obat 52

 


ap pemasukan glukosa (sewaktu makan). 

Dengan demikian selama 24 jam tercapai 

regulasi gula darah optimal yang mirip pola 

normal. 

Resorpsi dari usus praktis lengkap, PP di 

atas 99%, plasma-t½ ±10 jam, khasiatnya 

dapat bertahan sampai 24 jam. Dalam hati 

zat ini dirombak menjadi metabolit kurang 

aktif, yang diekskresi sama rata lewat urin 

dan feses.

Dosis: permulaan 1 dd 2,5-5 mg, bila perlu 

dinaikkan setiap minggu sampai maksimal 2 

dd 10 mg.

* Glipizida (Aldiab, Glibinese, Glucotrol XL)

yaitu  derivat pirazin dari glibenklamida 

yang juga termasuk generasi ke-2 (1971). 

Khasiat hipoglikemik dan pola kerjanya 

sama dengan glibenklamida; daya kerjanya 

bertahan 12-24 jam, walaupun plasma-t½ 

hanya 2-4 jam. Dosis: 1 dd 2,5-5 mg ½ jam a.c., 

maksimal 3 dd 15 mg.

* Glikidon (Glurenorm) yaitu  derivat metil 

(1975) dari glibenklamida yang ±3 kali 

lebih lemah daripada glibenklamida. Risiko 

hipoglikemia juga lebih ringan. Dosis: 1 dd 15 

mg pada waktu makan pagi, maksimal 2 dd 

30 mg d.c.

* Glucovance: glibenklamid + metformin

* Gliclazide: Diamicron MR 60

2. K-CHANNEL BLOCKERS

2a. Repaglinida: Novonorm, Dexanorm

Termasuk kelompok carbamoylmethyl-benzoic acid (CMBA, 1998). Bekerja sesuai suatu 

mekanisme khusus, yaitu memicu pelepasan 

insulin dari pankreas segera sesudah makan. Insulin yang dilepaskan cukup untuk menurunkan kadar glukosa darah seusai makan. 

dipakai sebagai obat tunggal pada diabetes tipe-2 atau bersama metformin untuk 

memperkuat efeknya. Harus diminum tepat 

sebelum makan; sebab  resorpsinya cepat dan 

tuntas kadar darah puncak tercapai dalam 

1 jam. BA 63%, PP 98%, t½1 jam dan dalam 

hati dirombak menjadi metabolit inaktif yang 

diekskresi terutama melalui feses. 

Efek samping yang terpenting sama dengan 

antidiabetika oral lainnya (hipoglikemia). Juga 

gangguan visus, lambung-usus dan reaksi 

alergi. 

Dosis: 3-4 dd 1-2 mg ½ jam a.c.

*Nateglinida (Starlix) yaitu  derivat (1999) 

dengan khasiat, pemakaian  dan sifat-sifat 

yang kurang lebih sama. Dosis: 3 dd 60 mg 

a.c., maksimal 3 dd 180 mg.

3. BIGUANIDA

3a. Metformin: Glucophage, Diabex

Zat ini yaitu  derivat dimetil dari 

kelompok biguanida (1959) yang berkhasiat 

memperbaiki sensitivitas insulin, terutama 

menghambat pembentukan glukosa dalam 

hati serta menurunkan kolesterol-LDL dan

trigliserida. Lagipula berkhasiat menekan 

nafsu makan dan —berbeda dengan sulfonilurea— tidak meningkatkan berat badan. 

Oleh sebab  itu dipakai pada DB tipe 2 

sebagai monoterapi pilihan pertama bagi 

terutama pasien (sangat) gemuk. 

Dengan daya kerja supresi produksi dan 

penyerapan glukosa, fluktuasi gula darah 

menjadi lebih kecil dan nilai rata-ratanya 

menurun. Mekanisme kerja ini mirip dengan 

efek serat gizi, lihat Bab 54, Dasar-dasar diet 

sehat. Khusus dipakai pada diabetes tipe-

2 bila diet tunggal tidak mencukupi.

Resorpsi dari usus tidak lengkap, BA 50-

60%, PP rendah. Praktis tidak dimetabolisasi 

dan diekskresi utuh lewat urin. Plasma-t½ 3-6 

jam.

Efek samping pada awal terapi agak sering 

(20%) terjadi dan berupa gangguan alat pencernaan, antara lain mual, muntah, diare dan 

anorexia, terutama pada dosis di atas 1,5 g/

hari. Jarang sekali terjadi acidosis asam laktat

yang mengancam jiwa, terutama lansia30. 

Oleh sebab  itu pasien di atas 60 tahun 

sebaiknya jangan diberi metformin sebagai 

terapi permulaan. Rasa logam di mulut 

adakalanya dialami, risiko hipoglikemia 

sangat kecil.

Kehamilan dan laktasi. Berhubung kekurangan data mengenai keamanannya, maka metformin tidak dianjurkan selama kehamilan dan laktasi. Sebagai gantinya yaitu  

insulin parenteral.

Dosis: 3 dd 500 mg atau 2 dd 850 mg d.c. 

Bila perlu berangsur-angsur dinaikkan dalam 

waktu 2 minggu sampai maksimal 3 dd 1 g.

4. PENGHAMBAT GLUCOSIDASE

4a. Akarbose:Glucobay

Senyawa tetra-maltosa ini berasal dari 

kuman (1990) dan berbeda cara kerjanya 

dengan antidiabetika lain. Dalam duodenum, zat ini berkhasiat menghambat enzim 

glucosidase (maltase, sukrase, glukoamilase)

yang perlu untuk perombakan di/polisakarida

dari makanan menjadi monosakarida. Dengan 

demikian, pembentukan dan penyerapan 

glukosa diperlambat, sehingga fluktuasi gula darah menjadi lebih kecil dan nilai rataratanya menurun.. Di AS sejak tahun 1994, 

zat ini juga dipakai pada obesitas, untuk 

menguruskan pasien  gemuk. 

Resorpsi dari usus buruk, hanya ±2 % dan 

naik sampai ±35% setelah enzimatis dirombak 

oleh kuman usus. Ekskresi berlangsung cepat 

lewat urin.

Efek samping yang tersering berupa terbentuknya banyak gas di usus (beserdawa, kentut)

dan kejang usus. Efek-efek ini diakibatkan 

oleh penumpukan hidratarang yang tidak 

dicerna dalam colon dan peningkatan penguraiannya oleh flora usus dengan antara 

lain pembentukan gas. Selain itu terjadi diare 

pada dosis lebih tinggi dan bila dipakai 

bersamaan dengan gula. Biasanya efek ini 

berkurang dalam waktu beberapa minggu/

bulan. Tidak mengakibatkan hipoglikemia 

sebab  tidak merangsang sekresi insulin 

endogen.

Interaksi. Makanan yang mengandung gula 

(sakarosa) meningkatkan risiko efek samping. 

Obat-obat lambung (antasida, enzim cerna, adsorbensia), laksansia dan kolestiramin

dapat mengurangi daya kerja akarbose. Resorpsi obat-obat lain berkurang bila terjadi 

diare sebagai efek samping. Berhubung dengan daya kerjanya yang kurang kuat dan 

efek samping tersebut, maka pemakaian nya 

tidak dianjurkan.

Dosis: permulaan 3 dd 50 mg langsung 

sebelum makan, bila perlu dinaikkan setelah 

1-2 minggu sampai maksimal 3 dd 100 mg.

4b. Miglitol (Diastabol) yaitu  derivat piperidintriol (1995) yang memiliki khasiat 

sama dengan akarbose, namun  resorpsinya 

dari saluran cerna jauh lebih baik (60-90%). 

Oleh sebab  itu efek sampingnya terhadap 

lambung-usus berkurang.

Dosis: permulaan 3 dd 50 mg a.c., berangsurangsur dinaikkan dalam waktu 4-12 minggu 

menjadi dosis pemeliharaan 3 dd 100 mg.

