Disentri basiler



Disentri merupakan penyakit endemis di Indonesia dan termasuk penyakit 

potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Kasus 

disentri masih banyak dijumpai baik di Indonesia maupun Dunia. Negara-negara 

maju seperti Amerika Serikat, insiden disentri 1-5%, sedangkan disentri basiler 

kurang dari 500.000 kasus di setiap tahunnya. Prevalensi penyakit disentri di setiap 

daerah sangat beragam, diperkirakan 10% populasi di dunia dapat terinfeksi 

penyakit ini. Prevalensi tertinggi berada pada negara-negara tropis termasuk 

Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor berupa iklim, letak geografis,

dan demografi dari negara ini   berdasar   data Badan 

Pusat Statistika Lampung diketahui pada tahun 2015 terdapat 8.326 kasus penderita 

disentri 

Bakteri yang dapat memicu  disentri yaitu bakteri Shigella, Salmonella, 

Campylobacter, dan Escherichia coli. Disentri dapat dicegah dengan menjaga 

kebersihan diri dan lingkungan sekitar. Upaya pengobatan disentri dapat dilakukan 

melalui konsumsi obat-obatan, terutama pemberian antibiotik sesuai anjuran 

dokter. Antibiotik yaitu  obat kimiawi yang digunakan untuk mencegah dan 

mengobati suatu infeksi karena bakteri. Pengobatan penyakit disentri menggunakan 

antibiotik secara kimiawi dapat menimbulkan efek samping yaitu nyeri abdominal, 

mual, muntah, mulut kering, mengantuk, dan pusing. Selain itu, pengunaan secara 

terus menerus dapat memicu  resistensi bakteri terhadap antibiotik. Untuk itu, 

diperlukan alternatif pengobatan secara alami dari bahan alam. Salah satu tanaman 

yang memiliki khasiat sebagai obat disentri yaitu  herba meniran. Meniran 

berpotensi sebagai antibakteri karena banyak mengandung komponen bioaktif 

seperti alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin . Herba 

ini secara tradisional dapat digunakan sebagai antibakteri, obat radang ginjal, 

radang selaput lendir mata, virus hepatitis, peluruh dahak, peluruh haid, ayan, nyeri 

gigi, sakit kuning, sariawan, kanker, dan infeksi saluran kencing .warga  di Kelurahan Kedaung Kota Bandar Lampung masih belum 

mengetahui pemanfaatan herba meniran sebagai obat disentri. Oleh karena itu, 

dilakukan kegiatan penyuluhan tentang Pemanfaatan Infusa Tanaman Herba 

Meniran Sebagai Alternatif Pengobatan Penyakit Disentri. 


berdasar   hasil observasi di Kelurahan Kedaung, Kecamatan Kemiling, 

Kota Bandar Lampung diketahui bahwa masih terdapat kasus disentri yang dialami 

oleh balita hingga dewasa. Sebagian warga , khususnya ibu-ibu di lokasi 

kegiatan bekerja sebagai asisten rumah tangga dengan tingkat pendidikan yang 

masih terbatas sehingga pengetahuan dan inovasi masih minim dalam 

memanfaatkan bahan alam sebagai obat. warga  belum mengetahui tentang 

pemanfaatan herba meniran sebagai alternatif pengobatan disentri. Infusa herba 

meniran hasil rebusan daun meniran dapat dikombinasikan dengan penambahan 

madu untuk menutupi rasa pahitnya sehingga dapat dikonsumsi oleh berbagai 

kalangan mulai dari balita hingga dewasa. Selain itu, usaha ekonomi kreatif yang 

diakukan warga  masih sangat terbatas pada bidang kuliner dan kriya 

(kerajinan) sehingga kesejahteraan belum merata. Diperlukan inovasi baru untuk

menghasilkan produk komersial lain dalam rangka membantu kondisi finansial 

warga . Oleh karena itu, kegiatan penyuluhan ini diharapkan dapat membantu 

warga  dalam menghasilkan produk obat alternatif disentri yaitu infusa herba 

meniran untuk meningkatkan derajat kesehatan serta kesejahteraan warga .Kegiatan Pengabdian kepada warga  berupa Penyuluhan tentang 

Pemanfaatan Infusa Tanaman Herba Meniran Sebagai Alternatif Pengobatan 

Penyakit Disentri dilakukan di Kelurahan Kedaung sebagai bentuk kegiatan 

pengabdian kepada warga . Tujuan penyuluhan ini yaitu memberikan edukasi 

yang dapat meningkatkan pengetahuan warga  tentang pemanfaatan tanaman 

sebagai obat, meningkatkan keterampilan dan inovasi warga , serta mendorong 

perbaikan perekonomian dan kesejahteraan warga  di Kelurahan Kedaung. 

Peserta penyuluhan terdiri dari ibu-ibu rumah tangga berjumlah 31 orang. 

