui air minum, dimana air minum ini   

  mengandung kuman patogen. Penyakit ini   diantaranya 

12 

   

yaitu   : Diare, Dysentri, Kholera, Typhoid, Hepatitis 

infektiosa, Gastrointerities. 

b} Water Washed Diseases: Penyakit yang disebabkan 

oleh kurangnya air bersih.Berjangkitnya penyakit ini 

erat kaitannya dengan hygiene perorangan yang buruk, 

kebersihan alat-alat makan dan pakaian. penyakit 

ini   diantaranya : Conjuctivitis/trachoma, scabies.  

c) Water Bashed Diseases : Penyakit yang ditularkan 

oleh bibit penyakit yang sebagian siklus hidupnya dia 

air. Sangat erat hubungannya dengan kehidupan 

manusia sehari-hari seperti menangkap ikan, mandi 

dan mencuci. Contoh penyakit yaitu   Schitosomiasis.  

d). Water Related Insect Vectors: Penyakit yang ditularkan 

melalui vektor yang hidupnya tergantung pada air, Contoh 

Penyakit: Malaria, Demam Berdarah, Filariasis, Yellow Fever. 

 

2} Penyakit yang ditularkan melalui media udara (Air 

borne disease)  

Penyakit yang ditularkan melalui perantara udara 

sebagian besar melalui kontak langsung.Terdapat dua 

bentuk ; droplet nucklei dan dust (debu). misalnya penyakit 

TBC, virus smallpox, streptococcus hemoliticus, difteri. 

3) Penyakit yang ditularkan secara langsung orang ke orang 

seperti penyakit sifilis, GO, lymphogranuloma venerum, 

chlamydia trachomatis, hepatitis B dan AIDS. 

 

4). Penyakit yang penularan langsung dari hewan ke orang  

Termasuk dalam hal ini yaitu   kelompok penyakit 

zoonosis seperti rabies. 

5) Penularan langsung dari tumbuhan ke orang: seperti 

penyakit yang ditularkan melalui jamur. 

 

6). Penularan dari orang ke orang melalui kontak benda lain; 

seperti kontak dengan benda yang telah terkontaminasi 

melalui tanah: seperti penyakit ancylostomiasis, trichuris. 

 

7} Penularan melalui perantara makanan dan minuman (Food 

borne disease) seperti salmonellosis, disentri, dan lain-lain. 

Penyakit yang ditularkan melalui minuman (Milk borne 

disease) seperti penyakit TBC, enteric fever, infant diare. 

8). Penularan melalui vektor (vektor borne disease). Vektor 

atau si pembawa kuman dapat berasal dari golongan 

arthropoda (avertebrata) yang dapat memindahkan penyakit 

dari reservoir ke pejamu yang potensial. berdasar   jenis 

vektor sebagai media menularan terdiri atas :  

a). Mosquito borne disease ; Malaria, DBD, yellow fever, 

virus encephalitis. 

b). Louse borne disease ; Epidemic tifus fever. 

 

c) .  Flea borne dosease ; Pes, tifus murin.  

d) .  Mite borne disease ; Tsutsugamushi, dll. 

 

e). 

 

Tick borne disease ; Spotted fever, epidemic relapsing fever. 

 

f) . 

 

Oleh serangga lain ; Sunfly fever, lesmaniasis, barthonellosis 

(lalat hlebotobus), trypanosomiasis (lalat tsetse di Afrika). 

 

1.4.3 berdasar   etiologi (kausa) 

 

berdasar   etiologi penyakit dibedaan menjadi: 

 

• Penyakit menular  

• Penyakit tidak menular 

 

 

1.4.4 berdasar   Durasi : 

 

• Penyakit akut : < 2 minggu  

• Sub akut/Sub kronik  

• Penyakit kronik: > 3 bulan 

 

 

1.4.5 berdasar   Agent biologic 

 

Biological agents = microorganism 

 

• Virus  

• Bacteria 

 

14 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR 

• Protozoa  

• Fungus  

• Helminthes  

• Others form of microorganism 

 

 

1.4.6 berdasar   Agent Non biologic 

 

• Physics  

• Nutrition  

• Chemical  

• etc 

 

 

1.4.7 berdasar   Spektrum Penyakit Menular 

 

a). Epidemik 

 

Berjangkit suatu penyakit pada sekelompok 

orang di warga   dengan jenis penyakit, waktu dan 

sumber yang sama di luar keadaan yang biasa (KLB). 

 

b). Endemik 

 

Suatu keadaan berjangkitnya prevalensi suatu jenis 

penyakit yang terjadi sepanjang tahun dengan frekuensi 

yang rendah di suatu tempat. Contoh penyakit malaria. 

 

c). Sporadik 

 

Jenis penyakit yang tidak tersebar merata pada 

tempat dan waktu yang tidak sama, pada suatu saat 

dapat terjadi endemik, contoh penyakit Polio. 

 

d). Pandemik 

 

Jenis penyakit yang berjangkit dalam waktu 

cepat dan terjadi bersamaan diberbagai tempat 

diseluruh dunia contoh : Flu. 

 

 

1.4.8 berdasar   Importansi Penyakit Menular: 

 

• Frekuensi morbiditas dan mortalitasnya masih 

tinggi di negara berkembang.  

• New emergent diseases : HIV/AIDS, Ebola  

• Reemergent diseases : MDR-TBC, Gonorhea (STDs) 

 

• Memiliki dampak yang besar 

 

 

1.4.9 berdasar   Penyebaran Karakteristik 

Manifestasi Klinik Penyakit Menular 

 

a). Lebih banyak tanpa gejala klinik yang jelas contohnya :  

tuberculosis dan poliomyelitis 

 

b). Lebih banyak dengan gejala klinik jelas contohnya:  

measles dan varicella 

 

c). Penyakit menular yang bersifat fatal yang 

umumnya berakhir dengan kematian contohnya : 

Rabies dan Tetanus neonatorum 

 

 

 

 

 

 

 

 

Istilah lain yang sering dipakai antara lain: Natural History of 

Disease, Natural Course of Disease, atau Natural History of Illness. 

Istilah natural history of disease yaitu   yang paling banyak digunakan. 

Menurut Rothmann (2008) studi riwayat alamiah penyakit bertujuan 

mengukur kondisi kesehatan (health outcome) yang akan diperoleh pada 

orang sakit jika tidak mendapatkan pengobatan yang signifikan bagi 

kesehatannya. sedang   Van de Broeck (2013) menyatakan studi 

pemaparan riwayat alamiah penyakit merupakan salah satu tujuan dari 

studi epidemiologi deskriptif, Istilah lain yang sering dipakai dalam istilah 

riwayat alamiah penyakit yaitu   antara lain: Natural History of Disease, 

Natural Course of Disease, atau Natural History of Illness. 

 

Manfaat riwayat alamiah penyakit yaitu untuk kepentingan 

diagnostik yang merupakan masa inkubasi penyakit dan masa 

penentuan jenis penyakit, untuk Pencegahan, mengetahui perjalanan 

penyakit mulai dari awal hingga terjangkitnya sehingga bisa 

mendapatkan solusi yang tepat untuk menghentikan penyebarannya 

dan untuk ekpentingan terapi, dengan mengetahui setiap fase dengan 

baik maka terapi yang diberikan akan berjalan dengan baik pula. 

