Smartphone telah menjadi bagian
kebutuhan dan gaya hidup bagi masyarakat
untuk digunakan dalam berbagai kebutuhan
kehidupan sehari-hari. Sehingga tidak heran
karena fungsinya yang beragam, maka
masyarakat dapat menghabiskan banyak
waktu untuk menggunakan smartphone.
Penggunaan smartphone saat ini bukan hanya
sebagai alat komunikasi, namun smartphone
juga dipakai dalam berbagai hal seperti media
sosial, bermain game atau hal serupa yang
membuat aktivitas dengan smartphone
semakin lama1
. Berdasarkan laporan yang
dikeluarkan oleh Worldwide Internet and
Mobile Users: Emarketer’s Updated
Estimates for 2015 bahwa pada tahun 2018,
jumlah pengguna aktif smartphone di
Indonesia mencapai sekitar 92 juta. Dengan
jumlah sebesar itu, Indonesia menjadi negara
pengguna aktif smartphone ketiga terbesar di
Asia Pasifik setelah Cina dan India2
.
Berdasarkan data WHO memperkirakan
bahwa hampir18,9 juta anak di bawah 15
tahun mengalami gangguan tajam
penglihatan3,4
. Meningkatnya pengguna
smartphone di era sekarang ini menimbulkan
kekuatiran akan efek radiasi sinar smartphone
terhadap kesehatan mata.
Smartphone merupakan sejenis telepon
genggam yang memiliki kemampuan lebih
tinggi dibandingkan dengan komputer yang
bekerja dengan cara memancarkan radiasi
elekromagnetik dengan energi maksimal
berkisar 0,6-1 watt5
. Cahaya yang dihasilkan
dari smartphone adalah cahaya biru yang bisa
terlihat oleh mata manusia. Oleh karena itu
dampak cahaya biru sangatlah berpengaruh
terhadap kesehatan mata6
. Rata-rata waktu
yang digunakan oleh pengguna smartphone di
depan layar 3-5 jam sebanyak 33%, 6-9 jam
sebanyak 32 % , dan 10 jam ke atas sebanyak
28%
6,7
.
Tingginya prevelensi minat penggunaan
smartphone di usia sekolah dasar, yang
kemungkinan menimbulkan risiko terjadinya
penurunan tajam penglihatan dan mata kering
akibat terpapar cahaya biru terus-menerus
dalam waktu jangka lama. Untuk mencegah
terjadinya penurunan tajam penglihatan dan
mata kering, perlu dilakukan deteksi dini
menggunakan pengukuran snellen chart untuk
mengukur ketajaman penglihatan atau visus
dan Kuisoner OSDI untuk mengukur mata
kering.
Penggunaan smartphone di usia muda
meningkatkan risiko kerusakan nervus optikus
akibat paparan smartphone dalam waktu
lama8
. Mata yang terpapar lama oleh high
energy visible (heV) menyebabkan terjadinya
penumpukan ROS (Reactive oxygen species)
yang akan meningkatkan jumlah lipofuscin di
RPE (Retinal pigmen epithelium). Lipofuscin
dapat menganggu suplai nutrisi fotoreseptor
dan dapat berubah menjadi fototoxik sehingga
mata mengalami degenerasi sel6, 9, 10,11
Penelitian mengenai efek penggunaan
smartphone telah dilakukan, diantaranya
adalah penelitian Ningrum (2019) tentang
hubungan durasi penggunaan smartphone
dengan Tekanan Intraokuler. Akan tetapi
belum ada penelitian mengenai pengaruh
smartphone terhadap ketajaman penglihatan
dan mata kering pada anak. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama
terpapar cahaya smartphone terhadap Patadungan, et al., Pengaruh Lama Terpapar Cahaya Smartphone Terhadap Ketajaman Penglihatan dan Mata Kering
pada Siswa/i Sekolah Dasar Al-Irsyad Kota Surakarta
Karakteristik responden pada penelitian
ini meliputi jenis kelamin, umur, lama
paparan cahaya smartphone (tahun), intensitas
paparan cahaya smartphone (jam/hari),
keluhan setelah menggunakan smartphone,
visus oculi dextra, visus oculi sinistra, dan
subyek berdasarkan mata kering selengkapnya
ditampilkan pada Tabel 1.
Pada Tabel 1 terlihat bahwa dominan
pengguna smartphone adalah berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 56,6% dibandingkan
dengan jenis kelamin perempuan dengan
presentase 43,4%. Umur yang dominan
penggunaan smartphone adalah usia 11 tahun
dan 12 tahun dengan persentase masingmasing sebanyak 56,6% dan 32,1%. Di lihat
dari lama penggunaan smartphone yang
diakumulasikan penggunaannya ke dalam
tahun (Tabel 1), menunjukkan bahwa siswa/siswi kelas VI SD Al-Irsyad Kota
Surakarta sekitar 86,8% telah menggunakan
smartphone di atas 3 tahun dan 13,2% yang
menggunakan smartphone 1-3 tahun. Pada
Tabel 1 terlihat bahwa intensitas penggunaan
smartphone bagi siswa/siswi kelas VI SD AlIrsyad Kota Surakarta sekitar 67,9%
menggunakan smartphone 2-4 jam perhari
dan di atas 4 jam perhari sekitar 32,1%. Dari
penggunaan smartphone yang terlalu lama
akibat cahaya biru yang dihasilkan
menyebabkan timbulnya gangguan pada mata.