Kegiatan ini mendapatkan dukungan positif dari aparatur kelurahan dan 

warga , sehingga dapat berjalan dengan lancar, kondusif, dan tentunya 

bermanfaat bagi warga . Kegiatan penyuluhan ini diawali dengan pembukaan 

dan sambutan Lurah dan Dosen Tim Pengabdian, dilanjutkan pretest sebagai tolak 

ukur tingkat pengetahuan awal ibu-ibu mengenai Pemanfaatan Tanaman Herba 

Meniran. Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi tentang Pemanfaatan

Infusa Tanaman Herba Meniran Sebagai Alternatif Pengobatan Penyakit Disentri 

(Gambar 2).Disentri merupakan penyakit infeksi usus yang disebabkan oleh bakteri

Shigella dysentriae. Disentri dapat menimbulkan luka dan tukak yang terbatas di 

kolon ditandai dengan gejala paling khas (sindrom disentri) yaitu sakit di perut yang 

sering disertai dengan tenesmus, berak, dan tinja mengandung darah dan lendir.

Masa inkubasi bakteri Shigella dysentriae selama 1-7 hari. Faktor pemicu   disentri 

pada balita antara lain lingkungan, sosiodemografi, kesadaran, pengetahuan ibu, 

sanitasi dan kebersihan personal yang buruk, tidak tersedianya air bersih, 

malnutrisi, dan peningkatan penduduk . Lebih lanjut, mengungkapkan bahwa faktor resiko yang mempengaruhi disentri pada 

balita yaitu pengetahuan, riwayat pemberian ASI eksklusif, status gizi, status 

ekonomi, perilaku mencuci tangan dan jamban. Gejala klinis penyakit disentri yaitu 

setelah masa inkubasi yang pendek (1-2 hari), secara mendadak timbul nyeri perut, 

demam, dan diare cair. Gejala ini terjadi karena adanya kerja enterotoksin di usus 

halus. Pada saat infeksi telah mengenai ileum dan kolon, jumlah feses akan 

meningkat, feses lebih kental dan sering mengandung lendir maupun darah 

Upaya pencegahan penyakit disentri antara lain mencuci tangan dengan 

sabun dan air mengalir; memastikan kebersihan makanan, air dan udara;

mengonsumsi makanan yang kaya vitamin; air minum harus matang dan bersih;

memasak makanan sampai matang; serta pembangunan toilet dan air bersih . Penanganan disentri biasanya dilakukan dengan pemberian antibiotik

seperti ampisilin, kloramfenikol, sulfametoxazol-trimetoprim, kanamisin, streptomisin, dan neomisin . Penggunaan antibiotik dalam jangka 

panjang dapat memicu  resistensi. Shigella dysentriae telah menjadi resisten 

terhadap sebagian besar antibiotik lini pertama yaitu ampisilin, kotrimoksasol 

kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosid, sefalosporin generasi 1 dan 2, 

amoxicilillin, dan asam nalidixat . Salah satu alternatif pengobatan 

penyakit disentri yaitu dengan memanfaatkan bahan alam. Herba meniran 

berpotensi sebagai antibakteri Shigella dysentriae karena mengandung komponen 

bioaktif seperti alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin. Pemanfaatan meniran

dilakukan dengan pembuatan infusa tanaman herba meniran .Pada sesi tanya jawab diketahui bahwa antusias peserta penyuluhan sangat 

tinggi yang ditunjukkan oleh banyaknya peserta mengajukan dan menjawab 

pertanyaan. Diberikan doorprize yang menarik sebagai bentuk apresiasi kepada 

peserta. Kegiatan dilanjutkan dengan posttest untuk mengetahui peningkatan 

pengetahuan peserta tentang Pemanfaatan Infusa Tanaman Herba Meniran Sebagai 

Alternatif Pengobatan Penyakit Disentri setelah dilakukan penyuluhan. Jenis soal 

yang diberikan pada posttest sama dengan soal pretest. Soal yang diberikan berupa 

close ended question agar memudahkan peserta untuk dapat menjawab dengan menentukan pilihan benar atau salah. Kegiatan penyuluhan ditutup dengan foto 

bersama dan ramah tamah

Data pretest dan posttest dianalisis untuk mengetahui ada atau tidaknya 

peningkatan pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan. Rata-rata nilai posttest 

(94,0%) lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai pretest (45,7%) Lebih 

rinci dapat diketahui bahwa nilai posttest setiap peserta juga lebih tinggi daripada 

nilai pretest


Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang 

Pemanfaatan Infusa Tanaman Herba Meniran Sebagai Alternatif Pengobatan 

Penyakit Disentri meningkat setelah dilakukan penyuluhan. Kegiatan pengabdian 

kepada warga  berupa penyuluhan ini mampu memberikan manfaat dan 

pemahaman yang baik kepada warga  di Kelurahan Kedaung, sehingga dapat 

berkata kata  bahwa kegiatan ini sukses. Hal ini sesuai dengan hasil pengabdian 

 bahwa kegiatan pengabdian warga  melalui penyuluhan 

mampu meningkatkan pengetahuan peserta



Disentri masih menjadi salah satu masalah kesehatan serius di Indonesia dan Dunia. 

