benjolan di payudara

 





benjolan di payudara1


Fibroadenoma mammae (FAM) adalah 

tumor jinak yang sering terjadi di payudara yang 

berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan 

jaringan glanduler (epitel) yang berada di 

payudara (Sjamsuhidayat. 2017). Fibroadenoma 

Mammae (FAM) merupakan penyakit payudara 

tersering yang menyebabkan benjolan di payudara 

dan sering mengenai wanita dengan usia < 30 

tahun dan jarang terjadi pada usia di atas 50 tahun.

Fibroadenoma mammae belum diketahui pasti 

penyebabnya namun diketahui bahwa ada 

beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap 

pertumbuhan tumor ini antara lain peningkatan 

aktivitas hormon estrogen yang biasanya terjadi pada usia dibawah dari 30 tahun, sehingga FAM 

ini lebih sering menyerang wanita usia muda 

dibandingkan dengan usia tua (Alini. 2018).

Di Indonesia data tentang FAM masih 

belum lengkap akan tetapi data yang dikeluarkan 

Yayasan Kanker Indonesia tahun 2012 

diperkirakan sebanyak 100 orang telah terkena 

tumor jinak payudara selama pertengahan tahun 

2011.

Fibroadenoma Mammae dibedakan 

berdasarkan 2 hal yaitu ukuran tumor dan 

gambaran histologinya (Sjamsuhidayat. 2017). 

Berdasarkan ukuran tumornya FAM dibagi 

menjadi : 

1. Common Fibroadenoma yang ditandai dengan 

ukuran tumor 1-3 cm yang biasa terjadi di 

kuadran superolateral dengan lesi tunggal, 

oval bulat, halus, batas tegas, mobile.

2. Juvenile Fibroadenoma yang biasa terjadi 

multiple – bilateral dan terjadi pada masa 

pubertas.

3. Giant Fibroadenoma yaitu tumor 

fibroadenoma raksasa dengan ukuran > 5 cm 

biasanya ditemukan pada wanita hamil dan 

menyusui.

Berdasarkan histologi tumornya FAM dibagi 

menjadi : 

1. Intracanalicular Fibroadenoma yang 

merupakan fibroadenoma pada payudara yang 

secara tidak teratur dibentuk dari pemecahan 

antara stroma fibrosa yang mengandung serat 

jaringan epitel dengan rongga mirip duktus 

atau kelenjar dilapisi oleh satu atau lebih 

lapisan sel yang reguler dengan membran 

basal jelas dan utuh, dimana sebagian lesi 

rongga duktus terbuka, bundar sampai oval 

dan cukup teratur.

2. Pericanalicular Fibroadenoma yaitu 

fibroadenoma pada payudara yang menyerupai 

kelenjar atau kista yang dilingkari oleh 

jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan, 

sebagian lainnya tertekan oleh poliferasi 

ekstensif stroma sehingga pada potongan 

melintang rongga tersebut tampak sebagai 

celah atau struktur irregular mirip bintang.

METODE

Penelitian ini merupakan laporan kasus 

atau case report yang disusun menggunakan 

data pasien dari pasien yang datang dengan 

kasus FAM. Penyususnan laporan kasus ini 

disusun mulai dari pasien datang ke poli bedah 

RSUD DR. Harjono S. Ponorogo hingga 

selesai tindakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. LAPORAN KASUS

Seorang perempuan berusia 23 tahun 

datang ke poli bedah RSUD DR. Harjono S 

Ponorogo dengan keluhan benjolan di 

payudara kanan, benjolan dirasakan sejak 

setahun sebelum periksa di rumah sakit. 

Pasien mengatakan benjolan awalnya kecil 

kemudian membesar namun pasien tidak 

merasakan nyeri pada payudara tersebut.

