protosoa
Juni 16, 2023
protosoa
Protozoa merupakan binatang yang paling banyak di dunia. Ukuran
tubuhnya antara 3 sampai 1.000 mikron, tetapi dapat tumbuh sampai
1 mm.
Protozoa hidup di air tawar, laut, tanah, bahkan di dalam tubuh
makhluk hidup lain. Sebagian besar hidup bebas, sementara yang lainnya
adalah parasit. Dalam ekosistem perairan, protozoa hidup bebas sebagai
zooplankton, maupun sebagai zoobentos. Protozoa parasit sering
mengakibatkan penyakit serius pada manusia, misalnya malaria, disentri,
dan giardiasis.
Buku ini berisi tentang morfologi protozoa,
perkembangbiakan protozoa, fisiologi protozoa, dan klasifikasi protozoa.
Di samping itu, buku ini juga membahas tentang peranan protozoa bagi
kehidupan manusia.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
buku ini di masa yang akan datang.
Kata protozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos yang berarti
pertama dan zoon yang artinya binatang. Dengan demikian, protozoa
berarti binatang-binatang yang sangat rendah dan bersel satu (unisel).
Hewan ini sangat kecil, sehingga untuk mengamatinya diperlukan
mikroskop. Oleh karena itu, protozoa digolongkan sebagai mikroorganisme.
Istilah protozoa sebenarnya bukan istilah taksonomik, tetapi merupakan
kelompok organisme tidak berklorofil yang memiliki anggota sangat
banyak dan beragam. Anggota
protozoa diperkirakan 50.000
spesies yang telah diberi nama
dan 20.000 spesies telah berupa
fosil.
Ribuan spesies telah
berhasil dideskripsikan sebagai
makhluk yang hidup bebas dan
sebagian lainnya hidup secara
parasit pada hewan lain,
Anggota protozoa
terutama pada hewan tingkat tinggi. Jumlah hewan protozoa dalam suatu
tempat sering sangat menakjubkan, misalnya dalam suatu kolam dapat
mencapai jutaan hewan, bahkan miliaran.
Protozoa merupakan kelompok lain Protista eukariotik. Ukuran
tubuhnya antara 3 sampai 1.000 mikron, tetapi dapat tumbuh sampai
1 mm.
A. Habitat Protozoa
Protozoa hidup pada semua habi-
tat yang memungkinkan hewan itu
hidup. Secara mutlak, protozoa
memerlukan lingkungan yang basah,
misalnya dalam air, baik air tawar
maupun air bergaram, dalam tanah
yang basah sampai kedalaman
kurang lebih 20 cm, dalam tubuh
manusia atau hewan tingkat tinggi
lainnya yang bercairan, dan semua
tempat di mana saja.
Tiap-tiap spesies memiliki
peranan dalam struktur tropik
(makanan) atau siklus energi.
Beberapa protozoa yang berflagella
yang mengandung klorofil dapat
memfiksasi dan menyimpan energi
dari matahari dalam bentuk bahan
makanan. Tetapi, sebagian besar
protozoa adalah sebagai konsumen bahan makanan dari makhluk lain, baik
sebagai konsumen primer maupun konsumen sekunder pada hewan herbivor
atau karnivor. Protozoa yang hidup bebas dalam air sebagian akan
membentuk plankton (Phytoplankton), misalnya Phytomastigophora.
Habitat protozoa salah satunya adalah air
Protozoa merupakan bahan
penelitian yang baik karena hewan
yang bersel tunggal itu menunjukkan
sifat-sifat benda hidup pada
umumnya. Protozoa untuk penelitian
dapat diperoleh dengan mudah dari
perairan bebas yang banyak
mengandung bahan sisa tumbuhan
dan hewan yang lapuk. Selain itu, dapat
juga diperoleh dari tubuh hewan lain,
misalnya dari kecoak dan lain-lainnya.
Protozoa tanah akan ditemukan pada semua tanah dengan kedalaman
kurang lebih 15 cm dan ada yang sampai kedalaman 25 cm. Ratusan spesies
protozoa tanah telah dicatat dan sebagian besar berupa flagellata kecil,
Amoeba bercangkang, Amoeba tanpa cangkang, dan ciliata.
Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat
memicu penyakit serius. Sementara protozoa yang lain membantu
karena mereka memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk
ikan dan hewan lainnya.
B. Morfologi Protozoa
Bentuk protozoa bermacam-
macam, ada yang tidak tetap dan ada
yang tetap. Bentuk yang tetap
disebabkan protozoa telah memiliki
pelliculus (kulit) dan beberapa
memiliki cangkang kapur,
berflagella, bersilia, dan berspora.
Sitoplasma protozoa sebagian
besar tidak berwarna, tetapi beberapa
spesies yang kecil, misalnya Stentor
Protozoa dapat pula diperoleh dari tubuh
kecoak
coeruleus berwarna biru dan Blepharusma laterita berwarna merah atau
merah muda. Dua bagian sitoplasma biasanya dibedakan bagian pinggiran
yang disebut ektoplasma dan bagian sentral yang lebih padat dan
bergranula disebut endoplasma.
Nukleus protozoa umumnya
hanya sebuah, tetapi ada juga yang
lebih, misalnya Arcella vulgaris atau
Opalina ranarum. Ciliata biasanya
memiliki dua tipe nuklei dan ciri
nukleus umumnya bulat, tetapi ada
juga yang oval, misalnya pada Parame-
cium. Bentuk seperti ginjal terdapat
pada Balantidium coli. Sementara
bentuk monilitiform terdapat pada
Spirostomum.
Struktur nukleus pada prinsipnya ada yang vesikular dan granular.
Pada nukleus vesikular kromatin terkonsentrasi dalam sebuah massa atau
butir (Arcella), sementara yang granular berkromatin tersebar secara
merata dalam butir melalui seluruh nukleus (Amoeba).
Vakuola yang terdapat dalam protozoa dapat dibedakan atas vakuola
kontraktil, vakuola makanan, dan vakuola stasionari. Vakuola stasionari
mengandung cairan yang terdapat dalam tubuh protozoa. Sebagai aturan
umum, vakuola makanan dan vakuola kontraktil terdapat pada protozoa
air tawar, tetapi tidak terdapat pada sebagian besar protozoa yang hidup
parasit dan hidup dalam air laut. Fungsi vakuola kontraktil di samping sebagai
alat ekskresi juga berfungsi sebagai pengatur tekanan osmosis tubuh.
Mitokondria terdapat dalam protozoa pada bagian yang melakukan
pernapasan secara aerobik. Pada sebagian besar mitokondria memiliki
tubulus pada bagian dalamnya. Mitokondria erat hubungannya dengan
penggunaan energi untuk alat gerak, yaitu vakuola kontraktil.
biasanya protozoa paling sedikit terbungkus oleh membran
yang memiliki sedikit granula seluas permukaannya. Membran
Opalina ranarum
memegang peranan dalam sistem pengangkutan enzim, sehingga
menimbulkan metabolisme yang efisien. Pada sebagian besar spesies,
membran itu telah dilapisi oleh lapisan lain, sehingga terbentuk kulit
(pelliculus) yang tegar. Dengan demikian, protozoa yang bersangkutan
memiliki bentuk yang tetap.
Pada tubuh protozoa akan dijumpai plastida dan benda-benda
sejenisnya, misalnya kromatofora, pirinoid, stigmata, pigmen, dan alat-
alat simbiotik. Plastida sangat bervariasi, tetapi konstan pada tiap-tiap
spesies yang berbeda. Kromatofora merupakan ciri khusus pada protozoa
yang holofitis.
Alat gerak pada protozoa bermacam-macam dari yang sederhana
berupa pseudopodia sampai flagella dan silia. Pseudopodia selalu dibentuk
dari ektoplasma, walaupun endoplasma akan mengikutinya. Flagella dan
silia merupakan ciri dari mastigophora dan ciliata memiliki kemiripan
dalam ultrastruktur. Keduanya merupakan benang bergetar, tersusun atas
2 fiber pada pusat dan 9 di kelilingnya yang timbul dari basal granula dari
kinestom.
C. Perkembangbiakan Protozoa
Protozoa dapat berkembang biak secara aseksual dan seksual. Secara
aseksual, protozoa dapat mengadakan pembelahan diri menjadi 2 anak
sel (biner), tetapi pada flagellata pembelahan terjadi secara longitudinal
dan pada ciliata secara transversal. Beberapa jenis protozoa membelah
diri menjadi banyak sel (skizogoni). Pada pembelahan skizogoni, inti
membelah beberapa kali kemudian diikuti pembelahan sel menjadi
banyak sel anakan.
Perkembangbiakan secara seksual dapat melalui cara konjugasi,
autogami, dan sitogami. Protozoa yang memiliki habitat atau inang lebih
dari satu dapat memiliki beberapa cara perkembangbiakan. Sebagai
contoh spesies Plasmodium dapat melakukan skizogoni secara aseksual di
dalam sel inang manusia, tetapi di dalam sel inang nyamuk dapat terjadi
perkembangbiakan secara seksual. Protozoa umumnya berada dalam
bentuk diploid. Protozoa memiliki kemampuan untuk memperbaiki
selnya yang rusak atau terpotong. Beberapa ciliata dapat memperbaiki
selnya yang tinggal 10% dari volume sel asli asalkan inti selnya tetap ada.
D. Fisiologi Protozoa
Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintesis, tetapi beberapa
protozoa dapat hidup pada lingkungan anaerobik, misalnya pada saluran
pencernaan manusia atau hewan ruminansia. Protozoa aerobik memiliki
mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme aerobik, dan
untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom
hidrogen ke oksigen.
Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa
organisme lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis
maupun pinositosis. Protozoa yang hidup di lingkungan air maka
oksigen dan air maupun molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui
membran sel.
Senyawa makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran,
dapat masuk sel secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui saluran
pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam
membran yang berikatan dengan vakuola. Vakuola kecil terbentuk,
kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola
dipindahkan ke sitoplasma. Partikel makanan yang lebih besar dimakan
secara fagositosis oleh sel yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari
kelompok sarcodina. Partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang
fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel oleh vakuola
besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami
pengasaman.
Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut
untuk mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali.
Hasil pencernaan makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara
pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel. Cara inilah
yang digunakan protozoa untuk memangsa bakteri.
Pada kelompok ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan sel yang
disebut sitostom. Sitostom dapat digunakan untuk menangkap makanan
dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan
kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang
terletak di samping sitostom.
E. Klasifikasi Protozoa
Protozoa merupakan filum pertama dari dunia hewan. Bentuk tubuh
protozoa sangat beraneka ragam. Ada spesies yang memiliki bentuk
tubuh berubah-ubah dan ada pula yang bentuk tubuhnya tetap. Ada yang
memiliki alat gerak dan ada yang tidak memiliki alat gerak.
Berdasarkan perbedaan bentuk morfologinya serta macam alat
geraknya, protozoa dibedakan menjadi 4 kelas sebagai berikut.
1. Rhizopoda atau sarcodina, alat geraknya adalah pseudopodia atau kaki
semu.
2. Flagellata atau mastigophora, alat geraknya berupa bulu cambuk atau
flagella.
3. Ciliata atau ciliaphora, alat geraknya adalah silia atau bulu getar.
4. Sporozoa, tidak memiliki alat gerak.
Pembagian klasifikasi ini tidak mutlak. Ada ahli-ahli lain yang
menyusun klasifikasi secara berbeda-beda.
F. Perbedaan Sel Bakteri dan Sel Protozoa
Tidak mudah untuk membedakan antara organisme unisel yang satu
dengan organisme unisel lainnya. Apakah dia masuk golongan hewan atau
golongan tumbuhan. Demikian juga kalau kita akan membedakan bakteri
dengan protozoa. Perbedaan bakteri dan protozoa adalah sebagai berikut.
1. Dinding tubuh bakteri tebal dan bentuknya tetap, sementara dinding
tubuh protozoa tipis dengan bentuk tubuh umumnya berubah-ubah.
2. Dinding sel bakteri terdiri atas selulosa, sementara dinding sel proto-
zoa terdiri atas lipoprotein.
3. Bakteri bersifat holofitik, sementara protozoa bersifat heterotrof atau
holozoik.
4. Bakteri kurang banyak bergerak, sementara protozoa lebih banyak
bergerak.
G. Peranan Protozoa bagi Kehidupan Manusia
Seperti halnya bakteri, peranan
protozoa bagi kehidupan manusia ada
yang menguntungkan dan ada pula yang
merugikan. biasanya protozoa
merugikan manusia. Namun, ada juga
yang menguntungkan, misalnya
beberapa spesies yang hidup sebagai
saprofit pada sampah, sehingga dapat
membantu siklus mineral. Dalam
ekosistem perairan, protozoa yang hidup
sebagai zooplankton sangat berguna
untuk makanan ikan. Beberapa proto-
zoa yang menguntungkan antara lain
sebagai berikut.
