Penyakit maag merupakan penyakit yang umum terjadi dikalangan masyarakat berbagai usia. Penyakit ini terjadi sebagai
akibat luka pada mukosa dan submukosa lambung. Penyakit ini diderita oleh seluruhkalangan masyarakat baik dewasa
maupun anak-anak. Tingkat sakit gastritis yang banyak ditemukan pada kalangan dewasa yaitu tingkat ringan hingga
sedang, dalam fase ini inflamasi pada lambung hanya berkisar pada lapisan permukaan saja, sehingga gejala yang
ditimbulkan tidak begitu perih. Namun, jika terus dibiarkan, maka akan menyebabkan kerusakan pada mukosa lambung
serta kelenjar-kelenjar yang ada pada permukaan lambung. Penyakit ini bisa juga menjadi serius jika luka pada permukaan
lambung berada pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu terjadinya luka bertukak pada mukosa lambung yang disebabkan
oleh aktifitas sekresi sel peptik oleh lambung dengan adanya enzim pepsin. Tanda terjadinya penyakin ini yaitu adanya
rasa sakit pada ulu hati, rasa panas di dada, hingga mual dan muntah
Beberapa faktor diduga bertanggung jawab pada terjadinya penyakit maag, diantaranya yaitu stress, penggunaan
obat-obatan tertentu, merokok, hingga pola makan yang tidak teratur. Pada penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa,
pola makan yang kurang tepat memberikan andil yang besar dalam memicu terjadinya penyakit maag (Jarosz &
Taraszewska, 2014). Dilaporkan bahwa, mengkonsumsi beberapa makanan seperti makanan tinggi lemak, makanan
pedas, bawang-bawangan, tomat dan jus tomat, cokelat, kopi, produkminuman olahan terutama yang mengandung
papermint, minuman soda, alkohol, hingga mengkonsumsi jeruk-jerukan dan jus jeruk
Pengobatan penyakit maag dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada tingkat keparahan gastritis yang
dialami pasien. Pengobatan dilakukan secara terapi tunggal dan kombinasi 2 jenis obat seperti Ranitidin dan Antasida
atau Ranitidin dengan Sukralfat ,Sedangkan penggunaan obat-obatan secara terus menerus dapat
memberikan efek yang kurang baik bagi tubuh manusia , sehingga masyarakat kini telah mulai
menggunakan obat herbal untuk mengobati penyakit maag, diantara tanaman yang digunakan yaitu akar jeruk nipis, serta
ekstrak jeruk nipis.
Buah jeruk nipis memiliki kemampuan sebagai anti bakteri. Dalam penelitan oleh Berlian menyatakan bahwa
ekstrak jeruk nipis dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.Coli pada pangan Dalam
kesempatan lain, disebutkan bahwa ekstrak jeruk memberikan reaksi positif dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus Aureus dan Streptococcus pyogenes,Penelitian khusus mengenai metabolit sekunder pada ekstrak jeruk nipis sebagai obat penyakit gastritis belum
banyak dilakukan, selama ini, analisa manfaat ekstrak buah ini baru berkisar sampai kemampuannya secara biologis
dalam mempengaruhi ketebalan dinding lambung dan menginduksi regenerasi sel(Moraes et al., 2009). Penelitian
sebelumnya dengan menggunakan mencit yang diberika diet ekstrak jeruk nipis menunjukkan penebalan dinding lambung
yang merupakan berita baik penderita maag. Dengan demikian ekstrak jeruk nipis dapat memicu terjadi peningkatan
jumlah sel dinding lambung yang berguna sebagai perlindungan lambung saat proses pencernaan makanan(Moraes et al.,
2009). Meski demikian, mekanisme reaksi kimiawi yang terjadi belum dapat dijelaskan, yaitu tentang bagimana proses
yang terjadi pada jeruk nipis yang memiliki rasa yang asam menetralkan tingkat keasamanan pada lambung serta senyawa
apa yang memberikan efek positif tersebut pada ekstrak jeruk nipis. Hal inilah yang melatar belakangi penulis melakukan
penelitian dalam menganalisa kandungan metabolit sekunder ekstrak jeruk nipis menggunakan metode GC-MS, sehingga
diharapkan dapatmenganalisa karakteristik senyawa metabolit sekunder pada ekstrak buah jeruk nipis. Proses ekstraksi
dalam penelitian ini menggunakan metanol, karna sifat kepolaran metanol memiliki kemampuan yang optimal dalam
mengekstrak kandungan metabolit sekunder pada tanaman sebagaimana yang telah dilaporkan pada penelitian
sebelumnya.