Pada Tabel 1 terlihat bahwa gangguan pada
mata yang timbul antara lain mata mengalami
pengaburan (28,3%), mata merah dan berair
(20,8%), mata terasa panas (9,4%), penurunan
visus oculi dextra (41,5%) serta penurunan
visus oculi sinistra (49,1%.).
Pada Tabel 1 juga terlihat bahwa
siswa/siswi kelas VI SD Al-Irsyad Kota
Surakarta akibat penggunaan smartphone
dengan intensitas penggunaan terlalu lama
menyebabkan terjadinya mata kering yang
dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu mata
kering ringan (26,4%), mata kering sedang
(24,5%), dan mata kering berat (30,2%)
sehingga total persentase yang mengalami
mata kering siswa/siswi kelas VI SD AlIrsyad Kota Surakarta adalah sebanyak
81,1%.
Analisis Uji Statistik
Hasil analisis uji statistik
menggunakan uji Fisher test antara lain, lama
paparan cahaya smartphone yang
diakumulasikan ke dalam tahun terhadap
ketajaman penglihatan atau visus, lama
paparan cahaya smartphone yang
diakumulasikan ke dalam tahun terhadap mata
kering, intensitas paparan cahaya smartphone
dalam sehari (jam) terhadap mata kering, dan
intensitas paparan cahaya smartphone dalam
sehari (jam) terhadap ketajaman penglihatan
(visus), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
2, Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil uji
Fisher test antara lama paparan cahaya
smartphone yang diakumulasikan ke dalam
tahun terhadap ketajaman penglihatan atau
visus didapatkan nilai signifikan sebesar
0,043 (P<0,05) yang menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang bermakna secara
statistik antara lama paparan cahaya
smartphone dengan ketajaman penglihatan
yang telah dikategorikan menjadi dua hasil
ukur. Lama paparan cahaya smartphone >3
tahun memiliki risiko 8,526 kali lebih besar
untuk mengalami ketajaman penglihatan tidak
normal (<6/6) dibandingkan dengan lama
paparan cahaya smartphone 1-3 tahun
(OR=8,526, 95%CI=0,948-76.708, p=0,0043).
Namun hasil uji Fisher test antara lama
paparan cahaya smartphone yang
diakumulasikan ke dalam tahun terhadap mata
kering di dapatkan nilai yang tidak siginfikan
sebesar 0,604 (p>0,05) yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat pengaruh yang
bermakna secara statistik antara lama paparan
cahaya smartphone yang diakumulasikan ke
dalam tahun dengan mata kering yang telah
dikategorikan menjadi dua hasil ukur,
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Pada Tabel 4 terlihat bahwa hasil uji
Fisher antara intensitas paparan cahaya
smartphone dalam sehari (jam) terhadap mata
kering didapatkan nilai signifikan sebesar
0,008 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang bermakna secara
statistik antara intensitas paparan cahaya
smartphone dalam sehari (jam) dengan mata
kering yang telah dikategorikan menjadi dua
hasil ukur. Individu yang memiliki intensitas
terpapar cahaya smartphone >4 jam memiliki
resiko 7,7 kali lebih besar untuk mengalami
mata kering dibanding dengan individu yang
memiliki intensitas terpapar cahaya
smartphone 2-4 jam (OR = 7.700; 95%CI =
1.673-35.341; P = 0,008). Namun hasil uji
Fisher test antara intensitas paparan cahaya
smartphone dalam sehari (jam) terhadap
ketajaman penglihatan (visus) di dapatkan nilai yang tidak siginfikan sebesar 0,769
(p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang bermakna secara
statistik antara intensitas paparan cahaya
smartphone dalam sehari (jam) dengan
ketajaman penglihatan atau visus yang telah di
kategorikan menjadi dua hasil ukur,
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Pengaruh Lama Paparan Cahaya
Smartphone (Tahun) terhadap Ketajaman
Penglihatan
Berdasarkan analisis Uji Fisher test
untuk melihat pengaruh lama paparan cahaya
smarthphone yang diakumulasikan ke dalam
tahun terhadap ketajaman penglihatan pada
(Tabel 2), hasil penelitian menunjukkan
bahwa lama paparan cahaya smartphone
(tahun) berpengaruh terhadap ketajaman
penglihatan (p-value 0,043). Dimana nilai
Odd Ratio sebesar 8,526 yang menunjukkan
bahwa lama paparan cahaya smartphone >3
tahun memiliki risiko8,526 kali lebih besar
untuk mengalami ketajaman penglihatan tidak
normal (<6/6) dibandingkan dengan lama
paparan cahaya smartphone 1-3 tahun
(OR=8,526, 95%CI=0,948-76.708, p=0,0043).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh dan hubungan lama
penggunaan smartphone dalam tahun dengan
ketajaman penglihatan atau visus pada
mahasiswa kedokteran Unsrat Manado,
terdapat hubungan yang signifikan antara
lama penggunaan gadget dengan ketajaman
penglihatan pada anak-anak kelas 5 dan
kelas 6 SDK Citra Bangsa Kupang dan ada
hubungan antara durasi bermain video game
dengan ketajaman penglihatan pada anak usia
sekolah dasar (Kelas III-IV), dimana bermain
video game dengan durasi tidak normal
memiliki peluang 3,1 kali mengalami
penurunan ketajaman penglihatan
dibandingkan dengan siswa yang bermain
video game dengan durasi normal7, 15, 16
.
