antikanker

 



antikanker



Kanker yaitu  kumpulan lebih dari 100 penyakit yang saling berhubungan dan 

disebabkan oleh mutasi genetik maupun paparan lingkungan. Kanker dikarakterisasi dengan 

pertumbuhan tidak terkendali, proliferasi, dan penyebaran sel abnormal. Penyakit ini melibatkan 

bermacam-macam perubahan genetik dan epigenetik, terutama pada gen-gen yang terlibat dalam 

control pertumbuhan dan pembelahan sel. Perkembangan kanker disebut dengan karsinogenesis. 

Perkembangan ini bersifat lama, transformasi yang bersifat multistep dari sel normal menjadi sel 

yang ganas serta meliputi tahan inisiasi, promosi, dan progresi. Interaksinya juga rumit dan tidak 

hanya melibatkan sel yang bermutasi tetapi juga interaksinya dengan lingkungan sekitar. Metode 

: Melakukan pencarian di PubMed (selama 2001-2021), penelitian terakhir dilakukan pada 

Desember 2001; situs web yang relevan; dan pemindaian daftar referensi artikel yang relevan. 

Tidak ada batasan bahasa atau publikasi. Pencarian kata kunci dalam MeSH (judul subjek medis)

“Animals model for anticancer”. Hasil : Didapatkan ada  hewan model untuk pengujian anti 

kanker yaitu Spontaneous tumor models, Transplantable tumor models ,Experimentally induced 

tumors models (Virus induced ,Radiation induced Chemically induced), dan Genetically 

Engineered Models


Kanker yaitu  kumpulan lebih dari 

100 penyakit yang saling berhubungan dan 

disebabkan oleh mutasi genetik maupun 

paparan lingkungan. Kanker dikarakterisasi 

dengan pertumbuhan tidak terkendali, 

proliferasi, dan penyebaran sel abnormal. 

Penyakit ini melibatkan bermacam-macam 

perubahan genetik dan epigenetik, terutama 

pada gen-gen yang terlibat dalam control 

pertumbuhan dan pembelahan sel. 

Perkembangan kanker disebut dengan 

karsinogenesis. Perkembangan ini bersifat 

lama, transformasi yang bersifat multistep 

dari sel normal menjadi sel yang ganas serta 

meliputi tahan inisiasi, promosi, dan progresi. 

Interaksinya juga rumit dan tidak hanya 

melibatkan sel yang bermutasi tetapi juga 

interaksinya dengan lingkungan sekitar

Karsinogen yaitu  suatu agen yang 

dapat meningkatkan insiden terjadinya tumor 

(neoplasms) dibandingkan dengan insiden 

pada kontrol yang tepat di organisme uji yang 

didefinisikan. Karsinogen dapat 

memicu  kanker melalui mekanisme 

genotoksik dan non genotoksik. Mekanisme 

genotoksik antara lain terbentuknya DNA 

adducts dan perubahan pada kromosom yang 

memicu  ternyadinya kerusakan genetis. 

Sementara peristiwa non genotoksik antara 

lain memicu inflamasi, imunosupresi, 

meningkatnya ROS (Reactive Oxygen 

Species), Reactive Nitrogen Species, dan 

perubahan epigenetik yang memicu  

perubahan pada transuksi sinyal . Hal ini memicu  

kondisi instabilitas genetis yang 

memicu  proliferasi yang tidak 

terkontrol dan luput dari apoptosis. Hal ini 

dalam jangka waktu lama akan memicu  

kanker.

Proses karsinogenesis terjadi dalam 

beberapa tahap  utama, yaitu: 

1. Inisiasi

Langkah-langkah kritis berikut ini 

terlibat dalam proses inisiasi oleh 

bahan kimia karsinogenik, yaitu:

a. konversi bahan kimia menjadi 

metabolit reaktif-DNA 

(karsinogenik utama),

b. interaksi karsinogenik dengan 

DNA, yang memicu  

perubahan struktur DNA,

c. perbaikan DNA yang dapat 

mengembalikan kerusakan 

struktural, dan

d. proliferasi sel yang mengarah 

pada fiksasi kerusakan DNA.

Proses inisiasi tanpa proses promosi 

dan progresi, jarang menghasilkan 

neoplasma yang bersifat ganas. 

Apabila pada proses ini terjadi mutase 

pada gen protooncogen / onkogen dan 

gen penekan tumor, maka perubahan 

ini dapat memicu transformasi 

neoplastik. Inaktivasi gen penekan 

tumor p53 melalui mutasi titik (point 

mutation) merupakan mekanisme 

dalam induksi kanker oleh berbagai 

agen, termasuk benzo(a)pyrene dan 

aflatoxin B1. Mutasi pada p53 yaitu  

mutasi gen yang paling sering 

ditemukan pada kanker manusia.