Gas Chromatoraphy - Mass Spectroscopy (GC-MS) merupakan metode pemisahan suatu senyawa berdasarkan
volatilitas unsur-unsur pembentuk senyawa yang di rangkaikan dengan detektor yang mengidentifikasi jenis komponen
berdasarkan massanya. Metode ini digunakan untuk menganalisa berbagai macam komponen penyusun suatu senyawa
yang berbentuk gas dan stabil dalam suhu yang cukup tinggi yang kemudian di identifikasi berdasarkan massa
molekulnya(Jenke, 1996).
Adapun metode yang akan digunakan yaitu penapisan fitokimia meliputi analisis secara kualitatifsenyawa alkaloid,
Tannin, Triterpenoid, Saponin, flavonoid dan phenol. Selanjunya, identifikasi senyawa bahan aktif yang terkandung di
dalamnya akan dianalisis menggunakan metode GC-MS Skrining Fitokimia Adapun rincian pengujian yang dilakukan
meliputi:
1. Pemeriksaan alkaloid
Ekstrak jeruk nipis dibuat dalam 3 fraksi, pertama ditambahkan HCl 2 N yang berfungsi sebagai blanko. Fraksi kedua
ditambahkan pereaksi Dragendorff sebanyak 3 tetes. Serta tabung ketiga ditambahkan peraksi Mayer. Terbentuknya
endapan jingga pada tabung kedua serta endapan kuning atau kekuningan pada tabung ketiga menunjukkan adanya
2. Pemeriksaan glikosida
Pemeriksaaan Glikosida dilakukan dengan reaksi liebermann-Burchard. Sample dilarutkan dalam pelarut etanol lalu di
panaskan hingga tersisa sedikit. Sisanya kemudian ditambahkan 5 mL asam asetat anhidrat P, yang selanjutnya
ditambahkan 10 tetes asam sulfat P. Terbentuknya warna biru atau hijau menunjukkan adanya glikosida di dalam ekstrak.
3. Pemeriksaan sterol dan triterpenoid
Ekstrak jeruk nipis ditambahkan kloroform dan asam asetat masing-masing sebanyak 1 mL. Selanjutnya tambahkan 2
mL Asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi. Jika terbentuk warna hijau kebiruan, maka menunjukkan adanya
sterol. Namun jika yang terbentuk yaitu cincin berwarna kecoklatan atau violet menunjukkan adanya
4. Pemeriksaan saponin
Selanjutnya, pengujian kandungan senyawa saponin dilakukan dengan pengecekan buih. Ekstrak ditambahkan air panas
sebanyak 10 mL, dikocok, lalu diamati apakah ada buih yang terbentuk setinggi 1-10 cm. Terhadap buih ini kemudian
ditambahkan HCl 2N, lantas buih tidak hilang menunjukkan adanya senyawa saponin pada sampel
5. Pemeriksaan polifenol dan tannin
Larutan ekstrak jeruk nipis sebanyak 1 mL direaksikan dengan larutan besi (III) klorida 10%. Jika terjadi perubahan warna
menjadi biru tua atau hitam kehijauan menunjukkan adanya senyawa poifenol dan tannin
6. Pemeriksaan flavonoid
Pengujian kehadiran senyawa golongan flavonoid dilakukan dengan menambahkan aseton kedalam ekstrak yang telah
kering, kemudian ditambahkan serbuk halus asam borat P, dan serbuk halus asam oksalat P. Campuran kemudian
dipanaskan diatas penangas air secara hati-hati. Selanjutnya campuran ditambahkan dengan eter P. Selanjutnya campuran
di amati di bawah UV 366 nm. Jika larutan berfluorosense kuning intensif menunjukkan adanya plavonoid.
