sar
f) Larutan tidak stabil
3) Acidulated Phosphate Fluoride (APF)
APF merupakan campuran antara sodium fluoride, hydrofluoride acid dan phosphoric
acid.
Diunduh tanggal 25 Januari 2018
Konsentrasi yang disetujui oleh FDA/ADA untuk topikal aplikasi yaitu 1,23% APF dalam
bentuk gel atau solution. Prosedur kerjanya yaitu sebagai berikut:
a) Bersihkan seluruh permukaan gigi secara teliti memakai pasta prophylaxis
standar yaitu pumice.
b) Isolasi gigi dengan cotton roll
c) Keringkan gigi dengan seksama
d) Aplikasikan larutan APF dan jaga tetap basah dengan larutan selama 4 menit.
e) sesudah aplikasi, instruksikan jangan makan dan minum selama 30 menit sesudah
perawatan.
f) Perawatan dilakukan satu kali dalam 1 tahun, tetapi akan lebih efektif jika
dilakukan setiap 6 bulan.
Keuntungan APF
a. Rasa lebih dapat diterima dibandingkan SnF2
b. Tidak memicu stainning atau pigmentasi; hanya terjadi sedikit pemucatan
dari jaringan gingiva
c. Dapat diaplikasikan pada kedua lengkung rahang secara bersamaan
d. Larutan bersifat stabil
Kerugian APF
a. Merusak restorasi porcelain
b. Berbahaya jika tertelan dalam jumlah besar.
Multiple Fluoride Therapy
Untuk mendapatkan manfaat optimal fluor dalam mereduksi karies dapat melakukan
multiple fluoride terapi yang meliputi:
1. Pemberian fluor secara sistemik (pilih salah satu)
a. Fluoridasi air minum
b. Pemberian suplemen fluor
2. Pemberian fluor secara lokal
a. Topikal aplikasi fluor di klinik
b. pemakaian pasta gigi berfluor
c. Pemakaian obat kumur berfluor atau gel berfluor
Efek pemberian fluor secara lokal:
Pemberian fluor secara lokal sesudah erupsi gigi memicu terikatnya ion fluor pada
permukaan kristal email. Konsentrasi fluor untuk aplikasi lokal biasanya tinggi. Konsentrasi
fluor yang tinggi memicu reaksi kimia awal yaitu terjadinya pembentukan calcium
fluoride yang mengendap pada permukaan email.
Calcium fluoride yang terbentuk tidak terikat kuat pada email
[Ca10 (Po4)6 (OH)2] + 20F → 10 Ca F2 +6 PO + 2 OH
Calcium fluoride
Calcium fluoride yang terbentuk tidak terikat kuat pada email dan secara bertahap akan larut,
tetapi ada sedikit ion fluor yang akan mengganti ion hidroksil dan hidroksi apatit.
[Ca10 (Po4)6 (OH)2] + 2 F → Ca10(PO4)6 F2 + 2 OH
Fluorapatit
Aksi fluor dalam mereduksi karies dapat terjadi melalui satu atau lebih cara, yaitu dengan
meningkatkan stabilitas kristal email, remineralisasi permukaan email, menghambat sistem
enzim bakteri yang mengubah gula menjadi asam dan efek bakterial secara langsung.
Ringkasan
Topikal aplikasi fluor yaitu , tindakan pengolesan langsung bahan fluor pada email.
sesudah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama 1 jam tidak boleh
makan, minum atau berkumur.
Tujuan pemakaian fluor yaitu untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja dengan
cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui
perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan
terhadap pelarutan asam. Reaksi Ca10(PO4)6(OH)2+F→ Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel
yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi.
Tindakan Aplikasi Casein Phospheptide-
Amorphous Calsium Phosphate (CPP-ACP)
A. BAHAN APLIKASI CPP-ACP
Fosfopeptida kasein (CCP) yang mengandung kelompok urutan Ser(p)-Ser(p)-Ser(p)-Glu-
Glu memiliki kemampuan signifikan untuk membuat stabilisasi kalsium fosfat amorf (ACP)
dalam larutan yang bersifat metastabil. Melalui beberapa residu fosfoseril, CPP berikatan
dengan bentuk kelompok ACP nano yang mencegah perkembangan bakteri pada ukuran kritis
yang dibutuhkan untuk nukleasi dan fase transformasi. CPP dapat menstabilisasi kalsium
fosfat lebih dari 100 kali dibandingkan yang dapat dilakukan secara normal dalam larutan cair.
CCP dianggap memiliki bioavailabilitas kalsium yang tinggi dan memiliki kemampuan
dalam menstabilkan kalsium dan fosfat pada saliva serta mengikat plak pada permukaan gigi.
Hal ini dikarenakan ikatan CPP yang mampu menjaga kalsium dan fosfat pada saliva tetap
dalam keadaan amorf non-kristalin yang artinya stabil, kemudian ion kalsium dan fosfat dapat
dengan mudah adhesi ke enamel gigi sehingga terbukti mengurangi risiko demineralisasi
enamel dan membantu proses remineralisasi email gigi.
B. PERANAN CPP-ACP PADA GIGI
1. Membantu Proses Remineralisasi Email Gigi
berdasar penelitian yang dilakukan oleh Kargul B. bertempat di Universitas
Marmara, Turkey dimana menguji efektisivitas dari pasta yang mengadung bahan CPP-ACP
dengan kadar 10% terhadap kekasaran permukaan dari enamel secara in vitro. Dan hasil dari
penilitian ini mengungkapkan bahwa 10% CPP-ACP memiliki efek positif terhadap
remineralisasi email. Dimana mekanisme antikariogenik yang dihasilan oleh CPP-ACP yaitu
merupakan suatu proses terlokalisasinya ion kalsium dan fosfat pada permukaan gigi,
sehingga menjaga berlangsungnya proses buffer oleh saliva. Oleh karena itu hal ini membantu
untuk mempertahankan keadaan netral pada email gigi, yang kemudian akan menurunkan
proses demineralisasi, dan meningkatkan remineralisasi.
2. Membantu Mereduksi Aktivitas Karies
Selain meningkatkan kadar konsentrasi kalsium dan fosfor pada saliva guna membantu
proses remineralisasi. Pada tahun 1980an, Reynold menarik perhatian dengan
mengungkapkan fakta bahwa kalsium fosfat amorf kasein fosfopeptida, yang merupakan salah
satu produk dari kasein susu, mampu masuk ke dalam permukaan email dan mempengaruhi
proses karies. Gambar di bawah ini ketika CPP-ACP diaplikasikan pada permukaan gigi maka
CPP-ACP akan menghasilkan k-casien, b-casein serta ikatan nano-kompleks yang akan
bertindak sebagai barrier penghalang dalam mencegah perlekatan dari Sterptococcus mutans.
Penelitian yang dilakukan pada hewan, dimana 0.5% mg/ml larutan dari CPP-ACP
nanokompleks diibaratkan setara dengan 500 ppm larutan fluoride dapat mereduksi aktivitas
karies. Larutan CPP-ACP ini diaplikasikan 2 kali sehari pada permukaan gigi tikus yang
sebelumnnya sudah diinjeksikan bakteri Streptococcus sobrinus, yang merupakan bakteri
penyebab karies pada manusia. Secara signifikan mampu mengurangi aktivitas karies dengan
0.1% mg/ml CPP-ACP mereduksi sebesar 14%. Sedang pada kadar 1% mg/ml CPP-ACP
mereduksi sebesar 55% aktivitas karies.
C. KEGUNAAN CPP-ACP
Selain pada kemampuan CPP-ACP dalam membantu proses remineralisasi pada email
gigi, serta kemampuannya dalam mereduksi perlekatan bakteri, dalam bidang kedokteran gigi
CPP-ACP juga memiliki kegunaan lain, seperti:
1. CPP-ACP dalam bentuk sediaan pasta dapat memperbaiki keseimbangan mineral dalam
lingkungan mulut.
2. Memberi perlindugan extra terhadap gigi.
3. Membantu menetralisir asam dari bakteri asidogenik dalam plak dan sumber asam
internal dan external lain.
4. ada dalam kemasan berbagai rasa dan membuat permukaan gigi lebih halus dan
bersih.
5. Pasca perawatan bleaching (perawatan pemutihan gigi)
6. Pasca scalling (pembersihan karang gigi), baik secara elektrik maupun secara manual
7. Untuk pasien abrasi (kerusakan pada bagian servikal gigi),
8. Xerostomia (mulut kering)
9. Untuk pasien dengan kondisi hipersensitif dentin
10. Untuk pencegahan terhadap kerusakan gigi, karena asam yang dihasilkan bakteri.
D. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI CPP-ACP
Indikasi pemakaian CPP-ACP ini, meliputi:
1. Memperbaiki keseimbangan mineral pada pasien-pasien yang mengalami defisiensi
saliva seperti xerostomia atau ketika tindakan membersihkan gigi sulit dilakukan.
