tumor tulang ganas
CNB : Core Needle Biopsy
CT Scan : Computerized Tomography Scan
EMR : Electronic Medical Record
FNAB : Fine Needle Aspiration Biopsy
GLOBOCAN : Global Cancer Observatory
IGF-1 : Insulin-like growth factor 1
MRI : Magnetic Resonance Imaging
NOS : Not Otherwise Specified
PET : Positron Emission Tomography
ROM : Range of Motion
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
STS : Soft Tissue Sarcoma
WHO : World Health Organization
Penderita tumor ganas tulang yang dirawat inap di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2019 – 2021 memiliki karakteristik yang
mayoritas sejalan dengan penelitian pada beberapa rumah sakit dan teori
sebelumnya.
Tumor tulang merupakan pertumbuhan sel-sel tulang yang tidak
normal. Berdasarkan sifat biologinya, tumor tulang diklasifikasikan menjadi
tumor jinak, ganas, dan intermediet. Tumor ganas tulang dapat bersifat primer
atau sekunder (metastasis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
karakteristik penderita tumor ganas tulang yang dirawat inap di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang periode 2019 – 2021.Dari 98 sampel penelitian, berdasarkan karakteristik sosiodemografi pasien
tumor ganas tulang, didapatkan lebih banyak pasien perempuan (53.1%),
mayoritas kelompok usia 11 – 20 tahun (35.7%), dan banyak pada pasien yang
tidak bekerja (56.1%). Tumor ganas primer menjadi jenis yang paling banyak
ditemui (85.7%) dan osteosarcoma merupakan tipe histopatologi terbanyak
(54.1%). Lokasi terbanyak pada tulang femur (50.0%). Massa menjadi gejala yang
paling banyak dikeluhkan pasien (93.9%). Sebanyak 21 pasien (21.4%) memiliki
riwayat tumor dan 28 pasien (28.6%) dengan riwayat trauma. Pengobatan yang
paling banyak diterima yaitu kemoterapi (63.3%).
Tumor tulang merupakan pertumbuhan sel-sel tulang yang tidak normal.
Berdasarkan sifat biologinya, tumor tulang diklasifikasikan menjadi tumor jinak,
ganas, dan intermediet. Tumor ganas tulang dapat bersifat primer atau sekunder
(metastasis). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional yang
bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita tumor ganas tulang
yang dirawat inap di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 2019 –
2021. Sampel penelitian ini sebanyak 98 pasien dan menunjukkan bahwa
berdasarkan karakteristik sosiodemografi pasien tumor ganas tulang, didapatkan
lebih banyak pasien perempuan, mayoritas kelompok usia 11 – 20 tahun, dan
banyak pada pasien yang tidak bekerja. Tumor ganas primer menjadi jenis yang
paling banyak ditemui dan osteosarcoma merupakan tipe histopatologi terbanyak.
Lokasi terbanyak pada tulang femur. Massa menjadi gejala yang paling banyak
dikeluhkan pasien. Sebanyak 21 pasien memiliki riwayat tumor dan 28 pasien
dengan riwayat trauma. Pengobatan yang paling banyak diterima yaitu
kemoterapi.
Tumor tulang merupakan pertumbuhan sel-sel tulang yang tidak
normal.1 Tumor diklasifikasikan menjadi tumor jinak (benigna), tumor ganas
(maligna), serta tumor di antara jinak dan ganas (intermediet) berdasarkan
sifat biologinya.2 Tumor ganas pada umumnya dapat tumbuh dengan cepat,
bersifat invasif, dan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan di
sekitarnya. Selain itu, memiliki kemampuan untuk menyebar ke seluruh
tubuh melalui sistem limfatik atau aliran darah. Tumor ganas sering
mengakibatkan kematian.2
Tumor ganas tulang dapat bersifat primer (berasal dari unsur-unsur
tulang itu sendiri) atau sekunder (berasal dari metastasis atau infiltrasi tumor
ganas organ lain).3 Sebagian besar metastasis tulang berasal dari payudara,
prostat, dan paru-paru.4 Secara umum etiologi tumor tulang belum diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan
pertumbuhan tumor pada tulang, antara lain kelainan genetik, trauma, riwayat
kanker dan pengobatannya sebelumnya, serta riwayat penyakit tulang
lainnya.5–7
Tumor tulang sering muncul dengan gejala nyeri non-spesifik di sekitar
sendi, yang biasanya nokturnal, tumpul, dan non-mekanis (tidak berhubungan
dengan aktivitas atau menahan beban). Kemudian bahkan dapat membuat
penderitanya sulit berjalan. Tanda-tanda lanjut termasuk pembengkakan
(benjolan), nyeri mekanis, keterbatasan mobilitas anggota gerak, atau
terkadang fraktur patologis pada tulang yang terlibat.8,9 Pasien mungkin
asimtomatik sampai ditemukannya lesi secara kebetulan pada gambaran
radiografi, biasanya pada jenis lesi jinak, atau lesi ganas yang timbul di
daerah tertentu.
Berdasarkan data dari Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) yang
dirilis oleh World Health Organization (WHO), jumlah kasus dan kematian
akibat tumor ganas (kanker) mencapai 18,1 juta kasus dan 9,6 juta kematian
pada tahun 2018. Kematian akibat kanker diperkirakan akan mencapai lebih
dari 13,1 juta pada tahun 2030.10 Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data
GLOBOCAN dari WHO, jumlah kasus dan kematian akibat kanker pada
tahun 2020 mencapai 396.914 kasus dan 234.511 kematian.11 Salah satu jenis
kanker yang menyumbang angka kematian ini termasuk kanker tulang.