 

Riwayat alamiah penyakit merupakan proses perkembangan 

suatu penyakit tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh 

manusia dengan sengaja dan terencana. (Hikmawati, 2011) 

Riwayat alamiah penyakit ini dibagi atas beberapa tahap yang 

dijelaskan pada gambar berikt ini : 

 

 

 

17  

 Bibit penyakit belum masuk tubuh  

Bibit penyakit belum     

masuk tubuh    

meninggal     

  Gejala penyakit tampak  

Telah terjadi interaksi    kronis 

antara penjamu  Horison klinis   

dengan bibit penyakit     

  Gejala penyakit tidak tampak 

Jika lingkungan 

   karier 

   

Sembuh menguntungkan bibit    

Bibit penyakit 

 

cacat penyakit, bibit penyakit  

akan memasuki tubuh     

    Sembuh 

    sempurna 

Pre-patogenesa Inkubasi Penyakit Penyakit Penyakit 

dini lanjut terhenti    

  

 

 

2.2 Tahapan/Periodisasi Riwayat Alamiah Penyakit 

 

Secara umum tahapan riwayat alamiah penyakit yaitu   sejak ada 

pajanan hingga penyakit sembuh, sakit, cacat, atau kambuh. Namun 

beberapa ahli menggunakan istilah yang berbeda-beda, dan pada 

beberapa penyakit memiliki kekhasan tersendiri. Last (2001) membagi 

riwayat alamiah penyakit ke dalam 3 tahap yaitu pathologic onset, 

presymptomatic stage, dan clinical stage. Sementara (Roht, 1982) 

membagi periode riwayat alamiah penyakit menjadi tiga, yakni 1) 

Interval waktu antara terjadinya pajanan oleh agen penyakit sampai 

timbulnya penyakit (incubation period); 2) Interval waktu antara 

timbulnya penyakit hingga diagnosis; dan 3) Interval waktu selama 

diagnosis hingga dilakukan terapi. Kebanyakan literatur mengikuti 

pembagian riwayat alamiah penyakit menurut CDC. (2012) membagi 

periode riwayat alamiah penyakit dalam empat tahapan, yakni: stage of 

susceptibility, stage of subclinical disease, stage of clinical disease, 

dan stage of recovery, disability or death. Gambar 1 menjelaskan 

proses perjalanan penyakit menurut CDC. 

  

Riwayat alamiah penyakit menular dapat bermanfaat dalam 

mennetukan jenis-jenis pencegahan mulai dari tahap pencegahan 

primer, sekunder dan tersier yang dihubungkan dengan setiap 

fase pada riwayat alamiah penyakit, hal ini dapat dijelaskan pada 

gambar berikut ini : 

 

 

 

2.3 Tahap Pre Patogenesis (Stage Of Susceptibility) 

 

Tahapan dimana terjadi interaksi antara host, bibit penyakit 

dan lingkungan. Interaksi di luar tubuh manusia. Pada keadaan 

ini penyakit belum teridentifikasi karena sistem imun masih kuat 

sehingga kondisi nya dinyatakan sehat. Tahap pre patogenesis 

disebut juga fase susceptibel atau stage of susceptibility atau 

tahap awal proses etiologis. Masa ini dimulai saat terjadinya 

stimulus penyakit sampai terjadi respon pada tubuh. Pada tahap 

ini mulai terjadinya interaksi antara Agen-Host-Environment. 

 

 

 

Pada kejadian penyakit menular/infeksi, mulai terjadi paparan atau 

exposure dengan agen penyakit namun agen belum masuk tubuh host. 

Pada riwayat alamiah penyakit individu yang tidak sehat, agen bisa masuk 

ke dalam tubuh. Paparan tersebtu dapat berupa mikroorganisme pemicu     

penyakit. Kejadian penyakit belum berkembang akan tetapi kondisi yang 

melatarbelakangi terjadinya penyakit atau faktor risiko penyakit telah ada. 

Pada tahap ini terjadi akumulasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan 

penyakit ke host yang rentan misalnya penyakit : 

 

• Hepatitis, faktor risiko kelelahan dan alkoholik sudah 

ada jauh sebelumnya  

• Penyakit Jantung Koroner (PJK), faktor risiko kolesterol tinggi  

(hypercholesterol)  

• Asbestosis, faktor risiko paparan asbestosis fiber  

• Lung cancer, faktor risiko zata-zat yang ada dalam asap rokok 

 

• Endometrial cancer, dipicu oleh hormon estrogen 

 

 

2.4 Masa Patogenesis (Stage Of Clinical Disease) 

 

Tahap ini dimulai sejak terjadinya perubahan patologis akibat 

paparan agen penyakit hingga penyakit menjadi sembuh, cacat, atau mati. 

Last (2001) membagi tahap ini menjadi tiga yaitu tahap pathologic onset, 

presymptomatic stage, dan clinical stage. CDC (2012) membagi masa 

prepatogenesis sebagai berikut: stage of subclincal disease, stage of 

clinical disease, dan stage of recovery, disability or death. Literatur lain 

membagi masa ini menjadi empat tahap yaitu masa inkubasi, penyakit 

dini, penyakit lanjut, dan akhir penyakit. 

 

2.4.1 Stage of Subclinical Disease (Fase subklinis/Asimtom) 

 

Tahap inkubasi merupakan tahapan masuknya bibit penyakit 

sampai sesaat sebelum timbulnya gejala. Pada tahap ini yang terjadi 

meliputi ; daya tahan tubuh tidak kuat, penyakit berjalan terus, terjadi 

gangguan pada bentuk fungsi tubuh dan penyakit makin bertambah hebat 

dan timbul gejala. Pada fase ini disebut juga asymptomatic stage; atau 

presymptomatic stage; atau fase preklinis; atau masa inkubasi/latensi; 

  

atau proses induksi dan promosi (empirical induction period). Riwayat 

Alamiah Penyakit. Tahap ini dimulai sejak timbulnya gejala-gejala/ tanda-

tanda pertama penyakit. Setelah proses penyakit dipicu oleh pajanan, akan 

terjadi perubahan paologis (pathological changes) pada individu yang 

tidak peduli terhadap kesehatannya. Pada penyakit infeksi, fase ini disebut 

juga masa inkubasi (incubation period), sedang   pada penyakit 

kronis/tidak menular disebut masa latensi (latency period). Selama periode 

ini, gejala penyakit tidak tampak (inapparent). Periode ini dapat 

berlangsung cepat dalam hitungan detik (pada keracunan dan kondisi 

alergi/hipersensitivitas), sampai berlangsung lama (pada pernyakit kronis). 

Bahkan terdapat variasi lama masa inkubasi pada hanya satu penyakit. 

Misalnya pada Hepatitis A sekitar 7 minggu. Pada leukemia pada korban 

bom atom Hiroshima, masa latensi bervariasi antara 2-12 tahun, dengan 

masa puncak 6-7 tahun. 

 

Meskipun penyakit tidak terlihat selama masa inkubasi, beberapa 

perubahan patologik dapat dideteksi dengan uji laboratorium, 

radiografi, atau metode skrining lainnya. Program skrining memang 

sebaiknya dijalankan pada periode inkubasi, karena akan lebih efektif 

bila penyakit berlanjut dan menunjukkan gejala. Periode dimana 

individu mampu menularkan penyakit yang dimulai sejak infeksi 

hingga terdeteksinya infeksi dengan pemeriksaan laboratorium disebut 

windows period. sedang   Waktu sejak penyakit terdeteksi oleh uji 

skrining (mis: laboratorium) hingga timbul manifestasi klinik disebut 

sojourn time atau detectable preclinic period. Periode waktu seorang 

penderita penyakit dapat menularkan penyakitnya disebut dengan 

infection period. Boslaugh (2008) menyebut tahap ini sebagai fase 

preklinis, yaitu fase dimana penyakit belum menunjukkan gejala, tetapi 

secara biologis sudah ada. Fase ini dimulai dengan timbulnya ciri 

biologis penyakit dan berakhir ketika individu mengalami gejala 

pertama. Sehingga pada fase ini sebenarnya sudah ada penyakit pada 

individu, tetapi tidak nampak gejala. Gerstmann (2013) membagi fase 

subklinis ke dalam masa induksi dan masa latensi. Masa induksi terjadi 

pada interval waktu antara saat agen Riwayat Alamiah Penyakit. 