2. Memperbaiki keseimbangan sesudah tindakan perawatan seperti scalling, root planing
dan kuretase, juga mengurangi akibat apapun dari hipersensitif dentin.
3. Riset membuktikan Recaldent (CPP - ACP) juga dapat mengubah warna gigi karena
white-spot ke arah gigi yang terlihat translusens alamiah.
4. Dapat dipakai untuk gigi permanen, aman untuk diaplikasikan pada bayi terutama
anak-anak di bawah usia dua tahun dengan lesi karies awal.
5. dipakai untuk pasien dengan kebutuhan khusus seperti yang dengan gangguan
intelektual, gangguan perkembangan dan fisik, serebral palsi, down sindrom dan pasien
dengan masalah medis seperti terapi radiasi
6. Selain itu CPP-ACP juga dianjurkan pada pasien yang rawan kares (anak yang
memiliki resiko karies yang tinggi, anak dengan gigi berjejal, pasien dalam perawatan
memakai pengobatan jangka panjang, pasien dalam perawatan orthodonsi dan
usia lanjut).
Kontra indikasi pemakaian CPP-ACP, yaitu :
Pada anak atau pasien yang ada riwayat alergi pada jenis makanan yang mengandung
susu.
E. PENATALAKSANAAN pemakaian CPP-ACP
1. Persiapan
a. Sortir anak yang memiliki resiko karies tinggi.
b. Beri penjelasan manfaat dan cara pemakaian CPP-ACP pada anak dan orang tua
yang mendampingi.
c. Persetujuan tindakan medis dilakukan secara tertulis oleh orang tua/ wali yang
mendampingi anak pada saat perawatan.
d. Siapkan krim CPP-ACP.
e. Sikat gigi.
2. Pelaksanaan
a. Latih anak atau orang tua anak untuk mengoleskan krim CPP-ACP pada permukaan
gigi yang rawan atau pada white spot.
b. Keringkan permukaan gigi yang akan dioles.
c. Oleskan krim pada permukaan gigi dengan memakai jari atau sikat gigi dan
gunakan lidah untuk membagi ke semua permukaan gigi.
d. Sisanya boleh diludahkan, tetapi jangan berkumur-kumur sedikitnya selama 30
menit agar terjadi tranfer calsium phosphate.
e. Gunakan pagi hari sesudah sikat gigi atau malam hari sesudah sikat gigi tergantung
keparahan karies.
Ringkasan
Fosfopeptida kasein (CPP) yaitu kelompok peptida yang berasal dari kasein, bagian dari
protein yang terjadi secara alami dalam susu. Susu yaitu makanan protein yang sangat baik
dalam menyediakan asam amino esensial dan nitrogen organik untuk manusia dan hewan dari
segala usia. Susu juga mengandung faktor yang memiliki sifat antikariogenik: kalsium, fosfat,
kasein, dan lipid. Produk susu mulai diakui di akhir 1950-an sebagai kelompok makanan yang
efektif dalam mencegah karies gigi.
Selain meningkatkan kadar konsentrasi kalsium dan fosfor pada saliva guna membantu
proses remineralisasi. Pada tahun 1980an, Reynold menarik perhatian dengan
mengungkapkan fakta bahwa kalsium fosfat amorf kasein fosfopeptida, yang merupakan salah
satu produk dari kasein susu, mampu masuk ke dalam permukaan email dan mempengaruhi
proses karies. Gambar di bawah ini ketika CPP-ACP diaplikasikan pada permukaan gigi maka
CPP-ACP akan menghasilkan k-casien, b-casein serta ikatan nano-kompleks yang akan
bertindak sebagai barrier penghalang dalam mencegah perlekatan dari Sterptococcus mutans.
TINDAKAN PENAMBALAN GIGI PADA
PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT pasien
Pada bab ini Anda akan mempelajari tiga topik yang meliputi penambalan gigi dengan
metode Atraumatic Restorative Treatment (ART), penambalan gigi 1 bidang, dan penambalan
gigi 2 bidang, dimana ketiganya dilakukan sebagai tindakan kuratif pada pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut pasien pasien .
Tujuan sesudah Anda mengikuti mata kuliah ini yaitu agar mampu mengerjakan
tindakan kuratif penambalan ART, mengerjakan tindakan konservasi berupa penambalan 1
(satu) bidang, dan penambalan gigi dengan 2 (dua) bidang.
Sebelum Anda melakukan praktik penambalan gigi pada pasien pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut pasien di klinik, Anda sudah harus menguasai pengetahuan dan
keterampilan tentang Konservasi Gigi, pemakaian dan Pemeliharaan Alat Kedokteran Gigi,
Dental Morphologi, Dental Material, Komunikasi Terapeutik, serta Etika Profesi. Untuk itu
persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai bekal untuk
melakukan tindakan penabalan gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi pasien .
Selain itu semua, perlu diperhatikan pula posisi pasien maupun operator saat melakukan
penambalan gigi, agar saat mengerjakan penambalan gigi dapat berlangsung dengan lancar
dan menghasilkan tambalan yang baik.
Saat Anda mempelajari ilmu konservasi gigi tentu Anda sudah mengenal Klasifikasi
Kavita menurut GV Black yang terdiri dari kavita kelas I, II, III, IV, dan V. Namun demikian
berdasar kompetensi yang Anda miliki, maka yang dikerjakan yaitu penambalan gigi pada
kavita kelas I, II, III dan V baik 1 bidang maupun 2 bidang. Bahan tambal yang dipergunakan
pada praktikum ini yaitu bahan Glass Ionomere Cement, baik yang type untuk tambalan ART,
type untuk tambalan posterior, dan type untuk tambalan anterior. .
Tindakan Penambalan Gigi dengan Teknik
Atraumatic Restorative Treatment (ART)
ekarang kita masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang tindakan penambalan gigi
dengan teknik ART. Dua prinsip tambalan ART yaitu : 1) menghilangkan lesi karies
memakai instrumen genggam (hand instrument); 2) mengembalikan bentuk kavita
memakai bahan restorasi yang menempel pada gigi. Persiapkan diri Anda untuk
berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur yang harus Anda lakukan.
A. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PENAMBALAN ART
Anda harus dapat mengidentifikasi kasus penambalan gigi dengan bahan tambal Glass
Ionomere Cement (GIC) ART. Indikasinya yaitu : Hanya pada gigi dengan kavita yang kecil
(karies email maupun dentin); kavitanya dapat diakses memakai instrumen genggam
(hand instrument). Sedang kontra indikasinya yaitu : Pada gigi dengan karies mencapai
pulpa; karies gigi yang disertai pembengkakan (abses); karies gigi dengan rasa sakit untuk
waktu yang lama (riwayat inflamasi pulpa yang kronis).
B. ALAT DAN BAHAN
sesudah Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi penambalan ART, maka
selanjutnya Anda harus menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam
melakukan penambalan gigi dengan bahan GIC ART.
Alat yang harus disiapkan antara lain:
1. Oral Diagnostik set
2. Agate Spatel
3. Papper Pad
4. Plastis filling instrument
5. Celluloid Strip
Adapun bahan yang harus disiapkan berupa:
1. Bahan Glass Ionomere Cement ART yang terdiri dari powder dan liquid.
2. Dentin conditioner
3. Varnish
4. Vaseline (cocoa butter)
5. Cotton pellet
6. Cotton roll
7. Alkohol
8. EDTA 10% untuk desinfeksi kavita
C. POSISI PASIEN DAN OPERATOR
sesudah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan
pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan ditambal.
Bila gigi yang akan ditambal ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan, maka posisi
pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan mulut pasien setinggi
siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.
Bila penambalan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien
setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10.
Namun bila gigi yang akan ditambal yaitu gigi posterior di regio rahang bawah kanan,
maka posisi pasien ditidurkan telentang, wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 9.
D. PEMBERIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Selanjutnya sesudah pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi
terapeutik sesuai dengan prosedur penambalan gigi memakai bahan GIC dengan teknik
ART agar pasien memahami tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang
diberikan meliputi: menunjukkan elemen gigi yang akan ditambal, menyampaikan tujuan dari
tindakan penambalan, dan menceritakan prosedur tindakan penambalan.
E. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
sesudah Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan terjadi
berkaitan dengan tindakan penambalan gigi pada pasien atau orang tua/wali pasien. Bila
pasien dan atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui tindakan medis yang
akan dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang tua/wali pasien.
F. PELAKSANAAN PENAMBALAN GIGI DENGAN TEKNIK ART
Langkah selanjutnya yaitu melakukan perawatan penambalan gigi memakai
bahan GIC dengan teknik ART. Untuk mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari
di mata kuliah Konservasi Gigi, maka ikuti prosedur di bawah ini.
1. Preparasi
a. Preparasi lubang gigi jaringan karies dibersihkan dengan excavator sampai tak ada
lagi dentin lunak, untuk memudahkan pembersihan lubang sekali-kali dibasahi,
keringkan lubang.
b. sesudah preparasi selesai pasien dianjurkan oklusi untuk melihat kontak lubang.
c. Pemberian dentin conditioner yaitu 1 tetes liquid + tetes air dibasahi pada cotton
pellet dan dioleskan pada kavita yang sudah disiapkan selama 10 – 15 detik.
Maksud pemberian ini yaitu agar keadaan lembab sesuai kondisi tambalan yang
akan dipakai . Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner maka kavita
harus dibilas dengan cotton pellet yang dibasahi air sebanyak 3 kali, selanjutnya
dikeringkan dengan cotton pellet kering dan kavita siap ditambal.
2. Pengadukan
a. Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian
yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk itu.
b. Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan
udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu
tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan
tertekan keluar.
c. Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5
cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan
yang memakai spatula.
d. Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung sehingga partikel-partikel bubuk
secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar.
e. Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan ini
sesudah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu
kesatuan massa.
f. Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus licin seperti
permen karet.
g. Penambalan dapat langsung dilakukan pada cavitas tanpa preparasi terlebih
dahulu, dipakai Vaseline agar tambalan tidak mudah melengket dan untuk
menghaluskan.
3. Penambalan :
a. Masukkan bahan tambaln ke dalam lubang, pit dan fissure dengan plastis filling
atau carver dengan tekanan ringan.
b. Tekan dengan jari yang sudah memakai sarung tangan selama 30 detik
c. Buang bahan yang berlebih
d. Olesi dengan Varnish tunggu 6 menit
e. Periksa gigitan kurangi bila masih ada peninggian gigit
f. Vaseline diberikan sesudah penambalan dan pengurangan sisa-sisa tumpatan yang
berlebih.
G. PEMBERIAN INSTRUKSI sesudah PENAMBALAN GIGI
sesudah selesai penambalan, maka langkah selanjutnya yaitu memberikan instruksi
sesudah penambalan sebagai berikut:
a. Dianjurkan pasien agar tidak makan selama kurang lebih satu jam agar tambalannya
mengeras dengan sempurna
b. sesudah satu jam boleh makan, tetapi untuk hari ini mengunyah memakai sisi
rahang yang tidak ditambal
c. Hari-hari selanjutnya disarankan untuk mengunyah memakai kedua sisi rahang
agar peredaran darah lancar, gigi terbersihkan secara alami, karena pengunyahan, dan
gigi geligi menjadi lebih sehat.
Ringkasan
Tindakan penambalan gigi memakai bahan GIC (glass ionomere cement) dengan
teknik ART (atraumatic restorative treatment) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut pasien dilakukan pada pasien dengan lubang gigi yang mencapai karies email dan
karies dentin. Bahan penambalan yang dipakai yaitu Glass Ionomere Cement khusus yang
aplikasinya memakai teknik Atraumatic Restorative Treatment, atau dengan kata lain
yaitu teknik penambalan gigi tanpa memakai alat mesin. Agar prosedur penambalan
dapat berjalan dengan lancar, maka penting untuk memperhatikan indikasi; pemilihan alat
dan bahan penambalan; posisi pasien dan operator; pemberian komunikasi terapeutik,
persetujuan tindakan medis; pelaksanaan preparasi gigi dan penambalan; serta pemberian
instruksi sesudah penambalan gigi.
Tindakan Penambalan Gigi Satu Bidang
Selanjutnya kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang tindakan penambalan gigi
pada karies yang mengenai satu bidang. Tujuan penambalan gigi yaitu
mengembalikan bentuk dan fungsi gigi, serta mempertahankan gigi selama mungkin di
dalam mulut. Prinsip penambalan satu bidang yaitu : 1) menghilangkan lesi karies; 2)
mengembalikan bentuk kavita memakai bahan restorasi yang menempel pada gigi.
Persiapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur yang
harus Anda lakukan.
A. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PENAMBALAN GIGI SATU BIDANG.
Anda harus dapat mengidentifikasi kasus penambalan gigi dengan bahan tambal Glass
Ionomere Cement (GIC). Indikasinya yaitu : gigi dengan karies email maupun dentin.
Sedang kontra indikasinya yaitu : Pada gigi dengan karies mencapai pulpa; karies gigi yang
disertai pembengkakan (abses); karies gigi dengan rasa sakit untuk waktu yang lama (riwayat
inflamasi pulpa yang kronis). Lokasi karies gigi dapat terletak pada permukaan oklusal,
palatal/lingual, labial/bukal tetapi hanya mengenai satu bidang saja. Bedanya penambalan gigi
satu bidang dengan penambalan ART yaitu pemakaian alat untuk menghilangkan lesi karies
(preparasi), dimana untuk penambalan satu bidang memakai mesin bor.
B. ALAT DAN BAHAN
sesudah Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi penambalan gigi satu bidang,
maka selanjutnya Anda harus menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam
melakukan penambalan gigi dengan bahan GIC.
Alat yang harus disiapkan antara lain:
1. Oral Diagnostik
2. Contra angle handpiece
3. Mata bor diamond (bentuk round, fissure, inverted)
4. Agate Spatel
5. Papper Pad
6. Plastis filling instrument
7. Burnisher / cement stopper
8. Celluloid Strip
9. Articulating paper
Adapun bahan yang harus disiapkan berupa:
1. Bahan Glass Ionomere Cement yang terdiri dari powder dan liquid.
2. Dentin conditioner
3. Varnish
4. Vaseline (cocoa butter)
5. Cotton pellet
6. Cotton roll
7. Alkohol
C. POSISI PASIEN DAN OPERATOR
sesudah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan
pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan ditambal.
Bila gigi yang akan ditambal ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan, maka posisi
pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan mulut pasien setinggi
siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.
Bila penambalan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien
setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10.
Namun bila gigi yang akan ditambal yaitu gigi posterior di regio rahang bawah kanan,
maka posisi pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai,
wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi
operator berada pada arah jam 9.
D. PEMBERIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Selanjutnya sesudah pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi
terapeutik sesuai dengan prosedur penambalan gigi memakai bahan GIC agar pasien
memahami tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang diberikan meliputi:
menunjukkan elemen gigi yang akan ditambal, menyampaikan tujuan dari tindakan
penambalan, dan menceritakan prosedur tindakan penambalan.
E. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
sesudah Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan terjadi
berkaitan dengan tindakan penambalan gigi pada pasien atau orang tua/wali pasien. Bila
pasien dan atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui tindakan medis yang
akan dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang tua/wali pasien.
F. PELAKSANAAN PENAMBALAN GIGI
Langkah selanjutnya yaitu melakukan perawatan penambalan gigi memakai
bahan GIC. Untuk mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari di mata kuliah
Konservasi Gigi, maka ikuti prosedur di bawah ini.
2. Preparasi
a. Lakukan preparasi memakai mesin bur dan bersihkan kavita dari jaringan
karies dengan ekskavator sampai tak ada lagi dentin lunak
1) sesudah preparasi selesai pasien dianjurkan oklusi untuk melihat kontak
lubang.
2) Pemberian dentin conditioner dan ditunggu selama 20 detik, atau bila tidak
ada dentin conditioner dapat dipakai : 1 tetes liquid + tetes air dibasahi
pada cotton pellet dan dioleskan pada kavita yang sudah disiapkan selama
10 – 15 detik.
b. Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner maka kavita harus dibilas dengan
cotton pellet yang dibasahi air sebanyak 3 kali, selanjutnya dikeringkan dengan
cotton pellet kering dan kavita siap ditambal.
2. Pengadukan
a. Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian
yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk itu.
b. Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan
udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu
tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan
tertekan keluar.
c. Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5
cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan
yang memakai spatula.
d. Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung sehingga partikel-partikel bubuk
secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar.
e. Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan ini
sesudah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu
kesatuan massa.
f. Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus licin seperti
permen karet.