Insiden kanker tulang umumnya relatif rendah di antara semua jenis
keganasan yang didiagnosis setiap tahun. Kanker tulang primer menyumbang
kurang dari 0,2% dari semua jenis kanker dengan insiden 1,8 kasus baru per
100.000 penduduk per tahun.12 Menurut American Cancer Society, pada
tahun 2022 di Amerika Serikat, insiden kanker primer tulang dan sendi pada
usia anak hingga dewasa diperkirakan mencapai 3.910 kasus dengan angka
kematian mencapai 2.100 kasus.
13 Berdasarkan data dari penelitian yang
dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2011 – 2013 dengan
sampel sebanyak 30 pasien tumor tulang, menunjukkan jenis tumor tulang
terbanyak adalah tumor ganas tulang dengan jumlah pasien sebanyak 28
orang (93,33%). Dijumpai frekuensi kelompok usia yang paling tinggi
menderita tumor ganas tulang yaitu pada kelompok usia 51 – 60 tahun
sebanyak 9 orang (30,00%), diikuti kelompok usia 31 – 40 dan 41 – 50
masing-masing sebanyak 5 orang (16,67%).14
Insiden kanker tulang primer memiliki distribusi usia bimodal (bimodal
peak), puncak pertama pada dekade kedua kehidupan dan puncak kedua
setelah dekade keenam kehidupan.
15 Osteosarcoma dan Ewing’s sarcoma
lebih sering terjadi pada dekade kedua kehidupan, sedangkan
chondrosarcoma lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua.16 Kejadian
metastasis tulang sering terjadi pada pasien yang berusia di atas 40 tahun.17
Selain itu, beberapa keganasan tulang primer bermanifestasi pada lokasi
anatomis tertentu yang khas.18,19 Tumor tulang sering berkembang pada tulang panjang ekstremitas.20 Sedangkan predileksi yang paling sering terjadi
metastasis adalah di seluruh kerangka aksial.21
Untuk mengobati pasien dengan tumor ganas tulang, biasanya
melibatkan kombinasi pendekatan bergantung pada sejumlah faktor, termasuk
stage dan grade kanker. Pilihan pengobatan ini meliputi tindakan
pembedahan baik tindakan limb salvage surgery ataupun amputasi, terapi
radiasi, dan kemoterapi.22 Meskipun insiden tumor tulang rendah, tetapi terapi
yang diberikan seperti amputasi, bisa sangat berat bagi pasien dan keluarga.
Bahkan dengan pengobatan yang sempurna, angka harapan hidup beberapa
penderitanya tidak mencapai nilai yang tinggi. Oleh karena itu, dalam
penanganan tumor tulang diperlukan standar pelayanan yang tinggi mulai dari
skrining, diagnosis, manajemen, dan evaluasi pasca terapi.23
Berdasarkan uraian di atas, pengetahuan mengenai karakteristik
penderita tumor ganas tulang adalah hal yang penting agar dapat membantu
melakukan diagnosis maupun upaya deteksi dini untuk menghindari
konsekuensi klinis dari tumor ganas tulang. Belum banyak publikasi
penelitian yang membahas secara umum mengenai karakteristik pasien
penderita tumor ganas tulang di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
khususnya pada periode 2019 – 2021. Maka dari itu, penelitian ini diharapkan
dapat memperbarui data dari penelitian sebelumnya dan dapat memberikan
gambaran yang komprehensif mengenai karakteristik penderita tumor ganas
tulang yang dirawat inap di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
periode 2019 – 2021.Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik penderita tumor
ganas tulang yang dirawat inap di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
periode 2019 – 2021?Tumor ganas1
Latar Belakang: Tumor ganas yang terbentuk pada
tulang, jaringan lunak, atau kartilago disebut sarcoma.
Gejala dari tumor ini bervariasi, dapat berupa sesak
nafas, nyeri dada, dan pembengkakan pada sekitar
tumor. Pencitraan seperti rontgen dan CT scan dapat
membantu, walaupun gambaran pencitraan dari
beberapa tumor ganas dinding dada kurang spesifik,
pengetahuan tentang manifestasi tipikal pada radilogi
dari berbagai tumor ini seringkali dapat memudahkan
para ahli untuk membedakan jenis tumor jinak dan
ganas dan membantu mengarahkan diagnosis yang
lebih spesifik.
Kasus: Seorang laki – laki berusia 80 tahun dengan
keluhan benjolan di dada sebelah kanan. Hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil anemia,
penurunan fungsi ginjal, dan hiperkalsemia. Hasil
CT Scan thorax dengan kontras menunjukkan
adanya massa solid pada cavum pleura kanan yang
Dinding dada terbentuk dari tulang,
kartilago, dan jaringan lunak. Tumor
ganas yang terbentuk pada tulang,
jaringan lunak, atau kartilago, disebut
sarcoma.
Keganasan dinding dada atau
thorax meliputi berbagai tipe sarcoma
termasuk plasmacytoma atau disebut juga
plasma cell myeloma, yang merupakan
kasus yang masih jarang terjadi.
Berbagai gejala klinis dapat bervariasi
tergantung dari jenis atau klasifikasi dan
tingkat keganasan tumornya. Gejala yang
paling sering ditemukan berupa sesak
nafas, nyeri dada, dan pembesaran atau
pembengkakan pada dinding dada di
sekitar tumor ini
Rontgen thorax,
pencitraan yang sering digunakan untuk
evaluasi awal dapat membantu untuk
mendeteksi destruksi korteks. Di samping
itu, CT-Scan merupakan pemeriksaan
radiologi lanjutan yang lebih sensitive
daripada rontgen untuk mendeteksi
matriks kalsifikasi tulang dan destruksi
korteks. Meskipun gambaran pencitraan
dari beberapa tumor ganas dinding
dada kurang spesifik, pengetahuan
tentang manifestasi tipikal pada radilogi
dari berbagai tumor ini seringkali
dapat memudahkan para ahli untuk
membedakan jenis tumor jinak dan ganas
dan membantu mengarahkan diagnosis
yang lebih spesifik.2-4 Multiple myeloma
jarang terkait dengan keterlibatan
pulmonal. Keterlibatan pleura pada
myeloma sangatlah jarang, dengan
persentase kurang dari 1% dari seluruh
pasien dengan plasma cell myeloma, dan
memiliki prognosis yang buruk. Diagnosis
yang tepat dapat mengurangi morbiditas
dan mortalitas pasien.