 

 

 

 

Riwayat Alamiah Penyakit Menular 

Penyakit beraksi, sampai dengan host tak terelakkan terkena 

penyakit. sedang   masa latensi terjadi setelah host terkena 

penyakit namun belum menunjukkan tanda-tanda klinis. Selama 

masa latensi ini berbagai pemicu     dapat meningkat atau menurun 

selama proses terjadinya penyakit. Kombinasi antara masa induksi 

dan masa latensi ini disebut empirical induction period atau pada 

penyakit tidak menular disebut masa inkubasi multi kausal. 

 

Pada fase ini terdapat pula proses yang disebut proses promosi. 

Proses promosi yaitu   proses peningkatan keadaan patologis yang 

irreversibel dan asimtom, menjadi keadaan yang menimbulkan manifestasi 

klinis. Pada proses ini, agen penyakit akan meningkatkan aktivitasnya, 

masuk ke dalam tubuh, sehingga memicu  transformasi sel atau 

disfungsi sel, akhirnya menunjukkan gejala atau klinis. 

 

2.4.2 Stage of Clinical Disease (Fase Klinis) 

 

Pada tahap ini sudah muncul gejala penyakit, sudah merasa 

sakit, namun masih ringan penderita masih bsa melakukan aktivitas 

sehari-hati. Perawatannya cukup dengan obat jalan dan hindari 

penularan terhadap orang lain. Pada tahap ini disebut juga masa durasi; 

atau proses ekspresi penyakit; atau tahap penyakit dini. Perubahan-

perubahan yang terjadi pada jaringan tubuh telah cukup untuk 

memunculkan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit. Host sudah 

merasa sakit ringan, namun masih dapat melakukan aktivitas ringan. 

Fase ini dapat berlangsung secara akut (umumnya pada keracunan dan 

penyakit menular) atau kronis (umumnya pada penyakit tidak 

menular). Periode ini disebut juga masa durasi atau ekspresi, yaitu 

waktu yang dibutuhkan oeh suatu pajanan/paparan untuk mencapai 

dosis yang cukup untuk menimbulkan reaksi penyakit. Istilah ini 

umumnya dipakai pada penyakit menular. Hubungan antara durasi dan 

latensi penyakit menentukan tingkat akut/kronis suatu penyakit, 

sebagaimana digambarkan pada tabel berikut ini ; 

 

 

 


 

Dari tabel di atas terlihat bahwa penyakit sifilis (misalnya) 

membutuhkan masa latensi/inkubasi yang akut, dengan masa durasi 

yang kronik. Timbulnya gejala penyakit menandakan periode transisi 

dari fase subklinis ke penyakit klinis, sehingga pada fase ini biasanya 

mulai dilakukan diagnosis penyakit. Pada beberapa individu yang tidak 

rentan atau imun, fase klinis tidak terjadi. Sebaliknya, pada individu 

yang rentan dan tidak peduli, penyakit berkembang dari mulai ringan, 

sedang, berat, hingga fatal (disebut spectrum of disease). Pada 

akhirnya perkembangan penyakit menjadi sembuh, cacat, atau mati. 

 

Periode klinis (clinical stage atau severity of illness) yaitu   bagian 

dari riwayat alamiah penyakit, dimulai dari diagnosis hingga sembuh, 

sakit, atau cacat (Sackett et al, 1991 dalam Brownson & Petiti, 1998). 

 

2.5 Fase Sembuh, Sakit, atau Mati (Stage of 

Recovery, Disability, or Death) 

 

Pada tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak 

dapat melakukan pekerjaan dan jika berobat telah memerlukan 

perawatan. Pada tahap ini perjalanan penyakit akan berhenti dengan 

beberapa keadaan, yaitu sembuh sempurna, penderita dikatakan 

sempurna apabila keadaannya kembali seperti sebelum sakit, sembuh 

dengan cacat, Penderita sembuh tetapi tidak sempurna karena 

meninggalkan kecacatan baik fisik, sosial dan fungsional, Karier yaitu 

Penderita seolah-olah telah sembuh dan gejalanya hilang/tidak tampak 

 

tetapi didalam tubuh penderita terdapat bibit penyakit. Kondisi lainnya 

yaitu kronis penyakit penderita berhenti, gejala penyakit tidak berubah 

dan tidak bertambah berat kemungkinan akhir dari penyakit yaitu   

meninggal dunia, Penyakitnya berhenti dengan penderita meninggal 

dunia. Hal ini tidak diharapkan dalam perjalanan penyakit. 

 

Secara keseluruhan riwayat alamiah penyakit berbeda untuk 

setiap jenis penyakit, berikut ini beberapa jenis penyakit menular 

dengan riwayat alamiah masing-masing menurut CDC (2012) 

sebagai berikut : 



3.1 Pengertian Faktor Resiko 

 

Risk Factor atau Faktor Resiko yaitu   hal-hal atau variabel yang 

terkait dengan peningkatan suatu resiko dalam hal ini penyakit tertentu. 

Faktor resiko di sebut juga faktor penentu, yaitu menentukan berapa 

besar kemungkinan seorang yang sehat menjadi sakit. Faktor penentu 

kadang-kadang juga terkait dengan peningkatan dan penurunan resiko 

terserang sutu penyakit. Faktor resiko yaitu   salah satu bagian dari 

ilmu Epidemiologi pada penyakit menular di sebut etiologi sedang   

pada penyakit tidak menular di sebut faktor resiko. 

 

Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan, tanda atau gejala 

yang tampak pada seseorang atau populasi sebelum terserang suatu 

penyakit. Namun secara keilmuan, faktor resiko memiliki definisi 

tersendiri, yaitu karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit 

yang diderita individu yang mana secara statistic berhubungan dengan 

peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa individu lain pada 

suatu kelompok warga  ). Setiap faktor resiko memiliki korelasi tetapi 

korelasi tidak dapat membuktikan hukum sebab-akibat yang mungkin 

muncul. Metode statistik seringkali digunakan untuk menilai kekuatan 

sebuah asosiasi dan untuk memberikan bukti kausal 

 

, contoh yang paling sederhana yaitu   dalam studi tentang hubungan 

antara merokok dan kanker paru-paru. Analisis statistik bersama 

dengan pendekatan dalam bidang biologi dan medik dapat menetapkan 

faktor risiko pemicu    . Beberapa memilih term faktor risiko sebagai 

penentu pemicu     meningkatnya angka penyakit, meski kaitan ini 

belum terbukti disebut risiko, asosiasi, dan lain-lain. 

 

 

2

3.2 Jenis-Jenis Faktor resiko 

 

Secara umum, faktor resiko terbagi menjadi 2, yaitu: 

 

1). Faktor risiko yang tidak dapat di intervensi, antara lain: 

 

• Faktor genetik  

• Jenis kelamin  

• Usia 

 

2). Faktor risiko yang dapat di intervensi, antara lain: 

 

• Kebiasaan buruk,  

• gaya hidup,  

• pola makan  

• obesitas, dll 

 

Menentukan faktor resiko suatu penyakit memiliki beberapa 

kegunaan, diantaranya: 

 

• Untuk memprediksi, 

 

Faktor resiko dapat menbantu meramalkan kejadian 

penyakit, misalnya perokok berat mempunyai kemungkinan 

10 kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.  

• Untuk memperjelas pemicu      

Faktor resiko menbantu memberikan kejelasan atau 

beratnya faktor resiko dapat menjadikannya sebagai factor 

pemicu    .  

• Untuk mendiagnosa  

Faktor resiko dapat juga membantu proses diagnose penyakit. 

 

Setiap faktor resiko memiliki penanda resiko atau risk marker, yaitu 

suatu variabel yang secara kuantitatif berhubungan dengan penyakit. 

