Rongga mulut

 





Rongga mulut

Rongga mulut manusia sangat penting dijaga agar terhindar dari berbagai masalah 

mulut salah satunya adalah tumor dan kanker rongga mulut. Pertumbuhan sel pada rongga 

mulut dibagi menjadi tumor jinak rongga mulut (benign), lesi prakanker, dan kanker rongga 

mulut (malignant). Klasifikasi citra lesi benign dan malignant dapat membantu untuk 

mengetahui apakah sel yang ada pada rongga mulut termasuk sel yang jinak atau ganas. CNN 

adalah jenis neural network yang dapat digunakan untuk mengekstrak fitur yang terdapat pada 

sebuah citra. Pada penelitian ini akan dilakukan klasifikasi citra lesi benign dan malignant 

dengan menerapkan arsitektur ResNet50 pada metode CNN. Dataset yang digunakan adalah 

Oral Image Dataset, yang memiliki 2 kelas, yaitu kelas benign, dan kelas malignant. Pengujian 

dilakukan dengan menggunakan data testing dari masing-masing kelas dengan menggunakan 

optimizer Adam dan SGD. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa ResNet50 

mampu melakukan klasifikasi citra lesi benign dan malignant dengan baik menggunakan 

optimizer Adam dengan nilai akurasi, yaitu 94%. alah satu bagian tubuh manusia yang sangat penting untuk bicara dan pencernaan adalah 

rongga mulut, yang terdiri dari lidah, langit-langit mulut, gusi, bibir, dan bagian dalam 

pipi. Untuk menghindari berbagai masalah mulut, termasuk tumor dan kanker, rongga 

mulut harus selalu dibersihkan. Tumor dan kanker rongga mulut adalah pertumbuhan sel yang 

tidak normal yang dapat terjadi di bagian rongga mulut seseorang [1]. Pertumbuhan sel pada 

rongga mulut dibagi menjadi tumor jinak rongga mulut (benign), lesi prakanker, dan kanker 

rongga mulut (malignant). Beberapa jenis tumor dan kanker rongga mulut melibatkan berbagai 

jenis sel dan dapat bervariasi dalam tingkat keganasan. 

Kanker mulut menempati urutan kedua yang menyebabkan kematian akibat 

keganasannya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan sekitar 650 ribu kasus kanker 

mulut pada setiap tahunnya, dan lebih dari setengahnya menyebabkan kematian [2]. Menurut 

data dari Globocan, kanker rongga mulut menempati urutan ke-17 untuk kasus baru terbanyak 

di Indonesia pada tahun 2020 dengan jumlah 5.780 kasus [3]. 

Tidak semua orang dapat mengetahui apakah ada yang tidak normal terjadi pada rongga 

mulutnya. Hanya dokterlah yang dapat mengetahui hal tersebut. Dokter juga tidak dapat 

menjamin 100% apakah sel yang ada pada rongga mulut adalah lesi yang bersifat jinak (benign) 

ataupun ganas (malignant) jika tanpa pemeriksaan medis. Klasifikasi citra lesi benign dan 

malignant digunakan untuk mengetahui jenis sel yang ada pada rongga mulut apakah jinak atau 

ganas berdasarkan data training yang dilatih dan data testing yang digunakan untuk uji coba. 

Salah satu dari metode yang dapat digunakan untuk melakukan klasifikasi citra adalah 

metode Convolutional Neural Network (CNN). Kelebihan CNN adalah kedalaman jaringan 

yang tinggi yang menjadikannya metode ini sangat unik untuk digunakan pada data citra [4]. 

CNN memiliki banyak arsitektur yang dapat digunakan seperti AlexNet, ResNet, VGG, dan 

GoogleNet. 

Penelitian [5] melakukan perbandingan model AlexNet dan ResNet pada klasifikasi 

spesies bunga. Hasil menunjukkan bahwa model ResNet memiliki akurasi yang lebih tinggi 

dengan 97.3% untuk ResNet50, dan 90.2% untuk AlexNet. 

Penelitian [6] melakukan analisis perbandingan performa dari arsitektur Convolutional 

Neural Network untuk mengklasifikasikan sel darah putih. Arsitektur yang digunakan adalah 

AlexNet, GoogleNet, ResNet-50, dan VGG-16. Hasil menunjukkan bahwa ResNet-50 memiliki 

akurasi paling tinggi yaitu 94.17%, selanjutnya GoogleNet, VGG-16, dan AlexNet yaitu 93.33%, 

91.67%, dan 90%. 

Penelitian [7] melakukan klasifikasi kekerabatan (kinship) menggunakan arsitektur 

ResNet50 dengan optimizer adam, RMSprop, dan SGD. Model ResNet50 dapat 

mengklasifikasikan kinship dengan baik. Hasil menunjukkan bahwa akurasi terbesar didapat 

dengan menggunakan optimizer adam sebesar 93%, RMSprop 88%, dan SGD 65%. 

Penelitian [8] melakukan klasifikasi citra ekspresi wajah manusia dengan menggunakan 

CNN dan 7 optimizer, yaitu Adadelta, Adagrad, Adam, Adamax, Nadam, Rmsprop, dan SGD. 