7. Pemeriksaan Phenol
Ekstrak di larutkan dalam air kemudian ditambahkan beberapa tetes 1% timbal asetat. Adanya endapan putih
mengindikasikan kehadiran senyawa phenol pada ekstrak analit(Gothandam et al., 2010).
8. Analisis Senyawa Aktif dengan GC-MS
Untuk mengetahui karakteristik kandungan senyawa aktif yang terdapat di dalam ekstrak jeruk nipis dilakukan analisis
menggunakan gas chromatography-mass spectrometer merek Shimadzu QP2010 ULTRA, the RTX-5MS yang dilengkapi
dengan kolom kapiler berdiameter 0.25 mm, panjang 30 m dan ketebalan film 0. 25µm, suhu injeksi 40oC selama 5 menit
dengan peningkatan suhu sebesar 30oC/menit selama 7 menit hingga mencapai 260oC. Fase gerak yang digunakan yaitu
gas Helium dengan kecepatan rata-rata 30ml/min. Identifikasi oleh mass spectrum diatur pada 35-500 m/z(Ratnasari et Berdasarkan hasil skrining fitokimia diketahui bahwa ekstrak jeruk nipis mengandung metabolit sekunder dari golongan
alkaloid, glikosida, triterpenoid, saponin, polifenol, flavonoid serta phenol. Beberapa diantara senyawa tersebut
merupakan golongan antioksidan yang dikenal mampu memberikan efek positif dalam penyembuhan berbagai macam
penyakit degradatif (Gülçin, 2012).
Studi yang dilakukan oleh Efferth and Oesch menerangkan bahwa sekelompok senyawa alkaloid pada tanaman
menghalangi pertumbuhan sel tumor secara invivo, memberikan efek anti kangker, serta anti inflamasi serta memiliki
efektifitas farmacology sebagai senyawa antiulcer yang mampu mengobati sakit maag
Glikosida merupakan senyawa metabolit sekunder yang penting bagi tumbuhan serta memiliki efek biologis
sebagai terapetik. Struktur glikosida tersusun atas dua bagian berupa aglikon yang merupakan rantai karbon dan glikon
yang merupakan gula, sehingga membuatnya hydrofil atau larut dalam air. Dengan adanya dua kutub berbeda pada
glikosida memungkinkannya menjadi senyawa yang dapat berekasi dengan permukaan sel biologis anusia, sehingga
menjadikannya sebagai bahan baku obat(Rijai, 2016). Berdasarkan bentuk aglikon nya, glikosida dibagi menjadi beberapa
golongan senyawa, diantaranya yaitu saponin yang merupakan bentuk trans-linked steroid, dimana aglikonnya berupa
sapogenin. Selanjutnya saponin dibagi menjadi dua yaitu saponin steroid, saponin triterpenoid. Saponin steroid banyak
dimanfaatkan sebagai obat penyakit gastritis, syphilis, reumatik, penyakit kulit, eczema dan lain sebagainya.Sedangkan
saponin triterpenoid dimanfaatkan agent peng-emulsi, stimulan ekspektoran pada bronkitis kronis, serta memiliki sifat
anti fungi, antibakteri dan anti inflamasi(Savitri et al., 2021).
Flavonoid merupakan glikosida berwarna kuning hingga oranye, senyawa ini tersusun oleh struktur kerangka fenol
dengan cincin aromatik. Senyawa flavonoid yang terkandung di dalam buah jeruk nipis terdiri dari C dan O-Glikosida.
Jeruk nipis secara alami kaya akan senyawa flavonoid yang diklasifikasikan dalam bentuk, flavon, flavonol dan flavonon.
Study yang dilakukan oleh Rodrigues dkk menyatakan bahwa mengkonsumsi flavonoid dapat menurunkan resiko terkena
berbagai macam kanker termasuk lambung, payudara, prostat hingga kangker kolorektal(Rodríguez-García et al., 2019).