Infeksi pada saluran pencernaan ini yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan parasit

dapat memicu  diare berdarah, lendir pada feses, dan nyeri pada saat buang air 

besar. Herba meniran merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai 

antibakteri. Kegiatan pengabdian kepada warga  melalui penyuluhan bertujuan 

untuk memberikan edukasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan 

keterampilan kepada warga  tentang pemanfaatan infusa tanaman herba 

meniran sebagai alternatif pengobatan penyakit disentri di Kelurahan Kedaung 

Kota Bandar Lampung. Penyuluhan ini menggunakan metode ceramah, 

demonstrasi, diskusi, dan tanya jawab dengan alat bantu kuesioner, leaflet, video, 

dan alat demonstrasi. Hasil pretest dari 31 peserta penyuluhan menunjukkan 

persentase tingkat pengetahuan warga  masih rendah 45,7%, sedangkan tingkat 

pengetahuan tinggi 94% pada hasil posttest. berdasar   hasil ini  dapat 

disimpulkan bahwa pengetahuan dan keterampilan warga  di Kelurahan 

Kedaung Kota Bandar Lampung tentang pemanfaatan infusa tanaman herba meniran sebagai alternatif pengobatan penyakit disentri meningkat secara 

signifikan setelah dilakukan penyuluhan, sehingga turut berkontribusi dalam upaya 

penanganan penyakit disentri






DISENTRI BASILER




Infeksi saluran cerna akibat amuba merupakan salah satu dari pemicu   diare yang tampaknya menjadi masalah 

kesehatan warga  dengan insiden yang tinggi di warga . Disentri basiler/ shigellosis telah menjadi pemicu   

utama morbiditas dan mortalitas pada anak-anak di negara berkembang, dan juga merupakan pemicu   morbiditas 

penting di negara industri. Shigella sp. merupakan patogen diare yang berkaitan erat dengan Escherichia coli. 

Pathogen ini  dinamai oleh Kiyoshi Shiga, yang pada tahun 1898 mengidentifikasi jenis paling virulen dari shigella 

yaitu Shigella dysenteriae, sebagai agen pemicu   shigellosis. Shigella spp. yaitu  basil Gram-negatif dari famili 

Enterobacteriaceae Oleh karena itu, tujuan literatur review ini yaitu  untuk meninjau lebih lanjut yang berkaitan 

dengan manajemen disentri basiler. Shigellae ditularkan melalui jalur feses-oral atau melalui konsumsi makanan dan air 

yang terkontaminasi Metode Penelitian ini merupakan literature review yang melibatkan sebanyak 10 sumber 

pustaka dengan kata kunci yang digunakan yaitu ‘management and shigellosis’ dengan tahun terbit antara 2012 -

2021. Abstrak dan full text jurnal dibaca dan dicermati, kemudian dilakukan analisis terhadap isi yang terdapat dalam 

tujuan penelitian dan hasil/temuan penelitian. Hasil. Berbagai penelitian menunujukkan selama beberapa dekade 

terakhir, Shigella spp. telah mengalami mutasi, mengembangkan mekanisme dalam merusak proses sel di saluran 

cerna. Sehingga diperlukan metode inovatif dan menajemen yang tepat untuk mencegah resistensi antibiotik dalam 

tatalaksana shigellosisPenyakit infeksi pada saluran 

pencernaan dapat disebabkan oleh virus, 

bakteri dan protozoa. Infeksi yang disebabkan 

oleh bakteri dikenal sebagai disentri basiler 

yang disebabkan oleh bakteri shigella, 

sedangkan infeksi yang disebabkan oleh 

protozoa dikenal sebagai disentri amuba. 

Adapun yang dimaksud dengan penyakit 

infeksi saluran pencernaan yang dapat 

memicu  diare yaitu  buang air besar 

dengan tinja yang berbentuk cair atau lunak dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 

jam.

1

Disentri basiler atau shigellosis yaitu  

sindrom klinis yang disebabkan oleh invasi 

epitel yang melapisi ileum terminal, kolon, 

dan rektum oleh spesies Shigella.

2

Shigella 

sp. merupakan patogen diare yang 

berkaitan erat dengan Escherichia coli. 

Pathogen ini  dinamai oleh Kiyoshi 

Shiga, yang pada tahun 1898 mengidentifikasi 

jenis paling virulen dari shigella yaitu Shigella 

dysenteriae, sebagai agen pemicu   

shigellosis.

3

Shigella spp. yaitu  basil Gram￾negatif dari famili Enterobacteriaceae . Genus 

Shigella mencakup empat subkelompok 

spesies Shigella flexneri, Shigella boydii, 

Shigella sonnei, dan Shigella dysenteriae. 

Spesies ini menjadi agen pemicu   disentri

basiler atau shigellosis, yang dimanifestasikan 

dengan demam, volume kecil darah, tinja 

berlendir, kram perut dan diare berdarah. 

Manifestasi klinis lainnya dapat berupa mual, 

muntah, dan dehidrasi. Manifestasi ini  

tergantung pada potensi virulensi strain dan 

status gizi individu dan shigellosis dapat 

berkembang menjadi penyakit yang parah 

bila disertai dengan tenesmus rektal, dengan 

gejala neurologis seperti sakit kepala dan 

kelesuan4

.