1. Zooplankton yang sangat berguna
untuk makanan ikan.
2. Entamoeba coli yang hidup di usus
manusia dan hewan yang berguna
untuk membusukkan sisa
makanan dan membantu
pembentukan vitamin K.
Zooplankton
Sumber: ifa.hawaii.edu.
Globigerina
3. Foraminifera yang memiliki
kerangka luar dari zat kapur,
endapan kosong dari hewan ini
merupakan tanah globigerina, yang
fosilnya digunakan sebagai petunjuk
adanya sumber minyak bumi.
4. Radiolaria yang umumnya hidup di
laut, memiliki kerangka dari zat
kersik. Radiolaria yang mati, cangkangnya akan membentuk tanah
radiolaria yang penting sebagai bahan alat penggosok.
Di samping protozoa ada yang menguntungkan ternyata ada pula yang
merugikan. Protozoa yang merugikan umumnya bersifat holozoik.
Makanannya diperoleh dari sisa organisme lain maupun dari organisme
lain. Protozoa yang mengambil zat makanan dari organisme lain ini bersifat
parasit dan patogen karena sangat merugikan. Tabel berikut menunjukkan
nama protozoa beserta nama penyakit yang ditimbulkannya serta inang
perantaranya.
Nama Penyakit
disentri amoeba
penyakit tidur (hidup
pada darah manusia)
anemia
surra (ternak)
nagana (ternak)
penyakit tidur
kala azar
penyakit kulit
penyakit kulit
malaria tertiana
malaria tropika
malaria quartana
Nama Protozoa
- Entamoeba histolicia
- Trypanosoma gambiense
- Trypanosoma rhodesiense
- Trypanosoma cruzi
- Trypanosoma evansi
- Trypanosoma brucei
- Trypanosoma vaginalis
- Leishmania donovani
- Leishmania tropica
- Leishmania braciliensis
- Plasmodium vivax
- Plasmodium falciparum
- Plasmodium malariae
Tanah Radiolaria
Sumber: greenology.files.wordpress.com
Inang Perantara
lalat Tsetse (Glosina
palpalis)
kutu busuk
lalat Tabanus
lalat Tsetse
lalat Tsetse
Anopheles
Anopheles
Kata rhizopoda berasal dari bahasa Yunani yang berarti binatang
berkaki palsu. Rhizopoda merupakan segolongan hewan bersel satu yang
termasuk kelas protozoa. Hewan ini bergerak dengan kaki palsu atau
pseudopodia. Dengan menonjolnya sebagian dari plasma bagian luar
(ektoplasma) yang diikuti oleh plasma bagian dalam (endoplasma), jasad
ini membentuk pseudopodia untuk bergerak ke suatu arah. Pseudopo-
dia juga digunakan untuk mengambil makanan dengan cara fagositosis.
Hewan-hewan ini hidup di dalam air laut, air tawar, dan ada pula yang
hidup pada tubuh hewan lain atau
manusia sebagai parasit. Cara
berkembang biaknya adalah dengan
membelah diri.
Hewan yang termasuk contoh
rhizopoda adalah Amoeba yang
memakai kaki semu atau
pseudopodia untuk bergerak dan
menangkap mangsa. Rhizopoda ada
juga yang terbungkus cangkang,
Amoeba
misalnya Foraminifera dan Arcella. Sementara contoh rhizopoda yang
lainnya adalah Difflugia dan Radiolaria.
A. Amoeba
Amoeba ( a artinya tidak dan moebein
artinya bentuk). Amoeba adalah hewan
satu sel yang hanya dapat dilihat di bawah
mikroskop karena ukurannya hanya
sekitar 25 mikron atau 0,025 mm. Hewan
ini ada yang hidup di alam bebas, seperti
di air atau tanah lembap, namun ada pula
yang hidup di dalam tubuh binatang atau
manusia.
1. Struktur dan Fungsi
Tubuh Amoeba dibedakan atas dua bagian sitoplasma, yaitu
ektoplasma yang terletak di sebelah luar tampak lebih bening bila
dibandingkan dengan bagian pusat yang lebih keruh dan bergranula, yang
disebut dengan endoplasma.
Sebuah kantong yang
bulat tampak dekat akhir
tubuh hewan, yang tampak
lenyap secara periodik dan
disebut vakuola kontraktil.
Di tengah endoplasma
tampak nukleus dan satu
atau lebih kantong yang
disebut vakuola makanan.
Vakuola kontraktil
berfungsi menampung zat
sisa metabolisme yang tidak
Habitat Amoeba
Sumber: www.fws.gov.
Struktur Amoeba
Sumber: images.google.co.id
Struktur Amoeba
pseudopodium
ektoplasma
endoplasma
membran sel
vakuola
kontraktil
vakuola
makanan
nukleus
vakuola
pencernaan
berguna dibuang melalui permukaan membran tubuh. Sementara vakuola
makanan berfungsi mencerna makanan yang telah berada di dalam dan
dengan enzim makanan itu menjadi bagian-bagian yang sederhana yang
selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh. Bagian makanan yang tidak dapat
dicerna akan dikeluarkan melalui permukaan tubuh juga.
a. Nukleus
Nukleus tidak mudah dilihat selagi Amoeba masih hidup, tetapi akan
menjadi mudah bila telah mati dan setelah dilakukan fiksasi dan pengecatan.
Nukleus akan tampak seperti cakram bikonkaf pada hewan yang masih
muda. Sementara pada hewan yang telah dewasa nukleus tampak melipat
dan rumit.
Mikroskop elektron menunjukkan bahwa di bawah pembungkus nukleus
terdapat lapisan jala yang ganda. Pada beberapa genera Amoeba cukup dapat
dikenal dari bentuk nukleusnya.
Sepanjang hidup sebelum reproduksi, nukleus memegang peranan
dalam aktivitas metabolisme sel. Hal itu dapat dibuktikan dengan
percobaan pemotongan Amoeba menjadi dua bagian maka bagian yang
tidak bernukleus masih terjadi aliran sitoplasma beberapa jam,
kemudian berhenti. Sebaliknya pada bagian yang bernukleus
bermacam-macam aktivitas masih berlangsung. Nukleus dari bagian
terakhir itu disatukan dengan potongan Amoeba lain yang tidak
bernukleus (varietas atau spesies lain) tampak sebagai Amoeba hibrid.
Dan tampak pula sitoplasma Amoeba yang tidak bernukleus
memiliki peranan yang penting juga dalam menentukan ciri dan
turunan selanjutnya.
Walaupun struktur Amoeba sederhana, tetapi dapat menunjukkan
semua aktivitas hidup, seperti hewan tingkat tinggi. Aktivitas itu berupa
gerak, bereaksi terhadap rangsangan, melakukan metabolisme, tumbuh,
dan reproduksi. Aktivitas yang mendasar dari protoplasma itu ditunjukkan
dalam bentuk sederhana.
Gerak Amoeba dari satu tempat ke tempat lain dengan menjulurkan
bentuk seperti jari yang terkenal sebagai pseudopodia. Terdapat 4 macam
pseudopodia, yaitu sebagai berikut.
- Lobopodia, yang agak lebar dan tumpul berisi ektoplasma dan
endoplasma, terdapat pada Amoeba proteus.
- Filopodia, kurus hanya berisi ektoplasma.
- Axopodia, yang memiliki pembungkus sitoplasma yang menutupi
filamen axialis. Walaupun pembungkusan itu adalah ektoplasma, tetapi
banyak mengandung granula bila dibandingkan dengan ektoplasma
dari filopodia. Axopodia dapat dijulurkan dan ditarik kembali, walaupun
memiliki struktur axial.
- Rhizopodia, kurus dan bercabang yang sering tampak di dekat
ujungnya menyatu sehingga berbentuk seperti jala.
Axopodia dan rhizopodia memiliki aliran protoplasma yang
berlawanan dengan pseudopodia yang sama. Sementara keadaan semacam
itu tidak tampak pada lobopodia.
Tubuh Amoeba dibedakan atas 4 bagian sebagai berikut.
- Plasmasol yang terletak pada pusat tubuh yang memanjang,
merupakan substansi dalam fase sol. Substansi ini bergerak ke arah
yang bertekanan rendah.
- Plasmagel merupakan suatu substansi koloid dari plasma dalam fase
gel yang membentuk lapisan sekitar plasmasol. Plasmagel berkontraksi
pada bagian posterior dengan plasmasol.
- Plasmolemma merupakan lapisan yang tipis bening dan elastis yang
sering disebut membran (pada beberapa spesies Amoeba lapisan itu
tebal dan berupa struktur yang kaku).
- Lapisan hyalin yang terletak antara plasmagel dan plasmasol.
Plasmasol dan plasmagel menyusun endoplasma. Sementara lapisan
hyalin dan plasmolemma menyusun ektoplasma. Kontraksi plasmagel pos-
terior menghasilkan tekanan hidraulik pada plasmasol. Daya tahan
terhadap tekanan yang akhir terletak pada bagian anterior di mana lapisan
plasmagel tipis menjadi tegang dan sering pecah, tetapi selanjutnya
dibentuk kembali oleh jelly dari plasmasol. Plasmagel menjadi lebih tegang
pada bagian sebelah anterior memicu pengelakan dari tekanan. Plas-
magel dalam keadaan tegang yang terus-menerus pada beberapa bagian
mengurangi kekuatan elastis sehingga menimbulkan pembentukan
pseudopodia.
b. Metabolisme
Pertumbuhan pada Amoeba seperti halnya makhluk hidup yang lain,
melibatkan beberapa perubahan yang kompleks. Senyawa kimia yang
membuat badan hewan menjadi labil, di mana secara konstan memecah
senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa sederhana, atau
senyawa sederhana menjadi lebih kompleks dengan adanya penambahan
bahan. Perubahan terjadi karena adanya enzim yang dihasilkan oleh suatu
interaksi antara substrat dengan asam nukleat, protein, dan substansi
lainnya.
Metabolisme merupakan suatu istilah yang dipergunakan untuk
menunjukkan perubahan besar yang kompleks yang terus-menerus
berlangsung. Beberapa proses perubahan itu diperlukan energi, yang
diperoleh dari pelepasan senyawa berenergi tinggi yakni dari senyawa fosfat,
misalnya Adenosin Trifosfat (ATP). Energi itu dipakai untuk menyusun
senyawa atau memecah substansi lainnya guna memperoleh energi
tambahan. Dalam hal ini dapat juga dipakai menyusun kembali ATP.
Perubahan itu terjadi dalam sel pada semua bagian, sehingga dipergunakan
untuk metabolisme sel. Hal itu terjadi juga setelah substansi seperti oksigen
dan asam amino diterima dalam sel sebelum dilakukan pemecahan yang
menghasilkan CO
2
dan sisa nitrogen yang dihilangkan melalui metabolisme
antara. Karena beberapa substansi dihasilkan dari substansi lainnya melalui
rangkaian panjang dari perubahan tertentu maka berbagai macam zat yang
terbentuk itu disebut jalan metabolisme.
Salah satu prinsip sumber energi untuk aktivitas sel berasal dari
respirasi sel dari glukosa. beberapa reaksi reversibel dalam memecah
glukosa dan jaringan adalah memakai ATP. Bagian pertama dari reaksi
itu terkenal sebagai glikolisil. Sementara akhir seri reaksi terkenal sebagai
siklus asam sitrat karena oksaloasetat bergabung dengan kelompok asetil
dari sisa glikolosis. Siklus asam sitrat terjadi dalam mitokondria, sebagai
usaha metabolisis melalui jalan metabolik.
Sebagian energi tersimpan dalam bentuk lemak dan protein yang dapat
dilepaskan dengan cara yang sama. Walaupun dalam metabolisme protein
akan dihasilkan amonia, yang didifusikan keluar pada protozoa yang hidup
bebas dalam air (Amoeba). Amonia dalam konsentrasi tinggi adalah
beracun, sehingga perlu segera didifusikan ke dalam air atau udara. Dengan
demikian, hewan darat cenderung memiliki bahan sisa bernitrogen
tinggi yang rendah kelarutannya dalam air sehingga dapat sedikit beracun,
misalnya asam ureat dan urea. Urea berhasil diidentifikasi terdapat dalam
vakuola kontraktil Amoeba. Adapun metabolisme Amoeba meliputi ingesti,
digesti, engesti, asimilasi, disasimilasi, sekresi, ekskresi, respirasi,
pertumbuhan, reproduksi, tingkah laku, dan reaksi terhadap rangsangan.