Flavonoid dilaporkan berperan penting dalam menginduksi regenerasi . Stemsel yaitu
mikroorganisme dalam tubuh manusia yang bertanggung jawab dalam mereparasi sel yang rusak
Saat sakit maag berlangsung, terjadi kerusakan sel pada mukosa saluran cerna. Hal ini kemudian memicu terjadinya rasa
panas di dada atau lebih parahnya lagi dapat menyebabkan asma dan pneumonia ketika gas asam lambung naik ke dalam
paru-paru(Danisa M, 2018). Oleh karenanya, ekstrak jeruk nipis yang kaya akan flavonoid, dapat membantu dalam
menginduksi pembentukan stem sell yang berperan penting dalam proses penyembuhan
Selanjutnya, polifenol merupakan senyawa fenol yang secara struktur memiliki jumlah gugus hidroksil lebih dari
satu. Fenol merupakan antioksidan yang memiliki efektivitas lebih tinggi dari senyawa antioksidan lain seperti vitamin C
dan E(Tachibana, 2011). Fenol sederhana juga merupakan molekul golongan glikosida. Fenol merupakan salah satu
senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak jeruk nipis yang berperan sebagai antioksidan(Zuraida et al.,
2017). Di china, sebuah tanaman Polygonum paleaceum dipercaya memiliki kandungansenyawa fenolik telah
dimanfaatkan masyarakat secara tradisional sebagai obat penyembuhan penyakit yang berhubungan dengan sakit tukak
lambung, gastritis akut, disentri,pendarahan dan lain sebagainya
Berikutnya, tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang termasuk dalam golongan polifenol
dengan berat molekul sekitar 500-20.000 yang tersusun oleh gugus hidroksil dan karboksil rantai kompleks. Tanin
menupakan senyawa golongan polifenol yang digunakan tumbuhan untuk pertahanan diri melawan pathogen, pemangsa
serta untuk bertahan dari kondisi lingkungan yang tidak baik bagi tanaman serta memiliki aktifitas antibakteri( Selain itu tanin yaitu senyawa yang memiliki kemampuan anti-ulcer yaitu mampu membantu
mereparasi jaringan lambung
Triterpenoid merupakan senyawa metabolit sekunder turunan terpenoid dengan kerangka karbon berasal dari enam
satuan isoprena (2-metilbuta-1,3-diene) yang diturunkan dari skualena yang merupakan hidrokarbon C30 asiklik.
Golongan triterpenoid memiliki aktifitas antiinflamasi, antiviral, antikangker, antimikroba(Rijai, 2016)[23]. Selanjutnya,
terpen merupakan senyawa metabolit sekunder yang menunjukkan efektifitas farmakologi sebagai antiulcerogenik(Lewis
et al., n.d.). Dalam sebuah analisis fitokimia pada minyak atsiri ektrak kulit jeruk oleh Sun, ditemukan senyawa
monoterpen berupa limonen sebagai metabolit sekunder dengan jumlah yang cukup dominan. Dimana limonen memiliki
efektifitas sebagai antikangker, pada lambung, pulmonari, adenoma dan kangker hati. Senyawa limonen juga
menunjukkan efektifitas farmakologi dalam mengobati penyakit gastreosofagus refluks atau maag dan mengurangi
sensasi heartburn Dalam data GC-MS (Gambar 1 dan 2) senyawa yang terekam di dalam ekstrak jeruk nipis yaitu :2,5-Furandione,
3-methyl- (CAS) Citraconic anhydride (Citraconic anhindrat); Dihydro-3-Methylene-2,5-Furandione (CAS) itaconic
anhindrat (itaconic anhindrat); Butanedioic acid, methylene- (CAS) Itaconic acid, Hexadecanoic acid (CAS) Palmitic acid
atau Asam palmitat.