3. Penambalan :
a. Masukkan bahan tambalan ke dalam kavita yang sudah dipreparasi memakai
plastis filling instrument
b. Bentuk tambalan sesuai bentuk anatomi gigi dengan plastis
filling/carver/burnisher
c. Buang bahan yang berlebih
d. Olesi dengan Varnish dan tunggu selama 6 menit
e. Periksa gigitan dengan articulating paper
f. Poles memakai batu poles arkansas
g. Vaseline atau cocoa butter diberikan sesudah penambalan dan pengurangan sisa-
sisa tumpatan yang berlebih.
G. PEMBERIAN INSTRUKSI sesudah PENAMBALAN GIGI
sesudah selesai penambalan, maka langkah selanjutnya yaitu memberikan instruksi
sesudah penambalan sebagai berikut:
1. Dianjurkan pasien agar tidak makan selama kurang lebih satu jam agar tambalannya
mengeras dengan sempurna
2. sesudah satu jam boleh makan, tetapi untuk hari ini mengunyah memakai sisi
rahang yang tidak ditambal
3. Hari-hari selanjutnya disarankan untuk mengunyah memakai kedua sisi rahang
agar peredaran darah lancar, gigi terbersihkan secara alami karena pengunyahan, dan
gigi geligi menjadi lebih sehat.
Ringkasan
Tindakan penambalan gigi satu bidang memakai bahan glass ionomere cement
(GIC) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien dilakukan pada pasien
dengan lubang gigi yang mencapai karies email dan karies dentin, dan hanya mengenai 1
bidang saja. Bahan penambalan yang dipakai yaitu Glass Ionomere Cement, dan teknik
preparasinya memakai mesin bor. Agar prosedur penambalan dapat berjalan dengan
lancar, maka penting untuk memperhatikan indikasi; pemilihan alat dan bahan penambalan;
posisi pasien dan operator; pemberian komunikasi terapeutik, persetujuan tindakan medis;
pelaksanaan preparasi gigi dan penambalan; serta pemberian instruksi sesudah penambalan
gigi.
Tindakan Penambalan Dua Bidang
khirnya kita masuk pada topik ketiga, yaitu topik tentang tindakan penambalan gigi
pada karies yang mengenai dua bidang. Pada prinsipnya penambalan dua bidang
sama dengan penambalan satu bidang, dimana tujuan penambalan gigi yaitu
mengembalikan bentuk dan fungsi gigi, serta mempertahankan gigi selama mungkin di dalam
mulut. Prinsip penambalan dua bidang yaitu : 1) menghilangkan lesi karies; 2)
mengembalikan bentuk kavita memakai bahan restorasi yang menempel pada gigi.
Persiapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur yang
harus Anda lakukan.
A. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PENAMBALAN GIGI DUA BIDANG.
Anda harus dapat mengidentifikasi kasus penambalan gigi dengan bahan tambal Glass
Ionomere Cement (GIC). Indikasinya yaitu : gigi dengan karies email maupun dentin yang
mengenai dua bidang. Sedang kontra indikasinya yaitu : Pada gigi dengan karies
mencapai pulpa; karies gigi yang disertai pembengkakan (abses); karies gigi dengan rasa sakit
untuk waktu yang lama (riwayat inflamasi pulpa yang kronis). Lokasi karies gigi mengenai dua
bidang seperti pada: permukaan proximal dan oklusal, proximal dan palatal/lingual, proximal
dan labial/bukal, oklusal dan bukal, atau oklusal dan palatal/lingual.
B. ALAT DAN BAHAN
sesudah Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi penambalan gigi satu bidang,
maka selanjutnya Anda harus menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam
melakukan penambalan gigi dengan bahan GIC.
Alat yang harus disiapkan antara lain:
1. Oral Diagnostik
2. Contra angle handpiece
3. Mata bor diamond (bentuk round, fissure, inverted)
4. Agate Spatel
5. Papper Pad
6. Plastis filling instrument
7. Burnisher/cement stopper
8. Celluloid Strip/matriks
9. Articulating paper
Adapun bahan yang harus disiapkan berupa:
1. Bahan Glass Ionomere Cement yang terdiri dari powder dan liquid.
2. Dentin conditioner
3. Varnish
4. Vaseline (cocoa butter)
5. Cotton pellet
6. Cotton roll
7. Alkohol
C. POSISI PASIEN DAN OPERATOR
sesudah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan
pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan ditambal.
Bila gigi yang akan ditambal ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan, maka posisi
pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan mulut pasien setinggi
siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.
Bila penambalan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien
setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10.
Namun bila gigi yang akan ditambal yaitu gigi posterior di regio rahang bawah kanan,
maka posisi pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai,
wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi
operator berada pada arah jam 9.
D. PEMBERIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Selanjutnya sesudah pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi
terapeutik sesuai dengan prosedur penambalan gigi memakai bahan GIC agar pasien
memahami tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang diberikan meliputi:
menunjukkan elemen gigi yang akan ditambal, menyampaikan tujuan dari tindakan
penambalan, dan menceritakan prosedur tindakan penambalan.
E. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
sesudah Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan terjadi
berkaitan dengan tindakan penambalan gigi pada pasien atau orang tua/wali pasien. Bila
pasien dan atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui tindakan medis yang
akan dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang tua/wali pasien.
F. PELAKSANAAN PENAMBALAN GIGI
Langkah selanjutnya yaitu melakukan perawatan penambalan gigi memakai
bahan GIC. Untuk mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari di mata kuliah
Konservasi Gigi, maka ikuti prosedur di bawah ini.
1. Preparasi
a. Lakukan preparasi memakai mesin bor dan bersihkan kavita dari jaringan
karies dengan ekskavator sampai tak ada lagi dentin lunak
1) sesudah preparasi selesai pasien dianjurkan oklusi untuk melihat kontak
lubang.
2) Pemberian dentin conditioner dan ditunggu selama 20 detik, atau bila tidak
ada dentin conditioner dapat dipakai : 1 tetes liquid + tetes air dibasahi
pada cotton pellet dan dioleskan pada kavita yang sudah disiapkan selama
10 – 15 detik.
b. Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner, maka kavita harus dibilas dengan
cotton pellet yang dibasahi air sebanyak 3 kali, selanjutnya dikeringkan dengan
cotton pellet kering dan kavita siap ditambal
c. Selanjutnya yaitu pemasangan celluloid strip untuk gigi anterior, atau matriks
untuk gigi posterior, yang berfungsi sebagai dinding sementara.
2. Pengadukan
a. Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian
yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk itu.
b. Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan
udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu
tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan
tertekan keluar.
c. Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5
cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan
yang memakai spatula.
d. Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung sehingga partikel-partikel bubuk
secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar.
e. Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan ini
sesudah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu
kesatuan massa.
f. Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus licin seperti
permen karet.
3. Penambalan
a. Masukkan bahan tambalan ke dalam kavita yang sudah dipreparasi memakai
plastis filling instrument
b. Bentuk tambalan sesuai bentuk anatomi gigi dengan plastis
filling/carver/burnisher
c. Buang bahan yang berlebih
d. sesudah tambalan mengeras lepaskan celluloid strip / matriks
e. Olesi dengan Varnish dan tunggu selama 6 menit
f. Periksa bentuk anatomis, titik kontak, dan gigitan dengan articulating paper
g. Poles memakai batu poles arkansas
h. Vaseline atau cocoa butter diberikan sesudah penambalan dan pengurangan sisa-
sisa tumpatan yang berlebih.
G. PEMBERIAN INSTRUKSI sesudah PENAMBALAN GIGI
sesudah selesai penambalan, maka langkah selanjutnya yaitu memberikan instruksi
sesudah penambalan sebagai berikut:
1. Dianjurkan pasien agar tidak makan selama kurang lebih satu jam agar tambalannya
mengeras dengan sempurna.
2. sesudah satu jam boleh makan, tetapi untuk hari ini mengunyah memakai sisi
rahang yang tidak ditambal.
3. Hari-hari selanjutnya disarankan untuk mengunyah memakai kedua sisi rahang
agar peredaran darah lancar, gigi terbersihkan secara alami karena pengunyahan, dan
gigi geligi menjadi lebih sehat.
Ringkasan
Tindakan penambalan gigi dua bidang memakai bahan glass ionomere cement
(GIC) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien dilakukan pada pasien
dengan lubang gigi yang mencapai karies email dan karies dentin, dan mengenai dua bidang.