Adanya pengaruh dan hubungan yang
bermakna lama terpapar cahaya smartphone
yang penggunaannya diakumulasikan ke
dalam tahun terhadap ketajaman penglihatan
(visus) karena smartphone mengeluarkan high
energy visible (heV) yang memiliki
gelombang pendek dan energi besar yang
menyebabkan mata mengalami gangguan.
Mata yang terpapar terlampau lama oleh high
enrgy visible (heV) akan berdampak pada
retina yaitu rusaknya sel ganglion retina dan
nervus optikus sehingga dapat terjadi
pembesaran cup disk ratio dan terjadi
kerusakan retina yang kemudian
menimbulkan defek skotoma pada retina yang
memicu kebutaan6
bahkan lamanya terpapar
cahaya smartphone di usia muda
meningkatkan risiko kerusakan nervus optikus
dan terjadinya kelelahan pada mata serta
miopi8, 17
.
Pengaruh Lama Paparan Cahaya
Smartphone (Tahun) terhadap Mata
Kering
Berdasarkan analisis hasil Uji Fisher
test untuk melihat pengaruh lama paparan
cahaya smartphone yang diakumulasikan ke
dalam tahun terhadap mata kering (Tabel 3)
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
yang bermakna lama paparan cahaya
smartphone (tahun) terhadap mata kering (pvalue = 0,604> 0,05). Tidak adanya pengaruh
atau hubungan yang bermakna antara
intensitas lama paparan cahaya smartphone
yang diakumulasikan ke dalam tahun terhadap
mata kering karena adanya jeda waktu atau
waktu dimana otot mata beristirahat dalam
menggunakan smartphone sehari sehingga
mata dapat terhindar dari kelelahan,
ketegangan dan penurunan refleksi berkedip
selama menatap layar smartphone.
Hasil penelitian lain juga mengatakan
bahwa ketergantungan teknologi dan
dampaknya terhadap evaporasi atau
penguapan dan mekanisme inflamasi
merupakan faktor resiko akibat penggunaan
telepon seluler yang berhubungan dengan
penurunan waktu mata berkedip14
.
Pengaruh Intensitas Paparan Cahaya
Smartphone dalam Sehari (jam) terhadap
Mata Kering
Berdasarkan analisis Uji Fisher untuk
melihat pengaruh intensitas lama paparan cahaya smarthphone (jam) dalam sehari
terhadap mata kering pada (Tabel 4), hasil
penelitian menunjukkan bahwa intensitas
lama paparan cahaya smartphone (jam) dalam
sehari berpengaruh positif dan signifikan
terhadap mata kering (p-value = 0,008 <
0,05). Dimana nilai Odd Ratio sebesar 7,7
kali, yang artinya bahwa individu yang
memiliki intensitas terpapar cahaya
smartphone >3 jam per hari memiliki resiko
7,7 kali lebih besar untuk mengalami mata
kering dibanding dengan individu yang
memiliki intensitas terpapar cahaya
smartphone 2-4 jam per hari (OR = 7.700;
95%CI = 1.673-35.341; P = 0,008). Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara paparan cahaya yang
dihasilkan oleh gadget dengan mata kering (pvalue = 0,042 < 0,05), hasil penelitian
sebelumnya juga menyatakan bahwa
pengguna komputer selama 2 jam
memberikan dampak pada jumlah air mata
sehingga mata menjadi kering18, 19. Penelitian
sebelumnya juga melaporkan bahwa terdapat
hubungan antara ketergantungan teknologi
dan dampaknya terhadap evaporasi atau
penguapan dan mekanisme inflamasi, yang
diakibatkan adanya penggunaan telepon
seluler, tablet, computer serta alat digital
lainnya yang semuanya berhubungan dengan
penurunan waktu berkedip20
. Dalam penelitian
lain juga dikatakan bahwa terjadinya mata
kering akibat terjadinya penurunan jumlah
reflex berkedipnya mata sehingga
mengakibatkan rendahnya produksi air mata
dan secara temporer menimbulkan ketegangan
pada kornea sehingga mengakibatkan mata
kering21, 22. Adanya pengaruh yang bermakna
antara intensitas lama terpapar cahaya
smartphone (jam) terhadap mata kering
karena cahaya biru yang mengenai mata dapat
meningkatkan reactive produksi oxygen
species (ROS) terutama pada sel epitel
kornea. Pada kondisi ini terjadi pengaktifkan
ROS-nucleotide-binding domain, pyrindomain containing-3 (NLRP3)-inerleukin
(IL)-1β signailing pathway sehingga
timbulnya tekanan hiperosmotik yang memicu
inflamasi pada sel epitel kornea. Hal ini
mendorong terjadinya kerusakan secara
oksidatif hingga apoptosis pada sel epitel
kornea. Akibat kondisi tersebut memicu
terjadinya inflamasi ocular dan xerophtalmin.
Hal ini juga terjadi karena mikrovili pada
lapisan epitel kornea kehilangan stabilitasnya
dalam mempertahankan tear film. Kerusakan
yang terjadi pada sel epitel kornea berupa
fototoksisitas. Ditemukan bahwa cahaya biru
menganggu fase mitosis pada sel epitel yang
bergantung pada dosis paparan cahaya biru
dan waktu paparan cahaya biru23, 24
.
