mata d

 



Smartphone telah menjadi bagian 

kebutuhan dan gaya hidup bagi masyarakat 

untuk digunakan dalam berbagai kebutuhan 

kehidupan sehari-hari. Sehingga tidak heran 

karena fungsinya yang beragam, maka 

masyarakat dapat menghabiskan banyak 

waktu untuk menggunakan smartphone. 

Penggunaan smartphone saat ini bukan hanya 

sebagai alat komunikasi, namun smartphone 

juga dipakai dalam berbagai hal seperti media 

sosial, bermain game atau hal serupa yang 

membuat aktivitas dengan smartphone 

semakin lama1

. Berdasarkan laporan yang 

dikeluarkan oleh Worldwide Internet and 

Mobile Users: Emarketer’s Updated 

Estimates for 2015 bahwa pada tahun 2018, 

jumlah pengguna aktif smartphone di 

Indonesia mencapai sekitar 92 juta. Dengan 

jumlah sebesar itu, Indonesia menjadi negara 

pengguna aktif smartphone ketiga terbesar di 

Asia Pasifik setelah Cina dan India2

.

Berdasarkan data WHO memperkirakan 

bahwa hampir18,9 juta anak di bawah 15 

tahun mengalami gangguan tajam 

penglihatan3,4

. Meningkatnya pengguna 

smartphone di era sekarang ini menimbulkan 

kekuatiran akan efek radiasi sinar smartphone

terhadap kesehatan mata.

Smartphone merupakan sejenis telepon 

genggam yang memiliki kemampuan lebih 

tinggi dibandingkan dengan komputer yang 

bekerja dengan cara memancarkan radiasi 

elekromagnetik dengan energi maksimal 

berkisar 0,6-1 watt5

. Cahaya yang dihasilkan 

dari smartphone adalah cahaya biru yang bisa 

terlihat oleh mata manusia. Oleh karena itu 

dampak cahaya biru sangatlah berpengaruh 

terhadap kesehatan mata6

. Rata-rata waktu 

yang digunakan oleh pengguna smartphone di 

depan layar 3-5 jam sebanyak 33%, 6-9 jam 

sebanyak 32 % , dan 10 jam ke atas sebanyak 

28%

6,7

.

Tingginya prevelensi minat penggunaan 

smartphone di usia sekolah dasar, yang 

kemungkinan menimbulkan risiko terjadinya 

penurunan tajam penglihatan dan mata kering

akibat terpapar cahaya biru terus-menerus 

dalam waktu jangka lama. Untuk mencegah 

terjadinya penurunan tajam penglihatan dan 

mata kering, perlu dilakukan deteksi dini 

menggunakan pengukuran snellen chart untuk 

mengukur ketajaman penglihatan atau visus 

dan Kuisoner OSDI untuk mengukur mata 

kering.

Penggunaan smartphone di usia muda 

meningkatkan risiko kerusakan nervus optikus 

akibat paparan smartphone dalam waktu 

lama8

. Mata yang terpapar lama oleh high 

energy visible (heV) menyebabkan terjadinya 

penumpukan ROS (Reactive oxygen species) 

yang akan meningkatkan jumlah lipofuscin di 

RPE (Retinal pigmen epithelium). Lipofuscin 

dapat menganggu suplai nutrisi fotoreseptor 

dan dapat berubah menjadi fototoxik sehingga 

mata mengalami degenerasi sel6, 9, 10,11

Penelitian mengenai efek penggunaan 

smartphone telah dilakukan, diantaranya 

adalah penelitian Ningrum (2019) tentang 

hubungan durasi penggunaan smartphone

dengan Tekanan Intraokuler. Akan tetapi 

belum ada penelitian mengenai pengaruh 

smartphone terhadap ketajaman penglihatan 

dan mata kering pada anak. Penelitian ini 

bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama 

terpapar cahaya smartphone terhadap Patadungan, et al., Pengaruh Lama Terpapar Cahaya Smartphone Terhadap Ketajaman Penglihatan dan Mata Kering 

pada Siswa/i Sekolah Dasar Al-Irsyad Kota Surakarta


Karakteristik responden pada penelitian 

ini meliputi jenis kelamin, umur, lama 

paparan cahaya smartphone (tahun), intensitas 

paparan cahaya smartphone (jam/hari), 

keluhan setelah menggunakan smartphone, 

visus oculi dextra, visus oculi sinistra, dan 

subyek berdasarkan mata kering selengkapnya 

ditampilkan pada Tabel 1.

Pada Tabel 1 terlihat bahwa dominan 

pengguna smartphone adalah berjenis kelamin 

laki-laki sebanyak 56,6% dibandingkan 

dengan jenis kelamin perempuan dengan 

presentase 43,4%. Umur yang dominan 

penggunaan smartphone adalah usia 11 tahun 

dan 12 tahun dengan persentase masing￾masing sebanyak 56,6% dan 32,1%. Di lihat 

dari lama penggunaan smartphone yang 

diakumulasikan penggunaannya ke dalam 

tahun (Tabel 1), menunjukkan bahwa siswa/siswi kelas VI SD Al-Irsyad Kota 

Surakarta sekitar 86,8% telah menggunakan 

smartphone di atas 3 tahun dan 13,2% yang 

menggunakan smartphone 1-3 tahun. Pada 

Tabel 1 terlihat bahwa intensitas penggunaan 

smartphone bagi siswa/siswi kelas VI SD Al￾Irsyad Kota Surakarta sekitar 67,9% 

menggunakan smartphone 2-4 jam perhari 

dan di atas 4 jam perhari sekitar 32,1%. Dari 

penggunaan smartphone yang terlalu lama 

akibat cahaya biru yang dihasilkan 

menyebabkan timbulnya gangguan pada mata.