2. Promosi

Promosi mengacu pada fenomena 

aktivasi gen dimana perubahan 

fenotipe laten pada sel yang 

mengalami proses inisiasi kemudian 

diekspresikan melalui seleksi dan 

ekspansi klon. Agen yang mampu 

menginduksi tumor disebut sebagai 

tumor promotor. Contohnya yaitu  

Tetradecanoyl phorbol acetate (TPA), 

fenobarbital, 

tetracholorodibenzo-p -dioxin 

(TCDD), dan asam kolat (cholic 

acid).

Tumor promotor tidak berinteraksi 

langsung dengan DNA, namun 

tergantung pada perubahan ekspresi 

gen. Aktivitas paling penting dari 

promotor tumor yaitu  stimulasi 

mitogenik. Untuk memberikan efek 

mempromosikan tumor, tergantung 

pada konsentrasi paparan karsinogen 

dan stimulasi tumor promotor harus 

berlangsung terus-menerus dalam 

jangka waktu lama di jaringan target. 

Tidak semua sel yang terpapar tumor 

promotor mengalami tahap promosi, 

dan hanya sel yang distimulasi untuk 

membelah dan melarikan diri dari 

apoptosis yang akan melanjutkan ke 

langkah berikutnya, yaitu "progresi".

3. Progresi

Langkah terakhir dari proses 

karsinogenesis yaitu  transformasi 

preneoplasma dan/ atau neoplasma 

jinak menjadi ganas. Selama tahap 

progresi, fenotip neoplastik ganas 

diperoleh melalui mekanisme genetik 

dan epigenetik.

Agen yang hanya memicu  

transisi sel dari tahap promosi ke 

tahap progresi disebut agen progresor. 

Contohnya yaitu  hidrogen 

peroksida, garam arsenik, 

hidroksiurea, dan peroksida organik, 

seperti benzoil peroksida.

Agen progresor ini mungkin memiliki 

kemampuan untuk menginduksi 

penyimpangan kromosom dan dalam

beberapa kasus, meningkatkan 

klastogenesis yang terkait dengan 

ketidakstabilan kariotipe yang 

berkembang. Hal ini memicu  

gangguan pada proses mitosis, fungsi 

telomerase yang tidak teratur, 

perubahan status metilasi DNA, 

rekombinasi DNA, amplifikasi gen, 

dan transposisi gen. Sel dalam tahap 

progresi dapat memperoleh 

kemampuan untuk menjalani invasi 

dan metastasis untuk akhirnya 

mengarah pada pembentukan kanker.

Melakukan pencarian di PubMed 

(selama 2001-2021), penelitian terakhir 

dilakukan pada Desember 2001; situs web 

yang relevan; dan pemindaian daftar 

referensi artikel yang relevan. Tidak ada 

batasan bahasa atau publikasi. Pencarian kata 

kunci dalam MeSH (judul subjek medis)

“Animals model for anticancer” dilakukan 

terlebih dahulu. Kemudian, kami mencoba 

untuk mengklasifikasikan semua data yang 

berkaitan dengan efek farmakologis pada

animal models, penginduksi mekanisme 

hewan yang berbeda.


1. Model Hewan untuk Kanker

Secara umum dapat dibagi menjadi

1. Spontaneous tumor models

2. Transplantable tumor models 

3. Experimentally induced tumors 

models

Virus induced 

Radiation induced

Chemically induced

4. Genetically Engineered Models

Spontaneous tumor models

Pada model ini diperlukan seleksi 

dan pemakaian  hewan dengan insidensi 

kanker secara alami. Tipe kanker dalam 

model ini dangat spesifik terhadap 

species, keturunan, dan strain. Model ini 

digunakan jika tumor spontan mirip 

dengan tumor yang terjadi pada manusia 

dimana memiliki gejala, progresi, 

karakteristik morfologis, etiologi dan 

respon terapi yang mirip. Tumor harus 

terjadi pada frekuensi yang cukup banyak

agar mungkin untuk dilakukan dan 

ekonomis. 

Contoh hewan yang dapat 

digunakan yaitu  tikus DA/Han dengan 

lebih dari 60% hewan betina mati karena 

adenokarsinoma endometrium, dan tikus 

BDII/Han dengan 87 - 90% hewan mati 

karena adenokarsinoma endometrial. 