Pengaruh Intensitas Paparan Cahaya
Smartphone dalam Sehari (jam) terhadap
Ketajaman Penglihatan (Visus)
Berdasarkan analisis Uji Fisher test
untuk melihat pengaruh intensitas lama
paparan cahaya smarthphone (jam) dalam
sehari terhadap ketajaman penglihatan atau
visus (Tabel 5), hasil penelitian menunjukkan
bahwa intensitas lama paparan cahaya
smartphone (jam) dalam sehari tidak
berpengaruh terhadap ketajaman penglihatan
atau visus (p-value = 0,769 > 0,05). Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya bahwa tidak
terdapat pengaruh secara statistik antar
frekuensi atau intensitas lamanya (jam)
menggunakan gadget/smartphone terhadap
penurunan ketajaman penglihatan atau visus25,
26, 7. Tidak adanya pengaruh atau hubungan
yang bermakna antara intensitas lama terpapar
cahaya smartphone (jam) terhadap ketajaman
penglihatan (visus) diduga dipengaruhi oleh
adanya jeda waktu atau waktu dimana otot
mata beristirahat dalam menggunakan
smartphone sehari sehingga mata dapat
terhindar dari kelelahan mata. Terdapat pengaruh lama paparan
cahaya smartphone yang diakumulasikan ke
tahun terhadap ketajaman penglihatan atau
visus, dimana lama paparan smartphone >3
tahun memiliki risiko 8,526 kali lebih besar
untuk mengalami ketajaman penglihatan tidak
normal (<6/6) dan tidak terdapat pengaruh
pengaruh intensitas paparan cahaya
smartphone (jam) dalam sehari terhadap
ketajaman penglihatan atau visus (p-value =
0,769> 0,05).
Terdapat pengaruh intensitas paparan
cahaya smartphone (jam) dalam sehari
terhadap mata kering (p-value = 0,008 <
0,05), dimana intensitas paparan cahaya
smartphone >4 jam per hari memiliki resiko
7,700 kali lebih besar mengalami mata kering
dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan
lama paparan cahaya smartphone (tahun) yang
diakumulasikan dalam tahun terhadap mata
kering (p-value = 0,604> 0,05).
mata6
Gadget yaitu suatu peranti atau
instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi
praktis yang secara spesifik dirancang lebih
canggih dibandingkan dengan teknologi
yang diciptakan sebelumnya (Eka, 2019).
Namun, di era globalisasi ini, anak banyak
terpengaruh dengan kemajuan teknologi,
yang mengakibatkan perkembangan anak
menjadi terganggu. Gadget mempunyai daya
tarik untuk anak-anak dimana gadget dapat
dipergunakan untuk mengisi berbagai
macam aplikasi, seperti game online, video
online sampai ke aplikasi pelajaran.
Penyajian dari aplikasi tersebut menjadi
lebih menarik dimana menerapkan beraneka
warna dan karakter, sehingga anak yang
sudah pernah mencoba menggunakan gadget
akan ketagihan dan senang menggunakan
gadget berlama-lama. Namun, perlu disadari
bahwa pemakaian gadget yang berlebihan
sangatlah tidak baik yang dapat
menyebabkan mata cepat lelah hingga
mengalami kerusakan mata dan juga dapat
mempengaruhi kejernihan mata dalam
melihat
Berdasarkan laporan dari We Are
Social, GSMA Intelligience mencatat bahwa
pada Januari 2017 terjadi peningkatan
jumlah pemakaian gadget sebesar 43 juta
yang menunjukkan adanya peningkatan
pengguna sebesar 1% dari tiga bulan
terakhir. Pada bulan April 2017 terjadi
peningkatan pengguna gadget yang sangat
tinggi yaitu 5 miliar atau 4,96 miliar yang
artinya ¾ dari populasi penduduk dunia telah
memiliki gadget (Bawelle, Lintong and
Rumampuk, 2016). Data statistik yang
dilakukan terhadap aktivitas pemakaian
gadget di Indonesia pada tahun 2018
melaporkan sekitar 100 juta pengguna aktif
gadget atau terjadi peningkatan 20% dari
tahun sebelumnya dengan angka pengguna
aktif gadget sebanyak 86,6 juta pengguna.
Data statistic ini menjadikan Indonesia
sebagai populasi pengguna gadget terbesar
keempat setelah China, India, dan Amerika
Serikat.
pemakaian gadget secara berlebihan
akan menyebabkan mata cepat lelah hingga
mengalami kerusakan mata. Mata
merupakan hal yang terpenting bagi semua
kalangan, terutama anak-anak yang masih
sangat rentan mengalami kerusakan mata,
akibat belum terbentuknya dengan sempurna
otot-otot mata. pemakaian gadget yang
terlalu sering dapat mempengaruhi
kejernihan mata dalam melihat. Posisi, jarak
pandang, lama pemakaian dan
pencahayaan dalam pemakaian gadget
dapat mempengaruhi ketajaman
penglihatan. Menggunakan gadget dalam
posisi tidur dapat meningkatkan 6 kali resiko
penurunan ketajaman penglihatan. Jarak
antara mata dan layar gadget yang kurang
dari 30 cm dapat meningkatkan 3 kali resiko
penurunan ketajaman penglihatan. Lama
pemakaian gadget yang lebih dari 2 jam
dapat meningkatkan 3 kali resiko penurunan
ketajaman penglihatan. Kebiasaan
pemakaian gadget dengan penerangan
yang terang lebih beresiko terjadi penurunan
ketajaman penglihatan daripada pemakaian
gadget dengan penerangan layar yang redup
Berdasarkan latar belakang tersebut,
peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Hubungan
pemakaian Gadget Dengan Ketajaman
Penglihatan Pada Siswa SD Kelas IV dan V
di SDN Joketro 1 Kecamatan Parang
Kabupaten Magetan“, dimana bertujuan
untuk memberikan informasi pemakaian
gadget yang baik dan benar, informasi tentang kesehatan mata serta memberikan
saran terkait permasalahan ini.