5. TIAZOLIDINDION

5a. Rosiglitazon: Avandia, *Avandamet 1999

Senyawa tiazolidindion ini (1997) memperbaiki sensitivitas insulin di antara lain 

jaringan lemak, otot kerangka dan dalam hati. 

Juga penyerapan glukosa perifer. Zat ini tidak 

mendorong pankreas untuk meningkatkan 

pelepasan insulin, seperti sulfonilurea. Karena efek protektif ini terhadap fungsi sel 

beta, obat ini mungkin dapat menghindari 

komplikasi makrovaskuler diabetes jangka 

panjang (retinopathy, nefropathy, neuropathy)

(Schoonjans K. Thiazolidinedions: an update. 

Lancet 2000;355:1008-10). 

pemakaian  terutama pada pasien tipe-2

dalam kombinasi dengan metformin (pada 

pasien  gemuk) atau dengan sulfonilurea untuk mengoptimalisasi regulasi glukosa darah.

Mekanisme kerja. Zat ini yaitu  agonis 

PPAR-gamma (peroxisome proliferator activated 

receptor). PPAR yaitu  suatu kelompok 

faktor transkripsi (alfa, beta dan gamma), 

yang berperan pada pemasakan adiposit 

(sel lemak) dan ekspresi dari gen-gen yang 

bertalian dengan metabolisme intermedier. 

Schimmel KJM. Rosiglitazon, de nodige reserve? 

Pharm Sel 2000;16: 144-8). 

Efeknya yaitu  peningkatan sensitivitas 

adiposit bagi insulin, sehingga kapasitas penimbunannya bagi glukosa dan lipida diperbesar, dengan kenaikan HD. PPAR–gamma 

terutama ada  di adiposit, lebih sedikit di 

sel-sel hati dan jaringan otot. 

Resorpsi baik sekali, BA 99%, masa paruh 

3-4 jam. Dalam hati dirombak menjadi a.l. 

para-hidroksisulfat yang mungkin aktif juga. 

Ekskresi berlangsung melalui feses dan urin. 

Hanefeld M. Pharmacokinetics and clinical efficacy of pioglitazone. Int J Clin Pract Suppl 

2001;121:19-25. 

Efek samping utama yaitu  meningkatnya 

berat badan akibat retensi air, yang diperkuat oleh kombinasi dengan insulin atau 

NSAID. Oleh sebab  itu kombinasi ini tidak 

dianjurkan dan pasien gagal jantung tidak 

diperbolehkan minum obat ini. Fungsi hati 

perlu dipantau berhubung adanya risiko 

kerusakan hati, yang baru dapat timbul setelah 6 bulan dan bersifat reversibel (Ph Wkbl 

2004;139:1065).

Efek samping lainnya (2007) yaitu  meningkatnya risiko untuk infark jantung.

Dosis: bersama metformin atau sulfonylurea, 1-2 dd 4 mg ac atau pc.

* Pioglitazon(Actos) yaitu  derivat (1999) 

dengan khasiat dan pemakaian  yang sama. Resorpsi dari usus baik dengan BA 

>80%, masa paruh 16-24 jam dan diekskresi 

melalui urin dan feses. Khasiat maksimal 

baru tercapai setelah 6-8 mingu. Efek toksik 

reversibel terhadap hati sudah nampak 

sesudah 2-3 minggu, maka perlu pemantauan 

teratur sejak dini. 

Efek samping yang serius terutama terhadap jantung dan pembuluh (a.l. udema, 

gagal jantung) dan risiko meningkat untuk 

fraktur terutama pada pemakaian  jangka 

lama.

Dosis: 1 dd 15-30 mg a.c atau pc.

* Troglitazon yaitu  glitazon pertama (1996) 

yang telah ditarik dari peredaran di A.S pada 

bulan Maret 2000 sebab  merusak hati secara 

irreversibel dan fatal, namun  di Jepang masih 

dipasarkan.

6a. Sitagliptin fosfat (Januvia)

dipakai sebagai monoterapi atau dikombinasi dengan metformin atau pioglitazon, bila obat-obat ini kurang efektif.H. Croonen et al. Januvia en Galvus, top of flop? 

Pharm.Wkbl 2007;142:24-7.

*Janumet: sitagliptin 50 + metformin 500 mg

6b. Vildagliptin (Galvus)

Absorpsi cepat dengan BA ±85% dan dimetabolisasi menjadi metabolit tidak aktif. 

T½ ± 3 jam.

Efek samping tremor, sakit kepala, pusing, 

gangguan hati, bertambah berat badan dan 

hipoglikemi.

Dosis: 1-2 dd 50 mg dalam kombinasi 

dengan antidiabetika lain.

* Eucreas/Galvusmet: vildagliptin 50 + metformin 850 mg/1000 mg

6c. Exenatide(Byetta, Bydureon)

yaitu  peptida dengan 39 asam amino dan 

bukan merupakan antidiabetikum oral, namun  

untuk pemakaian  parenteral (s.k.) dalam 

kombinasi dengan metformin dan/atau suatu derivat sulfonilureum, bila dengan obatobat oral ini tidak berhasil mengontrol kadar 

gula dengan optimal. 

Bekerja sebagai incretinmimeticum, mengaktifkan reseptor GLP-1, meningkatkan sekresi insulin dan menghambat sekresi glukagon. dipakai sebagai penurun kadar 

gula darah bagi penderita diabetes tipe-2. T½ 

2,4 jam.

Efek samping: hipoglikemia, sakit kepala, 

pusing, gagal ginjal dan gangguan saluran 

cerna.

Dosis: s.k. 2 dd 5 mcg, setelah sebulan dapat 

dinaikkan menjadi 2 dd 10 mcg.

6d. Liraglutide(Victoza)

Analog peptida GLP-1 yang diproduksi 

melalui teknologi rekombinan DNA pada 

Saccharomyces cerevisae. Mengikat pada reseptor GLP-1 dan mengakitivasinya dengan 

akibat peningkatan cAMP.

Pada kadar glukose darah tinggi sekresi 

insulin ditingkatkan dan pelepasan glukacon 

dikurangi.

Sebaliknya pada keadaan hipoglikemi, 

sekresi insulin dikurangi sedangkan sekresi 

glukagon tetap.

Mengurangi rasa lapar dan berefek sekitar 

24 jam.

dipakai sebagai injeksi subkutan pada DB tipe-2 dalam kombinasi dengan metformin atau derivat sulfonilureum/thiazolidindion bila monoterapi tidak dapat mengontrol kadar gula.

dipakai pada pasien dengan BMI > 35 

kg/m2 terutama berkat efek menurunkan 

berat badan.

Dosis: permulaan s.k. 1 dd 0,6 mg dan 

setelah minimal 1 minggu dinaikkan menjadi 

1 dd 1,2 mg. 

Efek samping: terutama mual dan diare, 

gangguan saluran cerna, sakit kepala dan 

pusing.

*Liraglutide (Saxenda): obat ini dengan 

nama paten Saxenda diusulkan penggunaanya terhadap obesitas kronis bagi pasien 

yang juga menderita gangguan lain akibat 

berat badannya, contoh  hipertensi. Dosis: 

1dd 3 mg parenteral.

7. LAINNYA

7a. Asam liponat: alpha-lipoic acid, thioctic acid

Derivat ditiolan ini (C3

S2

H5

-C4

H8

-COOH) 

yaitu  suatu antioksidan alamiah, yang 

pada eksperimen hewan telah diselidiki 

efektivitasnya terhadap neuropathy diabetes. 

Berefek antioksidans kuat dan mengurangi stres oksidatif, di samping meningkatkan

sensivitas bagi insulin, juga memperbaiki 

penyaluran darah ke saraf perifer dan 

memperlancar laju transmisi impuls di saraf. 

Zat ini pada tikus dapat mencegah terjadinya tipe-1. Sejak 1996 di Jerman dipakai 

untuk menanggulangi keluhan neuropati pada penderita diabetes tipe-2, seperti nyeri 

dan kesemutan (paraesthesia). Cara kerjanya 

diperkirakan berdasar  efek antioksidansnya, yaitu mampu mencegah oksidasi 

dari zat-zat lain (Diab Care 1995; 18: 1160-7).