Keterbatasan dari hewan model ini yaitu  

sebagai berikut:

a. Tidak praktis untuk mendapatkan 

sejumlah tumor dengan ukuran yang 

dapat dibandingkan untuk tujuan 

screening pada waktu yang 

bersamaan. 

b. Pola metastasis tidak seragam dan 

sulit untuk menentukan tahap yang 

akurat. 

c. Biasanya tidak reprodusibel dan 

kebanyakan terdeteksi berasal dari 

infeksi virus 

Transplantable tumors

Model ini berdasarkan 

penggunakan cell line kanker atau 

jaringan yang dapat ditumbuhkan pada 

mencit atau tikus. ada  dua metode 

transplantasi:

a. Transplantasi Heterotopik 

Meliputi transplantasi sel tumor atau 

jaringan pada situs lain selain situs 

asalnya. Metode ini meliputi 

transplantasi secara i.p. atau s.c, 

dimana tumor berploriferasi dalam 

bentuk ascites atau solid tumor

b. Transplantasi Orthotopic

Transplantasi sel kanker pada lokasi 

anatomi atau jaringan dimana tumor 

didapatkan. Misalnya tumor paru￾paru di transplantasikan ke paru￾paru.

Berdasarkan asal cell line kanker 

atau jaringan-nya, ada  dua jenis 

model transplantasi:

a. Syngenic models

pemakaian  sel line atau jaringan 

kanker tikus atau mencit yang 

ditransplantasikan pada hewan lain 

dengan latar belakang genetic yang 

sama dengan asal sel line atau 

jaringan.

b. Xenograft models

Tumor yang ditransplantasikan berasal 

dari manusia. Dapat memicu  reaksi 

penolakan imun yang parah. Untuk 

tujuan ini digunakan mencit athymic 

(nude) atau mencit dengan severe 

combined immunodeficiency (scid). 

Kedua jenis hewan ini mengalami

kekurangan dalam respon imun terhadap 

material asing yang ditransplantasikan

Experimentally induced tumors 

models

Virus induced tumors

Dua tumor diinduksi oleh 

virus yang paling sering digunakan 

yaitu  Friend leukemia dan Rous 

sarcoma. Friend leukaemia terjadi 

pada tikus Swiss dewasa. 

Ditransmisikan ke tikus lain dengan 

injeksi filtrat bebas sel homogenat 

leukemia-limfa. Rous sarcoma yaitu  

tumor pada anak ayam, ditransmisi 

melalui implantasi fragmen tumor 

atau inokulasi bahan bebas sel dari 

homogenat tumor. ada  interval 

2-4 bulan antara inokulasi virus dan 

munculnya leukemia sehingga model￾model ini umumnya tidak digunakan 

untuk penemuan obat. 

Radiation induced tumors

a. Tumorigenesis kulit pada mencit 

tidak berambut SKH-1 yang 

diinduksi sinar UV

Mencit peranakan tidak 

berambut (SKH-1) diradiasi 

selama 5 hari/minggu dengan dosis 

total 74.85 J/cm2 UVA dan 

2.44J/cm2 UVB selama 22 

minggu. Mencit yang diradiasi 

mengalami perkembangan rata￾rata 16 tumor/memcit pada minggu 

ke-23 dengan rata-rata jumlah 

karsinoma per mencit sebesar 2,1. 

Obat diaplikasikan secara topical 

dua kali seminggu dengan dosis 

8mg/cm2

segera sesudah  radiasi 

UV. Parameter seperti, insiden 

tumor kulit (jumlah mencit dengan 

tumor), multiplikasi tumor (rata￾rata jumlah tumor per mencit), 

reduksi kejadian papilloma kulit, 

onset munculnya tumor yang 

pertama dan pemeriksaan 

histopatologi tumor termasuk 

dengan Western Blotting atau 

immunohistochemistry untuk 

regulasi protein siklus sel 

dipelajari. 

b. Model tumorigenesis kulit dua 

tahap

Induksi tumor dicapai 

dalam dua tahap, inisiasi dan 

promosi. Inisiasi dilakukan dengan 

aplikasi tunggal DMBA (9,10-

Dimethyl-1,2-benzanthracene, 50 

nmol) secara topical diikuti proses 

promosi dengan dua kali seminggu 

pemberian sinar UVB (250

mJ/cm2

) selama 25 minggu. 