Shigella spp. merupakan bakteri gram 

negatif, tidak membentuk spora, basil 

anaerob fakultatif yang pada manusia dan 

primata lain memicu  penyakit diare 

dengan menyerang epitel kolon. Penyebaran 

infeksi umumnya terbatas pada lapisan usus, 

yang memicu  peradangan usus besar, 

ulserasi mukosa, dan hilangnya fungsi 

penghalang usus. Shigellae ditularkan melalui

jalur feses-oral atau melalui konsumsi 

makanan dan air yang terkontaminasi.

5

Dalam kebanyakan kasus, Shigella spp. 

memicu  penyakit yang sembuh sendiri 

yang dapat diobati secara efektif dengan 

rehidrasi oral atau antibiotik, meskipun 

peningkatan yang stabil dalam jumlah kasus 

shigellosis yang disebabkan oleh strain 

Shigella yang resistan terhadap antibiotik 

telah menjadi perhatian yang berkembang. 

Shigellosis dapat berakibat fatal pada usia 

yang sangat muda dan pada individu yang 

terinfeksi dengan gangguan sistem kekebalan 

atau tidak memiliki akses ke perawatan medis 

yang memadai.

6

Oleh karena itu, tujuan dari literature 

review ini yaitu  untuk membahas infeksi 

pada saluran pencernaan yang berkaitan 

dengan disentri basiler.

Metode

Artikel ini merupakan studi 

literature review, yang menyajikan kembali 

materi yang diterbitkan sebelumnya, dan 

melaporkan fakta atau analisis baru. 

Penelusuran sumber pustaka dalam artikel ini 

melalui database PubMed dan Google 

Scholar. Sumber pustaka yang digunakan 

dalam penyusunan melibatkan 10 pustaka 

dengan kata kunci yang digunakan dalam 

penelusuran antara lain ‘shigellosis dan 

management’ dengan tahun terbit antara 

2012-2020. Pemilihan artikel sumber pustaka 

dilakukan dengan melakukan peninjauan 

pada judul, abstrak dan hasil yang membahas 

manajemen shigellosis. Abstrak dan full text 

jurnal dibaca dan dicermati, kemudian 

dilakukan analisis terhadap isi yang terdapat 

dalam tujuan penelitian dan hasil/temuan 

penelitian. Dilakukan koding terhadap isi 

jurnal yang direview berdasar   garis besar 

atau inti dari penelitian ini  yang 

dilakukan dengan mengurai dalam sebuah 

kalimat, dan jika sudah terkumpul kemudian 

dicari persamaan dan perbedaan pada 

masing-masing penelitian lalu dibahas untuk 

menarik kesimpulan. 

Hasil

Pada penelitian sebelumnya pada 792 

anak dengan shigellosis didapatkan 63% anak

terinfeksi S. flexneri, 20% dengan S. 

dysenteriae tipe 1, 10% dengan S. boydii, 4% 

dengan S. sonnei, dan 3% dengan S. 

disenteriae tipe 2-10 . Anak-anak yang 

terinfeksi S. dysenteriae tipe 1, jika 

dibandingkan dengan anak-anak yang 

terinfeksi spesies lain, secara signifikan (P, 0,05) lebih mungkin mengalami manifestasi 

gastrointestinal yang parah dengan gejala

tinja yang sangat berdarah (78% vs. 33%), 

lebih banyak tinja dalam 24 jam sebelum 

pemeriksaan (median 25 vs 11), prolaps 

rektal (52% vs 15%) serta manifestasi ekstra 

usus berupa reaksi leukemoid (22% vs 2%), 

sindrom hemolitik-uremik (8% vs 1 %), 

hiponatremia berat (58% vs. 26%) dan 

kelainan neurologis (24% vs. 16%). Tingkat 

kematian keseluruhan yaitu  10% dan tidak 

berbeda secara signifikan menurut spesies.

7

Chung The et al (2021) melakukan 

penelitian pada 30 isolat Shigella yang 

diidentifikasi dari studi etiologi dengan

melibatkan 1.339 anak berusia 0-10 tahun. S. 

flexneri merupakan spesies yang paling 

banyak mencapai 60,0% isolat, 22,2% yaitu  

S. sonnei, dan 6,6% yaitu  S. dysenteriae dan 

S. boydii. Semua anak yang terinfeksi Shigella 

mengalami diare, tetapi tidak semua disertai 

gejala disentri basiler lainnya. Di antara gen 

virulensi utama, tipe PCR mengungkapkan 

ipaBCD hadir di semua isolat, diikuti oleh 

IpaH7.8, set-1A, set-1B, sen / ospD3, virF, dan 

invE. Potensi patogenik subunit ShET-1B 

diamati dalam kaitannya dengan dehidrasi (𝑃

<0,001) dan ShET-2 terkait dengan cedera 

usus (𝑃 = 0,033) yang dibuktikan dengan 

adanya diare berdarah. Hasil penelitian ini

menunjukkan hubungan antara gejala 

shigellosis dan gen virulensi dari isolat klinis 

Shigella spp.

6

Sementara penelitian lain dilakukan 

pengujian pada 5.251 isolat Shigella spp. 