1. Gadget
Gadget yaitu alat komunikasi
masa kini, alat berkomunikasi yang
mudah di bawa ke mana mana tanpa
harus menyambungkan terlebih dahulu
pada sambungan portable. Gadget di
era sekarang merupakan pengembangan
teknologi telepon dari masa ke masa,
perangkat gadget tersebut digunakan
sebagai perangkat mobile sebab bisa
berpindah pindah tempat dan waktu
dengan mudah, penyampaian informasi
dari satu pihak ke pihak yang lain
menjadi lebih efisien dan efektif
Macam-macam jenis dari gadget
sendiri yaitu komputer atau laptop,
tablet PC, dan telepon seluler atau
gadget. Gadget menjadi salah satu
media teknologi yang sangat berperan
pada era globalisasi saat ini dan bukan
lagi menjadi benda asing untuk semua
orang yang berada di perkotaan maupun
di pedesaan. Setiap orang pada saat ini
telah mampu mengoperasikan gadget
dengan baik dari berbagai golongan
masyarakat usia tua, dewasa, remaja dan
anak-anak. Pada awalnya gadget
difokuskan sebagai media komunikasi
tetapi semakin berkembangnya zaman
gadget menjadi semakin canggih
dengan teknologi touchscreen dan berisi
dengan berbagai macam aplikasi
didalamnya seperti games dan youtube.
Karena adanya kedua fitur tersebut
menjadikan anak sangat menyukai
untuk bermain gadget, sehingga hal
tersebut dapat menyebabkan anak
berlama-lama untuk menggunakan
gadget
2. Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan atau yang
disebut dengan visus yaitu
kemampuan untuk membedakan
bagian-bagian detail yang kecil, baik
terhadap objek maupun terhadap
permukaan. Ketajaman penglihatan
juga dapat diartikan sebagai
kemampuan mata untuk dapat melihat
suatu objek secara jelas dan sangat
tergantung pada kemampuan akomodasi
mata . Akomodasi yaitu
kemampuan lensa di dalam mata untuk
mencembungkan yang terjadi akibat
kontraksi otot siliar (Ilyas and Yulianti,
2015). Kelainan ketajaman penglihatan
merupakan gejala yang paling umum
dikemukakan oleh seseorang yang
mengalami gangguan lintasan visual
Pemeriksaan ketajaman
penglihatan untuk mengetahui keadaan
penglihatan mata pada anak dapat
dideteksi dengan melihat (secara
monokuler) deret huruf pada
SnellenChart. Pemeriksaan sebaiknya
dilakukan di kamar yang tidak terlalu
terang. Pemeriksaaan dilakukan pada
jarak 5-6 meter dari kartu snellen.
Ditentukan baris huruf terkecil yang
masih dapat dibaca. Tajam penglihatan
dinyatakan 6 dibagi jarak huruf baris
yang masih terbaca .3. Anak Usia Sekolah
Anak usia Sekolah yaitu anak
dengan usia 6-12 tahun, dimana pada
usia ini anak memperoleh dasar
pengetahuan dan keterampilan untuk
keberhasilan penyesuaian diri anak pada
kehidupan dewasanya. Pada usia ini
anak suka berkelompok (gangage),
anak sudah mulai mengalihkan
perhatian dari hubungan intim dalam
keluarga dan mulai bekerjasama dengan
teman dalam bersikap atau belajar
(Pangastuti, 2017). Anak pada usia
sekolah menuntut kebutuhan dan
kehidupan yang menantang.
Kemampuan kognitif, fisik, psikososial,
dan moral dikembangkan, dipeluas,
disaring, dan disinkronisasi, sehingga
individu dapat menjadi anggota
masyarakat yang diterima dan menjadi
seorang yang produktif. Lingkungan
pada anak usia sekolah memiliki
dampak signifikan dalam
perkembangan dan hubungan anak
dengan orang lain. Anak mulai
bergabung dengan teman seusianya,
mempelajari budaya masa kanak kanak,
dan menggabungkan diri ke dalam
kelompok sebaya, yang merupakan
hubungan dekat pertama di luar
kelompok keluarga
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kuantitatif korelasional dengan
pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam
penelitian ini yaitu siswa kelas IV dan V di
SDN Joketro 1 Kecamatan Parang Kabupaten
Magetan dengan jumlah 40 siswa. Teknik
sampling yang digunakan yaitu stratified
random sampling sehingga didapatkan
jumlah sampel sebanyak 36 siswa.
Variabel independent dalam penelitian
ini yaitu pemakaian gadget sedangkan
variabel dependennya yaitu ketajaman
penglihatan. Instrument penelitian ini
menggunakan lembar observasi. pemakaian
gadget menggunakan lembar observasi
berupa pertanyaan yang diajukan berbentuk
checklist dan responden memberikan
jawaban dengan memberi tanda checklist
sesuai keadaan yang sebenarnya. Sedangkan
untuk ketajaman penglihatan menggunakan
lembar observasi dengan menggunakan kartu
snellen.