Laporan kasus ini akan mendiskusikan
tentang pasien laki-laki 80 tahun dengan
tumor ganas pada dinding dada yang
dirawat di RSUP Sanglah, Denpasar.
Seorang laki – laki berusia 80 tahun, datang
ke RSUP Sanglah dengan keluhan benjolan
di dada sebelah kanan. Pasien sudah
cukup lama merasakan ada keluhan di
dada sebelah kanan. Sebelum didapatkan
benjolan pada dada bagian kanan, pasien
mengeluhkan nyeri yang hilang timbul
pada dada kanannya dan bertambah nyeri
saat aktivitas berat. Keluhan semakin
dirasakan dalam 3 bulan terakhir di mana
benjolan dirasakan semakin membesar,
semakin terasa nyeri, dan sering sesak
terutama saat pasien berjalan menanjak
atau naik tangga. Awalnya benjolan
berukuran sebesar telur puyuh dan
membesar hingga sebesar telur ayam.
Nyeri dirasakan pada tulang dada kanan
dan menjalar sampai ke bagian dalam
rongga dada. Nyeri dirasakan terutama
pada daerah munculnya benjolan sampai
saat ini. Pasien juga sering mengeluh
cepat lelah. Tidak ada keluhan diare, kaki
bengkak atau lemas serta kesemutan.
Keluhan bintik-bitnik merah di badan dan
lidah bengkak.
Pasien 2 bulan sebelum ke RSUP
Sanglah sudah memeriksakan diri di RSUD
Klungkung, dilakukan pemeriksaan CT
scan ilalu dilanjutkan dengan biopsi.
Hasil pemeriksaan CT Scan (Gambar 1)
dikatakan terdapat tumor di dinding dada
dengan hasil biopsi berupa gambaran
morfologi yang menunjukkan malignant
round cell tumor dengan diagnosis banding
berupa round cell sarcoma cenderung
malignant glomus tumor dengan diagnosis
banding mesothelioma.
ilalu pasien dirujuk ke
RSUP Sanglah untuk pemeriksaan
dan tatalaksana lebih lanjut. Pasien
memeriksakan diri ke Sanglah dan
dilakukan pemeriksaan CT Scan thorax
dengan kontras dan dilakukan biopsi
lanjutan. Hasil CT Scan thorax dengan
kontras (Gambar 2) menunjukkan
adanya massa solid pada cavum pleura
kanan yang menginfiltrasi otot dinding
dada di sekitarnya, pneumonia bilateral,
serta lesi osteolitik pada tulang belakang
yang dicurigai sebagai suatu proses
metastase atau penyebaran keganasan.
Hasil biopsi menunjukkan gambaran
morfologi sebaran difus sel plasma
imatur-matur dengan pendekatan
pada diagnosis cutaneus infiltration
plasma cell myeloma dengan diagnosis
banding plasmablastic lymphoma. Hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan
hasil anemia, penurunan fungsi ginjal,
dan hiperkalsemia. Pasien dirawat inap
selama 3 hari, ilalu diperbolehkan
untuk pulang oleh DPJP yang merawat dan
dijadwalkan untuk kontrol ke poliklinik.
Pada follow up terbaru pasien dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah dengan
hasil masih mendukung klinis di mana
masih didapatkan anemia dan penurunan
fungsi ginjal, serta pada tanggal 2 April
2021 didapatkan pula hasil biopsi sumsum
tulang dengan hasil marrow plamacytosis.
Kasus keganasan dinding dada oleh
infiltrasi sel plasma masih merupakan
kasus sang sangat jarang tetapi tidak
dapat diabaikan.2 Tinjauan pustaka yang
ditemukan pun lebih banyak berupa jurnal
penelitian, laporan kasus, maupun artikel.
Pengetahuan radiologi dapat membantu
membedakan jenis tumor jinak dan ganas
dan membantu mengarahkan diagnosis
yang lebih spesifik.
Pada pasien ini, laki-laki, usia 80
tahun, dengan kronologis perjalanan
penyakit di mana pasien merasakan
benjolan pada dinding dada dengan rasa
nyeri yang semakin memberat dan sesak
akhir-akhir ini dapat lebih mengarahkan
untuk massa primer dari dinding dada
atau extrapulmonal yang selanjutnya
menginfiltrasi ke intrapulmonal.7,8
Hasil pemeriksaan radiologi rontgen
thorax PA (Gambar 3) didapatkan kesan
gambaran pleural mass setinggi costae
3-6 posterior kanan sisi lateral, dengan
konsolidasi paru kiri suspek pneumonic
type lung metastase, dan lesi osteolitik
multipel pada vertebrae torakalis suspek
metastastic bone disease. Pemeriksaan
radiologi canggih berupa CT Scan thorax
dengan kontras (Gambar 4) didapatkan
kesan massa solid pleura kanan disertai
destruksi anterolateral os costae 4 kanan
dan infiltrasi m. intercostal internal dan
eksternal kanan hingga musculus serratus
anterior kanan membantu menyempitkan
diagnosis banding. Hasil pemeriksaan
biopsi (patologi anatomi) lanjutan
di RSUP Sanglah didapatkan hasil
diagnosis yang paling mendekati yaitu
cutaneus infiltration plasma cell myeloma,
dengan diagnosis banding plasmablastic
lymphoma.