Riwayat penyakit serupa disangkal Riwayat 

serupa pada keluarga diakui yaitu pada ibu pasien yang juga mempunyai Riwayat yang 

sama hingga dilakukan Tindakan operasi 

sebanyak 3 kali. Pada pemeriksaan fisik 

keadaan umum baik kesadaran kompos 

mentis dan tanda-tanda vital dalam batas 

normal, pada pemeriksaan fisik generalis 

semua dalam batas normal, dan pada status 

lokalis payudara didapatkan pada kiri dalam 

batas normal sedangkan pada payudara 

kanan terdapat tanda patologi saat 

dilakukan palpasi yaitu terdapat benjolan 

multiple dengan konsistensi lunak dan 

permukaan rata berbatas tegas dan mobile 

serta tidak terdapat nyeri tekan.kemudian 

pasien diusulkan pemeriksaan penunjang 

USG dan didapatkan kelainan pada 

mammae dextra tampak masa solid multiple 

pada jam 1, 3 cm dari papilla mammae, 

Ukuran : 6x5x2,4 cm, Batas tegas dengan 

Posterior enhancemen (+). Pada payudara 

kiri tidak ditemukan adanya kelainan dan 

semuanya dalam batas normal.

dengan Fibroadenoma Mammae (FAM) dan 

direncanakan untuk dilakukan Tindakan 

tatalaksana operatif yaitu dengan tindakan 

lumpektomi pada payudara kanan tersebut.

PEMBAHASAN

1. DIAGNOSIS

Fibroadenoma Mammae merupakan salah 

satu tumor payudara yang bersifat jinak 

dengan karakteristik yang khas. Penegakkan diagnosis dapat dilakukan dari anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan 

penunjang.

Anamnesis dilakukan mulai dari identitas 

pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat 

penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga 

dan riwayat menstruasi untuk mengetahui 

faktor predisposisinya. Pasien biasa datang 

dengan keluhan benjolan yang sudah cukup 

lama dirasakan namun tidak nyeri dan 

benjolan biasanya dimulai dari ukuran kecil 

kemudian membesar seiring berjalannya 

waktu.

Pemeriksaan fisik dilakukan dari inspeksi 

,Penderita diminta untuk membuka pakaian 

sampai ke pinggang. Kemudian pemeriksaan 

dilakukan dengan posisi pasien duduk 

menghadap dokter dengan kedua lengan 

pasien di samping tubuh dan di pinggang. 

Inspeksi dilakukan terhadap bentuk kedua 

payudara, warna kulit, lekukan, retraksi 

papilla, adanya bitnik seperti kulit jeruk, 

ulkus, benjolan, cekungan kulit (dimpling). 

Pada pasien FAM biasanya tidak tampak 

kelainan pada inspeksi kecuali pada tumor 

yang berukuran besar sehingga tampak 

asimetris. Kemudian palpasi dilakukan 

dengan menggunakan bagian volar distal dari 

jari kedua, ketiga dan keempat pemeriksa. 

Palpasi dilakukan secara sistematis dan 

menyeluruh terutama pada daerah 

superolateral (lateral atas) dan subareolar

yang merupakan tempat tersering ditemukan 

lesi. Pola pemeriksaan dapat dilakukan 

menggunakan pola vertical (vertical strip 

pattern), pola melingkar (sirkular/konsentris) 

dan pola seperti jari-jari roda (radier pattern) 

dengan putting susu sebagai pusatnya. Pada 

palpasi biasa ditemukan lesi tunggal/multiple 

dengan batas tegas, mobile pada palpasi dan 

tidak nyeri tekan serta tidak ditemukan 

pembesaran kelenjar getah bening. 