Kriteria faktor resiko menurut Austin Bradford Hill, (1965) dapat 

dikelompokan berdasar  ; Kekuatan hubungan, Temporal, Respon 

terhadap dosis, Reversibilitas, Konsistensi, Kelayakan biologis, 

Spesifisitas dan Analogi. Faktor resiko penyakit menular seperti yang 

sudah dijelaskan pada penjelasan mengenai konsep terjadinya penyakit, 

 

ada tiga faktor yang berpengaruh terhadapat terjadinya penyakit 

yaitu Host (Penjamu), Agent (pemicu    ), dan Environment 

(Lingkungan). Selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut ; 

 

3.3 Faktor resiko Pejamu (Host) 

 

Host yaitu   manusia atau mahluk hidup lainnya, faktor host 

yang berkaitan dengan terjadinya penyakit menular berupa umur, 

jenis kelamin, ras, etnik, anatomi tubuh,dan status gizi. Faktor 

manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit dan 

tergantung pada karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing 

individu. Karakteristik ini   antara lain: 

 

a}. Umur 

 

memicu  adanya perbedaan penyakit yang diderita 

seperti penyakit campak pada anak-anak, penyakit kanker pada 

usia pertengahan dan penyakit aterosklerosis pada usia lanjut. 

 

b}. Jenis Kelamin 

 

Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan 

pada wanita dan penyakit tertentu seperti penyakit pada kehamilan 

serta persalinan hanya terjadi pada wanita sebagaimana halnya 

penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki. 

 

c}. Ras 

 

Hubungan antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, 

adat istiadat dan perkembangan kebudayaan. Terdapat penyakit 

tertentu yang hanya dijumpai pada ras tertentu seperti fickle cell 

anemia pada ras Negro. 

 

d}. Genetik 

 

Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter seperti 

mongolisme, fenilketonuria, buta warna, hemofilia dan lain-lain. 

 

 

 

e}. Pekerjaan 

 

Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan 

penyakit akibat pekerjaan seperti keracunan, kecelakaan kerja, 

silikosis, asbestosis dan lainnya. 

 

f}. Status Nutrisi 

 

Gizi yang buruk mempermudah sesorang menderita 

penyakit infeksi seperti TBC dan kelainan gizi seperti obesitas, 

kolesterol tinggi dan lainnya. 

 

g}. Status Kekebalan 

 

Reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status 

kekebalan yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap 

penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup. contoh : campak 

 

h}. Adat-Istiadat 

 

Ada beberapa adat-istiadat yang dapat menimbulkan 

penyakit seperti kebiasaan makan ikan mentah dapat 

memicu  penyakit cacing hati. 

 

i}. Gaya hidup 

 

Kebiasaan minum alkohol, narkoba dan merokok dapat 

menimbulkan gangguan pada kesehatan. 

 

j}. Psikis 

 

Faktor kejiwaan seperti emosional, stres dapat 

memicu  terjadinya penyakit hipertensi, ulkus peptikum, 

depresi, insomnia dan lainnya. 

 

3.4 Faktor Resiko Bibit Penyakit (Agent) 

 

Agent (pemicu    ) yaitu   unsur organisme hidup, atau kuman 

infeksi, yang memicu  terjadinya suatu penyakit. beberapa 

penyakit agen merupakan pemicu     tunggal (single) misalnya pada 

penyakit menular, sedang   pada penyakit tidak menular biasanya 

 

 

 

terdiri dari beberapa agen contohnya pada penyakit kanker. 

Berikit ini yang termasuk kedalam faktor agen : 

 

a}. Faktor Nutrtisi : Bisa dalam bentuk kelebihan gizi, misalnya 

tinggi kolesterol, atau kekurangan gizi baik itu protein, 

lemak atau vitamin. 

b}. pemicu     Kimiawi : Misalnya zat-zat beracun (karbon 

monoksida), asbes, kobalt, atau allergen 

c.} pemicu     Fisik : Misalnya radiasi dan trauma mekanik 

(pukulan, tabrakan) 

 

d}. pemicu     Biologis 

 

• Metazoa : cacing tambang, cacing gelang, cshistosoma, 

 

• Protozoa : Amoeba, malaria  

• Bakteri : Siphilis, typhoid, pneumonia syphilis, tuberculosis, 

 

• Fungi (jamur) : Histosplasmosis, taenea pedis  

• Rickettsia : Rocky Mountain spot fever  

• Virus : Cacar, campak, poliomyelitis 

 

 

3.5 Faktor Resiko Lingkungan (Environment) 

 

Lingkungan yaitu   faktor luar dari individu yang tergolong 

faktor lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua 

bagian, yaitu lingkungan hidup internal berupa keadaan yang 

dinamis dan seimbang yang disebut hemostasis, dan lingkungan 

hidup eksternal di luar tubuh manusia. Lingkungan hidup 

eksternal ini terdiri dan tiga komponen yaitu: 

 

a}. Lingkungan Fisik 

 

Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, 

makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik 

ini berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan 

masa, serta memegang peran penting dalam proses terjadinya penyakit 

pada warga  , seperti kekurangan persediaan air bersih terutama 

pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare. 

 

 

b}. Lingkungan biologis 

 

Bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, 

hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang 

dapat berfungsi sebagai agen penyakit, reservoar infeksi, vektor 

penyakit atau pejamu (host) intermediate. Hubungan manusia 

dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bila terjadi 

ketidakseimbangan antara hubungan manusia dengan lingkungan 

biologis maka manusia akan menjadi sakit. 

 

c}. Lingkungan sosial 

 

Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, 

sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan 

kewarga  an, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi 

oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, 

pers, seni, literatur, cerita, lagu dan sebagainya. Bila manusia tidak 

dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan 

terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik 

seperti stres, insomnia, depresi dan lainnya. 

 

Agent atau pemicu     penyakit yaitu   unsur organisme hidup, atau kuman 

infeksi, yang memicu  terjadinya suatu penyakit.  

Beberapa penyakit agen merupakan pemicu     tunggal (single) 

misalnya pada penyakit menular, sedang   pada penyakit tidak 

menular biasanya terdiri atas beberapa agen (multi causa). Dalam 

penyakit menular secara umum agent pemicu     penyakit terdiri atas 

3 unsur yaitu agent fisik, kimia dan biologis, selengkapnya ketiga 

agent pemicu     penyakit ini   dijelaskan sebagai berikut: 

 

4.1 Agent Fisik 

 

Agent fisik yaitu   agent penyakit yang dapat memicu  

cedera atau penyakit karena pengaruh seperti contohnya antara 

lain : trauma, radiasi, kebisingan, dan suhu. Berikut ini akan 

dibahas contoh-contoh dari agent fisik. 

 

a) Trauma  

Istilah “trauma” diambil dari kata Greek untuk menunjukkan 

“luka”. Secara sederhana trauma bermakna luka atau kekagetan 

(shock). Dalam artian psikologis trauma mengacu pada pengalaman-

pengalaman emosional yang mengejutkan, menyakitkan dan membawa 

dampak serius tidak jarang untuk jangka waktu yang lama. Secara garis 

besar ada beberapa macam trauma, yakni: 

 

Trauma ginjal 

 

Trauma ginjal sering memicu  luka pada ginjal, misalnya 

karena kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh atau trauma pada 

saat berolahraga. Kerusakan yang terjadi bervariasi. Cedera ringan 

 

31  

memicu  hematuria yang hanya dapat diketahui dengan 

pemeriksaan mikroskopis. sedang   cedera berat bias 

memicu  hematuria yang tampak sebagai air kemih yang 

berwarna kemerahan. Biasanya, jika terdiagnosis dan diobati 

secara tepat dan cepat, maka sebagian besar trauma ginjal 

memiliki prognosis (perjalanan penyakit) yang baik. 

 

Trauma Lahir 

 

Trauma lahir yaitu   trauma png diteri pada proses kelahiran. 

Trauma dapat terjadi sebagai akibat keterampilan atau medic yang 

tidak pantas atau yang tidak mengadai sama sekali, atau dapat 

terjadi meskipun telah mendapat perawatan kebidanan yang 

terampil dan kompoten serta sama sekali tidak ada kaitannya 

dengantindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. 

 

Trauma mata 

 

Trauma mata yaitu   tindakan sengaja maupun tidak sengaja yang 

menimbulkan luka pada mata.Trauma mata kasus gawat darurat mata. 