9
Dan pada pemeriksaan
penunjang laboratorium didapatkan
anemia, gangguan fungsi ginjal, serta
hiperkalsemia.9,10 Pasien dijadwalkan
kontrol rutin di poliklinik bedah onkologi
dan pada follow up terbaru dengan hasil
laboratorium pada tanggal 31 Maret
2021 dan 1 April 2021 didapatkan hasil
Hb pasien yang masih rendah (anemia)
serta penurunan fungsi ginjal. Pada
tanggal 2 April 2021 didapatkan pula
hasil biopsi bone marrow berupa marrow
plasmacytosis.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan hasil pemeriksaan penunjang dapat
mendukung dalam pendekatan diagnosis
tumor ganas dinding dada berupa
plasma cell myeloma dengan diagnosis
banding plasmablastic lymphoma.
Usulan dari tim bedah onkologi untuk
pasien dilakukan pemeriksaan biopsi
bone marrow dan imunohistokimia,
dan pada follow up terbaru semakin
mendekatkan pada diagnosis plasma cell
myeloma dengan hasil laboratorium yang
mendukung klinis dan hasil biopsi berupa
marrow plasmacytosis
Keputusan penatalaksanaan pada
awalnya masih berupa non-operatif,
di samping kasus yang masih jarang
ditangani, dengan pertimbangan utama
pengambilan massa sudah mendestruksi
otot dan tulang di bagian dinding dada
ini dengan pemikiran komplikasi
yang lebih berat. Pasien ilalu
dikonsulkan ke spesialis hemato-onkologi
untuk rencana terapi sambil menunggu
hasil biopsi sumsum tulang. Pada saat ini
sudah didapatkan hasil biopsi sumsum
tulang dan menunggu kontrol poliklinik
kembali untuk mendapatkan tatalaksana
yang paling tepat selanjutnya.
Tumor atau massa pada dinding dada
dengan keterlibatan pleura dapat
dibedakan dari primer di extrapulmonal
dan intrapulmonal dengan berbagai
diagnosis bandingnya. Pada pasien ini
dengan jenis kelamin laki-laki usia 80
tahun, dengan kronologis perjalanan
penyakit di mana pasien merasakan
benjolan pada dinding dada dengan rasa
nyeri yang semakin memberat dan sesak
akhir-akhir ini dapat lebih mengarahkan
untuk massa primer dari dinding dada
atau extrapulmonal yang selanjutnya
menginfiltrasi ke intrapulmonal. Hasil
pemeriksaan radiologi foto thorax PA
dan CT scan di RSUP Sanglah membantu
menyempitkan diagnosis banding, di
mana terdapat gambaran tumor atau
massa pada dinding dada dengan destruksi
tulang dan jaringan lunak di sekitarnya
serta gambaran infiltrasi intrapulmonal
minimal yaitu pleura disertai gambaran
osteolitik multipel pada vertebrae,
ditambah dengan hasil pemeriksaan
penunjang dengan kerterlibatan gangguan
fungsi organ, anemia, dan hiperkalsemia,
dibantu dengan pemeriksaan biopsi
(patologi anatomi) maka diagnosis yang
paling mendekati pada pasien ini yaitu
plasma cell myeloma dinding dada.
Multiple myeloma jarang terkait dengan
keterlibatan pulmonal. Keterlibatan pleura
pada myeloma sangatlah jarang, dengan
persentase kurang dari 1% dari seluruh
pasien dengan plasma cell myeloma, dan
memiliki prognosis yang buruk. Diagnosis
yang tepat dapat mengurangi morbiditas
dan mortalitas pasien. Menurut data yang
didapatkan, terapi efektif pada pasien
dengan kondisi seperti ini biasanya berupa
pembedahan dilengkapi radioterapi dan
atau kemoterapi.
tumor ganas2
DAFTAR SINGKATAN
CNB : Core Needle Biopsy
CT Scan : Computerized Tomography Scan
EMR : Electronic Medical Record
FNAB : Fine Needle Aspiration Biopsy
GLOBOCAN : Global Cancer Observatory
IGF-1 : Insulin-like growth factor 1
MRI : Magnetic Resonance Imaging
NOS : Not Otherwise Specified
PET : Positron Emission Tomography
ROM : Range of Motion
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
STS : Soft Tissue Sarcoma
WHO : World Health Organization
berdasar latar belakang yang diuraikan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik penderita tumor
ganas tulang yang dirawat inap di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
periode 2019 – 2021?
Tumor tulang merupakan pertumbuhan sel-sel tulang yang tidak
normal.1 Tumor diklasifikasikan menjadi tumor jinak (benigna), tumor ganas
(maligna), serta tumor di antara jinak dan ganas (intermediet) berdasar
sifat biologinya.2 Tumor ganas pada umumnya dapat tumbuh dengan cepat,
bersifat invasif, dan dapat memicu kerusakan pada jaringan di
sekitarnya. Selain itu, memiliki kemampuan untuk menyebar ke seluruh
tubuh melalui sistem limfatik atau aliran darah. Tumor ganas sering
mengakibatkan kematian.
Tumor ganas tulang dapat bersifat primer (berasal dari unsur-unsur
tulang itu sendiri) atau sekunder (berasal dari metastasis atau infiltrasi tumor
ganas organ lain).3 Sebagian besar metastasis tulang berasal dari payudara,
prostat, dan paru-paru.4 Secara umum etiologi tumor tulang belum diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga dapat memicu
pertumbuhan tumor pada tulang, antara lain kelainan genetik, trauma, riwayat
kanker dan pengobatannya sebelumnya, serta riwayat penyakit tulang
lainnya.