Penelitian dengan memakai  

model ini menyediakan 

pembelajaran mengenai proses 

karsinogenesis. Aksi kerja dari 

obat juga dapat diteliti, apakah 

obat tersebut dapat mengobati atau 

mencegah proses inisiasi atau 

promosi. 

c. Kekurangan

Keterbatasan dari 

pemakaian  radiasi dalam 

menginduksi tumor yaitu  sebagai 

berikut:

pemakaian  radiasi dapat 

memicu  timbulnya bahaya 

radiasi terhadap peneliti.

Membutuhkan waktu yang 

lama untuk menginduksi tumor 

dan parameter evaluasi yang 

membosankan merupakan 

kekurangan dari model tipe ini. 

Chemically induced tumors

Karsinogen kimia pada umumnya 

merupakan elektrofil yang bersifat 

sangat reaktif (memiliki 1 defisiensi 

atom elektorn) yang bereaksi dengan 

atom yang kaya dengan electron pada 

RNA, DNA, dan potein selular 

(nukleofilik). pemakaian  karsinogen 

kimia dalam menginduksi tumor 

memiliki keterbatasan yakni adanya 

kemungkinan efek karsinogen 

terhadap hewan lain dan personnel 

yang dihasilkan dari karsinogen yang 

diekskresikan dan metabolitnya pada 

feses dan urin hewan.

a. DMBA menginduksi tumor payudara

Tikus betina berumur 50 hari 

diberikan dosis tunggal 12 mg DMBA (9,10-

Dimethyl-1,2-benzanthracene). Tumor ganas 

yang pertama dapat dideteksi 20 - 30 hari 

kemudian. Berat tumor dapat ditentukan 

dengan palpasi, membandingkan volume 

setiap tumor terhadap model plastisin. Berat 

tumor dihitung dengan cara perkalian berat 

model dengan faktor pengali dimana berat 

spesifik plastisin dan tumor berhubungan. 

Obat diadminsitrasikan secara subkutan 

dimulas sesudah  massa tumor telah mencapai 

1 gram. Perubahan volume tumor direkan. 

Pemeriksaan histopatologi dari tumor yang 

meliputi indeks mitotic dapat menunjukkan 

bagaimana mekanisme aksi obat.

b. MNU menginduksi tumor payudara

Tikus berumur 50 hari yang diinduksi

kanker dengan MNU merupakan model yang 

popular karena prosedur ini pada umumnya 

menghasilkan 100% insiden adenokarsinoma 

dalam waktu 120–150 hari pemberian 

karsinogen. Tikus betina Sprague-Dawley

berumur 50 hari diberikan injeksi IV tunggal 

50 mg MNU/kg-bb (pH 5.0). Agen 

kemopreventif diberikan biasanya 1 minggu 

sebelum pemberian karsinogen dan berlanjut 

sampai hewan uji dibunuh. Multiplikasi 

tumor pada umumnya sekitar 4 -6 per hewan 

dan latensinya pada umumnya 65 – 80 hari. 

Agen yang menunjukkan hasil positif pada 

model ini biasanya diujikan pada hewan yang 

lebih tua di mana karsinogen 

diadministrasikan pada hewan berumur 100 –

120 hari.

c. DEN Lung cancer models

Model diethylnitrosamine (DEN) 

menginduksi adenokarsinoma paru diikuti 

dengan injeksi subkutan dua kali seminggu 

sebesar 17.8 mg DEN/kg-bb dimulai pada 

umur 7–8 minggu dan berlanjut selama 20 

minggu. Agen kemopreventif biasanya 

diadministrasikan dalam makanan sejak 1 

minggu sebelum pemberian pertama 

karsinogen dan berlanjut selama 180 hari.

d. Tobacco-specific carcinogen 4-

(methylnitrosamino)-1-(3-pyridyl)-1-

butanone (NNK) Lung cancer models

Mencit betina (strain A/J) umur 6 

minggu diberikan dosis tunggal 10μm NNK 

dalam salin dengan injeksi i.p. Pada 

umumnya 6–8 adenoma per hewan terbentuk 

dalam 16-minggu pengujian dengan 100% 

insiden. Pada minggu ke- 52, insiden 

adenokarsinoma yaitu  sekitar 70–80% 

dengan multiplikasi 15–17 tumor 

(kebanyakan berupa adenoma alveolus padar 

dengan sedikit adenokarsinoma) per hewan.

e. DMAB (3, 2-dimethyl-4-aminobiphenyl) 

menginduksi tumor

Tumor diinduksi pada tikus betina 

F344 dengan injeksi subkutan DMAB 

50mg/kg sekali seminggu selama 20 minggu. 