Citraconic anhindrat, itaconic anhindrat dan Itaconic acid merupakan senyawa turunan dari asam sitrat. Proses
destilasi telah merubah asam sitrat melalui reaksi dekarboksilasi dan dehydrasi menghasilkan senyawa itaconic anhidrat,
citraconic anhidrat dan Itaconic acid(gambar 3). Komposisi senyawa
Citraconic anhindrat memiliki kelimpahan yang paling banyak di dalam ekstrak jeruk nipis, yaitu dengan total kelimpahan
sebesar 77%. Hal ini disebabkan karena, Citraconic anhindrat merupakan produk akhir pada reaksi kondensasi asam sitrat
dan turunannya. Baik itu asam sitrat, itaconic anhindrat atau itaconc acid jika mengalami kondensasi, akan menghasilkan
produk berupa citraconic anhindrat . Asam sitrat merupakan senyawa organik dengan rumus kimia HOC (COOH) (CH2COOH)2 atau disingkat H3Cit
termasuk dalam golongan asam lemah yang aman dikonsumsi dan ditemukan secara melimpah pada beberapa jenis buah
dan sayuran seperti jeruk lemon, jeruk nipis dan jeruk purut[6]. Selanjutnya disebutkan juga jeruk nipis mengandung
asam sitrat yang cukup tinggi dengan kadar 1.38 g/oz(Penniston et al., 2008). Senyawa asam sitrat banyak digunkan
sebagai pengawet makanan, zat pembersih serta antioksidan, serta memiliki afektifitas biologis dalam menghambat
kristalisasi urin ,Asam sitrat merupakan senyawa penting dalam siklus krebs didalam sel
(Wyrzykowski et al., 2010). Sifat rasa asam pada asam sitrat disebabkan dengan adanya tiga gugus karboksilat pada
struktur senyawa tersebut yang jika didalam larutan akan melepas proton sehingga meghasilkan ion sitrat. Ion sitrat sangat
baik sebagai larutan penyangga atau larutan buffer, yaitu sebagai pengendali pH larutan
Larutan buffer yaitu larutan yang terdiri dari asam lemah dan basa konjugatnya atau basa lemah dengan asam
konjugatnya (gambar 4a) Larutan buffer berfungsi untuk mempertahankan pH suatu larutan. Jika asam atau basa
ditambakan kedalam larutan buffer, maka perubahan pH tidak akan terjadi secara signifikan atau bahkan cenderung
konstan. Hal ini karena ketika suatu asam ditambahkan kedalam larutan buffer yang terdiridari asam lemah dan
konjugatnya, maka reaksi akan bergeser ke kiri, atau dengan kata lain, ion H+
akan langsung ditangkap sehingga tidak
terjadi kenaikan jumlah ion H+ yang menyebabkan nilai pH naik di dalam larutan. Sehingga pH larutan dapat
dipertahankan (gambar 4c) Selanjutnya, ketika penambahan basa kedalam larutan buffer, ion hidrogen dari basa tersebut
akan ditangkap ke dalam reaksi kesetimbangan sehingga kenaikkan jumlah ion hidrogen di dalam larutan tidak signifkan
(gambar 4b)Gambar 4. Persamaan reaksi yang terjadi pada larutan buffer (penyangga): persamaan rekasi kesetimbangan larutan
buffer (a); reaksi penambahan basa pada larutan buffer, persamaan reaksi bergeser ke arah kanan jika dilihat dari
persamaan reaksi a (b); reaksi penambahan asam pada larutan buffer, persamaan reaksi bergeser ke arah kiri jika dilihat
dari persamaan reaksi a (c).
Larutan buffer diperlukan oleh tubuh untuk mempertahankan pH reaksi biokimia di dalam tubuh. Secara kimia,
asam sitrat memiliki tiga nilai ketetapan kesetimangan asam (Ka), hal ini memungkinkan asam sitrat menjadi zat buffer
yang sangat baik. Di laboratorium, asam sirat banyak digunakan sebagai zat campuran pembuatan larutan buffer untuk
menghasilkan campuran larutan buffer dengan rentang pH yang luas. Secara spesifik, asamsitrat memiliki 3 nilai Ka. nilai
pKa asam sitrat yaitu 3,13; 4,76; 6,40(Wyrzykowski et al., 2010) (gambar 5) dengan kemampuan menstabilkan pH pada
rentan 2 – 8, sedangkan pada system biologis pada pH 7(Goldberg et al., 2002).