- Ingesti
Ingesti atau pengambilan makanan terjadi tanpa bantuan bagian
bentuk mulut dan dapat terjadi di bagian mana saja pada permukaan tubuh.
Sebagai makanan dapat berupa
protozoa lainnya, yaitu alga atau
partikel zat organik lainnya yang
ditelan melalui permukaan tubuh
yang biasanya disebut bagian an-
terior dan menjulur keluar.
Jenning, melukiskan ingesti
sebagai pengambilan makanan,
yang tidak melekat, tetapi
cenderung ditekan ke muka ke arah
Gerak pengambilan makanan yang
dilakukan oleh Amoeba
menjauhi Amoeba. Bagian tubuh langsung kembali ke makanan sambil
melakukan gerakan ke sebelah-menyebelah atau bagian atas dan bawah.
Dengan demikian, pseudopodia membentuk bagian cekungan sebagai
tempat makanan dan akhirnya partikel makanan berada dalam vakuola
makanan yang terbentuk.
Pada waktu pengolahan makanan terjadi juga pengambilan air,
sehingga vakuola makanan di samping mengandung makanan juga
mengandung air. Proses selanjutnya terjadi kurang lebih 1 menit atau
lebih, tergantung pada jenis makanan.
Amoeba tidak selalu berhasil dengan apa yang diambil sebagai
makanan. Bila tidak berhasil dicoba kembali, hanya tidak segigih pada
hewan tingkat tinggi. Tidak diragukan bahwa reaksi dalam pengambilan
makanan tergantung faktor mekanis dan rangsangan kimiawi.
Proses semacam ingesti terjadi pada ukuran
kecil yang tidak berupa partikel, tetapi berupa
larutan dengan jalan membentuk kantong kecil
pada sitoplasma yang dekat dengan permukaan
tubuh. Pengambilan larutan dengan kantong atau
vakuola kecil itu disebut pinositosis (minum).
Proses ini mungkin penting dalam pengambilan
makanan tingkat tinggi, agar molekul dapat
melewati membran sel.
- Digesti
Vakuola makanan sering bertugas sebagai alat digesti. Setelah
vakuola makanan berada dalam endoplasma, dindingnya menuangkan
beberapa asam, seperti HCl, bermacam-macam enzim yang akan
menguraikan zat karbohidrat (kecuali zat pati), lemak, dan protein.
- Engesti
Partikel dalam vakuola makanan yang tidak dapat dicerna akan
dibuang pada permukaan tubuh Amoeba. Biasanya partikel ini lebih
Pinositosis
berat daripada protoplasma. Sebagai hewan yang bergerak ke muka
maka partikel sisa yang lebih berat itu menjauhkan diri dari gerakan,
sehingga Amoeba mengalir meninggalkan partikel padat itu ke
belakang. Proses ini tidak sesederhana pada Amoeba yang memiliki
ektoplasma yang tebal, misalnya pada Amoeba verucousa.
Zat sisa yang padat itu dijulurkan. Sementara partikel-partikel
dibentuk untuk menghindarkan endoplasma ikut mengalir ke luar.
- Asimilasi
Pepton dan asam amino yang berasal dari pencernaan bahan pro-
tein, bersama-sama air dan mineral terambil ketika vakuola gastrikus
dibentuk, kemudian terjadi penyerapan oleh protoplasma sekitarnya
dan langsung diedarkan ke seluruh tubuh hewan. Partikel organik dan
anorganik yang terserap itu kemudian diasimilasi. Hal itu merupakan
pengaturan kembali untuk membentuk partikel baru dalam protoplasma
hidup yang telah menyimpan partikel yang terlebih dahulu ada.
Protoplasma kemudian mengelola zat organik dan anorganik yang
menjadi miliknya. Pengelolaan zat itu merupakan hal yang esensial. Asam
nukleat tampaknya memiliki peran-peran penting dalam proses ini.
- Disasimilasi
Energi untuk kegiatan Amoeba atau protozoa umumnya diperoleh
dari pemecahan molekul yang kompleks oleh oksidasi atau perubahan
fisiologis. Hasil pembakaran lambat itu adalah energi untuk gerakan,
panas, dan zat sisa. Sebagai zat sisa biasanya terdiri dari zat padat dan
cairan, terutama air, beberapa substansi mineral, urea, dan CO
2
.
Sekresi, ekskresi, dan hasil respirasi termasuk di dalamnya.
- Sekresi
Seperti telah disebutkan bahwa asam dituangkan ke dalam vakuola
lambung (vakuola makanan) yang dikelilingi oleh protoplasma. Hasil
disasimilasi yang digunakan secara ekonomis oleh hewan terkenal
sebagai sekresi.
- Ekskresi
Materi sebagai hasil akhir reduksi dalam metabolisme disebut
ekskresi. Hasil sisa itu terkumpul di dalam tubuh maupun di luar tubuh.
Bagian besar hasil ekskresi adalah urea dan CO
2
. Cairan sebagai isi
vakuola kontraktil berisi urea. Vakuola kontraktil kecuali sebagai alat
ekskresi juga berfungsi sebagai osmoregulator.
- Respirasi
Karena vakuola kontraktil mungkin mengeluarkan CO
2
maka dapat
dikatakan juga sebagai alat respirasi. Oksigen yang larut dalam air diambil
oleh Amoeba melalui permukaan tubuh. Gas itu diperlukan untuk hidup
dan jika diganti hidrogen gerakan hewan akan berhenti, tetapi bila diberikan
udara segar (mengandung CO
2
) kembali maka gerakan itu terjadi kembali.
Selanjutnya jika tidak diberi O
2
hewan itu akan mati.
- Pertumbuhan
Jika makanan cukup, sehingga banyak substansi tertambah pada
protoplasma maka substansi itu kecuali dipakai untuk kegiatan fisik akan
meningkatkan volume hewan. Hal inilah yang disebut pertumbuhan
Amoeba seperti makhluk lain. Pertumbuhan terjadi oleh penambahan
partikel baru di antara partikel yang sudah ada.
- Reproduksi (Berkembang Biak)
Seperti hewan lainnya, ukuran tubuh Amoeba proteus akan mencapai
batas tertentu dan ukuran yang lazim, kurang lebih 0,25 cm. Jika ukuran
itu tercapai maka terjadilah pembelahan menjadi 2 bagian. jika
pembelahan merupakan suatu perubahan dalam hubungan antara nukleus
dan sitoplasma maka jelaslah bahwa pembelahan merupakan salah satu
tipe reproduksi pada Amoeba proteus.
Perkembangan dalam reproduksi Amoeba merupakan pertumbuhan
yang sederhana. Anak sel sebagai hasil pembelahan biner menjadi sel yang
penuh dengan kenaikan volume secara perlahan-lahan.
- Tingkah Laku
beberapa gerakan yang bermacam-macam dari hewan terkenal
sebagai tingkah laku. Pada Amoeba, gerakan-gerakan itu mungkin dapat
dipisah-pisahkan menjadi suatu gerak yang berhubungan dengan hasil
reaksi dari rangsangan luar. Jennings membagi reaksi menjadi reaksi
positif, negatif, dan reaksi pengambilan makanan.
- Reaksi terhadap Rangsangan
Amoeba bereaksi terhadap berbagai macam rangsangan, termasuk
di dalamnya adalah kontak, kimia, sinar, panas, dan listrik. Bila hewan
dalam reaksi bergerak menuju rangsangan maka reaksi itu positif.
Sebaliknya bila menjauhi terhadap rangsangan disebut reaksi negatif.
Amoeba bereaksi negatif ketika bagian tubuhnya tersentuh suatu
benda keras. Ketika Amoeba secara bebas terapung dalam air dan
sebatang pseudopodia bersentuhan dengan substrat maka hewan bergerak
ke arah pseudopodia hingga terjadi gerak merayap. Sentuhan dengan
makanan menghasilkan reaksi positif. Selanjutnya Amoeba bereaksi
negatif terhadap rangsangan mekanis yang kuat dan sebaliknya bereaksi
positif terhadap rangsangan mekanis yang lemah.
Reaksi terhadap bahan kimia membuktikan bahwa Amoeba peka
terhadap perubahan kimia dari air sekitarnya. Amoeba banyak
bereaksi negatif terhadap berbagai perubahan kultur air. Studi
percobaan menunjukkan bahwa Amoeba dapat merasakan berapa
jarak suatu makanan, yang merupakan hasil reaksi terhadap
rangsangan kimia.
Perubahan alam sekitar merupakan dasar perkembangan bentuk
Amoeba. Jika suatu makhluk dipindahkan dari kultur larutan ke air
murni akan membentuk bentuk menjari. Selanjutnya jika
ditempatkan pada larutan garam yang berkonsentrat tepat akan
mengubah bentuknya. Bentuk Amoeba dapat menunjukkan
kandungan air.
Reaksi negatif dapat diakibatkan oleh panas pada tempat tertentu,
sehingga hewan ini menjauhi rangsangan. Cuaca dingin dan kenaikan
suhu dapat memperlambat aktivitas dan menghentikan kegiatan.
Amoeba mengadakan orientasi arah terhadap rangsangan sinar yang
keras dan bergerak menjauhinya, tetapi bereaksi positif terhadap sinar
lemah. Sinar menimbulkan gelasi dari bentuk plasmasol berdampingan
dengan bentuk plasmagel, membuat perubahan dan kenaikan kekuatan
elastisitas pada bagian yang mengadakan iliminasi. Tanggapan terhadap
sinar menunjukkan kontraksi plasmagel yang tereaksi, sehingga
memiliki kekuatan menaikkan elastisitas bagian itu.
2. Jenis-Jenis Amoeba
Pada masa lalu, beberapa spesies Amoeba yang hidup bebas
merupakan satu kelompok dengan sebutan
Amoeba proteus. Amoeba proteus memiliki
ciri pada yang masih muda memiliki
nukleus berbentuk cakram cembung.
Sementara pada hewan dewasa nukleus itu
kusut dan memiliki batas ektoplasma yang
jelas.
Di samping itu, terdapat pula Amoeba
yang mirip dengan Amoeba proteus yaitu
Amoeba discoides. Amoeba discoides
memiliki ciri nukleus tidak kusut dan batas
ektoplasmanya tidak jelas.
Amoeba jenis yang lainnya yaitu
Amoeba dubia. Amoeba dubia hidup bebas
dengan nukleus yang berbentuk oval dan
protoplasmanya tanpa lekukan. Berbeda
dengan spesies yang lainnya dalam
gerakannya.
Amoeba proteus
Amoeba dubia
Jenis Amoeba lainnya adalah Amoeba
verucousa. Amoeba jenis ini berbentuk
memanjang, memiliki pellicus dan
pseudopodia pendek.
3. Amoeba Parasitis
Beberapa jenis Amoeba ada yang
merugikan karena parasit dan
menimbulkan penyakit bagi manusia.
Paling sedikit setiap manusia diinfeksi
oleh beberapa spesies Amoeba dan salah
satu di antaranya adalah Entamoeba
gingivalis yang terdapat dalam mulut
dan kotoran-kotoran yang melekat
sekitar dasar gigi. Mungkin 50% dari
warga umumnya terinfeksi. Enta-
moeba tersebut memakan bakteri,
leukosit, dan kotoran, dan umumnya
tidak berbahaya, tetapi kadang-kadang
menimbulkan sakit. Penularan terjadi
pada saat orang berciuman.
Terdapat beberapa Amoeba parasitis
yang terkenal yang terdapat dalam usus
besar manusia dan salah satunya ialah
Entamoeba histolytica yang patogen.
Fase efektifnya adalah bentuk kista bulat
yang berisi 4 nukleus. Terbentuknya
kista terjadi dalam usus besar dan kista
itu akan keluar bersama-sama feses.
Kista sering mengontaminasi makanan
dan minuman. jika makanan atau
Amoeba verucousa
Entamoeba gingivalis
Entamoeba histolytica
minuman itu tertelan masuk ke dalam alat pencernaan orang lain, kista akan
menetas dalam usus halus yang selanjutnya tumbuh menjadi Entamoeba
histolytica dengan 4 nuklei dan seterusnya membagi menjadi 4 Amoeba yang
bernukleus tunggal.
Entamoeba itu diperkirakan menginfeksi 10% dari warga pada
umumnya. Kebanyakan yang terinfeksi
adalah orang yang sebagai pembawa
(carrier’s), di mana Amoeba yang diam
dalam usus besar membelah diri dan
membentuk kista, tetapi tidak melukai
orang yang bersangkutan itu.