Bahan penambalan yang dipakai yaitu Glass Ionomere Cement, dan teknik preparasinya
memakai mesin bor. Agar prosedur penambalan dapat berjalan dengan lancar, maka
penting untuk memperhatikan indikasi; pemilihan alat dan bahan penambalan; posisi pasien
dan operator; pemberian komunikasi terapeutik, persetujuan tindakan medis; pelaksanaan
preparasi gigi dan penambalan; serta pemberian instruksi sesudah penambalan gigi.
TINDAKAN PENCABUTAN GIGI PADA
PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT pasien
Pada bab ini Anda akan mempelajari dua topik yang meliputi pencabutan gigi susu
dengan anestesi permukaan (surface anesthesia) dan gigi tetap akar tunggal dengan anestesi
infiltrasi (infiltration anesthesia), dimana keduanya dilakukan sebagai tindakan kuratif pada
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien pasien .
Cara anestesi lokal yang dipakai yaitu yang termasuk dalam jenis anestesi permukaan
(surface anesthesia) dan anestesi infiltrasi (infiltration anesthesia). Selain menentukan jenis
obat anestesi yang dipakai, Anda juga akan dipandu untuk dapat menentukan kasus
pencabutan gigi sesuai indikasi; menyiapkan alat, bahan, dan obat; mengatur posisi pasien
dan operator; pemberian komunikasi terapeutik; persetujuan tindakan medis; pelaksanaan
anestesi permukaan (surface anesthesia) atau anestesi infiltrasi (infiltration anesthesia);
fiksasi dan tumpuan jari; gerakan pencabutan; serta pemberian instruksi sesudah pencabutan
gigi.
Tujuan sesudah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu melakukan tindakan
pencabutan gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien sesuai
prosedur dengan cara anestesi permukaan (surface anesthesia) dan anestesi infiltrasi
(infiltration anesthesia).
namun sebelum Anda melakukan praktik pencabutan gigi pada pasien
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien di klinik, Anda sudah harus menguasai
pengetahuan dan keterampilan tentang Dasar-dasar Pencabutan Gigi, pemakaian dan
Pemeliharaan Alat Kedokteran Gigi, Komunikasi Terapeutik, serta Etika Profesi. Untuk itu
persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai bekal untuk
melakukan tindakan pencabutan gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi pasien .
Tindakan Pencabutan Gigi Susu Dengan
Anestesi Permukaan (Surface Anesthesia)
ari kita masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang tindakan pencabutan gigi
susu dengan anestesi permukaan (surface anesthesia). Siapkan diri Anda untuk
berhadapan dengan pasien yang berusia antara 5 - 13 tahun. Perhatikan prosedur
yang harus Anda lakukan.
A. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PENCABUTAN GIGI SUSU DENGAN ANESTESI
PERMUKAAN.
Disini Anda harus dapat mengidentifikasi kasus gigi susu yang memenuhi kriteria indikasi
pencabutan dengan memakai anestesi permukaan. Untuk itu pelajari kembali matakuliah
Dasar-dasar Pencabutan Gigi. Dari kasus yang diidentifikasi sesuai indikasi, maka Anda dapat
menentukan obat anestesi yang sesuai. Misalnya bila gigi susu dengan indikasi pencabutan
disertai derajat kegoyangan 2, maka obat anestesi yang dipakai yaitu Xylonor Spray, atau
Anesthetic Gel. Bila gigi susu dengan indikasi pencabutan disertai derajat kegoyangan 3 atau
4, maka dapat dipakai obat anestesi Chloraethyl.
B. ALAT, BAHAN, DAN OBAT ANESTESI
Selanjutnya Anda harus dapat menyiapkan alat pencabutan gigi berupa tang gigi susu
yang sesuai dengan kasus yang dijumpai. Jangan lupa siapkan juga bahan-bahan yang
dibutuhkan pada tindakan pencabutan gigi seperti cotton pellet, cotton roll, cotton applicator,
dan tampon. Adapun obat yang harus disiapkan yaitu obat anestetikum permukaan seperti
Cholraethyl, Xylonor Spray, atau Anesthetic Gel (Precaine Gel). Berikutnya yaitu Antiseptik
yang akan dipakai untuk dioleskan pada tampon yang akan dipakai , menutup luka bekas
pencabutan dan kemudian meminta pasien untuk menggigitnya dengan keras.
C. POSISI PASIEN DAN OPERATOR
sesudah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan
pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan dicabut.
1. Bila pencabutan untuk gigi pada regio rahang atas kanan, maka posisi pasien ditidurkan
dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, dan mulut pasien setinggi
bahu operator, Sedang posisi operator pada arah jam 7.
2. Bila gigi yang akan dicabut ada pada regio rahang atas kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, muka pasien menengok
ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien setinggi bahu operator, serta posisi
operator berada pada arah jam 8.
3. Bila pencabutan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, muka pasien menengok
ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi
operator berada pada arah jam 8.
4. Bila gigi yang akan dicabut yaitu gigi anterior di regio rahang bawah kanan, maka posisi
pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 45˚ dari lantai, muka
pasien menengok ke kiri (menjauhi operator) dan mulut pasien setinggi siku operator,
serta posisi operator berada pada arah jam 7. Namun bila gigi yang akan dicabut yaitu
gigi posterior di regio rahang bawah kanan, maka posisi pasien ditidurkan dengan
sandaran punggung membentuk sudut 45˚ dari lantai, muka pasien lurus ke depan dan
mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.
D. PEMBERIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Selanjutnya sesudah pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi
terapeutik sesuai dengan prosedur pencabutan gigi susu agar pasien memahami tindakan
yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang diberikan meliputi: menunjukkan elemen
gigi yang akan dicabut, menyampaikan tujuan dari tindakan pencabutan, dan menceritakan
prosedur tindakan pencabutan.
E. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
sesudah Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan terjadi
berkaitan dengan tindakan pencabutan gigi pada orang tua/wali pasien. Bila pasien dan orang
tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan,
mintalah tanda tangan orang tua/wali pasien.
F. PELAKSANAAN ANESTESI PERMUKAAN
Langkah selanjutnya yaitu melakukan anestesi permukaan sesuai dengan kasus. Untuk
mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari di mata kuliah Dasar-dasar
Pencabutan Gigi, maka ikuti prosedur di bawah ini.
1. Bila memakai obat anestesi Xylonor atau Gel, maka berikut yaitu langkah-
langkahnya:
a. Ambil 2 cotton roll, 1 cotton roll diletakkan pada vestibulum bukal atau labial dan
1 cotton roll di letakkan dibagian palatal atau lingual sesuai ketentuan fiksasi dari
gigi yang akan dicabut untuk memblokir saliva.
b. Instruksikan pasien untuk menutup mata agar tidak terkena semprotan obat
c. Lalu semprotkan Xylonor pada gusi gigi yang sudah diblokir tadi
d. Tunggu selama 30 – 60 detik
e. Lakukan pencabutan gigi
2. Bila memakai obat anestesi Chloraethyl, maka berikut yaitu langkah-langkahnya:
a. Ambil 2 cotton roll, lalu semprot dengan Chloraethyl sampai kapasnya basah
b. Tunggu sampai muncul bunga es
c. Lalu letakkan pada gusi dari gigi yang akan dicabut di sebelah bukal atau labial dan
palatal atau lingual sambil ditekan dengan fiksasi sesuai ketentuan
d. Tunggu sampai gusi terlihat pucat
e. Lakukan pencabutan gigi
G. FIKSASI JARI
Perlu diperhatikan fiksasi jari dalam memegang cotton roll dari gigi yang akan dicabut:
1. Saat Gigi susu posterior rahang atas kanan: jari telunjuk di sebelah palatal dan ibu jari di
sebelah bukal
2. Gigi susu anterior rahang atas kanan dan kiri: ibu jari di sebelah palatal dan jari telunjuk
di sebelah labial
3. Gigi susu posterior rahang atas kiri: ibu jari di sebelah palatal dan jari telunjuk di sebelah
bukal
4. Gigi susu posterior rahang bawah kiri: jari tengah di sebelah lingual dan jari telunjuk di
sebelah bukal, ketiga jari yang lain menyangga dagu
5. Gigi susu anterior rahang bawah kanan dan kiri: jari telunjuk di sebelah lingual dan ibu
jari di sebelah labial, ketiga jari yang lain menyangga dagu
6. Gigi susu posterior rahang bawah kanan: jari telunjuk di sebelah bukal dan ibu jari di
sebelah lingual, ketiga jari yang lain menyangga dagu. Perhatikan bahwa operator ada
di arah jam 11, dengan lengan sedikit merangkul pasien.