Pemeriksaan penunjang pada fibroadenoma 

mamae dapat dilakukan dengan menggunakan 

mammografi, USG, pemeriksaan Biopsi dan

juga MRI 

2. TATALAKSANA dan EDUKASI

Terapi pada fibroadenoma dapat 

dilakukan dengan operasi pengangkatan tumor 

berupa eksisi (lumpektomi), biasanya pada 

Tindakan eksisi FAM dilakukan general 

anaesthesi . Fibroadenoma 

mamae memiliki kemungkinan untuk tumbuh 

dan berkembang lagi meskipun telah 

dilakukan Tindakan eksisi tumor, sehingga 

edukasi kepada pasien penting untuk dilakukan untuk mencegah dan mendeteksi 

dini kekambuhan (Williams. 2018). Pasien 

dapat diedukasi dengan menjelaskan tentang 

SADARI dan kontrol secara berkala. 

SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) 

disarankan dilakukan setiap hari ke-7 sampai 

10 dihitung mulai dari hari pertama haid atau 

dilakukan pada tanggal yang sama di setiap 

bulannya untuk pasien post menapouse (Indah 

Risnawati. 2015). Langkah-langkah 

pemeriksaan SADARI adalah sebagai berikut

(KEMENKES. 2016) : 

1. Di depan cermin angkat kedua tangan 

dan periksa apakah ada kemerahan 

atau bengkak di payudara.

2. Letakkan tangan di pinggang dan 

periksa payudara seperti pada 

Langkah pertama.

3. Tekan payudara dari atas sampai 

bawah dan rasakan apakah ada 

benjolan.

4. Tekan payudara secara melingkar dan 

rasakan apakah ada benjolan

5. Tekan payudara kea rah putting dan 

lihat apakah ada cairan yang keluar.

6. Pada posisi berbaring dan tekan 

Kembali payudara secara melingkar.

FAM merupakan tumor jinak yang 

sering terjadi pada Wanita usia muda 

dibandingkan dengan usia tua, belum diketahui 

pasti penyebabnya namun diduga peningkatan 

hormone yang terjadi pada usia muda dianggap 

sebagai salah satu faktor yang menyebabkan 

FAM lebih dominan terjadi pada Wanita usia 

muda. Deteksi dini dapat dilakukan dengan 

pemeriksaan SADARI secara rutin. benjolan di payudara2




Tumor payudara merupakan salah satu penyakit keganasan dengan angka kejadian yang cukup 

tinggi dimasyarakat khususnya pada wanita. Tumor payudara merupakan benjolan abnormal karena

pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Tumor payudara dibedakan menjadi tumor jinak dan ganas. 

Kedua jenis tumor ini dibedakan dari bentuk, permukaan, konsistensi, mudah digerakkan atau tidak 

dan sifat nyeri. Penegakan diagnosis terhadap keganasan pada payudara yaitu anamnesis, 

pemeriksaan fisik payudara, laboratorium, radiologi dan histopatologi. Studi ini merupakan laporan

kasus tumor mammae sinistra, yaitu seorang perempuan berusia 37 tahun yang datang ke poli bedah 

RSUD Karanganyar dengan keluhan ada  benjolan di payudara kiri sejak 3 bulan yang lalu. 

Pada pemeriksaan fisik palpasi payudara kiri didapatkan benjolan dengan permukaan yang teraba 

halus, konsistensi kenyal, batas tidak tegas, bentuk bulat, terfiksasi, dan dengan ukuran 2x2x2 cm.

Ny. R didiagnosis tumor mammae sinistra yang didapatkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan 

fisik serta pemeriksaan penunjang. Prinsip manajemen tumor mammae dapat dilakukan secara 

operatif yaitu lumpektomi.