Pada beberapa orang, Entamoeba
histolytica menyerang dinding usus
menimbulkan ulkus (lepuh) sehingga
terjadi Amoeba desentri. Amoeba itu
terdiri atas beberapa ras atau varietas,
sehingga tampak variasi baik pada ukuran
maupun sifat patologiknya. Sering Amoeba
ini terdapat pada eritrosit sebagai sediaan
makanan. Dari dinding usus Amoeba
mungkin terbawa oleh aliran darah ke hati,
paru-paru, otak, dan lain-lainnya, yang
sering menimbulkan abses pada organ-or-
gan tersebut. Senyawa yang mengandung
yodium menunjukkan sebagai obat yang
mujarab yaitu amoebiasis.
Amoeba lainnya yang hidup dalam
tubuh manusia yang tidak berbahaya
yaitu Entamoeba coli, Entamoeba nana,
Iodamoeba buttschlii, dan Dientamoeba
fragilis. Amoeba tersebut berbeda satu
dengan yang lainnya karena struktur
Entamoeba coli
Dientamoeba fragilis
nukleusnya. Dientamoeba fragilis sering tampak memiliki dua
nukleus. Amoeba parasit biasanya mirip Amoeba yang hidup bebas,
hanya tidak memiliki vakuola kontraktil.
B. Foraminifera
Foraminifera dibagi atas 2 golongan,
yaitu yang berlubang-lubang dan hanya
memiliki 1 lubang untuk menyalurkan
pseudopodia, seperti halnya pada
Thecamoeba. Sementara golongan yang
kedua adalah yang berlubang-lubang dan
memiliki banyak lubang-lubang kecil.
Melalui lubang itu terjadi jaringan
pseudopodia.
Pada Foraminifera yang sederhana
berkembang biak dengan membelah diri
menjadi dua, seperti pada Arcella. Pada
Foraminifera yang memiliki bentuk
yang kompleks perkembangbiakannya
dengan jalan menambah kamar lain
dalam struktur cangkoknya. Dengan
demikian, akan berbentuk kamar-kamar
baru yang lebih besar dari kamar
semula.
Foraminifera membentuk rumah
dari kalsium karbonat yang akan
bertumpuk dalam laut membentuk batu
karang. Fosil dari salah satu kelompok
Foraminifera, yaitu Globigerina akan
membentuk tanah globigerina yang
sangat penting dalam geologi, yaitu sebagai
Foraminifera
Arcella
Globigerina
petunjuk untuk menentukan adanya
minyak bumi.
C. Radiolaria
Radiolaria hampir semuanya hidup di
laut, memiliki kapsul sentral yang tipis,
membagi protoplasma badan menjadi in-
tra dan ekstra. Kapsul terbagi menjadi 3
bagian, sebagai berikut.
1. Lapisan Asimilatif
Lapisan asimilatif berisi makanan yang
diambil dengan pseudopodia dan berisi
bermacam-macam metaplasma.
2. Calymma
Calymma berisi banyak vakuola yang
diduga sebagai alat hidrostatis. Dalam
beberapa spesies memiliki lapisan
kuning yang bersimbiosis dengan alga.
3. Lapisan Luar
Lapisan luar sekitar badan dan dari sini akan timbul pseudopodia,
sebagian besar berkembang biak dengan membentuk spora yang
memiliki flagella. Flagella tersebut dihasilkan dengan pembagian
berganda pada bagian kapsul. Lebih dari 4.000 spesies hidup dalam dasar
lautan yang dalam.
Organisme ini memiliki kerangka dalam yang terbuat dari silika.
jika mati, sisa tubuh organisme ini membentuk tanah radiolaria yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan penggosok.
Tanah Globigerina
Radiolaria
Nama flagellata berasal dari bahasa Latin flagell yang artinya cambuk
atau mastigophora yang juga berasal dari bahasa Yunani mastig yang
berarti cambuk dan phora yang artinya gerakan. Dalam taksonomi kuno,
flagellata merupakan salah satu kelas dalam filum protozoa atau protista
yang mirip hewan. Namun, dalam taksonomi modern, flagellata menjadi
superkelas yang dibagi menjadi dua kelas, yaitu fitoflagellata dan
zooflagellata
Alat gerak flagellata adalah flagellum atau cambuk getar, yang juga
merupakan ciri khasnya, sehingga namanya disebut flagellata (flagellum
= cambuk).Letaknya berada pada ujung depan sel (anterior) sehingga saat
bergerak seperti mendorong sel tubuhnya. Namun, ada juga di bagian
belakang sel (posterior)sehingga saat bergerak seperti mendorong sel.
Selain berfungsi sebagai alat gerak, flagella juga dapat digunakan untuk
mengetahui keadaan lingkungannya atau dapat juga digunakan sebagai
alat indra dan alat bantu untuk menangkap makanan.
Flagellata juga memiliki alat pernapasan yang disebut stigma. Stigma
ini berfungsi sebagai alat respirasi yang dilakukan untuk pembakaran
hidrogen yang terkandung di dalam kornel.
Makanan yang berasal dari hasil pengumpulan atau menghasilkan
sendiri dari lingkungan sekitar, digunakan untuk pengumpulan senyawa-
senyawa yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perbaikan.
Pengumpulan senyawa-senyawa protoplasmik dan aktivitas fisik
organisme memerlukan energi. Kebanyakan protozoa, pelepasan energinya
adalah aerobik, membutuhkan penggunaan oksigen sebagai penerimaan
terakhir hidrogen. Namun, energi dikeluarkan tidak bergantung pada
lingkungan pun dapat terjadi.
Reproduksi flagellata secara aseksual dengan membelah diri secara
membujur. Namun, beberapa flagellata ada juga yang bereproduksi secara
seksual, yaitu dengan cara konjugasi.
A. Fitoflagellata
Fitoflagellata adalah flagellata yang dapat melakukan fotosintesis
karena memiliki kromatofor. Fitoflagellata mencerna makanannya dengan
berbagai cara, menelan lalu mencerna di dalam tubuhnya (holozoik),
membuat sendiri makanannya (holofitrik), atau mencerna organisme yang
sudah mati(saprofitik). Habitat fitoflagellata adalah di perairan bersih dan
di perairan kotor. Fitoflagellata bergerak memakai flagella.
Tubuh fitoflagellata diselubungi oleh
membran selulosa, misalnya Volvox. Ada
pula yang memiliki lapisan pelikel,
misalnya Euglena. Pelikel adalah lapisan
luar yang terbentuk dari selaput plasma
yang mengandung protein.
Cara reproduksi fitoflagellata ada
dua, yaitu secara konjugasi dan secara
aseksual dengan membelah diri.
Contohnya adalah Euglena viridis, Vol-
vox globator, dan Noctiluca millaris.
Bagian tubuh Euglena
1. Euglena viridis
Menurut para zoolog, Euglena dipandang sebagai hewan. Sementara
oleh botanikus dipandang sebagai tumbuhan karena memiliki kloroplas.
Euglena viridis merupakan hewan yang mencerminkan kelas flagellata
atau mastigophora. Hewan ini dapat kita jumpai pada kolam dan sering
tampak pada preparat Amoeba. Walaupun hewan ini tidak nampak dengan
jelas jika diamati dengan mata, tetapi jika berkumpul bersama-
sama sebagai kelompok akan terlihat berwarna hijau. Warna hijau Euglena
disebabkan oleh adanya benda-benda melayang (suspensi) dalam
protoplasma yang terkenal sebagai
kromatofor.
Euglena viridis adalah hewan
bersel tunggal yang berbentuk
lonjong dengan ujung anterior
tumpul dan meruncing pada ujung
posterior. Setiap sel Euglena
dilengkapi dengan sebuah bulu
cambuk (flagell) yang tumbuh pada
ujung anterior sebagai alat gerak.
Pada ujung anterior ini juga terdapat
celah sempit yang memanjang ke
arah posterior. Pada bagian posterior, celah ini melebar dan membentuk
kantong cadangan atau reservoir. Flagell terbentuk di sisi reservoir. Di
sisi lain dari flagell terdapat bintik mata yang sangat peka terhadap
rangsangan sinar matahari.
Tubuh Euglena terlindung oleh selaput pelikel, sehingga bentuk
tubuhnya tetap. Di sebelah dalam selaput pelikel terdapat sitoplasma. Di
dalam sitoplasma ini terdapat berbagai organel seperti plastida, kloroplas,
nukleus, vakuola kontraktil, dan vakuola nonkontraktil. Ukuran tubuhnya
35 sampai 60 mikron.
Euglena dapat hidup secara autotrof maupun secara heterotrof. Pada
Euglena viridis
saat sinar matahari mencukupi, Euglena melakukan fotosintesis. Tetapi
bila tidak terdapat sinar matahari, Euglena mengambil zat organik yang
terlarut di sekitarnya. Pengambilan zat organik dilakukan dengan cara
absorbsi melalui membran sel. Selanjutnya, zat makanan itu dicernakan
secara enzimatis di dalam sitoplasma.
Euglena berkembang biak secara vegetatif, yaitu dengan
pembelahan biner secara membujur. Pembelahan ini dimulai dengan
membelahnya nukleus menjadi dua. Selanjutnya flagell dan sitoplasma
serta selaput sel juga terbagi menjadi dua. Akhirnya terbentuklah dua
sel Euglena baru.
2. Volvox globator
Volvox globator terdiri atas ratusan sel yang digabungkan oleh suatu
jalinan protoplasma yang sebagian besar sel-selnya memiliki titik, mata,
klorofil, vakuola kontraktil, dan dua
flagell. Sel-sel tersebut disebut sel
somatis.
Volvox globator hidup sebagai
koloni. Karena dalam koloni
tersebut sudah terdapat
pembagian tugas antara sel yang
satu dengan sel yang lainnya maka
ada yang menganggap Volvox
globator sebagai makhluk polisel.
Volvox globator hidup di air tawar dan berkembang biak dengan dua
cara, yaitu aseksual dan seksual.
a. Aseksual
Suatu sel pada koloni besar daripada yang lain dan tidak memiliki
flagell. Sel tersebut membelah menjadi dua yang masing-masing
selanjutnya membelah hingga memiliki anak koloni.
Volvox globator
b. Seksual
jika kita perhatikan suatu koloni Volvox akan tampak tersusun
atas kurang lebih 50 sel tanpa flagell. Beberapa dari sel itu tumbuh menjadi
sel jantan atau mikro gamet dan beberapa lainnya tumbuh menjadi sel
betina atau makro gamet. Sel-sel mikro gamet dengan pembelahan
sederhana akan menghasilkan bentuk-bentuk bilah yang pipih di mana
tiap bilah akan mengandung sel yang berbentuk gelendong dan sel ini
disebut mikro gamet yang sebenarnya. Peleburan antara mikro dan makro
gamet membentuk zigot yang terbungkus oleh suatu dinding yang keras.
Pada saat di mana keadaan baik, dinding akan
pecah dan membelah lalu membentuk koloni
baru.
3. Noctiluca millaris
Noctiluca millaris hidup di laut. Ada dua
flagell yang terdapat di tubuhnya. Satu flagell
panjang dan satunya lagi pendek. Sering
terdapat simbiosis antara Noctiluca dengan
alga tertentu.
Pada malam hari hewan ini dapat mengeluarkan cahaya jika
terkena rangsangan mekanik. Oleh karena itu, Noctiluca millaris
memicu laut nampak bercahaya di waktu malam yang gelap.
Noctiluca millaris
Sumber: www.animalpictur
esarchive.com
Laut tampak bercahaya
pada malam hari karena
adanya Noctiluca millaris
B. Zooflagellata
Zooflagellata adalah flagellata yang tidak memiliki klorofil dan
menyerupai hewan, sehingga bersifat heterotrof. Ada yang hidup
bebas, namun kebanyakan bersifat parasit pada hewan lain atau pada
manusia.
Bentuk tubuhnya mirip dengan sel leher porifera. memiliki flagell
yang berfungsi untuk menghasilkan aliran air dengan menggoyangkan
flagell, selain itu flagell juga berfungsi sebagai alat gerak.
Reproduksinya secara seksual dengan pembelahan biner secara longi-
tudinal. Sementara reproduksi seksualnya belum banyak diketahui.
Contohnya adalah Trypanosoma dan Leishmania.
1. Trypanosoma
Trypanosoma memiliki ciri bentuk tubuh yang pipih dan panjang
seperti daun, merupakan parasit dalam darah vertebrata, dan tidak
membentuk kista. Jenis-jenis Trypanosoma antara lain sebagai berikut.
a. Trypanosoma gambiense dan Trypanosoma rhodesiense
Trypanosoma gambiense
Trypanosoma gambiense dan
Trypanosoma rhodesiense
merupakan penyebab penyakit
tidur. Penyakit ini pernah
menyerang orang Afrika bagian
barat, tetapi sejak lama telah
menjalar ke Asia.