Contoh antioksidansia lain yaitu  senyawa 

faal endogen vitamin A dan E, katalase, SOD 

(superoksidedismutase) dan glutationperoksidase,

yang berfungsi menghindari oksidasi jaringan tubuh. Ternyata bahwa pasien diabetes 

mengalami lebih banyak oksidasi jaringan 

dibandingkan dengan pasien  sehat, sehingga 

pada mereka ada  “oxidative stres “ yang 

lebih besar.Khasiat antioksidans liponat berdasar  

reduksinya dalam hati menjadi dihidroliponat, 

yang memiliki 4 sifat penting, yaitu:

– “menangkap” logam yang dapat bekerja 

sebagai katalisator bagi radikal oksigen;

– menginaktifkan radikal bebas yang berperan 

bagi stres oksidatif;.

– mereduksi kembali antioksidansia lain yang 

sudah dioksidasi (regenerasi, “recycling’),

sehingga masa kerjanya sangat diperpanjang;

– dapat mereparasi kerusakan oksidatif sehingga bekerja menyembuhkan, berbeda 

dengan antioksidansia lain, yang hanya 

bekerja preventif. Sifat ini yaitu  sangat 

penting, sebab  memberikan kemungkinan untuk menangani penyakit lain, di 

mana bentuk stres oksidatif berperan 

penting, seperti kanker, penyakit jantung 

dan pembuluh, dementia, glaukoma dan 

asma. Beberapa penelitian telah menunjukkan manfaatnya pada demensia Alzheimer. Lihat juga Bab 28, C. Obat-obat 

Parkinson dan Demensia.

Dosis: oral 2-3 dd 100 mg. 

7b. Ekstrak Cinnamom : ZN112, ekstrak 

kayu manis cina20

Kayu manis mengandung zat-zat yang 

berkhasiat antidiabetik, yaitu prosianida oligomer, a.l. catechin dan/atau epicatechin. Zatzat ini berkhasiat memperkuat daya kerja 

insulin terhadap reseptor-reseptornya dengan faktor 20! Suatu penelitian21 antara 60 

pasien diabetes memperlihatkan bahwa 1-6 

g serbuk kayu manis dalam waktu 40 hari 

menurunkan kadar gula-darah dengan ratarata 23%, juga kolesterol dan trigliserida. 

Di kalangan komplementer* dewasa ini 

mulai dipakai ekstrak kering untuk 

memperbaiki pengendalian hiperglikemia 

dan juga untuk mengurangi risiko gangguan 

jantung pada penderita tipe-2.

Efek samping, Keamanan dari doses tinggi 

belum diteliti dengan saksama. Minyak 

cinnamon a.l. mengandung kumarin yang 

bersifat mengencerkan darah. 

Dosis: 1-2 dd 3 g ekstrak kering. 

*Dewasa ini lebih sering dipakai istilah 

kedokteran komplementer dari pada kedokteran alternatif, sebab  di beberapa negara 

(a.l. Belanda) timbul kecenderungan pada 

sebagian dokter untuk mempraktikkan cara 

pengobatan ini sebagai tambahan (melengkapi) di samping ilmu kedokteran reguler. 

Juga telah dicetuskan istilah CAM, yang 

berarti Complementary and Alternative Medicine.

7c.Glucose Tolerance Factor: GTF23 24

GTF yaitu  senyawa dengan 1 atom 

krom di pusat, dikelilingi oleh 2 molekul 

niasin dan 3 molekul asam amino (sistein, 

glutamin dan glisin). Krom bervalensi 6 

tidak ada  dalam alam dan sangat toksik. 

Elemen mikrospura krom trivalen diasup 

dengan makanan dan berefek memperkuat 

kerja insulin dan penting pada regulasi 

metabolisme hidratarang. Cara kerjanya 

diperkirakan sebagai berikut: GTF mengikat 

pada insulin serta pada reseptor-reseptor 

sel dan membantu pemasukan glukosa ke 

dalam sel sehingga kadarnya dalam darah 

menurun. Demikian dihindarkan terjadinya 

kadar glukosa tinggi yang kontinu dan 

dapat memicu diabetes mellitus-2. Glukosa 

berlebihan yang tidak dapat memasuki sel 

akan terus bersirkulasi dalam darah dan 

akhirnya bisa memicu  efek buruk 

pada a.l. sel-sel retina mata dan arteriarteri. Monitoring yang baik dari glukosa 

darah dapat menghindari aterosklerosis 

dan PJP. Krom juga berkhasiat antilipid 

(kolesterol+TG) dan meningkatkan sedikit 

HDL. dipakai pada resistensi insulin dan 

DM-2, lagi pula untuk prevensi kekurangan 

krom sedini mungkin.

Dalam tubuh pasien  Amerika ada  

rata-rata 6 mg krom, sedangkan populasi di 

Asia Tengah dan di Afrika memiliki masingmasing ±4 kali dan 2 kali lebih banyak dalam 

tubuhnya. Ternyata di A.S. setiap tahun 

±300.000 pasien  menderita diabetes, sedangkan di bagian dunia ini di atas lebih 

jarang insidensinya. Sebabnya diperkirakan 

bahwa pangan pasien  Amerika mengandung 

lebih sedikit krom akibat tanahnya yang 

miskin krom dan pangannya juga lebih 

dimurnikan. Defisiensi ada  pada lansia, 

penderita diabetes dan pasien -pasien  yang

mengonsumsi banyak karbohidrat dan gula. 

Resorpsi krom dalam usus buruk sekali, namun  

dari kompleks organiknya lebih baik ±10%, 

ekskresi terutama melalui feses. Menurut 

perkiraan tubuh membutuhkan minimal 

1-1,5 mcg krom sehari, yang diperoleh dari 

makanan dan minuman, terutama air jeruk 

(grape fruit), anggur (wine) dan ragi bir, lebih 

sedikit dari gula yang tidak dimurnikan, 

merica hitam, hati, keju dan wheat germ. Efek 

baik dari minuman anggur bagi penderita 

penyakit jantung kerapkali dilaporkan 

terutama di Prancis. Semula efek baik ini 

diduga ada hubungannya dengan kadar 

krom tinggi, yaitu ±100 mcg/gelas dari 250 

ml. namun  kini diketahui bahwa kandungan 

flavonoid dengan efek antioksidannya, yang 

memicu  efek baik ini.

Dosis: 1 dd 200-300 mcg krompikolinat 

(asam pikolinat = pyiridin carbonic acid)

Di tahun 2003 Cr-pikolinat dilarang peredarannya di AS (Food Standards Agency) sebab  in vitro dengan dosis tinggi 

memicu  kerusakan DNA pada hewan. 

Oleh sebab  itu perlu sangat berhati-hati 

dengan food supplemen ini.

7d. Dapagliflozin (Forxiga) per oral menurunkan kadar glukosa darah dengan mengurangi reabsorpsi glukosa di ginjal, sehingga glukosa diekskresi melalui urin dan 

kadarnya dalam plasma menurun. PP ± 91%, 

t

½ ± 13 jam dan diekskresi sebagai metabolit 

melalui urin (75%) dan feses.

Efek samping: infeksi saluran urin, dysuri, 

poliuri, mual dan pusing.

Dosis: 1 dd 5-10 mg.