Dan dapat juga sebagai kasus polisi. Luka yang ditimbulkan dapat 

ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan 

mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan luka atau trauma mata. 

 

b) Radiasi  

Radiasi yaitu   pemancaran dan perambatan gelombang yang 

membawa tenaga melalui ruang atau antara, missal pemacaran dan 

perambatan gelombang, elektro magnetik, gelombang bunyi, 

gelombang lenting, penyiaran. Dengan demikian dapat dikatan 

bahwa radiasi bukan hanya radisi nuklir, tetai juga radiasi lain 

seperti gelombang radio, pancaran sinar, dan lain-lain. Banyak orng 

beranggapan bahwa radiasi hanya terkait dengan reactor nuklir atau 

bom nuklir yang tidak banyak di ketahui sesungguhnya yaitu   

bahwa ala mini juga merupakan pemancar radiasi.  

Radiasi yang dipancarkan alam dapat di kelompokan menjadi 

tiga jenis yaitu radiasi kosmik, radiasi terrestrial dan radiasi internal. 

Radiasi kosmik berasal dari sumber radiasi yang berada pada benda 

  

langit dalam tata surya dalam bentuk partikel berenergi tinggi (sinar 

kosmik) dan sumber radiasi yang berasal dari unsure radioaktif di 

dalam kerak bumi yang terbentyuk sejak terjadinya bumi. 

 

Radiasi Ultra violet 

 

Sinar matahari merupakan sumber energi bagi seluruh kehidupan 

di dunia, namun sinar matahari dengan spektrum antara 400-200 nm 

berbahaya bagi kulit manusia. Sinar ini kita kenal dengn nama sinar 

ultra violet (UV), sinar UV C yang sangat berbahaya tidak mencapai 

permukaan bumi karena terserap oleh molekul-molekul gas di 

atmosfer. sedang   sinar UV dengan spectrum yang lebih panjang, 

yaitu UV A dan UV B, dapat menembus atmosfir dan mencapai 

permukaan bumi tertutup awan. Oleh sebab itu kita akan tetap 

terekspos sinar UV meskipun cuaca berawan atau mendung. 

 

Radiasi dari tindakan medis 

 

Radiasi dari tindakan medis merupakan radiasi yang berasal dari 

sumber buatan manusia, jadi sesungguhnya bukan merupakan radiasi 

dari alam. Dalam bidang kedokteran radiasi digunakan sebagai alat 

pemeriksaan (diagnosis) maupun penyembuhan (terapi). Pesawat sinar 

X atau Reontgen merupakan alat diagnosis yang paling banyak dikenal 

dan dosis radiasi yang diterima dari yang Reontgen merupakan dosis 

tunggal (sekaligus) terbesar yang diterima dari radiasi buatan manusia. 

 

Dalam sekali penyinaran sinar X ke dada, seseorang dapat 

menerima dosis radiasi total sejumlah 35- 90 hari jumlah radiasi 

yang di terima dari alam. Penyinaran sinar X untuk pemeriksaan 

gigi memberikan dosis total kira-kira 3 hari jumlah radiasi yang 

di terima dari alam. 

 

Radiasi reactor nuklir 

 

Banyak orang beranggapa bahwa tinggal disekitar pembangkit 

listrik tenaga tenaga nuklir akan memicu  terkena radiasi yang 

tinggi. Meskipun di dalam reactor terdapat banyak sekali unsure 

radioaktif, tetapi system keselamatan reactor membuat jumlah lepasan 

radiasi ke lingkungan sangat kecil.Dalam kondisi normal, seseorang 

yang tinggal di radius 1-6 km dari reactor menerima radiasi tambahan 

 

Agent Penyakit Menular 

tak lebih dari 0,005 milisievert per tahun. Nilai ini jauh lebih kecil 

daripada yang di terima dari alam (kira-kira 2 milisiever per tahun). 

 

c) Kebisingan  

Bunyi yaitu   sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam 

kehidupan sehari-hari. Namun sering bunyi-bunyi ini   

merupakan bagian dari kerja kita tetapi tidak kita inginkan. 

Kebisingan mempengaruhi kesehatan, dari hasil penelitian 

diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising 

dan mempengaruhi kesehatan (pendengaran) yaitu   diatas 60 Hz. 

 

d) Gangguan Suhu :  

Agent fisik dalam bentuk suhu lingkungan dapat 

menpengaruhi organ tubuh yang mengakibatkan : 

 

Demam 

 

Demam dapat terjadi karena mekanisme pengeluaran panas 

tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran 

kelebihan produksi panas, yang mengakibatkan peningkatan suhu 

tubuh abnormal.Demam biasanya tidak berbahaya jika berada pada 

suhu di bawah 39°C. Davis dan Lentz (1989) merekomendasikan 

untuk menentukan demam berdasar   beberapa pembacaan suhu 

dalam waktu yang berbeda pada satu hari dibandingkan dengan 

suhu normal orang ini   pada waktu yang sama, di samping 

terhadap tanda vital dan gejala infeksi. 

 

Kelelahan Akibat Panas 

 

Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak 

mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. 

Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala 

kurang volume cairan yaitu   hal yang umum selama kelelahan akibat 

panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke lingkungan yang 

lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. 

 

 

  

Hipertermia 

 

Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan 

tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan 

produksi panas yaitu   hipertermia. Setiap penyakit atau trauma 

pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran 

panas. Hipertermia malignan yaitu   kondisi bawaan tidak dapat 

mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan 

menggunakan obat-obatan anastetik tertentu. 

 

Hipotermia 

 

Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap 

dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi 

panas, mengakibatakan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan 

melalui pengukuran suhu inti: 

 

a. Ringan: 33°C-36°C  

b. Sedang: 30°C-33°C  

c. Berat: 27°C-30°C  

d. Sangat berat: <30°C 

 

Heat Cramps 

 

Heat cramps, yaitu   kondisi mengancam jiwa dimana suhu 

tubuh mencapai lebih dari 400C atau lebih. Heat stroke dapat 

disebabkan karena kenaikan suhu lingkungan, atau aktivitas yang dapat 

meningkatkan suhu tubuh. Dengan tanda dan gejala sebagai berikut: 

 

a. Tidak berkeringat. Jika head stroke disebabkan oleh suhu 

lingkungan yang sangat panas, maka kulit cenderung terasa 

panas dan kering. 

b. Kemerahan pada kulit. 

 

c. Gejala saraf lain, misalnya kejang, tidak sadar, halusinasi. 

 

Heat Exhaustion 

 

Heat exchaustion, yaitu   kelelahan karena panas, yakni suatu 

keadaan yang terjadi akibat terkena panas selama berjam-jam, dimana 

hilangnya banyak cairan karena berkeringat memicu  kelelahan, 

 

Agent Penyakit Menular 35 

tekanan darah rendah dan kadang pingsan. Dengan tanda dan 

gejala sebagai berikut : 

 

a. Kecemasan yang meningkat, serta badan basah kuyup 

karena keringat. 

b. Kulit menjadi dingin, pucat, dan lembab,  

c. Penderita menjadi linglung / bingung hingga terkadang pingsan. 

 

Heat Stroke 

 

Heat stroke,yaitu   suatu keadaan yang bias berakibat fatal, 

yang terjadi akibat terpapar panas dalam waktu yang sangat 

lama, dimana penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang 

cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Jika tidak segera 

diobati, bias memicu  kerusakan yang permanent atau 

kematian. Dengan tanda dan gejala sebagai berikut : 

 

a. Sakit kepala, perasaan berputas (vertigo).  

b. Denyut jantung meningkat dan bias mencapai 160-180 kali/ 

menit (normal 60-100 kali/menit). 

c. Suhu tubuh meningkat sampai 400-410C, memicu  

perasaan seperti terbakar. 