Tumor atau neoplasma 

merupakan pertumbuhan sel yang

berlebihan dalam tubuh. Tumor payudara 

terjadi akibat pertumbuhan sel yang terus 

menerus 

Faktor risiko yang harus 

diperhatikan antara lain: riwayat keluarga 

yang terkena tumor payudara, riwayat 

ginekologi dan obstetri, pengobatan 

hormonal, riwayat operasi dan tumor di 

payudara sebelumnya .hidup menetap yang menjadi pencetus 

kanker payudara karena bisa menyebabkan 

penumpukan jaringan lemak yaitu jaringan 

tempat produksi skunder dari hormone 

estrogen. Sedentary life style, konsumsi 

alkohol dan merokok juga bisa menjadi

risiko mengidap tumor payudara 

Menurut World Health 

Organization (WHO) Tahun 2018, kanker 

adalah menyebabkan kematian nomor dua 

di dunia. Pada tahun 2018 ada  9,6 

juta kematian yang diakibatkan oleh kanker 

dan sekitar satu dari enam kematian 

disebabkan oleh kanker payudara. Di antara

lima kanker yang paling sering didapati,

angka kanker payudara mencapai 2,09 juta

kasus 

Tingkat terjadinya penyakit kanker 

di Indonesia mencapai 136.2 per 100.000 

masyarakat berada pada urutan delapan di 

Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 

23. Pada perempuan angka paling tinggi 

kanker payudara yaitu 42,1 per 100.000 jiwa

dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 

jiwa yang diikuti kanker leher rahim sebesar 

23,4 per 100.000 jiwa dengan rata-rata 

kematian 13,9 per 100.000 penduduk 

Berdasarkan gambaran klinis, tumor 

payudara dapat diklasifikasikan menjadi 

tumor mammae jinak (benigna) dan ganas

(maligna). Kanker payudara adalah tumor 

maligna payudara yang dapat menjadi 

kanker yang berasal dari jaringan payudara 

(duktus, lobulus, dan jaringan penunjang 

lainnya), yang mebedakan dari keduanya 

yaitu bentuk, konsistensi, permukaan, 

mobile ata tidaknya dan sifat nyeri 

Penegakan diagnosis bisa dilakukan

pemeriksaan USG, Magnetic Resonance 

Imaging (MRI) mammography dan biopsi. 

Biopsi merupakan bakustandar 

pemeriksaan kanker payudara untuk 

memastikan adanya malignansi atau tidak. 

Pengambilan sampel biopsi bisa dilakukan 

dengan cara (fine-needle aspiration biopsy, 

core biopsy, dan biopsi terbuka) 

Tata laksana kanker payudara 

yaitu dengan kemoterapi, operasi,pengobatan hormon, radioterapi, targeting

therapy dan rehabilitasi medik 

Pasien datang ke Poli Bedah RSUD 

Surakarta dengan keluhan benjolan pada 

payudara sebelah kiri mulai disadari sejak 

kurang lebih 3 bulan Sebelum masuk RS. 

Payudara terasa kencang selama 1 minggu 

sejak 3 bulan SMRS. Benjolan berjumlah 

satu buah, tidak dapat digerakkan, tidak ada 

cairan yang keluar. Pasien tidak 

mengeluhakan adanya benjolan ditempat 

lain. Pasien tidak mengeluhkan sesak nafas, 

nyeri tulang ataupun keluhan lainnya. 

Pasien memiliki riwayat menstruasi yang 

tidak teratur. Demam (-) , keringat malam 

hari (-), & penurunan berat badan (-).

Siklus menstruasi pasien tidak 

teratur. Menarche yaitu pada usia 11 tahun. 

Pasien mempunyai dua orang anak, anak 

pertama berusia 13 tahun dan anak kedua 

berusia 3 tahun. Riwayat Keguguran diakui 

Pada tahun 2014 saat usia kehamilan <2 

bulan. Pasien memberikan ASI anak 

pertama sampai 3 bulan, anak kedua selama 

2 tahun hanya menyusui dari payudara 

kanan karena payudara kiri tidak keluar 

ASI. Pasien menggunakan kontrasepsi 

berupa KB suntik satu bulan setelah 

menikah, KB suntik tiga bulan setelah 

kelahiran anak pertama, Pil KB planotab 

setelah kelahiran anak kedua.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan

umum baik, kesadaran compos mentis, 

tekanan darah 110/80 mmHg, HR

93x/menit, RR 20x/menit , suhu 35,9 °C.