8. Lainnya: 

alfa-liponzuur, (krom)pikolinat dan kayu manis

 B. ZAT-ZAT PEMANIS

Zat pemanis dipakai sebagai pengganti 

gula pasir (sakarosa) yang boleh dikonsumsi 

oleh pasien diabetes. Hal ini sebetulnya tidak 

mutlak perlu, sebab  menurut pendapat 

modern, diabetici diperbolehkan makan gula dalam batas-batas tertentu, lihat di atas. 

pasien  gemuk yang menjalani kur melangsingkan badan memakai  zat-zat pemanis ini.

ada  dua kelompok berdasar  nilai 

energinya, yaitu zat-zat yang menghasilkan 

kalori dan yang tidak.

a.Zat-zat berkalori: polialkohol ksilitol, sorbitol, manitol, maltitol dan laktitol, juga monosakarida fruktosa. Zat-zat manis ini menghasilkan energi yang nilainya lebih rendah 

dari sakarosa. Namun jumlah yang dikonsumsi perlu diperhitungkan dalam jatah 

kalori sehari. Lihat tabel di bawah ini.

b. Zat-zat tanpa kalori: aspartam, asesulfam, 

sakarin, siklamat dan steviosida. Sebetulnya 

aspartam berkalori sama dengan sakarosa 

(4 kcal/g), namun  sebab  200 x lebih manis 

hanya diperlukan sedikit sekali. Satu tablet 

aspartam sama manisnya dengan 1 gumpal 

gula dari 4 g dan mengandung hanya 0,3 

kcal (1 g = 17 kJ). Kombinasi dua zat pemanis 

sering kali dipakai sebab  menghasilkan 

sinergisme. 

* Steviosida (ekstrak Stevia). Di Jepang sejak 

25 tahun lalu tersedia zat pemanis steviosida, 

yang diperoleh dari daun Stevia rebaudiana 

Bertoni (‘honey leaf”), suatu tanaman berasal 

dari Paraguay dan Brasilia. Di AS steviosida 

sejak 1995 diizinkan oleh FDA sebagai food 

additive. Struktur diterpenglikosida ini mirip 

dengan hormon wanita estriol, namun  tidak 

memiliki aktivitas estrogen. Daya manisnya 

±300 kali gula putih, sukar larut dalam 

air (1:800) dan tahan pemanasan. Rasanya 

menyerupai liquorice (drop). Praktis tidak 

diserap oleh usus. Steviosida berdaya menstimulasi sekresi insulin pada hewan 

percobaan dan juga bersifat bakteriostatik.

* Sifat karsinogen. Di tahun 1970-an, siklamat 

dan sakarin dihubungkan dengan kanker 

kandung kemih dan membuat cacat janin 

(focomelia) pada hewan. Oleh sebab  itu di 

banyak negara pemakaian nya dibatasi 

sampai suatu dosis maksimal dan hanya 

untuk bahan makanan bagi diabetici. namun  

akhir tahun 1980-an dipastikan bahwa ke-

dua zat ini pada manusia tidak bersifat karsinogen. Mungkin kombinasi dari 

zat-zat ini dapat bekerja demikian. 

Juga aspartam di akhir tahun 1990-an di 

hubungkan dengan kanker otak, namun  FDA 

tidak memberikan reaksi terhadap tuduhan 

ini sebab  dianggap tidak serius.

* Kehamilan dan laktasi. Dari kebanyakan 

zat pemanis belum ada  cukup data 

mengenai keamanannya untuk wanita hamil 

dan bayi. Hanya sorbitol dianggap aman, juga 

dari aspartam,asesulfam dan siklamat belum 

pernah dilaporkan dapat memicu  kerusakan pada janin.Perhatian. Meskipun keamanan zat-zat pemanis sudah dipastikan dengan jelas, namun 

konsumsinya dalam jumlah besar pada jangka 

panjang dapat mengganggu metabolisme 

glukosa menurut suatu mekanisme tertentu. 

Akibatnya dapat timbul hiperinsulinisme dan 

hipoglikemia. Terlalu banyak insulin dapat 

menstimulasi penimbunan lemak, sedangkan 

kadar glukosa rendah mencetuskan perasaan 

lapar. Oleh sebab nya, pasien diabetes dan 

pasien  gemuk sebaiknya membatasi jumlah 

dan lamanya pemakaian  zat-zat pemanis 

ini sampai seminimalnya.

MONOGRAFI

1. Aspartam (Equal, Canderel, NutraSweet) 

yaitu  dipeptida dari dua asam amino, 

asam asparaginat dan ester-metil dari fenilalanin, yang ±200 kali lebih manis dari 

gula. Ditemukan secara kebetulan (serendipity) di AS (1965), sewaktu ahli kimia J. 

Schlatter meneliti suatu obat anti-ulcer dan 

menjilat jerijinya yang tercemar aspartam.

Tidak berasa pahit, namun  terurai pada 

pemanasan di atas 180°C, maka sebaiknya 

ditambahkan pada makanan setelah selesai 

dimasak. Dalam usus, zat ini dihidrolisis 

menjadi metanol, asam asparaginat dan 

fenilalanin, yang semuanya diserap ke dalam 

darah. Banyak dipakai dalam minuman 

“berkalori rendah”. Daya manis dari 1 tablet 

à 50 mg yaitu  sama dengan 1-2 gumpal gula 

dari 5 g, namun  nilai kalorinya dapat diabaikan 

( 1 g = 4.18 kcal seperti semua peptida) . 

Persetujuan registrasi FDA sering kali tertunda 

sebab  pertikaian mengenai keamanannya; 

pada tikus aspartam diperkirakan dapat 

memicu  kerusakan dan kanker otak.

Oleh sebab  itu baru setelah 10 tahun lebih 

diizinkan pemakaian nya dalam makanan 

dan minuman (1993). Namun demikian 

di AS ada  sekelompok pengguna 

yang terus berkukuh untuk mewujudkan 

pelarangan dari peredarannya, sebab  sendirinya telah mengidap berbagai keluhan 

neurologi dan lain-lain, yang diperkirakan 

akibat aspartam. Pada awal tahun 1999 

melalui Internet di AS telah disiarkan oleh 

sepasien  awam peringatan yang meresahkan 

mengenai neurotoksisitas aspartam yang 

dapat mengakibatkan kerusakan neuron 

di otak. Gejalanya dikatakan mirip dengan 

gejala MS (multiple sclerosis) dengan antara 

lain hilang ingatan, hilang rasa di tungkai, 

sukar berbicara dan nyeri sendi. Menurut 

pendapatnya, sindroma ini disebabkan oleh 

keracunan asam formiat (acidosis), yang 

dibentuk dari metanol pada perombakan 

aspartam. Formiat menghambat enzim oksidatif di mitochondria, dengan efek hipoksia 

dan turunnya produksi energi (ATP) dalam sel. Ungkapan ini sangat mustahil, 

sebab  kuantitas metanol dan formiat yang

dilepaskan oleh beberapa tablet aspartam 

dari 50 mg yaitu  sangat kecil untuk dapat 

memicu  intoksikasi. Lagi pula sekian 

banyaknya studi mengenai toksisitas aspartam, secara ilmiah tidak dapat membenarkan tuduhan ini. Persamaan reaksi dari perombakan aspartam yaitu  sebagai berikut: 

aspartam ––> CH3

OH ––> HCOOH ––>

CO2

 + H2

O

Efek samping yang tersering timbul pada 

dosis tinggi dapat berupa nyeri kepala dan 

lambung, pusing, mual, muntah dan perubahan suasana jiwa, lebih jarang reaksi 

alergi dan serangan epilepsi. Adakalanya 

aspartam dalam Cola light dapat mencetuskan serangan migrain. Tidak boleh diberikan pada anak-anak dan wanita hamil 

dengan fenilketonuria (PKU), pada mana 

ada  kekurangan enzim yang mengubah 

fenilalanin menjadi tirosin. Akibatnya fenilalanin akan menumpuk dalam darah dan 

dapat merusak saraf otak. Lihat juga Bab 54, 

Dasar-dasar Diet Sehat.

Dosis: ADI (Acceptable Daily Intake) 40 mg/

kg sehari, dewasa maksimal 2,4 g/hari. Pada 

pasien diabetes sampai 2.7 g/hari aspartam 

tidak memengaruhi kadar gula darah. 1 

tablet = 50 mg. 

2. Asesulfam (*Natrena) yaitu  derivat oxathiazine (cincin-6 dengan O, S dan N dalam 

inti) yang ±200 kali lebih manis dari gula 

(1988). Pada dosis tinggi memicu  rasa 

pahit. Tidak berkalori. Diserap dengan cepat 

dari mukosa mulut dan usus, ekskresi secara 

utuh melalui terutama urin. Efek samping 

tidak diketahui dan tahan pemanasan.