Tumor tulang sering muncul dengan gejala nyeri non-spesifik di sekitar
sendi, yang biasanya nokturnal, tumpul, dan non-mekanis (tidak berhubungan
dengan aktivitas atau menahan beban). Kemudian bahkan dapat membuat
penderitanya sulit berjalan. Tanda-tanda lanjut termasuk pembengkakan
(benjolan), nyeri mekanis, keterbatasan mobilitas anggota gerak, atau
terkadang fraktur patologis pada tulang yang terlibat.8,9 Pasien mungkin
asimtomatik sampai ditemukannya lesi secara kebetulan pada gambaran
radiografi, biasanya pada jenis lesi jinak, atau lesi ganas yang timbul di
daerah tertentu berdasar data dari Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) yang
dirilis oleh World Health Organization (WHO), jumlah kasus dan kematian
akibat tumor ganas (kanker) mencapai 18,1 juta kasus dan 9,6 juta kematian
pada tahun 2018. Kematian akibat kanker diperkirakan akan mencapai lebih
dari 13,1 juta pada tahun 2030.10 sedang di negara kita , berdasar data
GLOBOCAN dari WHO, jumlah kasus dan kematian akibat kanker pada
tahun 2020 mencapai 396.914 kasus dan 234.511 kematian.11 Salah satu jenis
kanker yang menyumbang angka kematian ini termasuk kanker tulang.
Insiden kanker tulang umumnya relatif rendah di antara semua jenis
keganasan yang didiagnosis setiap tahun. Kanker tulang primer menyumbang
kurang dari 0,2% dari semua jenis kanker dengan insiden 1,8 kasus baru per
100.000 penduduk per tahun.12 Menurut American Cancer Society, pada
tahun 2022 di Amerika Serikat, insiden kanker primer tulang dan sendi pada
usia anak hingga dewasa diperkirakan mencapai 3.910 kasus dengan angka
kematian mencapai 2.100 kasus.
13 berdasar data dari penelitian yang
dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2011 – 2013 dengan
sampel sebanyak 30 pasien tumor tulang, menunjukkan jenis tumor tulang
terbanyak adalah tumor ganas tulang dengan jumlah pasien sebanyak 28
orang (93,33%). Dijumpai frekuensi kelompok usia yang paling tinggi
menderita tumor ganas tulang yaitu pada kelompok usia 51 – 60 tahun
sebanyak 9 orang (30,00%), diikuti kelompok usia 31 – 40 dan 41 – 50
masing-masing sebanyak 5 orang (16,67%).14
Insiden kanker tulang primer memiliki distribusi usia bimodal (bimodal
peak), puncak pertama pada dekade kedua kehidupan dan puncak kedua
setelah dekade keenam kehidupan.
15 Osteosarcoma dan Ewing’s sarcoma
lebih sering terjadi pada dekade kedua kehidupan, sedang
chondrosarcoma lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua.16 Kejadian
metastasis tulang sering terjadi pada pasien yang berusia di atas 40 tahun.
Selain itu, beberapa keganasan tulang primer bermanifestasi pada lokasi
anatomis tertentu yang khas.Tumor tulang sering berkembang pada tulang panjang ekstremitas.sedang predileksi yang paling sering terjadi
metastasis adalah di seluruh kerangka aksial.
Untuk mengobati pasien dengan tumor ganas tulang, biasanya
melibatkan kombinasi pendekatan bergantung pada sejumlah faktor, termasuk
stage dan grade kanker. Pilihan pengobatan ini meliputi tindakan
pembedahan baik tindakan limb salvage surgery ataupun amputasi, terapi
radiasi, dan kemoterapi.Meskipun insiden tumor tulang rendah, tetapi terapi
yang diberikan seperti amputasi, bisa sangat berat bagi pasien dan keluarga.
Bahkan dengan pengobatan yang sempurna, angka harapan hidup beberapa
penderitanya tidak mencapai nilai yang tinggi. Oleh karena itu, dalam
penanganan tumor tulang diperlukan standar pelayanan yang tinggi mulai dari
skrining, diagnosis, manajemen, dan evaluasi pasca terapi.
berdasar uraian di atas, pengetahuan mengenai karakteristik
penderita tumor ganas tulang adalah hal yang penting agar dapat membantu
melakukan diagnosis maupun upaya deteksi dini untuk menghindari
konsekuensi klinis dari tumor ganas tulang. Belum banyak publikasi
penelitian yang membahas secara umum mengenai karakteristik pasien
penderita tumor ganas tulang di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
khususnya pada periode 2019 – 2021. Maka dari itu, penelitian ini diharapkan
dapat memperbarui data dari penelitian sebelumnya dan dapat memberikan
gambaran yang komprehensif mengenai karakteristik penderita tumor ganas
tulang yang dirawat inap di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
periode 2019 – 2021.
Tumor tulang merupakan pertumbuhan sel-sel tulang yang tidak normal.
berdasar sifat biologinya, tumor tulang diklasifikasikan menjadi tumor jinak,
ganas, dan intermediet. Tumor ganas tulang dapat bersifat primer atau sekunder
(metastasis). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional yang
bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita tumor ganas tulang
yang dirawat inap di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 2019 –
2021. Sampel penelitian ini sebanyak 98 pasien dan menunjukkan bahwa
berdasar karakteristik sosiodemografi pasien tumor ganas tulang, didapatkan
lebih banyak pasien perempuan, mayoritas kelompok usia 11 – 20 tahun, dan
banyak pada pasien yang tidak bekerja. Tumor ganas primer menjadi jenis yang
paling banyak ditemui dan osteosarcoma merupakan tipe histopatologi terbanyak.