Sebagian besar diperoleh dari tinja (96,4%) 

dan sebanyak 2.511 (47,8%) berasal dari anak 

balita. Dua spesies yang paling umum yaitu  

S. sonnei (55,1%) dan S. flexneri (41,7%). 

Tingkat resistensi tertinggi didapatkan

tetrasiklin (88,1%) diikuti oleh trimetoprim￾sulfametoksazol (79,3%) dan ampisilin 

(65,5%); 50,8% isolat resisten terhadap 

kloramfenikol, 43,6% terhadap amoksisilin / 

asam klavulanat, dan kurang dari 1% 

terhadap sefotaksim, seftazidim, gentamisin, 

dan siprofloksasin. Pada S. sonnei, profil 

resistensi yang paling umum berhubungan 

dengan trimetoprim-sulfametoksazol (92%) 

sedangkan pada S. flexneri profil antibiotik 

yang paling umum yaitu  resistensi 

multidrugs. Karakteristik resistensi 

antimikroba yang ditemukan dalam 

penelitian ini menggarisbawahi pentingnya 

memerangi penyebaran spesies yang paling 

sering diisolasi yaitu, S. sonnei dan S. 

Flexneri.

9

Virulensi Shigella membutuhkan sistem 

sekresi tipe III (T3SS), sebuah jarum suntik 

molekuler seperti jarum yang dipasang di 

dinding sel bakteri. Aktivasi T3SS terjadi 

melalui kontak ujung jarum dengan membran 

plasma inang, menghasilkan pembentukan 

saluran langsung antara bakteri dan 

sitoplasma inang.

4

Setelah konsumsi oral, 

shigella bertahan dari lingkungan asam 

lambung dan mikrobiota usus kompetitif 

untuk mencapai ileum terminal, kolon, dan 

rektum, di mana ia menembus lapisan 

mukosa. Proses yang memungkinkan shigella 

untuk mengatasi hambatan ini termasuk 

sistem konsumsi proton, resistensi terhadap 

peptida antimikroba yang diproduksi secara 

lokal, dan produksi musinase. Shigella 

menggunakan berbagai protein efektor 

bakteri untuk menyerang (misalnya, IpaA-D), 

mereplikasi, dan menyebar ke seluruh epitel 

usus (misalnya, VirG / IcsA). Efektor- efektor 

ini, dan sistem sekresi tipe III yang berbentuk 

seperti jarum disuntikkan ke dalam sitosol sel 

inang, dikodekan oleh plasmid virulensi yang 

umum untuk semua spesies shigella. Untuk

memulai infeksi, shigella berpindah melalui 

sel M yang menutupi nodul limfoid mukosa 

dan ditelan oleh makrofag. Setelah 

memicu  kematian makrofag dan 

menyerang sel epitel di sekitarnya, shigella 

bereplikasi dan menyebar di dalam mukosa 

dengan menginduksi pengaturan ulang 

sitoskeletal. Hasil respon imun bawaan inang 

dalam perekrutan besar-besaran neutrofil 

dan pencurahan sitokin inflamasi, yang pada 

akhirnya membersihkan infeksi meskipun 

dengan abses epitel, ulserasi, dan kerusakan, 

dan meningkatkan invasi shigella melalui 

penghalang epitel yang terganggu. Kemampuan shigella untuk bertahan hidup 

secara intraseluler dan menghindari 

pembunuhan fagositik bergantung pada 

efektor yang meredam respons inflamasi 

dengan menghambat jalur pensinyalan pro￾inflamasi sel inang dan produksi sitokin, dan 

modulasi aktivasi sel B dan sel T. Mekanisme 

ini dan proses lain (misalnya, keragaman 

serotipe) pada akhirnya mengganggu 

pengembangan perlindungan jangka panjang 

yang efektif secara luas.

9

Enterotoksin 

kemungkinan merupakan mediator diare 

encer yang sering terlihat pada tahap awal 

atau sebagai satu-satunya manifestasi 

shigellosis. Beberapa enterotoksin telah 

diidentifikasi, termasuk shigella enterotoksin 

1, yang ditemukan hampir secara eksklusif di 

S flexneri 2a, dan shigella enterotoksin 1/ 

OspD3, yang ditemukan di sebagian besar 

serotipe. Shigella menginduksi diare 

sekretori di jejunum untuk memfasilitasi 

transit ke lokus invasi di usus besar. Diare 

encer juga bisa terjadi akibat respon inflamasi 

di usus besar.

7

Gambar 1. Patogenesis disentri basiler

Masa inkubasi shigellosis biasanya 

selama 1–4 hari, tetapi dapat berlangsung 

hingga 8 hari dengan S. disenteriae tipe 1. 

Infeksi asimtomatik dapat terjadi, terutama 

pada individu yang sebelumnya terinfeksi. 

Manifestasi pertama shigellosis biasanya 

demam, sakit kepala, malaise, anoreksia, dan 

muntah, dan beberapa jam kemudian diikuti 

oleh diare encer. Kebanyakan penyakit pada 

orang yang sehat ringan dan gejala mereda 

dalam beberapa hari. Pada sebagian lain, 

terdapat perkembangan (dalam beberapa 

jam sampai hari) menjadi disentri terang 

dengan seringnya tinja kecil yang 

mengandung darah dan lendir, disertai 

kram perut bagian bawah dan tenesmus. 