H. GERAKAN PENCABUTAN
Yang perlu diperhatikan saat melakukan gerakan pencabutan gigi yaitu jumlah akar
gigi yang akan dicabut. Disini diingatkan kembali gerakan pencabutan sebagai berikut:
1. Gigi susu posterior rahang atas kanan dan kiri: luksasi ke arah bukal-palatal, lalu
ekstraksi ke arah bawah dan keluar dari mulut
2. Gigi susu anterior rahang atas kanan dan kiri: luksasi ke arah labial-palatal, bila sudah
longgar lakukan rotasi, lalu ekstraksi ke arah bawah dan keluar dari mulut
3. Gigi susu posterior rahang bawah kiri dan kanan: luksasi ke arah bukal-lingual, lalu
ekstraksi ke arah atas dan keluar dari mulut
4. Gigi susu anterior rahang bawah kanan dan kiri: luksasi ke arah labial-lingual, bila sudah
longgar lakukan rotasi, lalu ekstraksi ke arah atas dan keluar dari mulut
5. Segera sesudah gigi tercabut lakukan pengecekan apakah masih ada sisa akar atau
serpihan gigi yang tertinggal
6. Bila tidak ada, lakukan penekanan luka pencabutan memakai cotton roll atau
tampon selama 10 detik untuk menghentikan pendarahan
7. Kemudian instruksikan pasien untuk berkumur 1 kali saja untuk menghilang sisa darah
dan rasa pahit karena obat anestesi
8. Segera ambil tampon yang sudah diberi antiseptik dan letakkan pada luka bekas
pencabutan
I. PEMBERIAN INSTRUKSI sesudah PENCABUTAN GIGI
sesudah gigi tercabut dan luka bekas pencabutan ditutup dengan tampon antiseptik,
maka langkah berikutnya yaitu memberikan instruksi sesudah pencabutan sebagai berikut:
1. Gigit tampon selama 30 menit, agar terjadi pembekuan darah.
2. Bila sudah 30 menit, tampon boleh dibuang.
3. Jangan berkumur terlalu keras dan sering, agar bekuan darah tidak terlepas yang dapat
memicu terjadi pendarahan lagi.
4. Tidak boleh menghisap-hisap luka bekas pencabutan, agar bekuan darah tidak terlepas
yang dapat memicu terjadi pendarahan lagi.
5. Tidak boleh menyentuh/mengorek luka bekas pencabutan dengan jari maupun lidah,
karena dapat memicu bekuan darah terlepas dan terjadi infeksi karena jari yang
kotor.
6. Bila ingin makan, hari ini pakailah sisi rahang yang tidak dicabut, agar bekuan darah tidak
terlepas yang dapat memicu pendarahan lagi.
7. Sementara ini jangan makan dan minum yang panas, agar pembuluh darah tidak
melebar yang dapat memicu terjadi pendarahan yang berlebihan.
Ringkasan
Tindakan pencabutan gigi susu dengan anestesi permukaan pada pasien pelayanan
asuhan kesehatan pasien dilakukan pada pasien dengan rentang usia 5-13 tahun. Obat
anestesi yang biasanya dipakai yaitu Chloraethyl, Xylonor Spray dan Gel Anesthetic. Agar
prosedur pencabutan dapat berjalan dengan lancar dan aman, maka penting untuk
memperhatikan indikasi; pemilihan alat, bahan dan obat anestesi yang tepat; posisi pasien
dan operator; pemberian komunikasi terapeutik; persetujuan tindakan medis; pelaksanaan
anestesi permukaan; fiksasi jari; gerakan pencabutan; dan pemberian instruksi sesudah
pencabutan gigi.
Tindakan Pencabutan Gigi Tetap Akar
Tunggal Dengan Anestesi Permukaan
(Infiltration Anesthesia)
topik kedua, yaitu topik tentang tindakan pencabutan gigi
tetap akar tunggal dengan anestesi infiltrasi (infiltration anesthesia). Yang
dimaksud dengan gigi tetap akar tunggal disini yaitu Gigi Tetap Anterior Rahang
Atas dan Rahang Bawah. Siapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien yang berusia
lebih dari 7 tahun, kebanyakan pada usia remaja dan dewasa, atau bahkan tua. Perhatikan
prosedur yang harus Anda lakukan.
A. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PENCABUTAN GIGI TETAP AKAR TUNGGAL DENGAN
ANESTESI INFILTRASI
Gigi geligi yang termasuk gigi tetap akar tunggal yaitu Gigi Tetap Anterior Rahang Atas
(13 sampai dengan 23) dan Anterior Rahang Bawah (33 sampai dengan 43). Disini Anda harus
dapat mengidentifikasi kasus gigi tetap akar tunggal yang memenuhi kriteria indikasi
pencabutan dengan memakai anestesi infiltrasi. Untuk itu pelajari kembali matakuliah
Dasar-dasar Pencabutan Gigi. Selain itu, pahami pula indikasi dan kontra indikasi keadaan
umum pasien untuk tindakan anestesi infiltrasi. Dari kasus dan keadaan umum pasien yang
diidentifikasi sudah sesuai indikasi, maka Anda dapat menentukan obat anestesi yang sesuai.
Perhatikan 4 hal utama bila Anda akan melakukan pencabutan gigi memakai
anestesi infiltrasi yaitu: pasien harus cukup tidur (minimal 6 jam), pasien sudah makan pagi
terlebih dahulu, tekanan darah (tensi) pasien normal, pasien tidak meminum obat pengencer
darah.
Misalnya pasien Ny. X umur 35 th, dengan keadaan umum sehat, semalam pasien tidur
selama 7 jam, sudah sarapan pagi, tidak ada kontra indikasi penyakit sistemik, tensi normal
dan tidak mengkonsumsi obat pengencer darah. Dalam mulut Tn. X ada kasus gigi 11. nekrosis
pulpa, fraktur setengah mahkota (gigi tetap akar tunggal), disertai derajat kegoyangan 1. Pada
pasien ini baru boleh dilakukan pencabutan dengan anestesi infiltrasi.
M
B. ALAT, BAHAN, DAN OBAT ANESTESI
Selanjutnya Anda harus dapat menyiapkan alat pencabutan gigi berupa tang gigi tetap
akar tunggal yang sesuai dengan kasus yang dijumpai. Jangan lupa siapkan juga bahan-bahan
yang dibutuhkan pada tindakan pencabutan gigi seperti cotton pellet, cotton roll, cotton
applicator, dan tampon. Adapun obat yang harus disiapkan yaitu obat anestetikum untuk
anestesi infiltrasi yaitu Lidocaine HCl dengan adrenalin atau epinephrine (misal: Pehacain
bentuk ampul, Scandonest bentuk carpul), dan Lidocaine HCL tanpa adrenalin atau
epinephrine (Lidocaine HCl bentuk ampul, Xylestesin bentuk carpul). Selain itu perlu juga
disediakan anestetikum permukaan seperti Xylonor Spray atau Anesthetic Gel yang diperlukan
untuk mengantisipasi bila pasien takut merasa sakit saat ditusuk jarum suntik. Berikutnya
yaitu Antiseptik yang akan dipakai untuk dioleskan pada mukosa gigi yang akan dicabut
dan tampon yang akan dipakai menutup luka bekas pencabutan dan kemudian meminta
pasien untuk menggigit tampon dengan keras.
C. POSISI PASIEN DAN OPERATOR
sesudah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan
pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan dicabut.
Bila pencabutan untuk gigi anterior rahang atas, maka posisi pasien ditidurkan dengan
sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, muka pasien menengok ke kanan
(menghadap operator) dan mulut pasien setinggi bahu operator, Sedang posisi operator
pada arah jam 7 atau jam 8.
Bila gigi yang akan dicabut yaitu gigi anterior rahang bawah maka posisi pasien
ditidurkan sandaran punggung membentuk sudut 45˚ dari lantai, muka pasien menengok ke
kanan (menghadap operator) dan mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi operator
berada pada arah jam 7 atau jam 8.
D. PEMBERIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Selanjutnya sesudah pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi
terapeutik sesuai dengan prosedur pencabutan gigi tetap akar tunggal memakai anestesi
infiltrasi agar pasien memahami tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang
diberikan meliputi: menunjukkan elemen gigi yang akan dicabut, menyampaikan tujuan dari
tindakan pencabutan, dan menceritakan prosedur tindakan pencabutan.
E. PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
sesudah Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan terjadi
berkaitan dengan tindakan pencabutan gigi pada pasien atau orang tua/wali pasien bila pasien
masih dibawah umur. Bila pasien dan orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui
tindakan medis yang akan dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang tua/wali
pasien.