Dosis: ADI 9 mg/kg, maks. 15 mg/kg sehari.

3. Siklamat (*Natrena) yaitu  garam Na atau 

Ca dari suatu asam aminosulfonat (1950), 

yang ±25 kali lebih manis dari gula dan tidak 

berkalori. Berhubung tahan terhadap suhu 

tinggi (pemanasan) dan tidak memicu  

rasa pahit, maka banyak dipakai dalam 

makanan dan minuman “berkalori rendah”. 

Dosis: ADI 11 mg/kg sehari, dewasa maks. 

650 mg sehari (garam-Na).

4. Sakarin (benzosulfimida, Sionon) yaitu  

zat pemanis tertua (1879) dan ±350 kali lebih manis dari gula. Tidak berkalori, namun  

memberikan rasa pahit. Resorpsi dari usus 

cepat dan diekskresi secara utuh lewat urin. 

Kecurigaan tentang sifat karsinogennya tidak 

didukung secara ilmiah, maka dianggap 

aman.

Dosis: ADI 2,5 mg/kg, dewasa maks. 150 

mg sehari (garam-Na).

5. Fruktosa ada  di banyak buah-buahan, 

antara lain korma, grapefruit dan prune, juga 

dalam madu. Daya manisnya 1,5 kali dari 

sakarosa. Resorpsinya dari usus lebih lambat 

daripada glukosa, namun  metabolismenya dalam darah lebih cepat. Dalam hati, fruktosa 

difosforilasi dan tergantung dari keadaan 

diuraikan menjadi piruvat atau diubah menjadi glukosa dan glikogen. Fruktosa mampu 

memasuki sel-sel jaringan tanpa insulin dan 

tidak menstimulasi pankreas untuk mensekresi insulin. Tidak cocok untuk menanggulangi keadaan hipoglikemia, sebab  SSP 

tidak dapat mempergunakannya. Sementara 

ahli menganggap fruktosa sebagai zat pengganti gula yang terbaik.

Efek samping. Risiko akan hiperglikemia 

lebih ringan dari glukosa, maka sering dianjurkan untuk diabetici sebanyak 20-30 g sehari 

dengan memperhatikan kadar kalorinya. 1 

g = 15.7 kJ. Konsumsi terlalu banyak dapat 

meningkatkan kadar trigliserida darah. 

Dosis: untuk pemberian energi/infus i.v. 

100-300 g sehari larutan 5-20%.

*Glukosa yaitu  stereoisomer dari fruktosa 

yang ±0,5 kali kurang manis dari gula. Glukosa yaitu  sumber energi utama dari tubuh 

yang dibakar oleh tubuh untuk memperoleh 

kalori untuk proses tubuh, antara lain kerja 

jantung dan otot, lihat Bab 54, Dasar-dasar 

diet sehat, Hidratarang.

Larutan glukosa 50% terutama dipakai 

parenteral untuk pemberian energi dan/atau 

air pada hipoglikemia. Tubuh dapat memetabolisasi ±800 mg/kg glukosa per jam. 

Dosis: pada hipoglikemia, oral 10-20 g, bila 

perlu diulang setelah 10-20 menit, sebagai 

infus i.v. 10-50 ml larutan 50%. 6. Sorbitol dan maltitol yaitu  polialkohol 

(C6 dengan 6 gugus-OH) yang ada  dalam 

banyak buah-buahan (apel, pear, prune dan 

lain-lain). Diperoleh dari hasil hidrolisis pati. 

Masing-masing 0,5 dan 0,9 kali kurang manis 

daripada sakarosa. Tahan pemanasan, namun  

bersifat higroskopik; dapat menghasilkan 2,8 

kcal/g. 

Resorpsi dari usus tidak menentu dan lambat sekali, maka pada dosis di atas 40 g sehari 

bekerja sebagai laksans osmotik. Dalam hati, 

sorbitol dioksidasi dengan perlahan menjadi 

fruktosa dan untuk sebagian kecil menjadi 

glukosa. Pengaruhnya terhadap kadar gula 

hanya ringan, maka banyak dipakai dalam bahan makanan untuk diabetici, juga 

sebagai pengganti gula dalam gula-gula 

(candy) sebab  tidak mengakibatkan caries

(rusak gigi). 1 g = 12,5 kJ.

Dosis: sebagai zat pemanis maks. 25 g/

hari, sebagai laksans 30-50 g/hari, sebagai 

hidratan (“pembasah”) dalam krem sampai 

70%.

* Ksilitol(Xylit) yaitu  pentanpentanol yang 

sama manisnya dengan gula. Diserap dari usus sekitar 20% dan dalam hati dapat 

diubah menjadi glukosa sekitar 20-80%. Banyak dipakai dalam chewing gum dan 

gula-gula berkat daya anticariësnya. 1 g = 15 

kJ. Dapat bekerja sebagai laksans.

Dosis: 1 g /kg berat badan sehari, umumnya 

50-70 g sehari.

* Laktitol diperoleh dengan jalan hidrogenasi 

dari laktosa. Tidak diserap oleh usus, namun  

dalam usus dirombak oleh kuman menjadi 

antara lain asam yang akhirnya mensuplai 

kalori. Dapat bekerja sebagai laksans dan 

membentuk gas. Tahan tehadap suhu tinggi 

dan asam.

* Manitol ada  di mana-mana di alam 

dan diperoleh melalui reduksi d-glukosa. 

Tahan suhu tinggi dan secara kimiawi agak 

stabil. Rasanya manis segar, 1 g = 8 kJ.

7. Thaumatin yaitu  zat pemanis alamiah, 

yang terdiri dari campuran protein dengan 

daya manis kuat sekali. Diperoleh dari biji 

buah kecil tanaman Thaumatococcus danielli.

Efek pemanisnya lambat dan bertahan lama, maka layak dikombinasi dengan zat-zat 

pemanis lain. Tahan pemanasan dan dipakai  dalam gula-gula dan chewing gum.

TIROKSIN DAN TIROISTATIKA

A. TIROKSIN DAN 

LIOTIRONIN

Tiroid atau kelenjar gondok yaitu  sebuah 

organ kecil yang terdiri atas dua bagian 

(lobus) yang terletak di sebelah kanan dan 

kiri trakhea dan yang dihubungkan oleh 

secarik jaringan tiroid yang disebut istmus. 

“Jembatan” ini melintasi trakhea di sebelah 

depannya dan mirip suatu perisai (Yun.= 

thyreos).

Tiroid berfungsi sebagai termostat (pengatur kalor) dari metabolisme tubuh yang 

aktivitasnya diatur oleh hipofisis. Di bawah 

pengaruh hormon TRH (Thyrotropin Releasing 

Hormone, protirelin) dari hipotalamus, hipofisis mensekresi TSH (Thyreoid Stimulating 

Hormone), yang selanjutnya menstimulasi 

tiroid untuk mensekresi hormonnya liotironin (T3) dan tiroksin (T4).

.Sekresi hormon-hormon ini diatur oleh 

sistem H-H (Hipotalamus-Hipofisis) ini 

melalui mekanisme feedback negatif. Bila 

produksinya melampaui kebutuhan tubuh, 

yaitu sekitar 0,5 mg sehari, maka hipotalamus 

mengurangi pelepasan TRH yang berakibat 

menurunnya produksi TSH dan kemudian 

berkurangnya sekresi T3 dan T4. Sekresi 

TRH ternyata distimulasi oleh neurohormon 

noradrenalin, sedangkan sekresi TSH dihambat oleh somatostatin. 

*Kalsitonin yaitu  hormon polipeptida kecil 

(terdiri dari 32 asam amino), yang dibentuk 

oleh sel-sel C dari tiroid. Fungsinya adalah untuk melindungi tubuh terhadap peningkatan akut dari kadar kalsium darah 

(hiperkalsiemia) melalui beberapa mekanisme: 

a meningkatkan ekskresi kalsium (dan fosfat) oleh ginjal

b menghambat penyerapan kalsium dari 

usus dan

c menghambat perombakan tulang 

(resorpsi) ke dalam darah berkat kerja 

langsung terhadap sel-sel perombak 

tulang (osteoclast).