Pasien dengan infeksi parah mungkin 

mengeluarkan lebih dari 20 tinja disentri 

dalam satu hari. Nyeri perut, seringkali 

merupakan ciri yang menonjol, mungkin 

menstimulasi apendisitis pada bayi muda dan 

neonatus, intususepsi atau enterokolitis 

nekrosis.

7

Shigella tidak mudah dibedakan dari 

pemicu   diare lainnya, terutama bakteri 

enteritides seperti campylobacter dan 

salmonella non tifoid. Gambaran yang 

menunjukkan diare akibat bakteri termasuk 

diare tiba-tiba, sering buang air besar (lebih 

dari empat kali sehari), tidak ada muntah saat 

permulaan gejala, demam, darah dalam tinja, 

dan leukosit feses atau uji laktoferin positif. 

Shigella terkadang memicu  infeksi 

invasif seperti meningitis, osteomielitis, 

artritis, dan abses limpa. Shigella sepsis, 

jarang terjadi pada orang sehat, namun 

paling sering terjadi pada bayi dan anak￾anak muda dengan malnutrisi dan orang 

dengan HIV, yang memiliki prognosis yang 

buruk. Faktor risiko kematian meliputi usia 

muda, jumlah tinja, malnutrisi, hiponatremia, 

kejang, dan tidak sadar. Komplikasi shigellosis 

usus jarang terjadi tetapi seringkali parah 

antara lain prolaps rektal, obstruksi usus, 

megakolon toksik, dan perforasi, yang lebih 

sering terjadi pada infeksi S. disentriae tipe 

1.

7

Secara umum, pemeriksaan feses 

meliputi pemeriksaan makroskopis dan 

mikroskopis, tes darah samar tinja, 

pemeriksaan mikrobiologi, dan imunologi. 

Sedangkan Pemeriksaan gold standard 

untuk menegakkan diagnosis shigellosis 

yaitu  kultur bakteri konvensional.

3

Pada 

pemeriksaan makroskopis akan diperiksa 

hal-hal berupa warna, konsistensi, jumlah,bau, lendir, darah dan parasit. Sedangkan 

pemeriksaan mikroskopis merupakan 

pemeriksaan diagnostik yang digunakan 

untuk melihat adanya leukosit, jenis 

protozoa, dan telur cacing. Pada tes darah 

samar tinja atau Fecal Occult Blood Test

terdapat beberapa macam metode 

pemeriksaan darah samar yang sering 

dilakukan, seperti tes benzidin, berdasar   

penentuan aktivitas peroksidase atau 

oksiperoksidase dari eritrosit.

9

Pemeriksaan mikrobiologis dapat 

digunakan untuk mengidentifikasi 

mikroorganisme yang memicu  infeksi 

pada saluran cerna. Pemeriksaan 

mikrobiologis tinja dapat mengidentifikasi 

bakteri gram yang memicu  infeksi 

saluran cerna dengan pewarnaan gram. 

Beberapa bakteri gram positif yang dapat 

ditemukan yaitu  Staphylococcus aureus, 

Clostridium perfringens, Clostridium difficile, 

Bacillus cereu. Sementara itu, bakteri gram 

negatif yang bisa ditemukan antara lain Vibrio 

cholera, Vibrio parahemolyticus, Escherichia 

coli, Salmonella sp, Shigella spp : Shigella 

dysenteriae yang merupakan bakteri yang 

memicu  diare berdarah. Disentri basiler 

atau shigellosis merupakan diare berat jika 

dibandingkan dengan jenis infeksi Shigella 

lainya. Rotavirus juga dapat ditemukan 

pada pemeriksaan mikrobiologi feses 

menggunakan tes aglutinasi .

9

Tes tambahan pemeriksaan feses 

yaitu  kultur feses. Agar Mac Coney dapat 

digunakan untuk pemeriksaan kultur. 

Normalnya, hasil kultur feses yaitu  negatif. 

Hasil diangga positif jika ada pertumbuhan 

sekecil apapun dari Salmonella,Shigella, 

Campylobacter, Yersinia, atau patogen 

enterik lainnya. Untuk pemeriksaan parasit

pada tinja, diperlukan minimal 3 sampel. 

Contohnya pada kasus Giardiasis, 

pemeriksaan positif hanya didapati 50-70% 

jika hanya digunakan 1 sampel, namun

menjadi 90% pada sampel ketiga. Tes antigen 

dapat digunakan pada infeksi yang sedang 

aktif. Pemeriksaan imunologi pada feses 

misalnya Helicobacter pylori stool 

antigen (HpSA) dan Rotavirus stool antigen 

test.

9

Landasan perawatan shigella yaitu  

pemeliharaan hidrasi dan keseimbangan 

elektrolit. Pada anak, rehidrasi oral dengan 

larutan osmolaritas yang berkurang 

diindikasikan untuk mengobati beberapa 

dehidrasi menurut kategori yang ditetapkan 

WHO, dan lebih disukai daripada cairan 

intravena kecuali terjadi dehidrasi parah. 