F. PELAKSANAAN ANESTESI INFILTRASI
Langkah selanjutnya yaitu melakukan anestesi infiltrasi sesuai dengan kasus. Untuk
mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari di mata kuliah Dasar-dasar
Pencabutan Gigi, maka ikuti prosedur di bawah ini.
1. Bila memakai obat anestesi infiltrasi Pehacain dalam bentuk ampul, maka berikut
yaitu langkah-langkahnya:
a. Persiapkan obat anestetikum dengan memasukkan obat anestetikum pada
disposable syringe, pastikan tidak ada udara terjebak di dalam syringe.
b. Ambil cotton pellet yang sudah dibasahi antiseptik
c. Tarik bibir sampai terlihat mucolabial fold dari gigi yang akan dicabut (rahang atas
maupun rahang bawah), lalu olesi dengan antiseptik tadi
d. Tusukkan jarum pada mucolabial fold gigi yang akan dicabut dengan bevel jarum
menghadap tulang, sampai menatap tulang
e. Lakukan aspirasi untuk mengetahui apakah jarum masuk ke dalam pembuluh
darah atau tidak
f. Bila tidak ada darah dalam syringe, depositkan obat sebanyak 1,5 cc, lalu tarik
keluar jarum
g. Selanjutnya ambil cotton pellet yang sudah dibasahi antiseptik
h. Untuk gigi rahang atas oleskan pada bagian palatal yaitu di daerah seperempat
palatum dari gigi yang akan dicabut. Untuk rahang bawah oleskan pada bagian
lingual yaitu didaerah ujung akar dari gigi yang akan dicabut
i. Tusukkan jarum di bagian palatal yaitu pada seperempat palatum atau bagian
lingual daerah ujung akar dari gigi yang akan dicabut dengan bevel jarum
menghadap tulang, sampai menatap tulang
j. Lakukan aspirasi untuk mengetahui apakah jarum masuk ke dalam pembuluh
darah atau tidak
k. Bila tidak ada darah dalam syringe, depositkan obat sebanyak 0,5 cc, lalu tarik
jarum keluar
l. Tunggu antara 3-5 menit, lakukan pengecekan dengan melihat apakah gusi
(mukosa) sudah pucat, atau bila ditusuk dengan sonde sudah tidak terasa
2. Bila memakai obat anestesi infiltrasi Scandonest (atau Xylestesin) dalam bentuk
carpule, maka berikut yaitu langkah-langkahnya:
a. Persiapkan obat anestetikum dengan memasukkan carpule obat anestetikum pada
citoject, pastikan obat bisa keluar dari ujung jarum
b. Ambil cotton pellet yang sudah dibasahi antiseptik
c. Tarik bibir sampai terlihat mucolabial fold dari gigi yang akan dicabut (rahang atas
maupun bawah), lalu olesi dengan antiseptik tadi
d. Tusukkan jarum pada mucolabial fold gigi yang akan dicabut dengan bevel jarum
menghadap tulang, sampai menatap tulang
e. Depositkan obat sebanyak 1,5 cc, lalu tarik jarum keluar
f. Selanjutnya ambil cotton pellet yang sudah dibasahi antiseptik
g. Untuk gigi rahang atas oleskan pada bagian palatal yaitu di daerah seperempat
palatum dari gigi yang akan dicabut. Untuk rahang bawah oleskan pada bagian
lingual yaitu didaerah ujung akar dari gigi yang akan dicabut
h. Tusukkan jarum di bagian palatal yaitu pada seperempat palatum atau bagian
lingual daerah ujung akar dari gigi yang akan dicabut dengan bevel jarum
menghadap tulang, sampai menatap tulang
i. Depositkan obat sebanyak 0,5 cc, lalu tarik jarum keluar
j. Tunggu antara 3-5 menit, lakukan pengecekan dengan melihat apakah gusi
(mukosa) sudah pucat, bila ditusuk dengan sonde sudah tidak terasa
G. FIKSASI JARI
Perlu diperhatikan fiksasi jari dalam memegang gigi yang akan dicabut, pada prinsipnya
sama dengan cara fiksasi jari pada gigi susu di atas, yaitu:
1. Untuk Gigi Tetap anterior rahang atas: ibu jari di sebelah palatal dan jari telunjuk di
sebelah labial
2. Gigi Tetap anterior rahang bawah: jari telunjuk di sebelah lingual dan ibu jari di sebelah
labial, ketiga jari yang lain menyangga dagu
3. Bila untuk gigi Tetap Caninus rahang bawah kanan dapat pula dengan cara: jari telunjuk
di sebelah bukal dan ibu jari di sebelah lingual, ketiga jari yang lain menyangga dagu.
Perhatikan bahwa operator ada di arah jam 11, dengan lengan sedikit merangkul pasien.
H. GERAKAN PENCABUTAN
Yang perlu diperhatikan saat melakukan gerakan pencabutan gigi yaitu bahwa Gigi
Tetap akarnya masih panjang dan tertanam dalam tulang. Untuk itu perlu digoyangkan dan
dilonggarkan terlebih dahulu sebelum dicabut. Disini diingatkan kembali gerakan pencabutan
sebagai berikut:
1. Gigi tetap anterior rahang atas: lepaskan perlekatan gigi dari jaringan periodontium
memakai bein, goyangkan gigi dengan bein, bila gigi telah longgar maka pegang gigi
memakai tang yang sesuai, luksasi ke arah labial-palatal, bila sudah longgar lakukan
rotasi, lalu ekstraksi ke arah bawah dan keluar dari mulut. Di bawah ini yaitu contoh
gambar pemakaian bein.
2. Gigi tetap anterior rahang bawah: lepaskan perlekatan gigi dari jaringan periodontium
memakai bein, goyangkan gigi dengan bein, bila gigi telah longgar maka pegang gigi
memakai tang yang sesuai, luksasi ke arah labial-palatal, bila sudah longgar lakukan
rotasi, lalu ekstraksi ke arah atas dan keluar dari mulut
3. Segera sesudah gigi tercabut lakukan pengecekan apakah masih ada sisa akar atau
serpihan gigi yang tertinggal
4. Bila tidak ada, lakukan penekanan luka pencabutan memakai cotton roll atau
tampon selama 10 detik untuk menghentikan pendarahan
5. Kemudian instruksikan pasien untuk berkumur 1 kali saja Segera ambil tampon yang
sudah diberi antiseptik dan letakkan pada luka bekas pencabutan
I. PEMBERIAN INSTRUKSI sesudah PENCABUTAN GIGI
sesudah gigi tercabut dan luka bekas pencabutan ditutup dengan tampon antiseptik,
maka langkah berikutnya yaitu memberikan instruksi sesudah pencabutan sebagai berikut:
1. Gigit tampon selama 60 menit, agar terjadi pembekuan darah
2. Bila sudah 60 menit, tampon boleh dibuang
3. Jangan berkumur terlalu keras dan sering, agar bekuan darah tidak terlepas yang dapat
memicu terjadi pendarahan lagi
4. Tidak boleh menghisap-hisap luka bekas pencabutan, agar bekuan darah tidak terlepas
yang dapat memicu terjadi pendarahan lagi
5. Tidak boleh menyentuh/mengorek luka bekas pencabutan dengan jari maupun lidah,
karena dapat memicu bekuan darah terlepas dan terjadi infeksi karena jari yang
kotor
6. Bila ingin makan, hari ini pakailah sisi rahang yang tidak dicabut, agar bekuan darah tidak
terlepas yang dapat memicu pendarahan lagi
7. Sementara ini jangan makan dan minum yang panas, agar pembuluh darah tidak
melebar yang dapat memicu terjadi pendarahan yang berlebihan
8. Bila pasien merokok, selama 1 hari ini tidak boleh merokok dahulu, agar pembuluh darah
tidak melebar yang dapat memicu terjadi pendarahan yang berlebihan.
Ringkasan
Tindakan pencabutan gigi tetap akar tunggal dengan anestesi infiltrasi pada pasien
pelayanan asuhan kesehatan pasien dilakukan pada pasien dengan usia lebih dari 7 tahun.
Obat anestesi yang biasanya dipakai yaitu Lidocaine HCl, Pehacain, Scandonest, atau
Xylestesin. Agar prosedur pencabutan dapat berjalan dengan lancar dan aman, maka penting
untuk memperhatikan indikasi; keadaan umum dan penyakit sistemik yang diderita oleh
pasien; pemilihan alat, bahan dan obat anestesi yang tepat; posisi pasien dan operator;
pemberian komunikasi terapeutik; persetujuan tindakan medis; pelaksanaan anestesi
permukaan; fiksasi jari; gerakan pencabutan; dan pemberian instruksi sesudah pencabutan
gigi.