Hal ini dapat menginduksi multiple tumor 

colon pada sekitar 26-30% hewan yang diberi 

makan low fat diet, dan 74% hewan yang 

diberi makan high fat diet. Model ini 

memproduksi adenomas (tumor jinak) dan 

adenokarsinoma (tumor ganas) pada usus 

besar. Berbagai parameter seperti insiden 

tumor, ukuran tumor dan histopatologi 

jaringan tumor dapat dipelajari. Limitasi dari 

model ini yaitu  memerlukan multiple 

injeksi dari DMAB untuk menginduksi tumor 

kolon. Terlebih lagi, ada  induksi 

neoplasma pada situs lain selain kolon seperti 

adenokarsinoma pada kelenjar mamae pada 

tikus betina, sarcoma pada kelenjar liur, 

squamous cell carcinoma pada lubang telinga 

dan kulit, gastric papillomas, sarkoma dan 

limfoma, karsinoma pada kandung kemih. 

Hal tersebut memperumit perbandingan 

terhadap respon obat. 

f. AOM and DSS Modelling Colitis Induced 

Cancer

pemakaian  azoxymethane (AOM)/ 

Dextran Sodium Sulfate (DSS) sebagai model 

kanker kolon merupakan model yang kuat, 

reprodusibel, dan relative tidak mahal 

sebagai model inisiasi dan promosi. Model 

inin menginduksi kerusakan DMA yang 

diikuti dengan siklus berulang colitis. AOM 

merupakan prokarsinogen, mengalami 

metabolisme oleh CYP450, isoform 

CYP2E1, menjadi methylazocymethanol 

(MAM), suatu spesies alkilasi yang dapat 

menginduksi terbentuknya DNA adduct O6-

methylguanine sehingga menghasilkan 

transisi G→A. DSS merupakan polisakarida 

menyerupai heparin yang terlarut dalam air 

minum dan dapat memicu  kerusakan 

pada epitel kolon, menginduksi colitis yang 

mirip seperti fitur pada IBD 

Genetically Engineered Mouse 

Models (GEMs)

a. Mencit Transgenik

• Mencit transgenik yaitu  mencit 

yang dimodifikasi dimana gen dari 

luar dimasukkan dan digabungkan 

dengan stabil ke genom dari tiap 

sel mencit dan gen ini dapat 

ditransmisikan ke keturunannya. 

A. Pada mencit transgenik, DNA 

transgenik ada  pada salah satu 

kromosom tetapi tidak pada 

kromosom homolognya.

B. p53+/- Wnt-1 transgenic 

mice: mencit p53+/- disilangkan 

dengan mencit transgenic MMTV￾Wnt-1 untuk mendapatkan model 

tumorigenesis kelenjar mamae 

dimana MMTV merupakan 

promotor tumor virus kelenjar 

mamae mencit

C. TRAMP transgenic Mice: 

Mencit ini memiliki promotor 

probasin promoter yang mengatur 

ekspresi antigen tumor SV40. 

Mencit ini mengalami kanker 

prostat pada umur 12 minggu dan 

mengalami metastasis dalam 3 

minggu. Mencit TRAMP 

merekapitulasi berbagai aspek 

kanker prostat manusia. 

D. Apc deficient mice: Mencit ini 

secara spontan mengalami 

preneoplastik intestinal polip 

karena adanya mutase dominan 

pada gen Apc (adenomatous 

polyposis coli). Mutasi gen ini 

umum terjadi pada sebagian besar 

kanker kolon manusia.

b. Knockout Mice

1. Berbeda dengan mencit 

transgenik yang diproduksi dengan menambahkan DNA eksogen secara 

random, mencit knockout diperoleh 

dengan insersi atau delesi gen dengan 

targeting sehingga menghasilkan 

rekombinasi homolog dan memiliki 

tingkat kesuksesan produksi yang 

sangat rendah. 

2. The Nkx 3.1 knockout mice: 

Nkx 3.1 merupakan tumor suppressor 

gene spesifik untuk prostat. Gen ini 

penting untuk diferensiasi dan fungsi 

prostat. Kehilangan fungsi dari gen ini 

menghasilkan gangguan histopatologi 

yang menggambarkan gangguan pada 

kanker prostat manusia.

3. Homozygous p53 knockout 

mice: Mencit ini sangat rentan terhadap 

tumorigenesis terutama limfoma.

4. Brca1 conditional knockout 

model: Delesi Brca1diinduksi 

memakai  sistem Cre Ioxp dengan 

mengekspresikan Cre dibawah kontrol 

MMTV-LTR or WAP. Hewan akan 

mengalami tumor kelenjar mamae pada 

umur 10 - 13 bulan (Gaj, et al., (2013), 

Platt, R. J, et al., (2014)