Pemeriksaan status lokalis di regio 

mammae sinistra pada inspeksi tidak terlihat 

masa tumor, perubahan warna kulit 

kemerahan, peau dorange, dimpling,

ulserasi tidak ditemukan. Perubahan putting 

ada  retraksi namun discharge tidak 

ditemukan. 

Palpasi pada payudara kiri teraba 

massa pada kuadran superolateral 1 buah, 

dengan ukuran ± 2x2x2 cm, batas tidak

tegas, berbentuk bulat, licin, konsistensi 

kenyal, tepi permukaan rata, tidak dapat 

digerakkan, nyeri tekan ringan (-), discharge 

(-). Tidak ditemukan pembesaran limfonodi 

aksila dan supraklavikula. Payudara kanan Pada pemeriksaan laboratorium 

didapatkan hasil hemoglobin 13.5 g/dl, 

hematokrit 43.6 %, leukosit 10,09 x 103

/ul, 

trombosit 364 x 103

/ul, GDS 100 mg/100ml, 

ureum 22 mg/dl, creatinin 0.80 mg/100ml, 

HbsAg non reaktif dan HIV negatif. 

Pemeriksaan rotgen thorax didapatkan cor 

dalam batas normal dan paru-paru tidak 

ada  kelainan. Pemeriksaan EKG 

didapatkan NSR.

Berdasarkan keluhan, pemeriksaan 

fisik, pemeriksaan penunjang diagnosis 

kerja pasien ini adalah tumor mammae 

sinistra selanjutnya pasien menjalani rawat 

inap lalu malamnya dipuasakan untuk 

persiapan pembedahan lumpektomi. Tidak 

ada komplikasi pasca lumpektomi pasien 

hanya mengeluhkan sedikit nyeri pada 

bagian post operasi. Pasien kembali ke 

ruangan dan terapi yang diberikan yaitu 

infus RL 20 tpm ceftriaxon 2x1g dan 

antalgin 3x1gr.

DISKUSI

Pada kasus ini dapat 

menggambarkan presentasi klinis pasien 

tumor mammae sinistra. Beberapa yang 

harus diperhatikan d a l a m 

penegakan diagnosis dan

penatalaksanaan medikamentosa ataupun 

tindakan operatif. Diagnosis harus 

ditegakan dengan anamnesis dan

pemeriksaan fisik yang akurat sehingga 

dapat diagnosis secara tepat 

Tumor payudara adalah benjolan abnormal 

yang diakibatkan oleh perkembangan sel 

yang tidak terkendari secara berlebih. 

Dalam klinik, istilah tumor sering dikaitkan 

dengan semua tonjolan baik oleh keganasan 

maupun peradangan 

Untuk saat ini, etiologi pasti tumor 

payudara tidak diketahui. Tetapi, ada 

beberapa faktor pencetus yang telah 

teridentifikasi, yaitu : 

a. Jenis kelamin 

Perempuan jauh beresiko terkena tumor payudara dibandingkan dengan laki-laki. 

Tercatat dari tumor payudara pada laki-laki 

hanya 1% dari semua tumor payudara. 

b. Riwayat keluarga 

Perempuan yang mempunyai keluarga 

tingkat satu mengidap tumor mammae 

berisiko tiga kali lebih besar mengidap 

tumor mammae. 

c. Faktor genetik 

Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 

dan BRCA2 pada kromosom 13 bisa 

menambah risiko sampai 85%. 

d. Faktor usia 

Risiko tumor payudara bertambah

seiring dengan pertambahan usia. 

e. Faktor hormonal 

Kadar hormon yang tinggi ketika usia 

reproduktif, apalagi jika tidak diselingi oleh 

perubahan hormon akibat kehamilan, bisa 

menambah risiko mengidap tumor 

payudara. 

f. Usia saat kehamilan pertama 

Saat hamil pertama pada umur >30 

tahun berisiko dua kali lipat dibandingkan 

saat hamil pada umur < 20 tahun. 