Obat antimotilitas tidak dianjurkan pada 

anak-anak dengan shigellosis dan pasien yang 

lemah, immunocompromised, atau terinfeksi 

strain yang resisten terhadap ciprofloxacin. 

Obat ini dapat memperpanjang gejala dan 

pelepasan patogen dan telah dikaitkan 

dengan distensi abdomen pada anak-anak 

dengan diare.

7

Penggunaan antibiotik mengurangi 

durasi demam dan diare hingga 1-2 hari, 

pelepasan patogen terhenti, mengurangi 

risiko penularan dari orang ke orang. 

Manfaat antibiotik untuk diare shigella 

nondysenteric tidak diketahui. Ciprofloxacin 

oral dan azitromisin umumnya dianggap 

sebagai terapi lini pertama untuk shigellosis 

pada orang dewasa dan anak-anak. 

Seftriakson parenteral direkomendasikan 

untuk pasien yang sakit parah atau dengan 

gangguan sistem imun. Pada 2017, WHO 

merekomendasikan bahwa ciprofloxacin 

menjadi pilihan pertama untuk mengobati 

orang dewasa dan anak-anak dengan disentri. 

Azitromisin, sefiksim, dan seftriakson harus 

dipertimbangkan sebagai pilihan kedua. WHO 

menyarankan trimetoprim- sulfametoksazol 

sebagai pilihan kedua kerentanan bila 

memungkinkan karena ancaman strain 

resisten. 

Ringkasan 

Disentri basiler atau shigellosis yaitu  

sindrom klinis yang disebabkan oleh invasi 

epitel yang melapisi ileum terminal, kolon, 

dan rektum oleh spesies Shigella.

Pemeriksaan gold standard untuk 

menegakkan diagnosis shigellosis yaitu  

kultur bakteri konvensional. Pada perawatan intensif   shigelosis, ciprofloxacin oral dan azitromisin 

umumnya dianggap sebagai terapi lini

disentri1





Penyakit disentri ialah penyakit yang sering menyerang manusia akibat 

terinfeksi bakteri dan faktor lingkungan. Diare adalah buang air besar (defekasi) 

dengan tinja, berbentukcairan atau setengah cairan (setengah padat), dengan 

demikian kandungan airpada tinja lebih banyak dari biasanya (normal: 100-200 

ml/jam tinja) (Noer dkk., 1998). Di Indonesia, angka kematian akibat diare masih 

cukup tinggi.

Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka dan menyebabkan 

tukak yang terbatas di colon yang ditandai dengan gejala paling khas yang disebut 

sebagai sindroma disentri, yakni sakit di perut yang sering disertai dengan 

tenesmus, berak, dan tinja mengandung darah dan lendir yang berasal dari bakteri 

Shigella dysentriae. Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti 

bahwa kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang 

di bawahnya sehingga terjadilah diare yang disertai dengan perdarahan (Wardoyo, 

2011).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang 

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan 

individu/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan 

berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Perilaku Hidup 

Bersih dan Sehat adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya 

perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk 

meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental,

spiritual, maupun sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat 

bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi 

bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi,

informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku 

sehingga para Siswa/i kelas Sepuluh (X) di SMA N 17 yang berjumlah 109 agar

mengetahui tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan Sehat.


Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka dan menyebabkan 

tukak yang terbatas di colon yang ditandai dengan gejala paling khas yang disebut 

sebagai sindroma disentri, yakni sakit di perut yang sering disertai dengan 

tenesmus, berak, dan tinja mengandung darah dan lendir yang berasal dari bakteri 

Shigella dysentriae. Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti 

bahwa kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang 

di bawahnya sehingga terjadilah diare. Penelitian ini menggunakan desain 

penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah siswa/siswi 

kelas sepuluh (X) di SMAN 17 Bandar Lampung yang berjumlah 109. Penelitian 

ini menggunakan intrumen kuesioner di sekolah. Data dianalisis dengan 

menggunakan nilai mean dan disajikan dalam distribusi frekuensi. Hasil observasi 

sebelum penyuluhan menunjukan bahwa dari responden yaitu sebanyak (32%) 

siswa/siswi sudah mengenali gejala dan cara penanganan disentri, dan responden 

sebanyak (68%) siswa/siswi masih belum mengetahui cara mengenali gejala dan 

cara penanganan disentri. Pengetahuan Disentri pada siswa/siswi ini harus lebih 

ditingkatkan lagi dengan cara pemberdayaan UKS bekerjasama dengan perawat yang ada di puskesmas terdekat dengan melakukan penyuluhan tentang 

bahayanya disentri


Secara administrasi Kecamatan panjang merupakan salah satu bagian dari 

wilayah Bandar Lampung, provinsi Lampung yang dekat dengan laut (lihat pada 

gambar dibawah). Masyarakat kelurahan pidada kecamatan panjang masih banyak 

yang belum mengetahui tentang informasi kesehatan. Terkesan acuh terhadap 

kebersihan lingkungan, maka dari itu kami ingin memberikan edukasi tentang 

pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dengan target sasaran kami yakni 