Hasil menunjukkan bahwa optimizer SGD menghasilkan hasil akurasi yang lebih tinggi yaitu 

63%. 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, arsitektur ResNet50 mampu 

melakukan klasifikasi citra dengan lebih baik dengan optimizer Adam dan SGD. Berdasarkan 

hal tersebut maka akan dilakukan klasifikasi lesi benign dan malignant pada rongga mulut 

menggunakan arsitektur ResNet50 dengan optimizer Adam, dan SGD. 2.1 Rongga Mulut 

Rongga mulut adalah area di dalam mulut manusia yang terdiri dari beberapa bagian 

yang penting untuk proses pencernaan dan komunikasi. Beberapa bagian utama dari rongga 

mulut, yaitu bibir, gigi, lidah, langit-langit mulut, gusi dan tonsil. 

Lesi adalah perubahan atau kerusakan pada jaringan tubuh akibat adanya penyakit atau 

cidera [9]. Lesi rongga mulut adalah segala bentuk perubahan atau kelainan yang terjadi di 

dalam rongga mulut. Kondisi bisa berupa luka, bintik-bintik, benjolan ataupun perubahan warna 

pada jaringan di dalam mulut. 

Pertumbuhan sel pada rongga mulut dibagi menjadi tumor jinak rongga mulut (benign), 

lesi prakanker, dan kanker rongga mulut (malignant) [10] [11]. 

2.2 CNN 

CNN adalah salah satu model deep learning karena kedalaman jaringan yang tinggi dan 

sangat unggul jika diimplementasikan pada data citra. CNN didesain dari pengembangan 

Multilayer Perceptron (MLP) yang digunakan untuk mengelola data dua dimensi. 

CNN memiliki tiga tipe layer, yaitu: convolutional layer, pooling layer, dan fully 

connected layer [8]. Convolutional layer digunakan untuk filtering terhadap citra yang akan 

dikenali. Polling layer digunakan untuk mengurangi dimensi dari feature map untuk 

mempercepat komputasi, dan fully connected layer digunakan untuk menghubungkan semua 

neuron seperti multilayer perceptron yang digunakan untuk klasifikasi. Struktur CNN dapat 

dilihat pada Gambar 1.

2.3 ResNet50 

Residual Network (ResNet) adalah arsitektur CNN yang merupakan jaringan residual 

yang memiliki jaringan yang dalam. Terdapat beberapa varian pada model ResNet, yaitu: 

ResNet18, ResNet34, ResNet50, ResNet101, dan ResNet152. Karakteristik dari arsitektur ResNet

adalah mampu menangani masalah hilangnya gradien dengan lebih baik. Semakin banyak 

jumlah layer, maka gradien tersebut akan menjadi sangat kecil atau menghilang [7]. Hilangnya 

gradien ini dapat menghambat kemampuan jaringan untuk belajar secara efektif [5]. 

ResNet50 adalah tipe ResNet yang memiliki 50 layer yang terdiri dari 48 convolution 

layer, 1 maxpool layer, dan 1 average pool layer [7]. Arsitektur ResNet50 dapat dilihat pada 

Gambar 2.

Penelitian ini mengunakan dataset publik bernama Oral Image Dataset [14]. Dataset ini 

berupa citra lesi benign dan malignant pada rongga mulut berukuran 304x304 piksel sebanyak 

2270 data yang terbagi dalam 2 (dua) kelas, yaitu 1155 data kelas benign dan 1115 data kelas 

malignant. Dataset ini telah mengalami proses augmentasi, yaitu flipping, rotation, dan 

resizing. Data citra yang dikumpulkan akan terbagi menjadi 80% data training dan 20% data 

testing. Contoh citra lesi benign dan malignant dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Dataset yang akan digunakan akan dilakukan preprocessing dengan dilakukan resize 

otomatis oleh sistem menjadi 224x224 piksel untuk menjadi input ke dalam model ResNet50. 

Model ResNet50 yang akan dibangun menggunakan arsitektur ResNet50 yang terdiri dari 48 

convolution layer, 1 maxpool layer, dan 1 average pool layer. Terdapat 1 dense layer dengan 

fungsi aktivasi softmax. 

Model yang dirancang akan diimplementasikan ke dalam bahasa pemrograman python

menggunakan Google Colab. Optimizer yang akan digunakan yaitu Adam dan SGD. Kemudian 

akan dilakukan uji coba terhadap model yang telah diimplementasikan menggunakan data 

testing yang telah disiapkan. 

Proses pengujian akan menggunakan CNN dengan arsitektur ResNet50 dan melakukan 

perbandingan 2 (dua) optimizer, yaitu Adam dan SGD. Pengujian ini menggunakan learning 

rate sebesar 0,0001 dengan batch size 16 dan epoch sebanyak 20.

Berdasarkan hasil akurasi, precision, dan recall untuk optimizer Adam dan SGD yang 

ditunjukkan pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa optimizer Adam mempunyai tingkat akurasi yang 

lebih tinggi yaitu 94%, sedangkan hasil akurasi dari SGD optimizer sebesar 62%Berdasarkan hasil dari confusion matrix pada Gambar 5 dan Gambar 6, dapat dilihat 

bahwa pada Optimizer Adam kesalahan dalam mengenali kelas benign dan malignant sebanyak 

14 data, sedangkan pada Optimizer SGD kesalahan dalam mengenali kelas benign 170 data 

lebih banyak dibandingkan kelas malignant 2 data. 

 

Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa arsitektur ResNet50 mampu 

melakukan klasifikasi citra lesi benign dan malignant pada rongga mulut dengan baik. 

Pengujian dengan menggunakan optimizer Adam menghasilkan hasil yang terbaik dengan 

akurasi 94%, dibandingkan optimizer SGD dengan akurasi 62%.