Sekresinya distimulasi dan meningkat 

bila kadar kalsium darah tinggi dan juga oleh 

naiknya kadar magnesium darah dan hormonhormon lambung-usus.

Berkat efeknya menghambat osteoclast, 

kalsitonin adakalanya dipakai bersama 

suatu bisfosfonat pada osteoporosis.

Paratiroid

Paratiroid atau anaktiroid terdiri dari empat 

kelenjar kecil yang terletak di belakang tiroid 

dan membentuk hormon parathormon (PTH), 

suatu polipeptida dengan 84 asam amino. PTH 

bersama vitamin D dan kalsitonin memegang 

peran utama dalam mengatur kadar kalsium 

dalam darah. Bertentangan dengan kalsitonin, 

PTH berfungsi meningkatkan kadar kalsium

darah bila kadarnya menurun. Oleh sebab  

itu dalam hal kadar Ca rendah, sekresi PTH 

ditingkatkan.

*Hiperkalsiemia dapat terjadi oleh produksi 

PTH berlebihan (hiperparatiroidi), dapat pula 

oleh a.l. terlampau banyak pemasukan Ca dan 

vit D. Gejalanya berupa mual, muntah, rasa 

penat, dehidrasi dan murung, juga banyak 

berkemih, nyeri tulang dan perut. Penanganan 

terdiri atas rehidrasi dan pemberian 

bisfosfonat i.v (pamidronat) Lihat juga Bab 53, 

Gambar 53-3, metabolisme vitamin D.

Gangguan tiroid

Dapat dibagi dalam dua kelompok, sebagai 

berikut.



1. Primer: penyakit auto-imun yang terutama timbul pada wanita dan lansia 

dengan atau tanpa perubahan volume 

kelenjar tiroid. 

2. Sekunder: timbul perubahan volume kelenjar tiroid dan penyebab hipo/hipertiroidi yang terletak di hipofisis atau di 

SSP. 

Bila dari pemeriksaan diperkirakan adanya 

gangguan fungsi tiroid perlu dianalisis kadar 

TSH dan bilamana menyimpang harus diperiksa kadar T4 bebas, yaitu yang tidak terikat 

pada protein.

Yang paling sering terjadi yaitu  hipofungsi 

(hipotirosis, hipotiroidi) atau hiperfungsi (hipertirosis, hipertiroidi) dari kelenjar tiroid, pada 

mana produksi hormon masing-masing di 

bawah atau melebihi nilai normal.

a. Hipotirosis. Tiroid yang bekerja terlalu 

lamban memicu  kekurangan T3 dan 

T4 dan penurunan metabolisme umum, yang 

dapat memicu  sejumlah gejala. Gejala 

yang sangat khas yaitu  keadaan mental 

mundur, lesu dan mengantuk, berat badan 

meningkat, obesitas, bradycardia, muka pucat 

dengan suara mendalam, kulit menebal, rambut kering, sembelit dan perasaan dingin. 

* Kekerdilan. Bila hipotirosis terjadi sejak 

lahir, pertumbuhan mental dan fisik akan 

terhambat (cretinisme) dan mendekati pandir 

(idiotia). Tubuh tetap kerdil dan sering kali 

dengan struma (gondok) di leher akibat 

membesarnya tiroid.

* Mixudema yaitu  juga suatu penyakit 

hipofungsi tiroid, yang bercirikan infiltrasi 

dan pengembangan kulit oleh lendir (mucus), 

yang terutama jelas pada kelopak mata dan 

bibir. Gejala lain yaitu  proses metabolik 

mundur, ada  kecenderungan untuk obesitas, juga gerakan, cara berpikir, bicara dan 

denyut nadi lamban, kulit menebal dan 

kering, serta rambut rontok. Pada wanita 

sering kali suara serak dan haid berlangsung 

lebih deras.

Penyebab hipotirosis bisa bermacam-macam, contoh  sebab  tidak ada iod di dalam 

bahan makanan atau air minum, seperti di 

daerah pegunungan tertentu (Himalaya, 

Amerika Selatan dan Afrika Tengah). Atau, 

sebab  tubuh tidak mampu membentuk 

mono- dan diiodtirosin, ataupun tidak dapat 

mempersenyawakannya menjadi T3 dan T4. 

Lihat skema reaksi di bawah. 

* Kekurangan iod atau iodida mengakibatkan 

menurunnya produksi tiroksin, sehingga 

hipofisis distimulasi terus untuk mensekresi TSH (melalui TRH). Akibatnya ialah 

tiroid dirangsang dan tumbuh berlebihan 

(hiperplasia) dengan bertambahnya pembuluh darah (vaskularisasi) dan akhirnya terjadi gondok (struma). Bahan makanan tertentu, seperti jenis kol, mengandung zat-zat 

yang menghalangi penyerapan iodida, atau 

mencegah iodisasi dari tirosin. Untuk menghindari peristiwa ini, di banyak negara iodida dibubuhkan pada garam dapur atau 

garam untuk pembuatan roti (2,5-6 mg/kg), 

terutama di daerah di mana gondok ada  

secara endemik.

Pengobatannya berupa terapi substitusi 

dengan tiroksin, yang pada dasarnya perlu 

dijalani seumur hidup.

b. Hipertirosis bercirikan overproduksi T3 

dan T4, seperti pada penyakit Graves(dahulu 

disebut penyakit Basedow). Gejala terpentingnya yaitu  efek jantung (tachycardia, atriumfibrilasi), struma, serta bola mata menonjol 

secara abnormal (exophthalmus), meskipun 

kedua gejala terakhir ini tidak selalu nampak. 

Gejala lainnya dapat berupa menurunnya 

berat badan akibat peningkatan kecepatan 

metabolisme dan pemakaian  energi (‘pembakaran’), palpitasi, tremor, transpirasi, gelisah, rasa takut, sukar tidur, diare akibat 

peningkatan peristaltik dan nafsu makan 

bertambah. Lihat juga di bawah B. Tiroistatika. 

Penyakit Graves.

Pada manula, gejala hiperfungsi sering kali 

hanya nampak sebagai kelemahan jantung, 

tachycardia, udema, banyak berkemih, gangguan ritme jantung (fibrilasi atrium) dan hati 

membesar. Gejala ini mudah dikelirukan 

dengan gangguan jantung.

Penyebab hipertirosis kebanyakan yaitu  

sebab  stimulasi tiroid oleh suatu globulin 

darah yang memiliki aktivitas TSH, yangdisebut LATS(longacting thyreoid stimulator).

Sering kali juga disebabkan adanya benjolan 

kecil di dalam kelenjar (noduli), yang secara 

otonom membentuk hormon berlebihan di 

luar sistem H-H. Penyebab lainnya yaitu  

kelebihan minum obat yang mengandung 

iod atau iodida (obat batuk!) selama jangka 

waktu panjang, ataupun makanan dengan 

kadar iod tinggi, seperti lumut laut (seaweed, 

bio alga, kelp), contoh  pada penangkap 

ikan Jepang. Dalam hal ini, penyakit ini 

disebut iod-struma atau iod-Basedow.

Sintesis

Pembuatan hormon tiroid berlangsung dalam 

beberapa tahap. Pertama-tama tiroid menarik 

iodida dari darah, yang lalu dipekatkan ±25 

kali dan dioksidasi oleh peroksidase menjadi iod. Lalu iod ini secara enzimatik pula 

dipersenyawakan dengan asam amino tirosin (Yun. tyros = keju) menjadi mono- atau 

di-iodtirosin. Akhirnya zat-zat ini saling bersenyawa dan menghasilkan liotironin (T3)

dan tiroksin (T4).

Sebagian besar T4 dalam darah diubah 

di jaringan perifer menjadi T3 (80%) dan 

hanya 20% T3 disekresi langsung oleh tiroid. 