siswa/i SMAN 17 Bandar Lampung

Edukasi ini dilakukan untuk membantu masyarakat dalam memahami 

pentingnya pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat terutama 

mengenali gejala dan cara penanganan disentri. Berdasarkan observasi lingkungan 

yang telah dilakukan dari beberapa hari sebelumnya kami melihat masih 

kurangnya perhatian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Berdasarkan 

hasil observasi, diperoleh banyak informasi dari berbagai sumber dengan 

menggunakan metode survei berupa diskusi, wawancara pada kader dan 

masyarakat lainnya. Didapatkan hasil wawancara, bahwa mereka cukup banyak 

yang belum mengetahui bahayanya lingkungan yang tidak bersih karna dapat 

menimbulkan gejala penyakit. Banyak kasus yang terjadi menyatakan bahwa 

terdapat pasien yang menderita diare. Maka dari itu penyusun mengajukan 

program yang nantinya diharapkan kebiasaan masyarakat di kelurahan Pidada

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat kali ini diawali dengan melakukan 

registrasi peserta penyuluhan seperti absensi kehadiran. Dari hasil yang 

didapatkan, yaitu sebanyak 109 peserta penyuluhan yang hadir diambil dari 

siswa/i kelas X (Sepuluh) di SMA Negeri 17 Bandar Lampung. Selanjutnya 

sebelum sesi penyampaian materi tim penyuluhan membagikan kertas pretest 

guna mengetahui tingkat pengetahuan sebelum penyampaian materi tentang 

Penyuluhan Kenali Gejala dan Cara Penanganan Disentri.Hasil dari pengamatan pretest Penyuluhan Kenali Gejala dan Cara 

Penanganan Disentri dapat disimpulkan bahwa di lingkungan sekolah pada siswa/i 

kelas X (Sepuluh) SMA Negeri 17 Bandar Lampung berada pada kriteria kurang.

Hal tersebut di pengaruhi oleh beberapa faktor, sesuai pendapat Notoatmojo 

(2010: 25) yang mengemukakan bahwa 1) faktor yang mempengaruhi hidup sehat 

adalah makanan dan minuman seperti kebiasaan sarapan pagi serta kebersihan 

makanan. 2) Faktor perilaku terhadap kebersihan diri terdiri dari mandi, 

membersihkan mulut (gosok gigi), tangan kaki serta kebersihan pakaian. 3) Faktor 

perilaku terhadap kebersihan lingkungan yang terdiri dari kebersihan kamar, 

kebersihan rumah dan kebersihan lingkungan. 4) Faktor perilaku terhadap sakit 

dan penyakit terdiri dari pemeliharaan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, 

rencana pengobatan serta pemulihan kesehatan. 5) Faktor keseimbangan antara 

kegiatan istirahat dan olah raga.

Selanjutnya adalah penyampaian materi oleh salah satu anggota perwakilan 

dari tim penyuluhan. Materi mengenai Penyuluhan Kenali Gejala dan Cara 

Penanganan Disentri, bagaimana pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, 

tatanan perilaku hidup bersih dan sehat, serta contoh dari masing-masing tatanan 

perilaku hidup bersih dan sehat. Setelah selesai penyampaian materi tim 

penyuluhan memberikan kertas pos-test yang dimana tujuannya adalah untuk


mengetahui tingkat pengetahuan siswa/i di SMA N 17 Bandar Lampung setelah 

dilakukannya penyuluhan, didapati hasil sebagai berikut. 


Dengan demikian dapat disimpulkan hasil dari penyuluhan pada 109

responden pada Siswa/i di SMA Negeri 17 Bandar Lampung berhasil, terlihat 

bahwa terjadi peningkatan pengetahuan sebelum (pre) dan sesudah (pos) 

diberikan penyuluhan. Hal ini berarti tindakan promosi kesehatan berpengaruh 

terhadap peningkatan pengetahuan responden tentang penyuluhan kenali gejala 

dan cara penanganan disentri khusunya pada lingkungan sekolah. 

Selanjutnya kami memberikan doorprize kepada para peserta yang dapat 

menjawab pertanyaan kami dan memberikan pertanyaan kepada kami, mayoritas 

peserta siswa/i di SMA N 17 Bandar Lampung antusias mereka untuk 

berpartisipasi dalam acara ini. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan dilanjutkan 

dengan sesi foto bersama para peserta penyuluhan beserta kepala sekolah dan 

jajarannya.

Pengabdian Masyarakat merupakan sarana bagi mahasiswa untuk belajar 

dan berlatih memecahkan berbagai masalah kemasyarakatan secara langsung dan 

praktis, khususnya dalam masalah yang berkaitan dengan pengembangan disiplin ilmu yang ditekuninya dan memecahkan masalah yang nyata melalui teknis. 

Adapun hasil yang didapat dari kegiatan ini adalah penyuluhan memberikan 

peningkatan pengetahuan tentang Penyuluhan Kenali Gejala dan Cara Penanganan 

Disentri dari 42% menjadi sebanyak 84% kepada Siswa/i di SMA Negeri 17 

Bandar Lampung, Kecamatan Panjang.