g. Kontrasepsi oral 

Kontrasepsi oral bisa menaikan risiko 

tumor payudara. Meskipun begitu, 

hubungan kontrasepsi oral dan kejadian 

tumor payudara masih diteliti. Selain itu,

faktor pencetus juga oleh jumlah yang 

dikonsumsi, jenis hormon kontrasepsi, dan 

umur saat kontrasepsi pertama. Penggunaan 

ketika umur <20 tahun berisiko lebih besar 

dibandingkan dengan penggunaan pada 

umur lebih tua 

Hal-hal yang harus dianamnesis 

kepada pasien yaitu letak benjolan, timbul

benjolan pertama kali, dan progresifitas 

pertumbuhannya. Selain itu, harus 

ditanyakan juga berbagai keluhan tambahan, 

misalnya ada nyeri, jenis dan banyaknya

cairan yang keluar dari puting, perubahan 

bentuk dan besar payudara, siklus haid, 

perubahan sekitar payudara, dan retraksi 

puting susu 

Faktor risiko yang harus

diperhatikan yaitu: riwayat keluarga yang 

mengidap tumor payudara , riwayat obstetri 

dan ginekologi, pengobatan hormonal 

(termasuk kontrasepsi hormonal), riwayat operasi dan penonjolan di payudara 

sebelumnya 

Pada pemeriksaan fisik diperiksa 

benjolan melalui inspeksi saat berbaring, 

duduk, dan membungkuk perhatikan ada 

tidaknya kerutan pada kulit payudara (peau 

d’orange), dari palpasi itu dapat diketahui 

ukurannya, jumlahnya, apakah mobile atau 

tidak, kenyal atau keras, berdungkul￾dungkul, dan mengeluarkan cairan dari 

putting susu atau tidak 

Berikut tahapan - tahapan 

pemeriksaan payudara (SADARI) yang 

dapat diedukasi kepada semua perempuan, 

terutama yang memiliki risiko tinggi, 

yaitu:

a. Mulailah dengan mengamati 

payudara di cermin dengan bahu lurus dan 

lengan dan pinggang. Perubahan yang perlu 

disadari dilihat dari bentuknya simetris atau 

tidak, perhatikan ada tidaknya kemerahan di 

payudara, Puting yang berubah posisi 

dimana seharusnya menonjol keluar atau 

puting yang retraksi ke dalam 

b. . Kemudian kedua lengan diangkat 

untuk melihat apakah ada kelainan pada 

kedua payudara. Nilai ada tidaknya retraksi. 

Perhatikan juga adakah perubahan pada 

kulit payudara yang menyerupai kulit jeruk 


c. Lengan diturunkan salahsatu, 

kemudian palpasi. Berhenti sebentar, 

selanjutnya palpasi dengan gerakan 

memutar dan sedikit penekanan pada 

payudara. Kemudian raba ke area lain 

dengan gerakan memutar. Lakukan gerakan 

pada semua bagian payudara 

d. Lakukan pemeriksaan pada ketiak 

dengan gerakan memutar seperti diatas. 

Perhatikan dan rasakan ada tidaknya 

perubahan ukuran kelenjar getah bening

disekitar.

e. Pemeriksaan terakhir yaitu gerakan 

menekan dari arah dasar payudara ke arah 

puting, untuk memeriksa ada tidaknya 

cairan yang keluar 

Klinis jinak menampakan 

gambaran tonjolan berbentuk bulat, lonjong, 

permukaan tidak berdungkul-dungkul, konsistensi kenyal, lunak, mudah digerakan 

terhadap sekelilingnya dan tidak nyeri pada 

penekanan. Sedangkan klinis ganas 

memberikan gambaran permukaan 

berbenjol-benjol, bentuk tidak teratur, 

konsistensi keras, padat, batas tidak tegas, 

tedapat perlekatan sehingga sulit digerakan 

terhadap jaringan sekitar 

Pemeriksaan penunjang yang bisa

digunakan untuk penegakan diagnosis 

diantaranya adalah mammography, USG, 

MRI, FNAB, dan biopsi. Mammografi 

digunakan pada usia >35 tahun, dikarenakan 

pada usia produktif kelenjar mammae akan 

mengaburkan hasil mammografi.