Di samping itu di jaringan juga dibentuk 

‘reverse’ T3 (rT3) melalui deiodisasi T4. 

Reverse T3 ini dianggap sebagai metabolit 

inaktif, yang terbentuk sebagai pengganti T3 

selama puasa atau penyakit parah. 

Untuk jelasnya lihat skema reaksi berikut:

T3 dan T4. Di dalam tiroid kedua hormon 

ini ada  dalam bentuk terikat pada 

protein tireoglobulin. Di bawah pengaruh 

TSH, kompleks ini dihidrolisis dan hormon 

dibebaskan ke dalam darah. Di sini terjadi 

pengikatan lagi untuk lebih dari 99% pada 

protein-pengangkut, sehingga menjadi fisiologis inaktif. Hanya sebagian kecil yang beredar bebas dan aktif, yakni T3 0,4% dan T4 

0,04%. Kebanyakan T4 di dalam jaringan 

perifer (hati, ginjal, otot) melalui deiodisasi

diubah menjadi T3, yang berdaya 5 kali 

lebih kuat dan mengikat pada reseptor khas 

di dalam sel. Hanya 10-25% dari T3 dalam 

darah berasal dari sintesis dalam tiroid. T4 

dapat dianggap sebagai pro-hormon dari T3 

aktif.

Fungsi

Hormon-hormon tiroid bekerja terhadap 

semua sel tubuh dan berfungsi meningkatkan 

metabolisme sel melalui mitochondria dan 

pemakaian  oksigen, juga mendorong sintesis 

protein di dalam sel yang terutama penting 

bagi pertumbuhan anak-anak. Hormon tiroid 

penting bagi perkembangan susunan saraf 

sentral anak-anak.

Pertumbuhan sel dan perkembangan otak/

SSP distimulasi, begitu pula kerja jantung 

dan sirkulasi darah, sedangkan peristaltik 

lambung-usus diperkuat. Daya kerjanya 

terhadap jantung mungkin disebabkan otot 

jantung menjadi lebih peka terhadap katecholamin. 

Tes fungsi tiroid. pemakaian  oksigen selama bertahun-tahun telah merupakan prinsip untuk menentukan metabolisme basal 

(dasar) sesepasien  dengan maksud menilai 

fungsi tiroidnya. Metode ini kurang saksama, 

maka sudah lama diganti dengan penentuan 

tiroksin langsung dalam darah.

pemakaian 

Hormon tiroid dipakai untuk berbagai 

indikasi, yaitu pada gangguan-gangguan 

berikut:

a. Hipotirosis. Tiroksin terutama dipakai  untuk terapi substitusi pada hipofungsi tiroid, yang disebabkan insufisiensi hipotalamus, hipofisis atau tiroid. 

Liotironin yang berkhasiat lebih kuat 

- meskipun kerjanya lebih cepat - tidak 

dianjurkan, sebab  bertahan lebih singkat 

dengan risiko efek samping yang lebih 

besar. Oleh sebab  itu hormon ini hanya 

dipakai dalam keadaan gawat, seperti 

pada koma/mixudema.

b. Obesitas. Adakalanya tiroksin dipakai  terhadap kegemukan, yaitu sebagai 

komponen dari obat pengurus badan, 

berdasar  efek stimulasinya terhadap 

metabolisme umum. Cara pemakaian  

ini tidak dapat dibenarkan, sebab  pada 

dosis tinggi yang diperlukan untuk 

«membakar» lemak berlebihan, dapat 

terjadi gejala hipertirosis yang justru menyebabkan bertambahnya nafsu makan.

c. Kolesterol tinggi. Bentuk dekstro dari 

tiroksin (d-tiroksin) dengan aktivitas 

ringan terhadap metabolisme dan jantung (hanya 10% daripada bentuk-levonya), adakalanya dipakai pada hiperkolesterolemia tertentu untuk menurunkan kadar kolesterol. Lihat Bab 36, 

Antilipemika.

Efek samping dan pentakaran

Pada pentakaran yang tepat tidak timbul 

efek samping. Pada overdosis timbul gejala 

hipertirosis (kecuali exophthalmus), terutama 

palpitasi, gelisah dan sukar tidur. Pada 

pentakaran yang terlalu mendadak tinggi 

dapat timbul efek jantung, seperti angina 

pectoris, dekompensasi dan infark. Untuk 

menghindari efek samping ini, dosis harus 

ditentukan secara individual atas tuntunan 

gejala dan/atau kadar hormon dalam darah. 

Dosis permulaan hendaknya rendah sekali dan 

secara berangsur-angsur dinaikkan. Semakin 

berat keadaan hipotirosis, semakin besar 

kepekaan organisme untuk hormon tiroid 

dan semakin rendah pula hendaknya dosis 

permulaan.

Interaksi. Tiroksin memperkuat efek antikoagulansia dan memperlemah efek insulin, 

antidiabetika oral dan digoksin. Beberapa 

obat, antara lain garam litium, amiodaron, 

kelp (lumut laut) dan zat kontras Röntgen 

yang mengandung iod dapat mengakibatkan 

gangguan fungsi tiroid. 

MONOGRAFI

1. l-Tiroksin: levo-thyroxin Na, tetraiodtironin, 

T4, Thyrax, Euthyrox

Hormon ini dibuat secara sintetik dan 

telah menggantikan serbuk tiroid yang kerjanya kurang konstan dan pentakarannya 

kurang saksama. Tiroksin berfungsi sebagai 

prohormon untuk liotironin yang lebih aktif. 

Deiodisasi T4 menjadi T3 terjadi secara 

enzimatik di hati, ginjal dan otot. Mulai 

kerjanya lambat dengan masa laten 7-10 

hari, efek maksimalnya tercapai setelah 3-4 

minggu, namun  bertahan lama. Bila terapi 

dihentikan, obat masih bekerja terus selama 

1-3 minggu.

Resorpsi dari usus tidak menentu (50-80%) 

dan tergantung pada adanya makanan, maka 

sebaiknya diminum pada lambung kosongsetengah jam sebelum makan pagi. Makanan 

berserat mengurangi resorpsinya, demikian 

juga pemakaian  bersamaan waktu dari 

senyawa-senyawa yang mengandung besi 

dan obat-obat pengikat asam. Plasma-t½ 6-7 

hari, sehingga cukup dengan single-dose 

sehari. Eliminasi seperti T3 terjadi untuk 

60% melalui deiodisasi menjadi tirosin, 25% 

melalui konyugasi dengan glukuronida/

sulfat yang diekskresi lewat empedu, untuk 

kemudian dideiodisasi pula.Dosis: oral permulaan 1 dd 25 mcg (garamNa) ½-1 jam a.c., setiap 2 minggu dinaikkan dengan 25 mcg, pemeliharaan 1 dd 

100–125 mcg a.c. Lansia dan pasien jantung: 

permulaan 1 dd 12,5 mcg.

2. Liotironin: T3, triiodtironin, Cytomel

Liotironin dibuat secara sintetik (1956); 

khasiatnya ±5 kali lebih kuat dari tiroksin. 

Mulai kerjanya cepat, efek maksimal dicapai 

setelah 2-3 hari dan terapi bertahan sampai 3 

hari setelah penghentian. Plasma-t½ 1-2 hari.

Efek sampingnya lebih berbahaya, khususnya 

infark jantung, maka kurang layak bagi terapi 

jangka panjang. Zat ini hanya dipakai bila 

dibutuhkan kerja cepat dan kuat, contoh  

pada mixudema. Juga bila tiroksin tidak 

efektif dan sebagai zat pembantu diagnosis 

hipertirosis.

Dosis: pada hipotirosis berat, oral permulaan 25 mcg sehari, berangsur-angsur 

dinaikkan sampai maksimal 75 mcg. Pada 

mixudema dan struma: 1 dd 2,5-5 mcg.