Kemampuan asam sitrat sebagai larutan buffer atau penyangga dapat menjadi alasan mengapa ekstrak jeruk nipis
menjadi salah satu obat terapi penyembuhan bagi penderita penyakit maag. Saat sakit maag terjadi akibat adanya
peningkatan kadar keasaman lambung dari kadar ion H+ yang meningkat akibat system biologis tubuh yang sedang tidak
seimbang yang disebabkan berbagai faktor. Peningkatan kadar ion H+ dalam lambung ditangkap dan bereaksi dengan
asam sitrat dari ekstrak jeruk nipis yang merupakan larutan buffer hingga tercapai kesetimbangan reaksi di dalam lambung
(gambar 6)Gambar 6. Reaksi buffer asam sitrat saat penambahan basa (a); Reaksi buffer asam sitrat saat penambahan asam (b)
Produk terakhir yang teranalisis yaitu palmitic acid atau asam palmitat. Palmitic acid atau asam palmitat
merupakan asam lemak rantai panjang 16-Karbon yang merupakan asam lemak jenuh yang ditemukan luas pada tanaman, binatang, atau bahkan pada mikro organisme. Karna sifatnya yang mudah ditemukan dan berlimpah, asam palmitat
banyak dimanfaatkan dalam bidang industri makanan sebagai zat aditif penambah tekstur makanan
Metode penyembuhan epenyakit maag menggunakan ekstrak jeruk nipis oleh masyarakat dapt terjadi akibat adanya
senyawa metabolit sekunder ekstrak jeruk nipis berupa alkaloid, glikosida, triterpenoid, saponin, polifenol, flavonoid serta
phenol yang berperan sebagai enti oksidan serta sebagai antiulcer, regenerasi sel lambung serta berperan dalam mengobati
sakit maag. Selanjutnya, analisis GC-MS menunjukkan hadirnya asam sitrat sebagai zat yang terdeteksi, Asam sitrat
merupakan kelompok senyawa yang berperan sebagai larutan buffer. Sehingga saat asam lambung meningkat dan terjadi
sakit maag, asam sitrat dari jeruk nipis dapat menetralkan tingkat keasamannya dengan prinsip kerja larutan buffer.
Penyakit gastritis atau yang biasa dikenal sebagai sakit maag terjadi akibat adanya peradangan pada mukosa lambung oleh
tingginya kadar keasaman lambung. Penggunaan obat-obatan secara terus-menerus dapat berdampak buruk bagi kesehatan, sehingga
penggunaan obat herbal mulai menjadi pilihan, yang dalam hal ini menggunakan air perasan jeruk nipis sebagai obat atau terapi
penyembuhan. Pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa terjadinya penebalan dinding lambung pada mencit setelah diberikan
diet ekstrak jeruk nipis. Namun belum diketahui senyawa bahan aktif yang bertanggung jawab pada proses pengendalian keasamaan
asam lambung pada penyakit gastritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa kimia yang terkandung pada jeruk nipis
dalam meredakan rasa perih pada penderita maag. Penelitian ini akan dilakukan dengan metode eksperimental laboratorik yaitu dengan
dilakuaun penapisan fitokimia, kemudian sampel dianalisis menggunakan GC-MS. Diperoleh hasil berupa senyawa alkaloid, glikosida,
triterpenoid, saponin, polifenol, flavonoid serta phenol yang berperan sebagai anti oksidan serta sebagai senyawa induktor
pembentukan stempsel. Selanjutnya, analisis GC-MS menunjukkan hadirnya senyawa turunan asam sitrat berupa citraconic anhindrat,
itaconic anhindrat dan Itaconic acid serta senyawa palmitic acid yang merupakan asam lemak. Asam sitrat merupakan kelompok
senyawa yang berperan sebagai larutan buffer. Sehingga saat asam lambung meningkat dan terjadi sakit maag, asam sitrat dari jeruk
nipis dapat menetralkan tingkat keasamannya dengan prinsip kerja larutan buffer.