 

4.2 Agen Kimia 

 

Agent kimia di devinisikan sebagai zat-zat kimia yang berada di 

lingkungan yang dapat memberikan efek kepada manusia. Baik efek 

menguntungkan (Eugenik) maupun merugikan (Disgenik). Di udara 

bebas terdapat beberapa agent kimia yang berpengaruh pada system 

pernafasan, kulit, selaput lender dan sistemik (pembuluh darah) yaitu : 

 

a) Karbon Monoksida (CO)  

Sifat 

 

 

gas, tidak berwarna dan tidak berbau. 

 

Sumber 

 

 

pembakaran yang tidak sempurna (80% 

kenderaan bermotor). 

 

 

 

 

Efek : pusing, disorientasi, sangguan system syaraf 

pusat, par, jantung, 

pingsan (250 ppm) dan dapat meninggal (750 ppm). 

 

b) Sulfur Dioxida (SO2)  

Sifat :  gas tidak berwana, iritan kuat. 

Sumber : gunung berapi, pembusukan, batubara dan buangan 

  industri. 

Efek : iritasi kuat terhadap kulit, selaput lendir, dan 

  peradangan. 

 

c) Nitrogen Oxida (NO)  

Sifat : gas yang beracun. 

Sumber : pembakaran dan kenderaan bemotor (50%). 

Efek : radang paru-paru, bronchioli tis fibrosis obliterans 

  dan meninggal (500ppm). 

 

d) Hidrokarbon (CH2O)  

Sifat :  gas beracun dan karsinogenik. 

Sumber : kenderaan bermotor, tanaman. 

Efek : tergantung reaksi fotokimianya dan beresiko 

  menimbulkan kanker tinggi.  

Di lingkungan air terdapat beberapa agent kimia yang 

paling sering ada, yaitu di antaranya: 

 

e) Air Raksa (Hg)  

Sifat :  metal, menguap pada temperatur kamar dan Racun 

  sistemik (hati, ginjal, limpa, tulang). 

Sumber : industri (amalgam, perhiasan). 

Efek : gejala ssp (tremor, pikun,insomnia) pemicu     

  penyakit minamata. 

 

f) Cadmium (Cd)  

Sifat : metal, kristal putih keperakan, lunak.   

Sumber : industri, pestisida.   

  

Agent Penyakit Menular 

 

37    

Efek : hati, ginjal, paru-paru,tulang, Otot polos, 

hipertensi, sakit pinggang sampai perlunakan 

tulang, kematian karena gagal jantung. 

 

g) Cobalt (Co) 

 

Sifat 

 

 

metal, warna biru cerah,tahan oksidasi da 

magnetik yang baik. 

Sumber : pabrik elektronik, bir. 

 

Efek 

 

 

sesak napas, batuk, edema,kelesuan, shock 

gondok, polisitemia (bersama vit.b12), 

hipertensi, Kematian karena gagal jantung. 

 

h) Arsen (As)  

Sifat :  metal, mudah patah, warna keperakan dan sangat 

  toksis. 

Sumber : alam, pabrik. 

Efek : muntaber (darah), ginjal, kanker kulit, alergi, dan 

  kematian. 

 

i) Dichloro-diphenil-trichloroethane (DDT)  

Sifat : persisten, mudah terakumulasi. 

Sumber : pestisida. 

Efek :  pusing, mual, tremor, konvulsi, rusak hati, ssp, 

  ginjal dan menghambat enzim asetil kolin esterase 

  terutama di otot rangka. 

 

Berikut yaitu   contoh zat-zat kimia sebagai bahan makanan 

tambahan atau aditif yang bersifat beracun yang sering kita 

jumpai dalam kehidupan sehari-hari : 

 

j) Sakarin (Saccharin)  

Sakarin yaitu   bubuk Kristal putih, tiak berbau dan snagat 

manis, kira-kira 550 kali lebih manis dari pada gula biasa. Oleh 

karena itu ia sangat popular di pakai sebagai bahan pengganti gula. 

 

 

 

Tikus-tikus percobaan yang di beri makan 5% sakarin 

selama lebih dari 2 tahun, menunjukan kanker mukosa kandung 

kemih (dosisnya kira-kira setara 175 gram sakarin sehari untuk 

orang dewasa seumur hidup). 

Sekalipun hasil penelitian ini masih controversial, namun 

kebanyakan para epidemiolog dan peneliti berpendapat, skarin 

memenag meningkatkan derajat kejadian kanker kandung kemih 

pada usia kira-kira 60 lebih tinggi dari pada pemakai. Khususnya 

pada kaum laki-laki. Foof and drug administration (FDA) 

Amerika menganjurkan untuk membatasi penggunakaan sakarin 

hanya bagi pada penderita kencing manis dan obesitas. Dosisnya 

agar tidak melampaui 1 gram setiap hari. 

 

k) Siklamat (Cyclamate)  

Siklamat yaitu   bubuk Kristal putih, tidak berbau dan kira-

kira 30 kali manis dari pada gula tebu (dengan kadar siklamat 

kira-kira 0.7 %). Bilamana kadar larutan dinaikkan sampai 

dengan 0.5 %, maka akan terasa getir dan pahit. 

Siklamat dengan kadar 200 mg/ml dalam medium biakkan 

sel leukosit dan monolayer manusia (in vitro) dapat 

mengakibatkan kromosom sel-sel ini   pecah. Tetapi hewan 

percobaan yang di beri siklamat untuk makanan dan minuman 

sudah dilarang, demikian pula di beberapa Negara Eropa dan AS. 

 

l) Nitrosamin  

sodium nitrit yaitu   bahan Kristal yang tak berwarna atau sedikit 

semu kuning. Ia dapat berbentuk seperti bubuk, butir- butir atau 

bongkahan dan tidak berbau. Garam ini sangat di gemari, antara lain 

untuk mempertahankan warna asli daging serta memberikan aroma 

yang khas seperti sosis, keju, kornet, dendeng, ham, dan lain-lain. 

 

Untuk pembuatan keju di anjurkan supaya kandungan sodium 

nitrit tidak melampaui 50 ppm, sedang   bahan pengawet daging dan 

pemberi aroma yang khas bervariasi antara 150-500 ppm. Sodium nitrit 

yaitu   precursor dari nitrosamines, dan nitrosammnes sudah di 

buktikan bersifat karsinogenik pada berbagai jenis hewan percobaan. 

 

Agent Penyakit Menular 39 

Oleh karena itu. Pemakaian sodium nitrit harus hati-hati 

dan tidak boleh melampaui 500 ppm. Makana bayi sama sekali 

dilarang mengandung sodium nitrit. 

 

m) Zat Pewarna Sintesis  

Dari hasil pengamatan di pasar-pasar di temukan lima zat 

pewarna sintesis yang paling banyak di gemari di Indonesia yaitu   

warna merah, kuning, jingga, hijau dan coklat. Dua dari lima zat 

pewarna tersebt yaitu merah dan kuning yaitu   Rhodaminc-B dan 

metanil yellow. Kedua zat pewarna ini termasuk golongan zat 

pewarna industry untuk mewarnai kertas. Tekstil, cat, dan 

sebgainya dan bukan untuk makanan dan minuman. 

 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kedua zat 

warna ini   kepada tikus dan manit mengakibatkan limfoma. 

Selain itu, boraks juga merupakan zat pewarna favorit yang 

sering di gunakan oleh produsen makanan. 

 

n) Monosodium Glutamat (MSG)  

Monosodium glutamate (MSG) atau vetsin yaitu   penyedap 

masakan dan sangat popular di kalangan para ibu rumah tangga, 

warung nasi, dan rumah makan. Hamper setia jenis makanan 

masa kini mulai dari cemilan untuk anak anak seperti chiki dan 

sejenisnya, mie bakso, maksakan cina sampai makanan 

tradisional sayur asam, lodeh dan bahkan sebagian masakan 

padang sudah di bubuhi MSG atau Vetsin.  

Pada hewan percobaan, MSG dapat memicu  degenerasi dan 

nekrosisi sel-sel neutron, degenerasi dan nekroisi sel-sel saraf lapisan 

dalam retina, memicu  mutasi sel, mengakibatkan kanker kolon 

dan hati, kanker ginjal, kanker otak, dan merusak jaringan lemak. 