3. Kalsitonin: salcatonin (salmon), Miacalcic

Polipeptida sintetik ini (1972) yaitu  identik dengan kalsitonin yang berasal dari ikan 

salem (salcatonin). Berdaya menginaktifkan 

osteoclast dan perombakan tulang, juga 

menghambat resorpsi kembali kalsium 

di tubuli ginjal, yang berdampak turunnya 

kadar kalsium darah. Di samping itu berkhasiat analgetik. Oleh sebab  itu, zat ini 

dipakai untuk penyakit Paget (ostitis deformans), yaitu melunaknya tulang secara kronis yang mengakibatkan deformitas dengan 

nyeri hebat. Juga untuk terapi simtomatis dari 

hiperkalsiëmia dan osteoporosis postmenopausal,

meskipun efeknya terhadap insidensi fractura belum dipastikan.

Efek samping kerapkali terjadi dan berupa 

mual dan flushing, lebih jarang diare, sakit 

perut, polyuria dan reaksi kulit di tempat 

injeksi.

Dosis: pada penyakit Paget i.m./s.c. 0,5 mg 

sehari, setelah 2 minggu dinaikkan sampai 

2 dd 0,5 mg atau diturunkan sampai 2-3 kali 

seminggu 0,5 mg tergantung dari efeknya, 

selama minimal 6 bulan. Pada hiperkalsiemia: 

kalsitonin salem sintetik setiap 6-8 jam i.m./

i.v./s.c. 400 IE hingga kadar Ca dan fosfat 

turun atau gejala klinis hilang. 

 B. TIROISTATIKA9

Tiroistatika atau zat antitiroid yaitu  zat-zat 

yang berkhasiat menekan produksi hormon 

tiroid. Khusus dipakai pada keadaan 

hiperfungsi kelenjar tersebut, yang sering 

kali disertai peningkatan sekresi tiroksin. 

Keadaan itu disebut hipertiroidisme, hipertirosis, atau thyreotoxicosis.

Penggolongan

Obat-obat ini dapat dibagi dalam beberapa 

kelompok, yakni:

a. thionamida (dahulu disebut derivat thiourea) dan dibagi dalam:

– derivat thiourasil : propiltiourasil 

– derivat tioimidazol: karbimazol, 

tiamazol

Obat-obat ini menghambat secara 

langsung sintesis hormon tiroid dengan 

mencegah pengikatan iod pada tirosin atau

penggandengan mono- dan diiodtirosin 

menjadi T3/T4. Juga pengubahan T4 

menjadi T3 di jaringan perifer dihambat. 

Kelenjar masih tetap aktif, pelepasan 

hormon (yang masih tersedia) tidak 

dihambat, hanya produksinya terhenti. Oleh sebab  itu hipofisis kehilangan 

kendalinya dan meningkatkan sekresi 

TSH, dengan akibat tiroid dirangsang 

berlebihan dan tumbuh membesar. Untuk menghindarkan hiperplasia dan kemungkinan hipotirosis, terapi dengan 

thionamida selalu dikombinasi dengan 

dosis ringan tiroksin. Exophthalmus 

yang sudah ada akan memburuk. Di 

samping itu, tiroistatika juga berkhasiat 

imunosupresif.

Efek samping terpenting yang tergantung dari dosisnya yaitu  agranulositosis 

(demam, sakit tenggorok), gangguan kulit dan persendian.

b. iod dan iodida dalam dosis tinggi menghambat sintesis dan pelepasan hormonhormon tiroid, juga pemasukan iodida 

ke dalam tiroid dirintangi. Tiroid menjadi lebih padat (kecil) dan vaskularisasinya 

berkurang, sehingga juga dipakai 

untuk persiapan pembedahan. Setelah 

beberapa waktu efeknya berkurang, maka biasanya dikombinasi dengan suatu 

thionamida. Iod sebagai elemen tidak dipakai  lagi, sebab  pentakarannya kurang 

saksama, lagi pula baru diserap di usus 

sesudah diubah menjadi iodida.

Efek sampingnya yaitu  alergi (eksantema, mata merah dan bercair, bronchospasm) pada penderita yang peka. 

pemakaian  yang lama (amiodaron) pada 

sebagian pasien dapat memicu  

struma dengan hipotiroidia.

c. iod radioaktif berupa isotop iod-131 

(

131I) yang setelah diserap secara selektif 

oleh tiroid merusak sebagian jaringan 

melalui radiasi beta-radioaktif. Tiga bulan sebelum penanganan dengan iod 

radioaktif, harus dihindari pemakaian  

senyawa-senyawa yang mengandung 

iodium, seperti amiodaron dan obat 

kontras Röntgen, sebab  resorpsi iod radioaktif oleh kelenjar tiroid tergantung 

dari a.l. kadar iodium anorganik dalam 

plasma. Pada umumnya, radioiod ini 

hanya dipakai pada pasien di atas usia 

40 tahun.

Efek samping yang terpenting yaitu  

hipotiroidia yang dapat bertahan bertahun-tahun. Oleh sebab  itu pasien demikian harus memeriksakan kadar TSH-nya 

minimal setahun sekali selama hidupnya.

d. propranolol adakalanya dipakai untuk mengurangi beberapa keluhan, seperti 

tachycardia, fibrilasi serambi jantung dan 

kegelisahan. Beta-blocker ini mengurangi 

efek tiroksin di jaringan perifer dengan 

jalan blokade susunan saraf simpatis.

Hipertirosis

Gangguan ini bercirikan hiperaktivitas kelenjar 

tiroid dan dapat ditimbulkan oleh banyak 

sebab. Yang paling sering (70-80%) yaitu  

akibat penyakit Graves dan pada pasien  di atas 

usia 50 tahun oleh hiperfungsi (TMG, toxic 

multinodular goitre). Di samping itu, juga oleh 

hiperfungsi akibat adanya adenom (tumor) 

atau peradangan tiroid (tiroiditis).

a. Penyakit Graves (nama lama penyakit 

Basedow)

8

Gangguan ini diakibatkan oleh suatu proses auto-imun, pada mana antibodies IgG 

mengikat pada reseptor untuk TSH di tiroid. 

Efeknya yaitu  stimulasi produksi T4, jadi 

sama dengan aktivasi oleh TSH. Mungkin 

pembentukan antibodies ini dipicu oleh 

infeksi suatu kuman Gram-negatif (antara lain 

E. coli, Yersinia, dan lain-lain) yang memiliki 

titik pengikatan TSH. Penyakit auto-imun ini 

terutama timbul pada usia muda/menengah 

dan wanita 5 kali lebih sering daripada pria. 

Pada sekitar 25-50% dari semua kasus terjadi 

penyembuhan spontan dalam waktu satu 

tahun. Lihat juga di awal bab ini: Hipertirosis.

Gejalanya yang khas berupa trias: bola mata 

menonjol (exophthalmus) dengan pembesaran 

tiroid (struma difus 60%) dan tireotoxicosis

(tachycardia, atriumfibrilasi, tremor, badan 

menjadi kurus). Gejala lain dapat berupa 

keluhan mata (nyeri, visus guram, peka cahaya, udema, conjunctivitis) juga akibat proses auto-imun (auto-antibodies, kompleks 

imun). Gejala ini dapat ditanggulangi dengan 

prednison 40 mg atau lebih, yang berkhasiat 

menekan proses auto-imun seluler dan 

humoral (imunosupresif). Dosis prednison 

yang tinggi ini berangsur-angsur dikurangi sampai dosis pemeliharaan 5-10 mg.

Gejala penting kedua dari hipertirosis 

(10-15%) yang terutama timbul pada lansia 

berbentuk struma (multi)nodular. Lihat di 

bawah.

Penyebab iatrogen lain yaitu  pemakaian  

obat-obat yang mengandung iodium seperti 

amiodaron dan senyawa-senyawa kontras 

pada penyinaran dengan X-ray.

ada  pula hipertiroidia setelah persalinan yang disebut postpartum thyreoiditis, 

juga merupakan gangguan auto-imun yang 

biasanya akan spontan berlalu setelah persalinan.

Penanganan. Pembedahan (thyreoïdectomia 

subtotal) dilakukan bila struma menjadi sangat besar, sehingga arteri leher atau batang tenggorok terancam tersumbat. Hany