Lokasi terbanyak pada tulang femur. Massa menjadi gejala yang paling banyak
dikeluhkan pasien. Sebanyak 21 pasien memiliki riwayat tumor dan 28 pasien
dengan riwayat trauma. Pengobatan yang paling banyak diterima yaitu
kemoterapi.
Tumor tulang merupakan pertumbuhan sel-sel tulang yang tidak
normal. berdasar sifat biologinya, tumor tulang diklasifikasikan menjadi
tumor jinak, ganas, dan intermediet. Tumor ganas tulang dapat bersifat primer
atau sekunder (metastasis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
karakteristik penderita tumor ganas tulang yang dirawat inap di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang periode 2019 – 2021.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan
desain potong lintang. Sampel merupakan seluruh penderita tumor ganas tulang
yang dirawat inap di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang memenuhi
kriteria inklusi diambil menggunakan metode total sampling. Data penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh melalui hasil pencatatan data rekam medis di
Instalasi Rekam Medik dan Bagian Patologi Anatomi RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang.
Hasil: Dari 98 sampel penelitian, berdasar karakteristik sosiodemografi pasien
tumor ganas tulang, didapatkan lebih banyak pasien perempuan (53.1%),
mayoritas kelompok usia 11 – 20 tahun (35.7%), dan banyak pada pasien yang
tidak bekerja (56.1%). Tumor ganas primer menjadi jenis yang paling banyak
ditemui (85.7%) dan osteosarcoma merupakan tipe histopatologi terbanyak
(54.1%). Lokasi terbanyak pada tulang femur (50.0%). Massa menjadi gejala yang
paling banyak dikeluhkan pasien (93.9%). Sebanyak 21 pasien (21.4%) memiliki
riwayat tumor dan 28 pasien (28.6%) dengan riwayat trauma. Pengobatan yang
paling banyak diterima yaitu kemoterapi (63.3%).
tumor ganas3
Sekitar 95% dari tumor ganas diklasifikassikan secara histologis sebagai Oral Squamous Cell
Carcinoma (OSCC). Secara mikroskopis OSCC diklasifikasikan berdasarkan pada metode yang mempehitungkan
penilaian subjektif, tingkat keratinisasi, pleomorfik nukleus dan seluler, dan aktivitas mitosis. Tingkatan tersebut
meliputi well differentiated (grade I-II), moderately differentiated (grade III), dan poorly differentiated (grade IV). Well
dan moderately differentiated dapat dikelompokkan sebagai low grade sedangkan poorly differentiated tumor sebagai
high grade. Standar yang paling baik untuk menegakkan diagnosis OSCC adalah pemeriksaan histopatologis dan biopsi
jaringan lesi tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan grading tumor ganas OSCC berdasarkan
gambaran histopatologi. Metode: Sampel terdiri dari 6 jenis OSCC kemudian dilakukan pembuatan sediaan jaringan
tumor ganas OSCC kedalam blok paraffin dan dilakukan pengecatan menggunakan hematoxilin eosin (HE). Gambaran
histopatologi dari keenam sampel diamati dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 100x dan 400x. Hasil: Dari
6 kasus yang ditemukan satu terdiagnosa sebagai well differentiated (stage I), dua kasus terdiagnosa well
differentiated(sstage II), dua kasus terdiagnosa moderately differentiated (stage III), dan poorly differentiated (stage
IV). Kesimpulan: OSCC diklasifikasikan berdasarkan gambaran histopatologi kedalam well differentiated (stage I-II),
moderately differentiated (stage III), dan poorly differentiated (stage IV)Neoplasma adalah kumpulan massa abnormal
yang terbentuk oleh sel yang tumbuh terus
menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi
dengan jaringan di sekitarnya dan tidak berguna
bagi tubuh. Neoplasma disebut juga tumor.
1
Neoplasma di rongga mulut dapat bersifat jinak,
praganas, ataupun ganas yang dapat berasal dari
sel odontogen atau non-odontogen. Berasarkan
sifatnya, terdapat dua tipe neoplasma, yakni
neoplasma jinak (benign neoplasm) dan neoplasia
ganas (malignant neoplasm). Neoplasia ganas
adalah tumor yang tumbuhnya cepat, infiltratif ke
jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organorgan lainnya (metastasis).
2
Pertumbuhan neeoplasma dapat dinamakan
dan diklasifikasikan berdasarkan beberapa sistem.
Sebagian besar tumor – tumor diklasifikasikan
berdasarkan asal jaringan. Semua neoplasma jinak
diberi akhiran –oma. Neoplasia ganas yang
berasal dari jaringan epitel disebut karsinoma,
sedangkan yang berasal dari jaringan mesenkimal
disebut dengan sarcoma.
3
Oral Cancer (OC)/Kanker mulut menduduki
peringkat 6 sampai 8 dari seluruh jenis kanker
yang paling sering terjadi di seluruh dunia,
dengan angka kejadian 300.000 setiap tahunnya.