 

4.3 Zat-Zat Toksik Yang Larut dalam Air 

 

Zat-zat kimia yang larut dalam air yang dapat mengganggu 

bahkan membahayakan kesehatan manusia antara lain: 

 

 

 

a) Arsen  

Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air 

0,05 mg/l. di kenal sebagai racun :chronic effect, bersifat 

karsinogenik dengan melalui makanan (food intake) 

 

b) Barium  

Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air 1,5 

mg/l. di kenal sebagai bahan kimia bersifat toxis terhadap 

hati, aliran darah dan nervous. 

 

c) Cadmium  

Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air 0,01 

mg/l. sebagai racun yang akut bagi manusia melalui makanan. 

 

d) Chromium  

Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air 

0,05 mg/1. Karsinogenik pada pernafasan. Bersifat 

komulatif dalam daging tikus pada kadar mg/1. 

 

e) Lead (timah hitam)  

Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air 

0,05 mg/1. Di kenal sebagai racun dengan melalui 

makanan, air, udara dan menghisap rokok. 

 

f ) Mercury (Air Raksa)  

Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air 

minum 0,002 mg/1. Di kenal sebagai rajun pada pekerja 

dan ikan. Terdapat dalam air alam kurang dari 1 mg/1. 

Terdapat dalam makanan 10-70. 

 

g) Nitrate (Nitrat)  

Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air 

minum 10 mg/1. Air sumur dengan kandungan 15-250 

mg/1 memicu  methemogloinemia pada bayi yang di 

sebabkan karena susu yang di campur dengan air ini  . 

 

 

 

h) Selenium  

Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air 

minum 0,05. Di kenal sebagai racun yang berhubungan 

dengan pekerjaan dan memicu  keracunan pada anak 

bila lebih dari 3-4 mg/ kg makanan masuk. 

 

i) Silver (Perak)  

Kadar maksimum yang masih di perbolehkan dalam air 

minum 0,005 mg/1. Dapat memicu  penyakit argria, 

warna kulit yang kelabu kebiru-biruan. 

 

j) Sulfate  

Konsentrasi maksimum yangmasih di perbolehkan dalam 

air 20 mg/1. memicu  laxative apabila kadarnya 

berupa magnesium dan sodium. 

 

k) Besi  

Konsentrasi maksimum yang masih di perbolehkan dalam 

air 0,3 mg/1. Besi berguna untuk metabolism tubuh 

manusia. Nilai ambang rasa 2 mg/1, menimbulkan warna, 

memicu  timbulnya koloid yang berwarna dalam air. 

 

l) Tembaga  

Konsentrasi maksimum yang di perbolehkan dalam air 1 

mg/1. Penting untuk metabolism, memicu  air 

mempunyai rasa tertentu. Nilai ambang rasa 1-5 mg/1. 

 

m) Chlorida  

Konsentrasi maksimum yang di perbolehkan dalam air 250 

mg/1. Kadar yang berlebihan memicu  air menjadi 

asin rasanya. Rasa asin akan bertambah akibat adanya 

limbah yang mencemari air. 

 

  

n) Fluor  

Kekurangan fluor dalam air dapat memicu  caries gigi 

dan kelebihan fluor memicu  penyakit fluoresis. Kadar 

di dalam air minimum 1- mg/1. 

 

4.4 Agen Biologis 

 

Agent biologis ialah agent yang berasal dari makhluk, seperti 

parasit, virus, bakteri, jamur, dan protoza.Agen biologi yaitu   

mikroorganisme yang dapat memicu  penyakit pada tanaman, 

hewan, atau tumbuhan, atau memicu  kerusakan material. 

 

Agent biologi terdiri dari mikroorganisme (virus, bakteri, dan 

jamur) dan organisme uniselular dan multiselular lainnya seperti 

parasit beserta racun yang dihasilkannya. Agent biologi mampu 

mempengaruhi kondisi kesehatan manusia dalam berbagai cara, dari 

reaksi alergi yang umumnya ringan sampai kepada kondisi yang serius 

bahkan kematian. Agent biologi dapat di temukan di air, tanah, 

tumbuhan, dan hewan. Adapun identifikasi agent biologi ini yakni: 

 

a. Parasit  

Beberapa parasit ada dalam feses (kotoran) hewan dan dapat 

memicu  infeksi jika makanan yang tercemar oleh kotoran 

yang mengandung parasit termakan, dicerna dan diserap oleh tubuh. 

Parasit terbagi atas dua yaitu protozoa dan cacing. Berikut beberapa 

contoh penyakit yang disebabkan parasit dan cacing: 

 

1). Ascarislumbricroises memicu  penyakit askarisis, yaitu 

penyakit yang dapat memicu  seseorang menderita kurang gizi 

karena makanan yang masuk diserap oleh Ascarislumbricroises. 

Telur cacing ini hidup di dalam rongga usus manusia. Telur ini 

dapat menetas diusus, kemudian berkembang jadi larva menembus 

dinding usus, lalu masuk ke paru-paru. Masuknya larva ke paru-paru 

manusia disebut terinfeksi sindroma loeffler. 

 

2). Penyakit malaria yaitu   penyakit infeksi yang disebabkan oleh 

protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium, dimana 

 

Agent Penyakit Menular 43 

proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Tanda 

dan gejala penyakit malaria masa tunas/inkubasi penyakit ini 

dapat beberapa hari sampai beberapa bulan yang kemudian 

munculah tanda dan gejala seperti demam,hati dan limfa 

membesar, air seni tampak keruh/pekat karena mengandung 

hemoglobin, nyeri persendian, dan gejala lainnya. 

 

3). Protozoa yang hidup dalam darah dan jaringan manusia mencakup 

berbagai jenis yaitu Trypanosoma sp., Leishmania sp., Plassmodium 

sp., dan Toksoplasma gondii. Patologinya memicu  pecahnya 

eritrosit, reaksi humoral kelemahan limfa, hati, ginjal, dan gangguan 

peredaran darah. Gejala klinis ialah serangan demam yang 

intermitten dan pembesaran limfa, pencegahan mencakup 

pengurangan sumber infeksi, pengendalian nyamuk malaria. 

Pengobatan meliputi penghancuran parasit praeritrositik dan 

represif, obat penyembuh dan obat radikal untuk eksoeritrositik, 

gametositik, dan gametastatik. 

 

b. Virus  

Contoh-contoh penyakit yang disebabkan oeh virus: 

 

1). Rabies, atau disebut juga penyakit anjing gila merupakan 

penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus yang 

menyerang susunan saraf dan dapat ditularkan melalui 

gigitan satwa. Gejala yang ditimbulkan bila terinfeksi 

rabies pertama-tama yaitu   tingkh laku yang abnormal dan 

sangat sensitif (mudah marah), kelumpuhan dan kekejangan 

pada anggota gerak. Penderita akan mati karena kesulitan 

bernafas dan menelan dalam kurun waktu 2 – 10 hari.  

2). Herpes, memiliki gejala awal yaitu adanya pelepuhan kulit 

diseluruh tubuh. Virus ini dapat memicu  kematian 

bagi bangsa primata. Manusia dapat tertular dari gigitan 

atau cakaran satwa yang mengandung virus ini  . 

Penderita ini akan mengalami dehidrasi akibat pelepuhan 

kulit yang kemudian memicu  kematian. 

 

  

c. Bakteri  

Berikut beberapa contoh penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri: 

 

1). Salmonellosis, disebabkan oleh bakteri Salmonella yang 

masuk ke tubuh penderita melalui makanan yang tercemar 

bakteri ini yang kemudian akan memicu  peradangan 

pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus. 

Akibatnya pendrita akan mengalami diare karena tidak 

dapat terserap dengan baik hingga penderita akan tampak 

lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan bakteri ini 

memicu  kerusakan otak, organ reproduksi wanita, 

bahkan yang sedang hail dapat mengalami keguguran.  