Trypanosoma gambiense
menular dari seorang ke seorang
dengan perantaraan lalat Tsetse
yang disebut Glossina palpalis.
Sementara Trypanosoma rhodesiense dijangkitkan oleh Glossina
morsitans. Gejala awal penyakit ini adalah si penderita suka tidur dan dikenal
dengan penyakit tidur. Trypanosoma
gambiense hidup di dalam kelenjar ludah lalat
Tsetse.
Pada saat menusuk kelenjar yang
mengandung parasit tersebut masuk ke
dalam darah manusia yang menyerang getah
bening (kelenjar limfa) dan akibatnya kelenjar
limfa si penderita membengkak atau
membesar dan terasa nyeri disertai demam
tinggi.
b. Trypanosoma vaginalis
Trypanosoma vaginalis menimbulkan
satu tipe penyakit vaginitis, yaitu merupakan
peradangan pada vagina yang ditandai
dengan keluarnya cairan dan disertai rasa
panas seperti terbakar dan rasa gatal.
c. Trypanosoma evansi
Trypanosoma evansi merupakan
penyebab penyakit sura pada hewan. Cara
penularannya adalah dengan Trypanosoma
evansi akan hidup dalam darah melalui vektor
seperti lalat pengisap darah golongan Taba-
nidae (sering disebut lalat pitak atau lalat
kerbau) dengan cara mekanik murni dimana
Trypanosoma tidak mengalami siklus hidup
dalam vektor. Lalat lain : Chrysops, Sto-
moxys, Haematopota, Lyperosia,
Haematobia, dan beberapa arthropoda lain
(Anopheles, musca, pinjal, kutu, dan caplak).
Glossina morsitans
photography.co.uk.
Glossina palpalis
Trypanosoma vaginalis
Tabanidae
d. Trypanosoma brucei
Trypanosoma brucei menye-
babkan penyakit nagana pada ternak.
Adapun ternak yang biasa diserang
adalah sapi dan kerbau.
e. Trypanosoma foetus
Trypanosoma foetus parasit
pada vagina sapi.
f. Trypanosoma levisi
Trypanosoma levisi merupakan
parasit pada darah tikus.
g. Trypanosoma cruzi
Trypanosoma cruzi adalah
penyebab penyakit chagas atau
trypanosomiasia pada kucing, anjing,
tupai armadillo, kera, dan hewan lain
di Amerika.
2. Leishmania
Leishmania merupakan penye-
bab penyakit pada sel-sel
endotelium pembuluh darah. Jenis-
jenis Leishmania antara lain sebagai
berikut.
a. Leishmania donovani
Leishmania donovani
memicu penyakit kalazar
melalui tusukan lalat
Phelebotomus . Penderita
Trypanosoma brucei
Sumber: www.alaineknipes.com
Trypanosoma levisi
Sumber: www.alaineknipes.com
Trypanosoma cruzi
Sumber: www.alaineknipes.com
Leishmania donovani
mengalami pembesaran limfa, hati, dan kelenjar limfa, diikuti dengan
anemia berat dan demam. Penyakit ini banyak ditemukan di Mesir
dan negara-negara di sekitar Laut Tengah, tetapi sekarang kalazar
terdapat juga di India.
b. Leishmania tropica
Leishmania tropica memicu penyakit kulit atau disebut juga
dengan penyakit oriental sore. Penyakit ini banyak terdapat di Asia (daerah
mediterania) dan sebagian Amerika Selatan.
c. Leishmania brasiliensis
Leishmania brasiliensis juga merupakan penyakit kulit yang sama
dengan Leishmania tropica hanya berbeda dalam reaksi serumnya. Penyakit
ini banyak menyerang penduduk di Meksiko dan Amerika Tengah.
Penyakit kulit yang disebabkan oleh Leish-
mania tropica
Ciliata atau ciliophora (infusoria) merupakan kelompok terbesar di
filum protozoa, di mana anggotanya sekitar 8.000 spesies. Ciliata adalah
protista bersel satu yang permukaan tubuhnya ditumbuhi rambut getar
(silia) atau hanya pada bagian tertentu. Bentuk tubuhnya tetap tidak
berubah-ubah, oval, dan hidup di tempat-tempat yang berair dan banyak
mengandung bahan organik tinggi. Ciliata ada yang hidup bebas dan ada
pula yang parasit. Ukuran tubuhnya 120 sampai 150 mikron.
Silia membantu pergerakan makanan ke sitostoma. Makanan yang
terkumpul di sitostoma akan dilanjutkan ke sitofaring. jika telah penuh,
makanan akan masuk ke sitoplasma dengan membentuk vakuola
makanan.
Sel ciliata memiliki dua inti, yaitu makronukleus dan mikronukleus.
Makronukleus memiliki fungsi vegetatif. Sementara mikronukleus
memiliki fungsi reproduktif, yaitu pada konjugasi. Contoh ciliata antara
lain Paramecium caudatum, Nyctoterus ovalis, Balantidium coli,
Didinium, Stentor, Vorticella, dan Stylonychia.
A. Paramecium caudatum
Paramecium caudatum disebut
pula sebagai hewan sandal, karena
bentuk selnya menyerupai telapak
kaki. Ukurannya kira-kira 250 mikron.
Pada permukaan sel yang melekuk
terdapat mulut sel atau sitostoma, (cyto
= sel, stoma = mulut). Di bagian luar
sel terdapat pelikel, yang menyelubungi
sel. Di sebelah dalam membran sel
terdapat sitoplasma dan inti. Hewan ini
memiliki dua macam inti yaitu inti
kecil atau mikronukleus dan inti besar
atau makronukleus. Selain itu terdapat
pula vakuola makanan yang berfungsi untuk mencerna dan mengedarkan
makanan dan vakuola berdenyut yang berguna untuk mengeluarkan sisa
makanan cair.
1. Cara Bergerak, Makan, dan Mencerna Makanan
Paramecium bergerak dengan
menggetarkan silianya. Dengan getaran
silianya, hewan ini dapat maju, mundur,
membelok, berguling atau berhenti.
Mulut sel berfungsi untuk
memasukkan makanan ke dalam sel. Jika
rambut getar di sekitar mulut sel
digetarkan maka terjadi aliran air keluar
masuk mulut sel. Bersamaan dengan
aliran air, terbawa bakteri, sisa bahan
organik, atau hewan monoseluler yang lain,
dan terkumpul di dalam mulut sel.
Paramecium caudatum
Cara Paramecium mencerna makanan
vakuola
kontraktil
makronukleus
mikronukleus
vakuola
makanan
anterior
silium
mulut sel
bakteri
sedang
masuk
lubang
anal
makanan
masuk ke
dalam
sitofaring
sisa makanan
yang tidak
dapat dicerna
dikeluarkan
dan vakuola
menuju keluar
sel melalui
membran
plasma
terbentuk
vakuola
makanan
tempat
pencernaan
berlangsung,
zat makanan
masuk ke
dalam
sitoplasma
secara difusi
Makanan yang terkumpul di mulut sel kemudian dimasukkan ke dalam
kerongkongan sel atau sitofaring. Dari kerongkongan sel, makanan masuk
ke dalam vakuola makanan. Vakuola makanan dapat beredar ke seluruh
tubuh. Sambil beredar makanan dicerna. Sari makanan masuk ke dalam
sitoplasma, sisa makanan berbentuk padat dikeluarkan melalui membran
selnya (tidak memiliki anus). Sementara sisa makanan berbentuk cair
dikeluarkan melalui vakuola berdenyut. Hewan ini memiliki dua vakuola
berdenyut, masing-masing terletak di ujung selnya.
2. Reproduksi
Reproduksi Paramecium caudatum ada dua cara, yaitu secara
aseksual dan seksual.
a. Aseksual
Paramecium caudatum berkembang biak secara aseksual dengan
membelah diri yaitu dengan pembelahan biner. Tampak satu sel
membelah menjadi 2, kemudian menjadi 4, 8, dan seterusnya.
Pembelahan ini diawali dengan mikronukleus yang membelah dan
diikuti oleh pembelahan makronukleus. Kemudian akan terbentuk 2
sel anak setelah terjadi penggentingan membran plasma. Masing-masing
sel anak tersebut identik dan alat sel lainnya memiliki dua nukleus
sitoplasma.
b. Seksual
Paramecium caudatum bereproduksi secara seksual melalui
konjugasi. Adapun tahap-tahap konjugasi sebagai berikut.
- Dua Paramecium saling berdekatan lalu saling menempel. Kemudian
terjadi dua sel saling menempel pada bagian mulut sel. Membran sel
pada sel yang saling menempel tersebut melebar dan terbentuk suatu
saluran.
- Pada bagian masing-masing sel terdapat mikronukleus diploid (2n)
yang membelah secara mitosis menjadi 4 mikronukleus haploid (n).
Sementara makronukleusnya tidak mengalami perubahan.
- Selanjutnya, masing-masing 4 mikronukleus haploid (n) di setiap sel
membelah secara mitosis menjadi 8 mikronukleus (n). 8 mikronukleus
(n) yang terbentuk, 7 mikronukleus hancur. Dengan demikian setiap
sel hanya memiliki 1 mikronukleus dan 1 makronukleus.
- Mikronukleus membelah secara mitosis menjadi 2 mikronukleus.
Sementara makronukleus lenyap. Dengan demikian, pada masing-
masing sel hanya mengandung mikronukleus.
- Terjadi saling tukar-menukar mikronukleus, yaitu mikronukleus pindah
ke sel lain dan sebaliknya. Mikronukleus yang saling tukar-menukar
tersebut melebur dengan mikronukleus yang tidak pindah. Jadi, setelah
hasil peleburan itu, setiap sel memiliki mikronukleus diploid.
- Setiap sel yang telah memiliki mikronukleus diploid (2n), selnya pisah
dan konjugasi berakhir. Kemudian 1 mikronukleus membelah secara
mitosis menghasilkan 2 mikronukleus.
- Salah satu dari 2 mikronukleus itu tumbuh menjadi makronukleus,
sehingga setiap sel memiliki 1 mikronukleus dan 1 makronukleus.
B. Nyctoterus ovalis
Nyctoterus ovalis merupakan hewan bersel satu dan hidup di dalam
usus kecoak. Hewan ini berbentuk oval, dapat bergerak karena di seluruh
permukaan tubuhnya terdapat silia. Bentuknya mirip Paramecium.
C. Stentor
Stentor hidup di sawah-sawah atau air
menggenang yang banyak mengandung bahan
organik. Biasanya hidup menempel pada suatu
tempat. Akan tetapi, bila keadaan setempat tidak
menguntungkan maka Stentor dapat berpindah
tempat. Hewan ini bentuknya seperti terompet,
bagian mulutnya dikelilingi oleh silia, dan bagian
tangkainya melekat pada dasar.Stentor
D. Balantidium coli
Balantidium coli bersifat parasit
pada manusia karena memicu
penyakit diare berdarah atau balantidi-
osis yang gejalanya sama dengan penyakit
diare. Biasanya hidup di usus besar
(kolon).
E. Didinium
Didinium merupakan pemangsa di
dalam ekosistem perairan. Ia pemangsa
Paramecium. Hidup di perairan yang
banyak mengandung protozoa.
F. Vorticella
Vorticella memiliki bentuk seperti
lonceng dan tangkai memanjang yang
diletakkan pada dasar dan menetap di
suatu tempat. Sementara silia terdapat di
sekeliling mulut sel. Tangkai dapat lurus
atau seperti spiral.
G. Stylonichia
Stylonichia mirip dengan Parame-
cium yang berbentuk seperti siput.
Silianya berkelompok disebut sirus, yang
bentuknya seperti duri-duri. Hidup di
perairan yang banyak mengandung
sampah organik atau di permukaan daun
yang terendam air.
Balantidium coli
Didinium
Vorticella
Stylonichia
Beberapa sarjana memandang perlu untuk mengadakan kelas atau
ordo tersendiri untuk protozoa yang berbulu getar dan bertangkai, yaitu
Suctoria. Hewan-hewan ini mulai kehidupannya sebagai ciliata. Menjelang
kedewasaan, tanggallah bulu-bulu getarnya dan tumbuhlah tangkai untuk
menetap di suatu tempat. Pada tubuhnya muncullah cabang-cabang
protoplasmanya yang merupakan tentakel untuk mengisap zat-zat dari
mangsanya. Podophyra dan Sphenophyra hidup sebagai parasit pada
Paramecium dan Stentor.
Sporozoa tidak memiliki alat gerak. Hewan ini merupakan golongan
protista yang menyerupai jamur karena sporozoa dapat membentuk spora
yang dapat menginfeksi inangnya dan tidak memiliki alat khusus, sehingga
geraknya mengubah-ubah kedudukan tubuh. Sporozoa hidup sebagai
parasit, baik pada tubuh hewan lain maupun pada manusia. Respirasi dan
ekskresi terjadi secara difusi.