Mammografi akan menilai 

kalsifikasi dari tummor, sehingga dapat 

digunakan sebagai menilai keganasan 

payudara. USG bisa digunakan untuk 

membedakan massa tersebut solid atau 

kistik. FNAB akan melihat apakah sel tumor 

tersebut jinak atau ganas. Sedangkan biopsi 

dengan histopatologi merupakan gold 

standar pemeriksaan 

Macam-macam tumor payudara

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Fibroadenoma mammae (FAM) 

paling banyak terjadi pada usia yang lebih 

muda, antara 20 hingga 40 tahun. Pada 

penekanan benjolan berbatas tegas, kenyal, 

dapat digerakan dan tidak nyeri. Terkadang

sulit membandingkan dengan kista 

payudara. FAM terjadi karena pertumbuhan

yang tidak normal dari jaringan periduktus 

ke dalam lobulus, dengan demikian biasa

ditemukan di kuadran lateral atas karena 

kelenjar paling banyak di bagian ini. Baik 

hormone estrogen, progesteron, kehamilan, 

maupun menyusui dapat menjadi pemicu 

proliferasi FAM

b. Kistosarkoma Phyloides adalah 

tumor benigna dari jaringan penyokong 

nonepitel. Pertumbuhanya progresif dan 

bisa ditemukan dalam ukuran yang besar. 

Tumor ini ditemui pada berbagai usia, tetapi 

terbanyak pada umur sekitar 30 tahun.

Penatalaksanaan tumor tersebut adalah 

eksisi luas. Apabila tumor berukuran besar

perlu dilakukan mastektomi simpel. Jika 

tumor didapati ganas maka harus dilakukan 

mastektomi radikal walaupun dapatbermetastasis secara hematogen seperti pada 

sarcoma 

c. Kista Mammae sering didapatkan 

terbanyak pada umur >40 tahun sampai 

peri-menopause. Perubahan ini dipengaruhi 

oleh siklus haid. Secara etiopatogenesis, 

kista terbentuk oleh obstruksi dan dilatasi 

duktus koligentes. Jika pertumbuhanya 

cepat maka akan timbul nyeri. Seringkali 

diduga maligna ditemui cairan sangat 

banyak sehingga tekanannya tinggi dan 

pada perabaan keras. Pemeriksaan sonografi 

bisa dengan jelas menampakan apakah 

massa ini kistik atau solid 

d. Kelainan Fibrokistik sering 

dijumpai pada usia antara 20 sampai 30 

tahun. Pemeriksaan fisik sulit dibedakan

dengan FAM atau kista payudara. Sifat 

nyerinya cukup mencolok, yakni: 

berfluktuasi dipengaruhi oleh siklus haid, 

bilateral, tidak terlokalisir, menjalar ke bahu 

atau ketiak sampai ke lengan. Nyeri bersifat 

menetap dan dapat semakin parah sampai 

menopause 

e. Karsinoma mammae pada 

perempuan menempti nomor kedua setelah 

carcinoma serviks uteri. Angka tertinggi 

pada usia 45 sampai 66 tahun. Hal ini 

diakibatkan oleh terjadinya pembelahan sel￾sel tubuh secara tidak teratur sehingga 

pertambahan sel tidak terkendali, lalu 

tumbuh menjadi kanker. Apabila tumor ini 

tidak dieksisi maka akan infiltrasi dan 

menyebar ke dalam jaringan yang sehat 

sampai ke seluruh tubuh 

Penatalaksanan kanker payudara 

meliputi kemoterapi, operasir, radioterapi, 

pengobatan hormon, targeting therapy dan 

rehabilitasi medik