4
Sekitar 95% dari kasus kanker mulut
diklasifikasikan secara histologis sebagai oral
squamous cell carcinoma (OSCC), sisanya 5%
termasuk varian histologis seperti oral verrucous
carcinoma, adeno squamous carcinoma, adenoid
squamous cell carcinoma, mucoepidermoid
carcinoma, dan basaloid squamous cell
carcinoma.5Oral squamous cell carcinoma adalah
neoplasma maligna yang berasal dari keratinosit
superbasal epidermis. Neoplasma ini merupakan
jenis neoplasma non melanoma terbanyak kedua
setelah karsinoma sel basal.6
Manajemen yang tepat untuk pasien dengan
lesi mulut ganas atau pra ganas dimulai dengan
diagnosis yang akurat. Standar yang paling baik
saat ini untuk menegakkan diagnosis adalah
pemeriksaan histopatologis dari biopsi jaringan
lesi yang dicurigai. Diagnosis histopatologis yang
akurat bergantung pada klinisi/dokter yang
melakukan biopsi dengan tepat dan dapat
memberikan informasi klinis yang memadai, dan
juga bergantung pada ahli patologi yang dapat
menafsirkan dengan benar hasil dari biopsi. 7
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan jumlah sampel sebanyak 6 kasus. Sampel
penelitian diambil dari data sekunder penderita
oral squamous cell carcinoma yang sudah
dilakukan pembuatan sediaan histopatologi.
Sediaan dicat menggunakan pengecatn
Hematoxilin Eosin (HE). Kemudian Masingmasing sampel dilakukan pengamatan dibawah
mikroskop cahaya dengan pembesaran 100x dan
400x. Variabel penelitian yang diamati adalah
prosentase sel atipik, jumlah sel mitosiss, keratin
pearl, dan angiogenesis.
HASIL
Hasil penelitian menunjukkan adanya
gambaran keratin pearl pada beeberapa sampel
yang teridagnosa sebagau well differentiated
(stage I-II) sedangkan pada mioderately
differentiated dan poorly differentiated sudah
tidak lagi ditemukan adanya keratin pearl. Selain
bentukan keratin pearl, gambaran sel atipia, sel
mitosis, dan angiogenesis juga tampak pada
gambaran histopatologi OSCC.
Pada kasus pertama menunjukkan adanya
gambaran keratin pearl, angiogenesis, sel-sel
yang mengalami mitosis, dan sel atipik. Pada
kasus 1 ditemukan gambaran keratin pearl pada
satu lapang pandang, jumlah sel-sel yang
mengalami mitosis sebanyak 6 dan prosentase sel
atipik sebesar 60%.
Keterangan :
(a) menunjukkan adanya gambaran keratin pearl () dan
angiogenesis ()pada satu lapang pandang,pembesaran 10x
(b) menunjukkan gambaran sel yang mengalami mitosis ()
dan sel atipik (), pembesaran 40x (c) menunjukkan
gambaran prosentase sel atipik sebesar 60% pada satu lapang
pandang, pembesaran 10x.
Gambar 1 menunjukkan adanya gambaran
keratin pearl, angiogenesis, sel-sel yang
mengalami mitosis, dan sel atipik. Pada kasus 1
ditemukan gambaran keratin pearl pada satu
lapang pandang, jumlah sel-sel yang mengalami
mitosis sebanyak 6 dan prosentase sel atipik
sebesar 60%.
Pada kasus yang kedua ditemukan adanya
gambaran angiogenesis, sel-sel yang mengalami
mitosis, dan sel atipik. Pada kasus 2 tidak
ditemukan gambaran keratin pearl pada lima
lapang pandang, jumlah sel-sel yang mengalami
mitosis sebanyak 9 sel dan prosentase sel atipik
sebesar 90%.
Keterangan :
(a) menunjukkan gambaran sel yang mengalami mitosis ()
dan sel-sel atipik (), pembesaran 40x (b) menunjukkan
gambaran angiogenesis, pembesaran 10x (c) menunjukkan
gambaran prosentase sel atipik sebesar 90%, pembesaran 10x
Pada kasus tiga gambaran keratin pearl
pada dua lapang pandang dan sel-sel atipik. Pada
kasus 3 ditemukan gambaran keratin pearl pada
dua lapang pandang, jumlah sel-sel yang
mengalami mitosis sebanyak 2 sel dan prosentase
sel atipik sebesar 20%
Keterangan :
(a) menunjukkan gambaran keratin pearl yang pada lapang
pandang 1, pembesaran 10x (b) menunjukkan gambaran
keratin pearl pada lapang pandang 4, pembesaran 10x (c)
menunjukkan gambaran sel-sel atipik dengan prosentase
20%, pembesaran 40x
Pengamaatan mikroskopis pada kasus
keempat menunjukkan adanya gambaran keratin
pearl pada satu lapang pandang dan sel-sel atipik.
Pada kasus 4 ditemukan gambaran keratin pearl
pada lapang pandang 3, jumlah sel-sel yang
mengalami mitosis sebanyak 3 dan prosentase sel
atipik sebesar 30%.
Keterangan :
(a) menunjukkan gambaran keratin pearl yang pada lapang
pandang 3, pembesaran 40x (b) menunjukkan gambaran sel
atipik ( ) dan sel mitosis (), pembesaran 10x (c)
menunjukkan gambaran sel-sel atipik dengan prosentase
30%, pembesaran 10x
Pada kasus kelima ditemukan adanya
gambaran angiogenesis, sel mitosis, dan sel-sel
atipik. Tetapi pada kasus 5 tidak ditemukan
gambaran keratin pearl pada lima lapang pandang
yang diamati, jumlah sel-sel yang mengalami
mitosis sebanyak 6 dan prosentase sel atipik
Keterangan :
(a) menunjukkan gambaran sel mitosis, pembesarn 40x (b)
menunjukkan gambaran angiogenesis, pembesaran 10x (c)
menunjukkan gambaran sel-sel atipik dengan prosentase
70%, pembesaran 10x
Pada kasus keenam ditemukan adanya
gambaran keratin pearl dan sel-sel atipik pada 2
lapang pandang. Pada kasus 6 ditemukan
gambaran keratin pearl pada lapang pandang 2
dan 4, jumlah sel-sel yang mengalami mitosis
sebanyak 4 dan prosentase sel atipik sebesar 40%
Keterangan :
(a) menunjukkan gambaran keratin pearl yang letaknya
berdekatan yang pada lapang pandang 2, pembesaran 10x (b)
menunjukkan gambaran sel-sel atipik dengan prossentase
40%, pembesaran 10x (c) menunjukkan gambaran keratin
pearl pada lapang pandang 5, pembesaran 40x
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, model penelitian
menggunakan gross jaringan OSCC. Jaringan
tersebut diambil dari pasien OSCC RSUD Dr.