Tubuh sporozoa berbentuk bulat panjang dan ukuran tubuhnya
hanya beberapa mikron, tetapi di dalam usus manusia atau hewan
dapat mencapai 10 mm. Di samping itu, tubuh dari kumpulan
tropozoid berbentuk memanjang dan di bagian anterior kadang-
kadang terdapat kait pengikat atau filamen sederhana untuk
melekatkan diri pada inang.
Sebagian sporozoa memperbanyak diri secara aseksual dan sering
disebut skizogoni. Sel membelah nukleusnya secara mitosis berulang,
kemudian disusul oleh pembagian sitoplasma. Di samping itu, akan dibentuk
mikro dan makro gamet, untuk berkembang biak secara seksual. Peleburan
kedua gamet menjadi zigot, pada beberapa spesies akhirnya zigot menjadi
ookista dengan proses sporogoni. Dan dalam fase ini mikroorganisme akan
tersebar dari hospes yang satu ke hospes yang lain.
Sporozoa memiliki kemungkinan luas sebagai hewan parasit, pada
hewan lain (mamalia). Beberapa terdapat dalam sel hospes dan lainnya
terdapat dalam cairan tubuh atau rongga tubuh.
Mereka berkembang biak di beberapa alat, misalnya alat pencernaan, ginjal,
dan alat-alat lainnya. Parasit yang hidup pada manusia terdapat dalam darah.
Sementara Coccidia terdapat di dalam perut burung dan marmut. Contoh
sporozoa antara lain Plasmodium, Isospora hominis, dan Toxoplasma gondii.
A. Plasmodium
Plasmodium merupakan genus protozoa parasit. Penyakit yang
disebabkan oleh genus ini dikenal sebagai malaria. Parasit ini senantiasa
memiliki dua inang dalam siklus hidupnya, yaitu vektor nyamuk dan
inang vertebrata. Terdapat lebih dari 175 spesies yang diketahui berada
dalam genus ini. Sementara sekurang-kurangnya sepuluh spesies
menjangkiti manusia dan spesies lain menjangkiti hewan lain, termasuk
burung, reptilia, dan hewan pengerat.
Siklus hidup Plasmodium sangat rumit. Sporozoit dari liur nyamuk
betina yang menggigit disebarkan ke darah atau sistem limfa penerima.
Penting disadari bahwa bagi sebagian spesies vektornya mungkin bukan
nyamuk.
Culex betina
antena pendek
antena panjang dengan
bulu pendek
Nyamuk dalam genus Culex, Anopheles, Culiceta, Mansonia, dan
Aedes mungkin bertindak sebagai vektor. Vektor yang diketahui kini
bagi malaria manusia (lebih dari 100 spesies) semuanya tergolong dalam
genus Anopheles. Malaria burung biasanya dibawa oleh spesies genus
Culex. Siklus hidup Plasmodium diketahui oleh Ross yang menyelidiki
spesies dari genus Culex.
Sporozoit berpindah ke hati dan menembus hepatosit. Tahap
dorman bagi sporozoit Plasmodium dalam hati dikenal sebagai
hipnozoit. Dari hepatosit, parasit berkembang biak menjadi ribuan
merozoit, yang kemudian menyerang sel darah merah.
Di sini parasit membesar dari bentuk cincin ke bentuk trofozoit
dewasa. Pada tahap skizon, parasit membelah beberapa kali untuk
membentuk merozoit baru yang meninggalkan sel darah merah dan
bergerak melalui saluran darah untuk menembus sel darah merah baru.
Kebanyakan merozoit mengulangi siklus ini secara terus-menerus, tetapi
sebagian merozoit berubah menjadi bentuk jantan atau betina atau
gametosit (juga dalam darah), yang kemudian diambil oleh nyamuk
betina.
Dalam perut tengah nyamuk, gametosit membentuk gamet dan
menyuburkan satu sama lain membentuk zigot motil yang dikenal sebagai
ookinet. Ookinet menembus dan lepas dari perut tengah, kemudian
membenamkan diri pada membran perut luar. Di sini mereka terbelah
berkali-kali untuk menghasilkan beberapa besar sporozoit halus
memanjang. Sporozoit ini berpindah ke kelenjar liur nyamuk, di mana ia
dicucuk masuk ke dalam darah inang kedua yang digigit nyamuk. Sporozoit
bergerak ke hati di mana mereka mengulangi siklus ini.
Dalam beberapa spesies jaringan selain hati mungkin dijangkiti. Namun
hal ini tidak berlaku pada spesies yang menyerang manusia.
Siklus hidup ini paling baik dipahami melalui segi evolusi. Dipercaya
bahwa Plasmodium berubah dari parasit yang disebarkan melalui jalur tinja
(orofekal) yang menjangkiti dinding usus halus. Pada satu tingkat parasit ini
mengembangkan kemampuan untuk menjangkiti hati. Pola ini dapat dilihat
pada genus Cryptosporidium yang terkait jauh dengan Plasmodium.
Plasmodium berkembang sekitar 130 juta tahun yang lalu. Masa ini
bersamaan dengan perkembangan angiospermae (tumbuhan berbunga)
yang cepat. Perkembangan ini pada angiospermae dipercaya disebabkan
oleh sekurang-kurangnya satu kejadian penyalinan genom. Kemungkinan
peningkatan dalam bunga mendorong kepada peningkatan jumlah nyamuk
dan hubungan mereka dengan vertebrata.
Selain darah, nyamuk hidup memakan madu. Darah hanya diperlukan
oleh nyamuk betina sebelum bertelur karena kandungan protein dalam
madu sangat rendah.
Nyamuk berubah di Amerika Selatan sekitar 230 juta tahun yang lalu.
Kini terdapat lebih dari 3.500 spesies nyamuk yang diketahui tetapi hingga
kini evolusi mereka tidak banyak diketahui sehingga pengetahuan kita
mengenai evolusi Plasmodium tetap kurang.
Pada masa kini dipercayai bahwa reptilia merupakan kelompok
pertama yang dijangkiti oleh Plasmodium, kemudian diikuti oleh burung.
Pada kesempatan lain, primata dan hewan pengerat turut dijangkiti
kemungkinan dari spesies burung. Spesies lain yang dijangkiti selain
kelompok ini kemungkinan kejadian yang baru terjadi.
Cryptosporidium
Pada masa kini, sekuens DNA tersedia kurang dari 60 spesies dan
kebanyakan dari spesies yang menjangkiti inang pengerat atau
primata. Pola jangkitan hanya bersifat spekulatif dan mungkin direvisi
bila sekuens DNA lanjut dari spesies tambahan diperoleh.
Pola perkembangbiakan terjadi secara seksual dan aseksual yang
mungkin nampak membingungkan pada awalnya. Namun, hal ini
merupakan pola biasa pada spesies parasit. Kelebihan evolusi kehidupan
jenis ini diketahui oleh Gregor Mendel.
Dalam keadaan perkembangbiakan secara aseksual lebih baik
daripada seksual karena parentalnya beradaptasi dengan baik terhadap
lingkungan dan keturunannya mewarisi gen ini berpindah kepada inang
baru atau ketika masa sulit. Perkembangbiakan seksual biasanya lebih
baik karena menghasilkan pengocokan gen yang rata-rata menghasilkan
individu yang lebih menyesuaikan diri pada habitat baru. Faktor tekanan
ini memicu kebanyakan sel menjadi aktif.
Jenis-jenis Plasmodium antara lain Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax, Plamosmodium malariae, Plasmodium ovale, dan
lain-lain.
1. Plasmodium falciparum
Plasmodium falciparum adalah
protozoa parasit, salah satu spesies
Plasmodium yang memicu
penyakit malaria tropika pada
manusia. Protozoa ini masuk pada
tubuh manusia melalui nyamuk
Anopheles betina. Plasmodium
falciparum memicu infeksi
paling berbahaya dan memiliki tingkat
komplikasi dan mortalitas malaria
tertinggi.
Plasmodium falciparum
Plasmodium falciparum memiliki sifat-sifat tertentu yag berbeda
dengan species lainnya, sehingga diklasifikasikan dalam subgenus
Laveran. Plasmodium falciparum memicu penyakit malaria
falciparum.
Manusia merupakan hospes
perantara parasit ini. Sementara
nyamuk Anopheles betina menjadi
hospes definitifnya atau meru-
pakan vektornya.
Parasit ini ditemukan di
daerah tropika, terutama di Afrika
dan Asia Tenggara. Di Indonesia
parasit ini terbesar di seluruh
kepulauan. Parasit ini merupakan
spesies yang berbahaya karena
penyakit yang ditimbulkannya
dapat menjadi berat dan menye-
babkan kematian.
Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase
preritrosit saja karena tidak ada fase eksoeritrosit. Bentuk dini yang dapat
dilihat dalam hati adalah skizon yang berukuran ± 30 mikron pada hari
keempat setelah infeksi.
Jumlah morozoit pada skizon matang (matur) kira-kira 40.000.
Bentuk cincin stadium trofosoit muda Plasmodium falciparum sangat
kecil dan halus dengan ukuran ±1/6 diameter eritrosit. Pada bentuk cincin
dapat dilihat dua butir kromatin, bentuk pinggir (marginal), dan bentuk
accole sering ditemukan.
Beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu eritrosit (infeksi
multipel). Walaupun bentuk marginal, accole, cincin dengan kromatin
ganda dan infeksi multipel dapat juga ditemukan dalam eritrosit yang
diinfeksi oleh spesies Plasmodium lain pada manusia, kelainan-kelainan
Nyamuk Anopheles
ini lebih sering ditemukan pada Plasmodium falciparum dan keadaan ini
penting untuk membantu diagnosis spesies.
Bentuk cincin Plasmodium
falciparum kemudian menjadi lebih
besar, berukuran seperempat dan
kadang-kadang setengah diameter
eritrosit dan mungkin dapat
disangka parasit Plasmodium
malariae. Sitoplasmanya dapat
mengandung satu atau dua butir
pigmen. Stadium perkembangan
siklus aseksual berikutnya pada
umumnya tidak berlangsung dalam
darah tepi, kecuali pada kasus berat
(perniseosa).
Adanya skizon muda dan matang Plasmodium falciparum dalam
sediaan darah tepi berarti keadaan infeksi yang berat sehingga
merupakan indikasi untuk tindakan pengobatan cepat. Bentuk skizon
muda Plasmodium falciparum dapat dikenal dengan mudah oleh
adanya satu atau dua butir pigmen yang menggumpal. Spesies parasit
lain pada manusia terdapat 20 atau lebih butir pigmen pada stadium
skizon yang lebih tua. Bentuk cincin dan trofozoit tua menghilang dari
darah tepi setelah 24 jam dan bertahan di kapiler alat-alat dalam, seperti
otak, jantung, plasenta, usus atau sumsum tulang. Di tempat-tempat
ini parasit berkembang lebih lanjut.
Dalam waktu 24 jam parasit di dalam kapiler berkembang biak
secara skizogoni. Bila skizon sudah matang, akan mengisi kira-kira 2/3
eritrosit. Akhirnya membelah dan membentuk 8-24 merozoit. Jumlah
rata-rata adalah 16.
Skizon matang Plasmodium falciparum lebih kecil dari skizon matang
parasit malaria yang lain. Derajat infeksi pada jenis malaria ini lebih tinggi
dari jenis-jenis lainnya, kadang-kadang melebihi 500.000/mm3 darah.
Plasmodium falciparum dalam darah tepi
Dalam badan manusia parasit tidak tersebar merata dalam alat-
alat dalam dan jaringan, sehingga gejala klinis pada malaria falciparum
dapat berbeda-beda. Sebagian besar kasus berat dan fatal disebabkan
oleh eritrosit yang dihinggapi parasit menggumpal dan menyumbat
kapiler.
Pada malaria falciparum, eritrosit yang diinfeksi tidak membesar
selama stadium perkembangan parasit. Eritrosit yang mengandung
trofozoit tua dan skizon memiliki titik kasar berwarna merah (titik
mauror) tersebar pada dua per tiga bagian eritrosit. P e m b e n t u k a n
gametosit berlangsung dalam alat-alat dalam, tetapi kadang-kadang
stadium dapat dengan mudah ditentukan dalam darah tepi. Gametosit
muda memiliki bentuk agak lonjong, kemudian menjadi lebih panjang
atau berbentuk elips. Akhirnya mencapai bentuk khas seperti sabit atau
pisang sebagai gametosit matang.