2). Vibrio cholerae, merupakan bakteri yang dapat memicu  

penyakit kolera asiatica. Gejalanya dapat berupa nausea, 

muntah, diare, dan kejang perut. Keadaan ini dapat 

memicu  kejang kematian dalam beberapa jam sampai 

beberapa hari dari permulaan sakit. Cara penularan melalui 

makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri ini. 

 

d. Jamur  

Jamur dapat memicu  penyakit yang cukup parah bagi 

manusia. Penyakit ini   antara lain mikosis yang langsung 

menyerang kulit, mikotoksitosis akibat mengonsumsi toksin dari 

jamur yang ada dalam produk makanan, jamur itu kemudian 

melepaskan toksin yang dapat menimbulkan peradangan dan 

iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa bercak – 

bercak putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk asimetris. 

 

 

 

 

Epidemiologi sebagai suatu ilmu mengalami perkembangan dari 

waktu kewaktu. Perkembangan itu dilatar belakangi oleh perubahan 

dari berbagai aspek terhadap lingkungan hidup yang kemudian 

berimplikasi kepada perubahan masalah kesehatan warga   

antara lain perubahan pola penyakit. Pada awalnya epidemiologi 

lebih banyak  menbahas masalah infeksi dan wabah penyakit namun 

dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit kearah penyakit 

tidak menular dan epidemiologi tidak hanya diperhadapkan dengan 

masalah penyakit semata, tetapi juga hal-hal lain baik yang 

berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan penyakit serta 

masalah non kesehatan. Disamping itu dampak dari perkembangan 

ilmu pengetahuan dibidang kedokteran berkembang begitu pesat 

disamping perkembangan ilmu-ilmu lainnya seperti biostatistik, 

administrasi, dan ilmu perilaku (behavior science) berdampak pada  

perkembangan epidemiologi penyakit menular. 

 

Proses perubahan dan perkembangan diatas secara langsung 

mempengaruhi pola pikir para ahli kesehatan warga   dari masa 

kemasa yang kemudian melahirkan teori terjadinya penyakit menular 

yang di landasi oleh kondisi zaman dimana mereka berada pada saat 

itu. Teori ini   selengkapnya dijelaskan sebagai barikut ; 

 

5.1 Teori segitiga (Triangle Theory) 

 

Menurut John Gordon dan La Richt (1950), model ini 

menggambarkan interaksi tiga komponen pemicu     penyakit, yaitu 

manusia (host), pemicu     (Agent), dan lingkungan (environment). 

 

 

 

Gordon berpendapat bahwa : 

 

1) Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent 

(pemicu    ) dan manusia (host). 

2) Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan 

karakteristik agent dan host (baik individu/kelompok). 

3) Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, 

dalam interaksi ini   akan berhubungan langsung pada 

keadaan alami dari lingkungan (lingkungan fisik, sosial, 

ekonomi, dan biologis). 

 

Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan 

perlunya analisis dan pemahaman masing-masing komponen. 

Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara 

ketiga komponen ini  . Model ini lebih di kenal dengan 

model triangle epidemiologi atau triad epidemologi, dan cocok 

unutk menerangka pemicu     penyakit infeksi. Sebab peran Agent 

(mikroba) mudah diisolasi dengan jelas dari lingkungannya.  

Menurut model ini perubahan salah satu komponen akan 

mengubah keseimbangan interaksi ketiga komponen yang 

akhirnya berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit. 

Hubungan antara ketiga komponen ini   digambarkan seperti 

tuas pada timbangan. Host dan Agent berada di ujung masing-

masing tuas, sedang   environment sebagai penumpunya. 

 

  

5.2 Jaring-Jaring Sebab Akibat (The Web Of Causation) 

 

Teori jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac 

Mohan dan Pugh (1970). Teori ini sering disebut juga sebagai 

konsep multi factorial. Dimana teori ini menekankan bahwa suatu 

penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai faktor. Misalnya faktor 

interaksi lingkungan yang berupa faktor biologis, kimiawi dan 

sosial memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit. 

 

Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan 

mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah 

atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Menurut model ini, 

suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri 

melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. 

Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau 

dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik. Model 

ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan 

gaya hidup individu. (azwar, 1998) Contoh: Jaringan sebab akibat yang 

mendasari penyakit jantung koroner (PJK) dimana banyak faktor yang 

merupakan menghambat atau meningkatkan perkembangan penyakit. 

Beberapa dari faktor ini instrinsik pada pejamu dan tetap (umpama 

LDL genotip), yang lain seperti komponen makanan, perokok, 

inaktifasi fisik, gaya hidup dapat dimanipulasi. 

 

5.3 Teori Roda (The Well Of Causation) 

 

Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model 

roda memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam 

timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan pentingnya agen. 

Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan 

hidupnya. Besarnya peranan dari masing -masing lingkungan 

bergantung pada penyakit yang bersangkutan. 

 

Sebagai contoh peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang 

lainnya pada stress mental, peranan lingkungan fisik lebih besar dari 

lainnya pada sunburn, peranan lingkungan biologis lebih besar dari 

lainnya pada penyakit yang penularannya melalui vektor (vektor borne 

disease) dan peranan inti genetik lebih besar dari lainnya pada penyakit 

 

Teori Terjadinya Penyakit 49 

keturunan. (Notoatmodjo, 2003). Dengan model-model ini   diatas 

hendaknya ditunjukkan bahwa pengetahuan yang lengkap mengenai 

mekanisme-mekanisme terjadinya penyakit tidaklah diperuntukkan bagi 

usaha-usaha pemberantasan yang efektif. (Notoatmodjo, 2003) Oleh 

karena banyaknya interaksi-interaksi ekologis maka seringkali kita dapat 

mengubah penyebaran penyakit dengan mengubah aspek-aspek tertentu 

dari interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya tanpa intervensi 

langsung pada pemicu     penyakit. 

 

Model ini menggambarkan hubungan manusia dengan 

lingkungannya sebagai roda. Roda ini   terdiri atas manusia 

dengan substansi genetik pada bagian intinya, dan komponen 

lingkungan biologi, social, fisik mengelilingi penjamu. Ukuran 

komponen roda bersifat relative, tergantung problem spesifik 

penyakit yang bersangkutan. Contoh pada penyakit herediter 

tentunya proporsi inti genetik relative besar, sedang pada penyakit 

campak status imunitas penjamu dan lingkungan biologik lebih 

penting daripada faktor genetik. Peranan lingkungan sosial lebih 

besar dari yang lainnya dalam hal strees mental, sebaliknya pada 

penyakit malaria peran lingkungan biologis lebih besar. 

 

5.4 Teori Contagion (Contagion theory) 

 

Teori yang mengemukakan bahwa untuk terjadinya penyakit 

diperlukan adanya kontak antara satu orang dengan orang lainnya. 

Teori ini tentu dikembangkan berdasar   situasi penyakit pada 

masa itu di mana penyakit yang melanda kebanyakan yaitu   

penyakit yang menular yang terjadi karena adanya kontak langsung. 

Teori ini bermula dikembangkan berdasar   pengamatan terhadap 

epidemi dan penyakit lepra di Mesir. 

 

Di Eropa, epidemi sampar, cacar dan demam tifus merajalela 

pada abad ke-14 dan 15. Keadaan buruk yang dialami manusia pada 

saat itu telah mendorong lahirnya teori bahwa kontak dengan mahkluk 

hidup yaitu   pemicu     penyakit menular. Konsep ini dirumuskan oleh 

Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya mengatakan bahwa 

 

  

penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat 

penular (tranference) yang disebut kontangion. 

Fracastoro membedakan 3 jenis kontangion, yaitu : 

 

1. Jenis kontangion yang dapat menular melalui kontak langsung 

misalnya bersentuhan, berciuman, dan berhubungan seksual. 

2. Jenis kontangion yang dapat menular melalui benda-benda 

p