Uji validitas dengan besar r tabel
sesuai dengan jumlah responden yang diuji
dan untuk tingkat signifikan 0,05 yaitu 0,724.
Pertanyaan dianggap valid jika r hitung > r
tabel yang telah ditentukan. Hasil uji validitas
pada kuesioner pemakaian gadget dengan
total 2 pertanyaan seluruh item dinyatakan
valid. Uji validitas dengan besar r tabel sesuai
dengan jumlah responden yang diuji dan
untuk tingkat signifikan 0,05 yaitu 0,724.
Pertanyaan dianggap valid jika r hitung > r
tabel yang telah ditentukan. Hasil uji validitas
pada kuesioner pemakaian gadget dengan
total 2 pertanyaan seluruh item dinyatakan
valid.
Teknik Analisa data dalam penelitian
ini terdiri dari analisis univariat dan analisis
bivariat. Analisis univariat yaitu
mendiskripsikan pemakaian gadget dengan
ketajaman mata. Sedangkan analisa bivariat,
untuk menguji hipotesa yang berbunyi
adanya Hubungan pemakaian Gadget
Dengan Ketajaman Penglihatan Pada Siswa
SD Kelas IV dan V menggunakan uji Chi
Square dengan bantuan komputer. Cara
penarikan hipotesanya yaitu harga ρ value ≤
0,05 artinya H1 diterima, maka ada Hubungan
pemakaian Gadget Dengan Ketajaman
Penglihatan Pada Siswa SD Kelas IV dan V
di SDN Joketro 1 Kecamatan Parang
Kabupaten Magetan, dan sebaliknya harga ρ
value ≥ 0,05 artinya H1 ditolak, maka tidak
ada Hubungan pemakaian Gadget Dengan
Ketajaman Penglihatan Pada Siswa SD Kelas
IV dan V di SDN Joketro 1 Kecamatan
Parang Kabupaten Magetan.
Berdasarkan tabel 1 diatas, terlihat
mayoritas responden berjenis kelamin
Perempuan sebanyak 22 responden (61,1%).
Orang tua responden memiliki Pendidikan
terakhir yaitu Tingkat menengah sebanyak 24
responden (66,7%) dan sebagian besar
memiliki pekerjaan swasta sejumlah 18
responden (50%). Dalam hal mendampingi
anak dirumah, dapat diketahui bahwa
Sebagian besar pendamping anak yaitu ibu
dengan jumlah 24 responden (66,7%).
Dari tabel 2, rata-rata usia siswa yaitu
12 tahun, nilai tengah usia 11 tahun, paling
banyak yaitu usia 12 tahun, usia terendah
yaitu 10 tahun dan usia tertinggi yaitu 13
tahun. Sedangkan rata-rata usia orang tua
yaitu 39 tahun, nilai tengah usia 36 tahun,
usia terbanyak sebesar 36 tahun, usia
terendah yaitu 32 tahun dan usia tertinggi
yaitu 55 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
usia siswa di SDN Joketro 1 sebagian besar
yaitu 12 tahun dan usia orang tua sebagian
besar berusia 36 tahun.
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui
bahwa Sebagian besar pemakaian gadget
dalam batas normal yaitu sebanyak 19
responden (52,8%). Pada variabel ketajaman
mata, Sebagian besar responden yaitu
normal dengan jumlah 24 responden
(66,7%).Dari tabel 4 diatas dapat diketahui
bahwa pemakaian gadget normal dengan
memiliki ketajaman penglihatan normal
sebanyak 14 (38,9%), sebanyak 5 (13,9%)
siswa mengalami penurunan ketajaman
dengan kategori Low Vision Ringan. Pada
pemakaian Gadget tidak normal dengan
memiliki ketajaman penglihatan normal
sebanyak 10 (27,8%). Sebanyak 5 (13,9%)
siswa mengalami penurunan ketajaman
dengan kategori Low Vision Ringan,
sebanyak 2 (5,6%) siswa mengalami
penurunan ketajaman dengan kategori Low
Vision Sedang, sebanyak 0 (0%) siswa tidak
mengalami penurunan ketajaman penglihatan
dengan kategori Low Vision Berat.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan
menggunakan uji Chi Square Hubungan
pemakaian Gadget Dengan Ketajaman
Penglihatan Pada Siswa SD Kelas IV dan V
didapatkan nilai taraf signifikan 0,001 < 0,05
maka kesimpulannya ada Hubungan
pemakaian Gadget Dengan Ketajaman
Penglihatan Pada Siswa SD Kelas IV dan V
di SDN Joketro 1 Kecamatan Parang
Kabupaten Magetan, dengan nilai koefisien
korelasi = 0,517 sehingga keeratan antara
kedua variabel sedang dengan arah hubungan
positif (+) artinya lama pemakaian gadget
berpengaruh pada kesehatan mata terutama
pada ketajaman penglihatan.
1. pemakaian Gadget Anak Pada Siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilaksanakan pada 36 Siswa SD Kelas
IV dan V dan dapat dilihat pada tabel 3
dengan hasil sebagian besar pemakaian
gadget yaitu normal sebanyak 19
responden (52,8%).