Gametosit untuk pertama kali tampak dalam darah tepi setelah
beberapa generasi mengalami skizogoni, biasanya kira-kira 10 hari setelah
parasit pertama kali tampak dalam darah. Gametosit betina atau
makrogametosit biasanya lebih langsing dan lebih panjang dari gametosit
jantan atau mikrogametosit, dan sitoplasmanya lebih biru dengan pulasan
Romakonowsky. Intinya lebih lebih kecil dan padat, berwarna merah tua
dan butir-butir pigmen tersebar di sekitar inti.
Mikrogametosit membentuk lebih lebar dan seperti sosis. Sitoplasmanya
biru, pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya berwarna merah muda,
besar dan tidak padat, dan butir-butir pigmen di sekitar plasma inti.
Jumlah gametosit pada infeksi falciparum berbeda-beda, kadang-
kadang sampai 50.000-150.000/mm3 darah. Jumlah ini tidak pernah
dicapai oleh spesies Plasmodium lain pada manusia. Walaupun skizogoni
eritrosit pada Plasmodium falciparum selesai dalam waktu 48 jam dan
periodisitasnya khas terirama, sering kali pada spesies ini terdapat 2 atau
lebih kelompok-kelompok parasit, dengan sporolasi yang tidak sinkron,
sehingga periodisitas gejala pada penderita menjadi tidak teratur, terutama
pada stadium permulaan serangan malaria.
Siklus seksual Plasmodium falciparum dalam nyamuk sama seperti pada
Plasmodium yang lain. Siklus berlangsung 22 hari pada suhu 20o C, 15-17
hari pada suhu 23o C, dan 10 – 11 hari pada suhu 25o C – 28o C. Pigmen pada
ookista berwarna agak hitam dan butir-butirnya relatif besar, membentuk
pola pada kista sebagai lingkaran ganda sekitar tepinya, tetapi dapat tersusun
sebagai lingkaran kecil di pusat atau sebagai garis lurus ganda. Pada hari ke-
8 pigmen tidak tampak kecuali beberapa butir masih dapat dilihat.
Masa tunas intrinsik malaria falciparum berlangsung antara 9-14 hari.
Penyakitnya mulai dengan sakit kepala, punggung dan ekstremitas,
perasaan dingin, mual, muntah atau diare ringan. Demam mungkin tidak
ada atau ringan dan penderita tidak tampak sakit. Diagnosis pada stadium
ini tergantung dari anamosis tentang kepergian penderita ke daerah
endemik malaria sebelumnya. Penyakit berlangsung terus, sakit kepala,
punggung, dan ekstremitas lebih hebat dan keadaan umum memburuk.
Pada stadium ini penderita tampak gelisah, pikau mental (mental
cunfuntion), demam tidak teratur dan tidak menunjukkan periodisitas
yang jelas. Ada anemia ringan dan leukopenia dengan monositosis.
Pada stadium dini penyakit dapat didiagnosis dan diobati dengan baik
maka infeksi dapat segera diatasi. Bila pengobatan tidak sempurna, gejala
malaria pernisiosa dapat timbul secara mendadak. Istilah ini diberikan
untuk penyulit berat yang timbul secara tidak terduga pada setiap saat,
bila lebih dari 5 % eritrosit diinfeksi.
Pada malaria falciparum ada tiga macam penyulit sebagai berikut.
a. Malaria serebral dapat dimulai secara lambat atau mendadak setelah
gejala permulaan.
b. Malaria algida menyerupai syok/renjatan waktu pembedahan.
c. Gejala gastrointestinal menyerupai disentri atau kolera.
2. Plasmodium vivax
Plasmodium vivax adalah protozoa parasit dan patogen manusia. Plas-
modium vivax adalah salah satu dari empat spesies parasit malaria yang
umumnya menyerang manusia. Plasmodium vivax dibawa oleh nyamuk
Anopheles betina. Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana.
Spesies Plasmodium ini memicu penyakit malaria tertiana
benigna atau disebut malaria tertiana. Nama tertiana adalah berdasarkan
fakta bahwa timbulnya gejala demam terjadi setiap 48 jam. Nama tersebut
diperoleh dari istilah Roma, yaitu hari kejadian pada hari pertama. 48 jam
kemudian adalah hari ke 3.
Penyakit ini banyak terjadi di daerah tropika dan subtropika. Kejadian
penyakit malaria 43% disebabkan oleh Plasmodium vivax. Proses skizogoni
eksoeritrosit dapat terus terjadi sampai 8 tahun, disertai dengan periode
relaps, disebabkan oleh terjadinya invasi baru terhadap eritrosit. Kejadian
relaps terciri dengan pasien yang terlihat normal (sehat) selama periode
laten. Terjadinya relaps juga erat hubungannya dengan reaksi imunitas
dari individu.
Plasmodium vivax hanya menyerang eritrosit muda (reticulocyt),
dan tidak dapat menyerang atau tidak mampu menyerang eritrosit yang
masak. Segera setelah invasi ke dalam eritrosit langsung membentuk
cincin, sitoplasma menjadi aktif seperti Amoeba membentuk pseudopo-
dia bergerak ke segala arah sehingga disebut “vivax”. Infeksi terhadap
eritrosit lebih dari satu tropozoit dapat terjadi tetapi jarang. Pada saat
tropozoit berkembang, eritrosit membesar, pigmennya berkurang, dan
berkembang menjadi peculiar stipling disebut “Schuffners dot”. Dot (titik)
tersebut akan terlihat bila diwarnai dan akan terlihat parasit di dalamnya.
Cincin menempati 1/3-1/2 dari eritrosit dan tropozoit menempati
2/3 dari sel darah merah tersebut selama 24 jam. Granula hemozoin
mulai terakumulasi sesuai dengan pembelahan nukleus dan terulang lagi
sampai 4 kali, terdapat 16 nuklei pada skizon yang masak. Bila terjadi
imunitas atau diobati kemoterapi hanya terjadi sedikit nuklei yang dapat
diproduksi. Proses skizogoni dimulai dan granula pigmen terakumulasi
dalam parasit. Merozoit yang bulat dengan diameter 1,5 mikron langsung
menyerang eritrosit lainnya. Skizogoni dalam eritrosit memakan waktu
48 jam.
Beberupa merozoit berkembang menjadi gametosit. Gametosit yang
masak mengisi sebagian besar eritrosit yang membesar (10 mikron).
Sementara mikrogametosit terlihat lebih kecil dan biasanya hanya terlihat
sedikit dalam eritrosit. Gametosit memerlukan 4 hari untuk masak.
Perbandingan antara makrogametosit
dengan mikrogametosit adalah 2:1, dan
salah satu sel darah kadang diisi
keduanya (makro dan mikro) dan skizon.
Dalam nyamuk terjadi proses
pembentukan zigot, ookinete, dan
ookista dengan ukuran 50 mikron dan
memproduksi 10.000 sporozoit.
Terlalu banyak ookista dapat
membunuh nyamuk itu sendiri
sebelum ookista berkembang menjadi
sporozoit.
3. Plasmodium ovale
Plasmodium ovale adalah spesies protozoa parasit yang memicu
malaria ovale pada manusia. Spesies ini berhubungan dekat dengan Plas-
modium falciparum dan Plasmodium
vivax, yang memicu kebanyakan
penyakit malaria. Parasit ini lebih
langka daripada dua parasit lainnya,
dan tidak berbahaya seperti Plasmo-
dium falciparum.
Penyakit yang disebabkan infeksi
parasit ini disebut malaria tertiana
ringan dan merupakan parasit malaria
yang paling jarang pada manusia.
Biasanya penyakit malaria ini tersebar
di daerah tropika, tetapi telah
Perkembangan Plasmodium vivax
Sumber: ib.ptb.de.
Plasmodium ovale dalam darah
dilaporkan di daerah Amerika Serikat dan Eropa. Penyakit ini banyak
dilaporkan di daerah pantai Barat Afrika yang merupakan lokasi asal
kejadian, penyakit berkembang ke daerah Afrika Tengah dan sedikit kasus
di Afrika Timur. Juga telah dilaporkan kasus di Filipina, New Guenia, dan
Vietnam. Plasmodium ovale sulit didiagnosis karena memiliki kesamaan
dengan Plasmodium vivax.
Skizon yang masak berbentuk oval dan mengisi separuh dari sel darah
hospes. Biasanya akan terbentuk 8 merozoit, dengan kisaran antara 4-16.
Bentuk titik (dot) terlihat pada awal infeksi ke dalam sel darah merah.
Bentuknya lebih besar daripada Plasmodium vivax dan bila diwarnai
terlihat warna merah terang.
Gametosit dari Plasmodium ovale memerlukan lebih lama dalam
darah perifer daripada malaria lainnya. Tetapi mereka cepat dapat
menginfeksi nyamuk secara teratur dalam waktu 3 minggu setelah infeksi.
4. Plasmodium malariae
Plasmodium malariae adalah protozoa parasit yang memicu
penyakit malaria malariae pada manusia dan hewan. Plasmodium malariae
berhubungan dekat dengan Plasmodium falciparum dan Plasmodium
vivax yang memicu kebanyakan infeksi malaria.
Infeksi parasit Plasmodium malariae disebut juga malaria quartana
dengan terjadinya krisis penyakit setiap 72 jam. Hal tersebut dikenali sejak
zaman Yunani karena waktu demam berbeda dengan parasit malaria
tertiana. Pada tahun 1885 Golgi dapat membedakan antara demam karena
penyakit malaria tertiana dengan quartana dan memberikan deskripsi yang
akurat dimana parasit tersebut diketahui sebagai Plasmodium malariae
Plasmodium malariae adalah parasit kosmopolitan, tetapi
distribusinya tidak kontinu di setiap lokasi. Parasit sering ditemukan di
daerah tropika Afrika, Birma, India, Srilanka, Malaysia, Indonesia, New
Guenia, dan Eropa. Di samping itu, tersebar di daerah baru seperti Ja-
maica, Guadalope, Brazil, Panama, dan Amerika Serikat. Diduga parasit
menyerang orang di zaman dulu. Dengan berkembangnya peradapan dan
migrasi penduduk, kasus infeksi juga menurun.
Skizogoni eksoeritrosit terjadi dalam waktu 13-16 hari dan relaps
terjadi sampai 53 tahun. Bentuk eritrosit berkembang lambat di dalam
darah dan gejala klinis terjadi sebelumnya, dan mungkin ditemukan parasit
dalam ulas darah. Bentuk cincin kurang motil daripada Plasmodium vivax,
sementara ektoplasma lebih tebal. Bentuk cincin yang pipih dapat bertahan
sampai 48 jam, yang akhirnya berubah bentuk memanjang menjadi bentuk
“band” yang mengumpulkan pigmen di pinggirnya. Nukleus membelah
menjadi 6-12 merozoit dalam waktu 72 jam. Tingkat parasitemianya relatif
rendah sekitar 1 parasit tiap 20.000 sel darah. Rendahnya jumlah parasit
tersebut berdasarkan fakta bahwa merozoit hanya menyerang eritrosit
yang tua yang segera hilang dari peredaran darah karena didestruksi secara
alamiah.
Gametosit mungkin berkembang dalam organ internal, bentuk
masaknya jarang ditemukan dalam darah perifer. Mereka berkembang
sangat lambat untuk menjadi sporozoit infektif.
Sejak 1638, malaria sudah ditangani dengan memakai getah batang
pohon Cinchona yang dikenal sebagai kina (sebenarnya beracun) untuk
menekan pertumbuhan protozoa dalam jaringan darah. Pada 1930, ahli obat-
obatan Jerman berhasil menemukan Atabrine (quinacrine hydrocloride)
yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine dan kadar racunnya lebih
rendah. Sejak akhir perang dunia kedua, klorokuin dianggap lebih mampu
menangkal dan menyembuhkan demam rimba secara total dan lebih efektif
menekan jenis-jenis malaria tanpa perlu digunakan secara terus-menerus,
dibandingkan Atabrine atau quinine. Obat itu juga mengandung kadar racun
paling rendah daripada obat-obatan terdahulu.
Tetapi, baru-baru ini strain Plasmodium falciparum, organisme yang
memicu malaria tropika memperlihatkan adanya daya tahan
terhadap klorokuin serta obat antimalaria sintesis lainnya. Strain jenis ini
ditemukan terutama di Vietnam, di Semenanjung Malaysia, Afrika, dan
Amerika Selatan. Kina juga semakin kurang efektif terhadap strain Plas-
modium falciparum. Seiring dengan munculnya strain parasit yang kebal
terhadap obat-obatan itu.
Fakta menunjukkan bahwa beberapa jenis nyamuk pembawa
(Anopheles) telah memiliki daya tahan terhadap insektisida seperti DDT.