Soetomo yang telah melakukan operasi. Dari
keenam sampel yang telah didapatkan, tiga
sampel terdiagnosa sebagai well differentiated,
dua sampel terdiagnosa sebagai moderately
differentiated, dan satu sampel terdiagnosa poorly
differentiated.
Hasil pengamatan mikroskopis didapatkan
prosentase sel atipik pada sampel pertama dan
kelima masing-masing sebesar 60% dan 70%. Hal
tersebut menunjukkan angka sel yang tidak
mengalami diferensiasi. Menurut klasifikasi
Broders sampel tersebut termasuk kedalam
stadium III (moderately differentiated) dengan
jumlah sel yang tidak terdiferensiasi sebesar 50-
75%. 8
Pada sampel kedua didapatkan prosentase sel
atipik sebesar 90%. Klasifikasi OSCC secara HPA
sesuai dengan stadium-IV kriteria Broders yang
menunjukkan jumlah sel yang berdiferensiasi baik
kurang dari 25% serta jumlah sel yang tidak
berdiferensiasi lebih dari 75%, tanpa menemukan
gambaran keratinisasi dan jembatan interseluler.
Keadaan ini juga sesuai dengan klasifikasi
neoplasma poorly differentiated (high grade)
tumor.
6
Pada gambaran HPA tidak ditemukan ada
keratin pearl. Hal tersebut diperkuat dengan
pendapat Koshy et al tumor dengan gambaran
poorlydifferentiated ditandai dengan pleomorfism
inti dan sel, tetapi tidak mengandung jembatan
interseluler.9
Hasil pengamatan mikroskopis pada sampel
ketiga, keempat dan keenam dari didapatkan
gambaran histopatologi berupa beberapa bentukan
keratin pearl yang merupakan sel-sel yang
terkeratinisasi secara abnormal, berlapis-lapis dan
berupa fokus yang bulat yang dapat diproduksi di
dalam epitel lesi. Sehingga sampel-sampel ini
terdiagnosa sebagai well differentiated (grade I).
Hal tersebut sesuai dengan klasifikasi WHO
dimana pada well differentiated terdapat
profliferasi sel-sel tumor dimana sel-sel keratin
basaloid masih nerdiferensiasi dengan baik
membentuk keratin pearl.
10 Produksi keratin oleh
sel-sel adalah simbol dari diferensiasi fungsional
yang terjadi. Oleh karena itu kerattin diketahui
sebagai salah satu tanda diferensiasi epitel tdak
hanya pada identifikasi tumor tetapi juga pada
biologi sel, embriologi, dan patologi. 11
Selain prosentase sel atipik dilakukan
perhitungan terhadap sel yang mengalami mitosis.
Dari perhitungn sel mitosis didapatkan hasil
tertinggi yaitu pada sampel kedua sebanyak 9 sel.
Angka tersebut menunjukkan terjadinya
peningkatan aktivitas mitosis. Mitosis merupakan
proses dimana sel induk membelah menjadi dua
anak sel. Fase-fase pada tahap mitosis meliputi
profase, metafase, anafase, dan telofase, beberapa
dapat terlihat pada potongan jaringan. Sel-sel
yang mengalami mitosis disebut juga atipik
apabila sel tersebut menunjukkan distribusi
kromosom yang abnormal atau benang-benang
mitosis dengan jumlah yang berlebihan dan
dengan bentukan morfologis yang multipolar. 12
Inti sel pada sampel OSCC tampak membesar
dengan rasio inti dibanding sitoplasma mencapai
1:1.Sedangkan pada keadaan normal
perbandingan inti dan sitoplasma sebesar 1 :4 atau
1:6. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Stefanoski et al yaitu pada proses atipik
intermediate tampak rasio inti/stoplasma yang
tinggi dengan membran inti yang tidak teratur dan
hiperkromasi.
13
Kriteria lain yang digunakan untuk
mendiagnosis suatu kanker selain ditemukannya
sel atipik, aktivitas mitosis yang meningkat,
perubahan perbandingan inti sel dan sitoplasma
adalah terbentuknya angiogenesis. Pada
keseluruhan sampel OSCC banyak ditemukan
adanya angiogenesis, seperti tampak pada
gambaran histopatologi sampel kedua dan kelima.
Angiogenesis adalah proses pembentukan
pembuluh darah baru yang terjadi secara normal
dan sangat penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Angiogenesis juga memberikan
kontribusi pada karsinogenesis atau pertumbuhan
sel kanker yang tidak terkendali dan bersifat
ganas, berkembang menjadi suatu yang bersifat
patologi seperti pada keadaan inflamasi dan akibat
beberapa penyakit infeksi. Pertumbuhan tumor
akan difasilitasi oleh proses angiogenesis dengan
memberikan oksigenasi pada tumor melalui
beberapa proses bertahap, meliputi proliferasi sel
endotel, motilitas sel endothelial melalui matriks
ekstraseluler, dan diferensiasi kapiler. Proses
angiogenesis sebagai indikator adanya perubahan
status sel kanker dari jinak menjadi ganas.
14
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pada penelitian ini yang ditemukan adalah well
differentiated sebanyak 3 sampel diikuti oleh
moderately differentiated sebanyak 2 sampel, dan
poorly differentiated sebanyak 1 sampel.