Menurut asosiasi dokter anak
Amerika dan Canada, mengemukakan
bahwa anak usia 3-5 tahun diberikan
batasan durasi bermain gadget sekitar 1
jam perhari, dan 2 jam perhari untuk
anak usia 6-18 tahun (Pangastuti, 2017).
Indikator dalam lama pemakaian
gadget yaitu berapa lamanya
pemakaian gadget dalam sehari.
pemakaian gadget menjadi kebutuhan
yang sangat penting bagi kehidupan saat
ini yang memerlukan aktifitas tinggi.
Menurut (Hidayat, 2023), bentuk-bentuk
pemakaian gadget pada anak sekolah
diantaranya sebagai alat komunikasi, alat
hiburan, alat mencari informasi dan
mencari tugas, untuk berfoto, untuk
membuka internet dan sosial media.
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
bahwa sebagian besar pendamping anak
saat dirumah yaitu ibu sebanyak 24
responden (66,7%), hal ini dapat
diketahui bahwa peran orang tua atau
pendampingan orang tua memiliki peran
penting dalam memberikan bimbingan,
asuhan kasih sayang sehingga anak dapat
menggunakan gadget sesuai batasanbatasanya. Berdasarkan tabel 1 diketahui
bahwa sebagian besar pendidikan ibu
yaitu dengan jenjang sekolah
Menengah sebanyak 24 responden
(66,7%). Dimana diketahui bahwa
pendidikan orang tua yang berjenjang
sekolah menengah artinya orang tua bisa memberikan penjelasan sesuai
pemahaman anak tentang hal-hal yang
positif maupun negatif dari pemakaian
gadget.
Berdasarkan pembahasan diatas
peneliti berasumsi bahwa gadget
memiliki banyak kelebihan dan
kekurangan, hal ini menyebabkan
Sebagian besar siwa menggunakan
gadget masih dalam batasan normal.
Kelebihan pemakaian gadget
diantaranya mencari materi sekolah di
internet, mempermudah komunikasi
jarak jauh, bertukar informasi materi
kepada teman yang lain. Sedangkan
untuk kekurangan pemakaian gadget
diantaranya lebih focus dengan
gadgetnya daripada dengan materi di
sekolahnya, misal bermain games,
bermain sosial media, swafoto, dan
melihat video-video.
2. Ketajaman Penglihatan Pada Siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilaksanakan pada 36 Siswa SD Kelas IV
dan V dan dapat dilihat pada tabel 3
diketahui bahwa sebagian besar
ketajaman mata yaitu normal sebanyak
24 responden (66,7%). Lowvision ringan
sebanyak 10 responden (27,8%) dan
Lowvision sedang sebanyak 2 responden
(5,6%).
Menurut
Ketajaman penglihatan diartikan sebagai
kemampuan manusia dalam melihat
dengan jelas jarak dekat atau jauh
menggunakan mata normal atau
biasanya 6 meter. Beberapa faktor
seperti penerangan, kontras cahaya,
perpaduan warna ataupun kelainan
refraksi dapat menyebabkan
menurunnya ketajaman penglihatan pada
manusia. Penurunan ketajaman
penglihatan yaitu kelainan pembiasan
sinar oleh media penglihatan yang terdiri
dari kornea, cairan mata, lensa, badan
kaca atau panjang bola mata sehingga
bayangan benda dibiaskan tidak tepat di
derah makulalutea tanpa bantuan
akomodasi. Keadaan ini di sebut
ametropia yang dapat berupa miopia,
hipermiopia dan astigmatisma.
Sebaliknya emetropia yaitu keadaan di
mana sinar yang sejajar atau jauh
dibiaskan atau difokuskan oleh sistem
optik mata yang tepat pada daerah
makula lutea tanpa mata melakukan
akomodasi.
Peneliti berasumsi bahwa ketajaman
penglihatan pada siswa SDN Joketro 1
sebagian besar memiliki ketajaman
penglihatan normal karena terlihat dari
hasil pemeriksaan dalam jarak 6 meter
dengan menggunakan kartu Snellen
Chart, sehingga dalam melakukan
kegiatan atau aktivitas-aktivitas dalam
kesehariaannya pandangangan
penglihatannya normal. Dikatakan
penglihatan normal yaitu dengan jarak
6/6 meter atau setara dengan 20/20 kaki.
3. Hubungan pemakaian Gadget
Dengan Ketajaman Penglihatan Pada
Siswa
Berdasarkan tabel 4 diatas diketahui
bahwa hubungan pemakaian gadget
dengan ketajaman penglihatan pada
siswa kelas IV dan V yaitu normal
sebanyak (38,9%). Berdasarkan hasil uji
statistik dengan menggunakan uji Chi
Square Hubungan pemakaian Gadget
Dengan Ketajaman Penglihatan Pada
Siswa SD Kelas IV dan V didapatkan
nilai taraf signifikan 0,001 < 0,05 maka
kesimpulannya ada Hubungan
pemakaian Gadget Dengan Ketajaman
Penglihatan Pada Siswa SD Kelas IV dan
V di SDN Joketro 1 Kecamatan Parang
Kabupaten Magetan, dengan nilai r =
0,517 sehingga keeratan antara kedua
variabel sedang dengan arah hubungan
positif (+) artinya lama pemakaian
gadget berpengaruh pada kesehatan mata
terutama pada ketajaman penglihatan.Dampak dari pemakaian gadget
yaitu terganggunya kesehatan. Radiasi
yang ditimbulkan dari monitor gadget
dapat berpengaruh pada kesehatan,
terutama kesehatan mata. Sebab mata
yaitu media pertama kali yang
digunakan untuk melihat layar pada
gadget. Lamanya radiasi yang di tatap
oleh mata dapat menyebabkan mata
menjadi lelah dan dalam jangka panjang
dapat menjadikan penglihatan menjadi
kabur
Pengaruh intensitas cahaya saat
menggunakan gadget terhadap
ketajaman penglihatan. Saat
pencahayaan terasa kurang oleh mata,
mata akan berakomodasi lebih kuat
untuk melihat benda. Daya pembiasan
lensa bertambah kuat akibat dari
akomodasi. Kekuatan akomodasi akan
meningkatkan sesuai dengan kebutuhan.