RUJUKAN, EVALUASI, DOKUMENTASI
PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT pasien
audara-saudara mahasiswa, salam sukses untuk Anda semua. Pada bab sebelumnya
Anda sudah mempelajari konsep, mempraktekan tahapan pengkajian, diagnosa,
implementasi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien .
Pada bab ini Anda akan mempelajari tiga topik yang meliputi rujukan, evaluasi, dokumentasi
asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien pasien . Ketiga tindakan ini dilakukan
pada bagian akhir kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien .
Rujukan yaitu sesuatu yang dipakai pemberi informasi (pembicara) untuk
menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Evaluasi yaitu penilaian hasil dan
proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran
dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi asuhan kesehatan gigi
dan mulut itu sendiri. Dokumentasi yaitu kegiatan pencatatan tentang keadaan klien yang
dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan akan tetapi juga dilihat dari jenis, kualitas dan kuantitas
dari layanan yang telah diberikan perawat gigi dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Tujuan sesudah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu melakukan rujukan,
evaluasi, dan dokumentasi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien sesuai
prosedur.
namun sebelum Anda melakukan praktik rujukan, evaluasi dan dokumentasi
pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien di klinik, Anda sudah harus
menguasai pengetahuan konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut pasien . Untuk itu persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas,
sebagai bekal untuk melakukan pengkajian berupa pemeriksaan subyektif dan obyektif pada
pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien .
Sebelumnya Anda sudah mempelajari tentang tindakan dalam pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut, dan tentunya ada hal-hal dalam memberikan pelayanan
ada klien dengan kasus diluar kompetensi perawat gigi. topik
pertama, yaitu topik tentang rujukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Rujukan yaitu sesuatu yang dipakai pemberi informasi (pembicara) untuk
menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Dikenal juga dengan sebutan
referensi. Rujukan mungkin memakai faktual ataupun non faktual. Rujukan faktual terdiri
atas kesaksian, statistik contoh, dan objek aktual. Rujukan dapat berwujud dalam bentuk
bukti, nilai-nilai, dan/ atau kredibilitas. Sumber materi rujukan yaitu tempat materi ini
ditemukan. kesehatan gigi dan mulut serta hal-hal yang mencakup perilaku kesehatan gigi dan
mulut yang dilakukan pasien.
Rujukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan komponen yang
penting dalam sistem pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Dengan memahami sistem dan
cara rujukan yang baik, tenaga kesehatan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan
pasien.
Secara umum, rujukan dilakukan bila tenaga dan perlengkapan di suatu fasilitas
kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin terjadi. Dalam pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, alasan untuk merujuk yaitu kondisi pasien pada saat datang dan
selama mendapat pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
berdasar sifatnya, rujukan kesehatan gigi dan mulut dibedakan menjadi:
A. Rujukan kegawatdaruratan
Rujukan kegawatdaruratan yaitu rujukan yang dilakukan sesegera mungkin karena
berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak.
B. Rujukan berencana
Rujukan berencana yaitu rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih panjang
ketika keadaan umum pasien masih relatif lebih baik, misalnya di masa awal kunjungan
ketika didapati kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam kondisi
gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi
yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi pasien.
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:
1. Kondisi pasien tidak stabil untuk dipindahkan
2. Tidak ada kejelasan tenaga kesehatan terampil yang di tempat rujukan tujuan
3. Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan
Perencanaan Rujukan
Komunikasikan rencana merujuk dengan pasien dan keluarganya, karena rujukan harus
medapatkan pesetujuan dari pasien dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan perlu
memberikan kesempatan, bila situasi memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan dan
pertanyaan pasien serta keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan sebaiknya meliputi:
1. Diagnosa dan tindakan medis yang diperlukan
2. Alasan untuk merujuk pasien
3. Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
4. Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan pasien untuk dirujuk
5. Tujuan rujukan
6. Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan
Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan sampaikan kepada
tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut ini:
1. Indikasi rujukan
2. Kondisi pasien
3. Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi lingkungan dan cuaca
menuju tujuan rujukan)
4. Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien yaitu :
1. Nama pasien
2. Nama tenaga kesehatan yang merujuk
3. Indikasi rujukan
4. Kondisi pasien
5. Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal ini telah dicatat dan diketahui
oleh tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien.
Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung ataupun melalui
faksimili) sesegera mungkin:
1. Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas pasien, hasil pemeriksaan, Diagnosa
kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta nama dan tanda tangan tenaga
kesehatan yang memberi pelayanan)
2. Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini
3. Hasil pemeriksaan penunjang
4. Berkas-berkas lain untuk pembiayaan memakai jaminan kesehatan
Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:
1. Keadaan umum pasien
2. Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan)
3. Denyut jantung
4. Presentasi
Bagian-bagian dari Surat Rujukan :
1. Tujuan Rujukan
2. Lokasi tujuan rujukan
3. Permohonan penanganan
4. Nomor RM
5. Umur
6. N a m a
7. Kelamin
8. Alamat
9. Diagnosa sementara
10. Tindakan yang telah diberikan
11. Nama dan tandatangan pengirim
Kartu Rujukan
NAMA INSSTITUSI .............................
XXXX...ALAMAT...XXXX
SURAT RUJUKAN
Kepada Yth : drg. .......................
Di Klinik / Puskesmas : ...............................
Mohon pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut penderita :
Nomor RM : ............................................. Umur : ...... Tahun
N a m a : ............................................. Kelamin : L / P
Alamat : .............................................
Diagnosa : .............................................
Tindakan yang telah diberikan : .............................................
Demikian atas bantuannya, diucapkan banyak terimakasih.
Semarang, ................................
Salam,
topik kedua, yaitu evaluasi pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut. Ada beberapa definisi tentang yaitu:
1. Evaluasi pelayanan yaitu tindakan intelektual untuk melengkapi proses pelayanan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Monitor kealpaan yg terjadi selama tahap pengkajian, diagnosa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
2. Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri.
3. Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
pelayanan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
Pada tahap evaluasi, dapat diketahui seberapa jauh diagnosa, rencana tindakan, dan
pelaksanaan pelayanan telah tercapai.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses asuhan kesehatan gigi dan mulut
tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses asuhan kesehatan gigi
dan mulut. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah
dikumpulkan dan kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosa juga perlu dievaluasi dalam
hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap intervensi untuk
menentukan apakah tujuan intervensi ini dapat dicapai secara efektif. Evaluasi
dilakukan berdasar kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan,
membandingkan hasil tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses asuhan
kesehatan gigi dan mulut mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.
Tugas dari evaluator yaitu melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan
kriteria evaluasi, memakai penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam
memberikan asuhan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Tujuan Evaluasi :
Tujuan evaluasi yaitu untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasar respon klien terhadap
tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan, sehingga perawat gigi dapat
mengambil keputusan:
1. Mengakhiri rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut (klien telah mencapai
tujuan yang ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut (klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan)
3. Meneruskan rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut (klien memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan
Tahap evaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut, yaitu:
1. Membaca kembali diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut, rencana asuhan
kesehatan gigi dan mulut, intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut.
2. Mengidentifikasi tolak ukur keberhasilan yang akan dipakai untuk mengukur tingkat
keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan. Pada bagian ini berisi serangkaian kegiatan
berupa :
a. Evaluasi struktur. Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau
keadaan sekeliling tempat pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut diberikan.
Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam
pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, ratio perawat gigi-
klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf
perawat gigi dalam area yang diinginkan.
b. Evaluasi proses. Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat gigi dan
apakah perawat gigi dalam memberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi
perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat
wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa asuhan
kesehatan gigi dan mulut, dan kemampuan tehnikal perawat gigi.
c. Evaluasi hasil. Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons
prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut
dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:
1. Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria
hasil yang telah ditetapkan.
2. Masalah sebagian teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari kriteria
hasil yang telah ditetapkan.
3. Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama
sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau
bahkan timbul masalah/ diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut baru.
Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
1. Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisan catatan perkembangan dengan
berorientasi kepada masalah yang dialami oleh klien.
2. Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan
dicapai. Bila ada kesenjangaan diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses
asuhan kesehatan gigi dan mulut perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau
rencana yang perlu dimodifikasi
Metode Evaluasi yang dipakai dalam evaluasi, antara lain:
1. Observasi langsung
2. Wawancara
3. Memeriksa laporan
4. Latihan simulasi