Dengan demikian mengakibatkan peningkatan jumlah kasus penyakit ma-
laria di beberapa negara tropis. Sebagai akibatnya, kasus penyakit ma-
laria juga mengalami peningkatan pada para turis dari Amerika dan Eropa
Barat yang datang ke Asia dan Amerika Tengah dan juga di antara
pengungsi-pengungsi dari daerah itu. Para turis yang datang ke tempat
yang dijangkiti penyakit malaria yang tengah menyebar dapat diberikan
obat antimalaria seperti profilaksis (obat pencegah).
Obat-obat pencegah malaria seringkali tetap digunakan hingga
beberapa minggu setelah kembali dari bepergian. Mefloquine telah
dibuktikan efektif terhadap strain malaria yang kebal terhadap klorokuin,
baik sebagai pengobatan ataupun sebagai pencegahan. Tetapi, obat itu
saat ini sedang diselidiki, apakah dapat menimbulkan efek samping
merugikan. Suatu kombinasi dari sulfadoxine dan pyrimethamine
digunakan untuk pencegahan di daerah-daerah yang terjangkit malaria
yang telah kebal terhadap klorokuin. Sementara itu, proguanil digunakan
hanya sebagai pencegahan.
Saat ini, para ahli tengah berusaha untuk menemukan vaksin untuk
malaria. Beberapa vaksin yang dinilai memenuhi syarat, kini sedang diuji
coba klinis untuk keamanan dan keefektifan dengan memakai
sukarelawan. Sementara itu, ahli lainnya sedang berupaya untuk
menemukan vaksin untuk penggunaan umum. Penyelidikan pun sedang
dilakukan untuk menemukan beberapa obat dengan bahan dasar artemisin
yang digunakan ahli obat-obatan Cina untuk menyembuhkan demam.
Bahan itu terbukti efektif terhadap Plasmodium falciparum, tapi masih
sangat sulit untuk diperbanyak jumlahnya.
Upaya penanggulangan juga dilakukan dengan pencarian penderita,
yaitu dengan mass fever survey (pemeriksaan massal penderita demam)
dilanjutkan pengobatan massal, penyuluhan, pemberantasan vektor ma-
laria, yaitu nyamuk Anopheles sp. Pemberantasan nyamuk itu bisa
dilakukan dengan penyemprotan insektisida ICON 10 WP, seperti yang
dilakukan di Banyumas, Pegunungan Menoreh, dan Kedu.
Penduduk negara-negara yang umumnya masih terbelakang
menemukan cara baru yang murah dan efektif dalam memerangi nyamuk
Anopheles sp. Mereka memanfaatkan binatang peliharaan, seperti sapi
yang diolesi insektisida. Metode itu dilakukan lantaran nyamuk malaria
menyukai binatang. Anopheles sendiri mencari makanan dengan mengisap
darah binatang dan hanya sesekali memangsa manusia.
Uji coba kemudian dilakukan di enam kamp penampungan para
pengungsi Afganistan di Provinsi Lembah Hangu, Pakistan. Para pengungsi
mengolesi sapinya dengan deltametrin selama tiga kali musim malaria.
Hasilnya, cara ini sama efektifnya dengan penyemprotan rumah. Kelebihannya,
biayanya 80 persen lebih murah. Cara ini pun lebih mudah dan aman bagi
penduduk. Bukan hanya itu, juga ditemukan keuntungan lainnya, yaitu
insektisida juga terbukti dapat membasmi kutu hewan, sehingga hewan itu
semakin gemuk dan menghasilkan lebih banyak susu. Kelebihan lainnya adalah
insektisida itu terbukti tidak mengontaminasi daging sapi.
Mendengar metode itu, WHO menyambutnya dengan baik dan
mengusulkan agar diterapkan di negara-negara Asia tropis. Tetapi,
Rowland mengingatkan, cara itu hanya tepat jika jenis nyamuknya suka
dengan binatang dan terutama mencari makanan dengan mengisap darah
sapi. Di Afrika misalnya, cara itu mungkin tidak dapat diterapkan karena
jenis nyamuknya berbeda.
Tujuan pengobatan malaria adalah menyembuhkan penderita,
mencegah kematian, mengurangi kesakitan, mencegah komplikasi dan
relaps, serta mengurangi kerugian sosial ekonomi (akibat malaria).
Tentunya, obat yang ideal adalah yang memenuhi syarat sebagai berikut.
a. Membunuh semua stadium dan jenis parasit.
b. Menyembuhkan infeksi akut, kronis, dan relaps.
c. Toksisitas dan efek samping sedikit.
d. Mudah cara pemberiannya.
e. Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan warga .
Sayangnya, dalam pengobatan didapatkan hambatan operasional dan
teknis. Hambatan operasional itu adalah sebagai berikut.
a. Produksi obat, penggunaan obat-obatan dengan kualitas kurang baik,
bahkan obat palsu.
b. Distribusi obat tidak sesuai dengan kebutuhan atas indikasi kasus di
puskesmas.
c. Kualitas tenaga kesehatan, pemberian obat tidak sesuai dengan dosis
standar yang telah ditetapkan.
d. Kesadaran penderita, penderita tidak minum obat sesuai dengan dosis yang
dianjurkan (misal, klorokuin untuk tiga hari, hanya diminum satu hari saja).
Sementara itu, hambatan teknisnya adalah gagal obat atau resistensi
terhadap obat.
B. Isospora
Isospora adalah genus parasit yang
diklasifikasikan di bawah Coccidia. Isos-
pora dapat memicu penyakit
isosporiasis. Isosporiasis adalah
penyakit pada usus manusia yang
disebabkan oleh parasit Isospora belli.
Penyakit ini dapat ditemui di seluruh
dunia, terutama di daerah tropis dan
nontropis. Infeksi sering muncul pada
individu dengan sistem imun yang
tenggang, terutama pasien AIDS.
C. Toxoplasma Gondii
Toxoplasma gondii adalah hewan bersel satu yang disebut protozoa.
Protozoa ini merupakan parasit pada tubuh hewan dan manusia. Toxo-
plasmosis dikategorikan sebagai penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang
dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Toxoplasma gondii merupakan parasit yang menumpang hidup pada
hewan, seperti anjing, kucing, kambing, babi, dan kelinci. Kita dapat
terinfeksi parasit toxoplasma ini jika mengonsumsi daging yang tidak
Ookista Isospora belli
matang dengan sempurna, sayur, dan buah-buahan mentah yang tidak
dicuci bersih, dan berjalan tanpa alas kaki di permukaan tanah yang telah
tercemar parasit tersebut.
Sebagian besar Toxoplasma gondii berada dalam tiga bentuk utama, yaitu
ookista, tachyzoit, dan bradizoit. Ookista hanya terbentuk dalam usus inang
definitif, yaitu bangsa kucing. Ookista dikeluarkan melalui feses. jika tertelan
oleh manusia atau hewan lain, berkembang menjadi tachyzoit (tropozoit). Bentuk
ini merupakan bentuk yang dapat memperbanyak diri dengan cepat.
Walaupun bersifat patogen, Toxoplasma gondii tidak selalu
memicu keadaan patologik pada hospesnya. Penderita dengan
kekebalan tubuh yang kuat jika
terinfeksi Toxoplasma gondii pada
umumnya tidak mengalami keadaan
patologik yang nyata walaupun pada
beberapa kasus dapat juga mengalami
pembesaran kelenjar limfa, rasa lelah
yang berlebihan, miokarditis akut,
miositis, hingga radang otak. Toxo-
plasmosis akan memberikan kelainan
yang nyata pada penderita yang
mengalami penurunan imunitas yang
berat seperti halnya penyakit
keganasan, terinfeksi HIV-AIDS atau
Daging yang tidak matang merupakan salah
satu sumber Toxoplasma gondii
penderita yang mendapatkan obat imunosupresan karena Toxoplasma
gondii akan dapat berkembang biak secara cepat tanpa dapat
dikendalikan oleh kekebalan tubuh hospes.
Manifestasi toxoplasmosis yang lebih serius adalah jika infeksi
terjadi pada masa kehamilan. Parasit dapat masuk ke dalam tubuh janin
melalui plasenta janin yang tentunya belum memiliki kekebalan yang
cukup. Dengan demikian, janin mudah terinfeksi parasit yang
mengakibatkan terjadinya abortus, lahir mati, lahir hidup dengan hidro
atau mikrosefalus, gangguan motorik, kerusakan retina dan otak, serta
tanda-tanda kelainan jiwa.
Penanggulangan Toxoplasmosis memerlukan pendekatan secara
menyeluruh dengan memperhatikan faktor hospes dan parasitnya sendiri. Salah
satu faktor hospes yang penting untuk
menghadapi infeksi Toxoplasma adalah
faktor imunitas. Imunitas yang kuat
merupakan proteksi terhadap infeksi Toxo-
plasma gondii karena parasit ini tidak akan
memicu kelainan yang serius pada
hospes dengan status imun yang baik. Oleh
karena itu, pemahaman aspek mekanisme
imunitas yang bersifat protektif terhadap
Toxoplasma gondii perlu diperdalam agar
dapat memberikan terapi kuratif maupun
preventif yang lebih baik kepada penderita
Toxoplasmosis. Selain itu, aspek biologik
parasit terutama morfologi, siklus hidup dan
cara penularan serta epidemiologi Toxo-
plasma gondii harus dikuasai dengan baik
agar lebih tepat untuk melakukan
penanggulangan toxoplasmosis.
Mencuci buah dan sayuran sebelum
dikonsumsi dapat mencegah penularan
Toxoplasma gondii
bakteri: makhluk hidup terkecil bersel tunggal, terdapat di mana-mana,
dapat berkembang biak dengan kecepatan luar biasa dengan jalan
membelah diri, ada yang berbahaya dan ada yang tidak, dapat
memicu peragian, pembusukan, dan penyakit
difusi: percampuran gas atau zat cair di luar daya mekanik
ekskresi: pengeluaran atau pembuangan ampas hasil metabolisme yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh
enzim: molekul protein yang kompleks yang dihasilkan oleh sel hidup
dan bekerja sebagai katalisator dalam berbagai proses kimia di
dalam tubuh makhluk hidup
fosil: sisa tulang belulang binatang atau sisa tumbuhan zaman purba yang
telah membatu dan tertanam di bawah lapisan tanah
granula: bulatan kecil-kecil seperti butir padi
herbivor: hewan pemakan tumbuh-tumbuhan
heterotrof: memiliki sifat memperoleh makanan dan energi dari
sumber organik
infeksi: pengembangan penyakit (parasit) dalam tumbuhan
karnivor: hewan pemakan daging (seperti anjing, kucing)
klorofil: zat penghijauan tumbuhan (terutama pada daun) yang
terpenting dalam proses fotosintesis
konjugasi: pemanduan gamet yang serupa, yang kemudian
menggabungkan intinya
konsumen: pemakai barang hasil produksi (makanan)
membran: lapisan pemisah tipis antara dua fase cair yang berbeda yang
mempengaruhi peralihan molekul dan ion
metabolisme: pertukaran zat pada organisme yang meliputi proses fisika
dan kimia pembentukan dan penguraian zat di dalam badan yang
memungkinkan berlangsungnya hidup
mikroorganisme: makhluk hidup sederhana yang terbentuk dari satu
atau beberapa sel yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop,
berupa tumbuhan atau hewan yang biasanya hidup secara parasit
atau saprofit, misalnya bakteri, kapang, ameba
mikroskop: alat untuk melihat benda yang tidak dapat dilihat dengan
mata biasa (seperti kuman-kuman)
organisme: segala jenis makhluk hidup (tumbuhan, hewan, dan
sebagainya)
osmosis: percampuran dua macam cairan melalui dinding sel atau selaput
(yang banyak porinya)
parasit: organisme yang hidup dan mengisap makanan dari organisme
lain yang ditempelinya
plankton: organisme laut (tumbuhan dan hewan) yang sangat halus,
kebanyakan mikroskopis, melayang di dalam air laut, dan
merupakan makanan utama ikan
ruminansia: hewan pemamah biak (seperti lembu, biri-biri, dan domba)
saprofit: organisme yang hidup dan makan dari bahan organik yang
sudah mati atau yang sudah busuk
sel: bagian atau bentuk terkecil dari organisme, terdiri atas satu atau
lebih inti, protoplasma, dan zat-zat mati yang dikelilingi oleh
selaput sel
selulosa: polisakarida yang dihasilkan oleh sitoplasma sel tanaman yang
membentuk dinding sel
sitoplasma: protoplasma suatu badan sel di luar nukleusnya
spesies: satuan dasar klasifikasi biologi
taksonomi: cabang biologi yang menelaah penamaan, perincian, dan
pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan
pembedaan sifatnya