Semakin dekat benda maka semakin kuat
mata harus berakomodasi. Intensitas
pencahayaan yang tidak baik akan
menyebabkan mata berakomodasi lebih
kuat dan jika dibiarkan secara terus
menerus akan menyebabkan penurunan
ketajaman penglihatan permanen.
Penurunan tajam penglihatan
dikarenakan aktivitas melihat dekatyang
terlalu sering akanmenyebabkan
kekuatan akomodasi mata akan
meningkat sesuai kebutuhan,
makindekat benda makin kuat mata
harus berakomodasi. Reflek akomodasi
akanbangkit bila mata melihat kabur dan
pada waktu melihat dekat (Qonita,
2021). Saat pencahayaan terasa kurang
oleh mata, maka mata akan
berakomodasilebih kuat untuk melihat
benda. Akomodasi yaitu kemampuian
lensa untukmencembung yang terjadi
akibat kontraksi otot siliar. Daya
pembiasan lensabertambah kuat akibat
dari akomodasi. Kekuatan akomodasi
akan meningkatsesuai kebutuhan.
Semakin dekat benda maka semakin kuat
mata harusberakomodasi
Berdasarkan penjabaran diatas
peneliti berasumsi bahwa siswa yang
menggunakan gadget dalam rentang
waktu yang lama akan berpengaruh pada
ketajaman penglihatan, dimana mereka
akan lebih fokus dengan gadgetnya dan
tidak meninggalkan aktifitas yang
seharusnya mereka kerjakan. Dilihat dari
jumlah responden yang menggunakan
gadget dengan rentang waktu normal (<
2 jam) ada 19 siswa dan tidak mengalami
penurunan ketajaman, sedangkan jumlah
responden yang menggunakan gadget
dengan rentang waktu tidak normal (> 2
jam) ada 17 siswa dan mengalami
penurunan ketajaman. Untuk
pemakaian gadget normal dengan
kategori ketajaman penglihatan Low
Vision Ringan sebanyak 5 siswa,
sedangkan pemakaian gadget tidak
normal dengan kategori ketajaman
penglihatan Low Vision Ringan
sebanyak 5 siswa, dan dengan kategori
ketajaman penglihatan Low Vision
Sedang sebanyak 2 siswa.
Beberapa hal yang dapat dilakukan
pada anak dalam menyikapi pada era
digital saat ini yaitu salah satunya rasa
sayang orangtua kepada anaknya tidak
harus denganmemberikan semua hal
yang di minta oleh anaknya, termasuk
ketika anaknyameminta untuk diberikan
gadget yang sebenarnya belum terlalu
penting bagi anakusia sekolah. Jika sang
anak merengek untuk diberikan
gadget,berikan pengertian dengan
bahasa semudah mungkin agar bisa di
terima oleh sanganak. Gadget akan
diberikan jika sudah waktunya, jika sang
anak sudah paham bagaimana intensitas
pemakaian gadget agar tidak berlebih,
posisi maupun intensitas pencahayaan agar ketajaman penglihatan para siswa
tetap terjaga ketajamannya. Mengingat
pemakaian gadget secara berlebih dan
dengan posisi maupun intensitas
pencahayaan yang kurang akan sangat
berpengaruh pada kesehatan mata anak
Gadget menjadi salah satu daya tarik
bagi anak-anak karena dapat digunakan
untuk berbagai macam aplikasi, seperti
game online, video online, bahkan aplikasi
pendidikan. Tujuan penelitian ini yaitu
untuk menganalisis hubungan pemakaian
gadget dengan ketajaman penglihatan pada
siswa SD Kelas IV dan V di SDN Joketro 1
Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kuantitatif korelasional dengan
desain Cross Sectional. Populasi penelitian
ini berjumlah 40 siswa dan sampel
menggunakan Teknik stratified random
sampling sebanyak 36 siswa. Variabel yang
diukur yaitu pemakaian Gadget sebagai
variabel bebas, variabel terikat yaitu
ketajaman penglihatan, instrumen penelitian
menggunakan observasi, uji statistik
menggunakan uji Chi Square.
Penelitian dengan menggunakan uji
Chi Square terhadap hubungan pemakaian
gadget menunjukkan nilai signifikan sebesar
0,001 < 0,05. Maka disimpulkan terdapat
hubungan antara pemakaian gadget dengan
ketajaman penglihatan.
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
kelas IV dan V di SDN Joketro 1
menggunakan gadget namun masih dalam
batasan normal, hal ini disebabkan adanya
pengawasan dari orang tua. Namun,
beberapa siswa mengalami penurunan
ketajaman penglihatan karena orang tua tidak mengawasi pemakaian gadget pada
anak.