Pada Tabel 1 terlihat bahwa gangguan pada 

mata yang timbul antara lain mata mengalami 

pengaburan (28,3%), mata merah dan berair 

(20,8%), mata terasa panas (9,4%), penurunan 

visus oculi dextra (41,5%) serta penurunan 

visus oculi sinistra (49,1%.). 

Pada Tabel 1 juga terlihat bahwa 

siswa/siswi kelas VI SD Al-Irsyad Kota 

Surakarta akibat penggunaan smartphone 

dengan intensitas penggunaan terlalu lama 

menyebabkan terjadinya mata kering yang 

dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu mata 

kering ringan (26,4%), mata kering sedang 

(24,5%), dan mata kering berat (30,2%) 

sehingga total persentase yang mengalami 

mata kering siswa/siswi kelas VI SD Al￾Irsyad Kota Surakarta adalah sebanyak 

81,1%.

Analisis Uji Statistik

Hasil analisis uji statistik 

menggunakan uji Fisher test antara lain, lama 

paparan cahaya smartphone yang 

diakumulasikan ke dalam tahun terhadap 

ketajaman penglihatan atau visus, lama 

paparan cahaya smartphone yang 

diakumulasikan ke dalam tahun terhadap mata 

kering, intensitas paparan cahaya smartphone 

dalam sehari (jam) terhadap mata kering, dan 

intensitas paparan cahaya smartphone dalam 

sehari (jam) terhadap ketajaman penglihatan 

(visus), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 

2, Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5.

Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil uji 

Fisher test antara lama paparan cahaya 

smartphone yang diakumulasikan ke dalam 

tahun terhadap ketajaman penglihatan atau 

visus didapatkan nilai signifikan sebesar 

0,043 (P<0,05) yang menunjukkan bahwa 

terdapat pengaruh yang bermakna secara 

statistik antara lama paparan cahaya 

smartphone dengan ketajaman penglihatan 

yang telah dikategorikan menjadi dua hasil 

ukur. Lama paparan cahaya smartphone >3 

tahun memiliki risiko 8,526 kali lebih besar 

untuk mengalami ketajaman penglihatan tidak 

normal (<6/6) dibandingkan dengan lama 

paparan cahaya smartphone 1-3 tahun 

(OR=8,526, 95%CI=0,948-76.708, p=0,0043).

Namun hasil uji Fisher test antara lama 

paparan cahaya smartphone yang 

diakumulasikan ke dalam tahun terhadap mata 

kering di dapatkan nilai yang tidak siginfikan 

sebesar 0,604 (p>0,05) yang menunjukkan 

bahwa tidak terdapat pengaruh yang 

bermakna secara statistik antara lama paparan 

cahaya smartphone yang diakumulasikan ke 

dalam tahun dengan mata kering yang telah 

dikategorikan menjadi dua hasil ukur,

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa hasil uji 

Fisher antara intensitas paparan cahaya 

smartphone dalam sehari (jam) terhadap mata 

kering didapatkan nilai signifikan sebesar 

0,008 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa 

terdapat pengaruh yang bermakna secara 

statistik antara intensitas paparan cahaya 

smartphone dalam sehari (jam) dengan mata 

kering yang telah dikategorikan menjadi dua 

hasil ukur. Individu yang memiliki intensitas 

terpapar cahaya smartphone >4 jam memiliki 

resiko 7,7 kali lebih besar untuk mengalami 

mata kering dibanding dengan individu yang 

memiliki intensitas terpapar cahaya

smartphone 2-4 jam (OR = 7.700; 95%CI = 

1.673-35.341; P = 0,008). Namun hasil uji 

Fisher test antara intensitas paparan cahaya 

smartphone dalam sehari (jam) terhadap

ketajaman penglihatan (visus) di dapatkan nilai yang tidak siginfikan sebesar 0,769

(p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak 

terdapat pengaruh yang bermakna secara 

statistik antara intensitas paparan cahaya 

smartphone dalam sehari (jam) dengan 

ketajaman penglihatan atau visus yang telah di 

kategorikan menjadi dua hasil ukur, 

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Pengaruh Lama Paparan Cahaya 

Smartphone (Tahun) terhadap Ketajaman 

Penglihatan

Berdasarkan analisis Uji Fisher test 

untuk melihat pengaruh lama paparan cahaya

smarthphone yang diakumulasikan ke dalam 

tahun terhadap ketajaman penglihatan pada 

(Tabel 2), hasil penelitian menunjukkan 

bahwa lama paparan cahaya smartphone 

(tahun) berpengaruh terhadap ketajaman 

penglihatan (p-value 0,043). Dimana nilai 

Odd Ratio sebesar 8,526 yang menunjukkan 

bahwa lama paparan cahaya smartphone >3 

tahun memiliki risiko8,526 kali lebih besar 

untuk mengalami ketajaman penglihatan tidak 

normal (<6/6) dibandingkan dengan lama 

paparan cahaya smartphone 1-3 tahun 

(OR=8,526, 95%CI=0,948-76.708, p=0,0043).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil 

penelitian sebelumnya yang menyatakan 

bahwa terdapat pengaruh dan hubungan lama 

penggunaan smartphone dalam tahun dengan 

ketajaman penglihatan atau visus pada 

mahasiswa kedokteran Unsrat Manado,

terdapat hubungan yang signifikan antara 

lama penggunaan gadget dengan ketajaman 

penglihatan pada anak-anak kelas 5 dan 

kelas 6 SDK Citra Bangsa Kupang dan ada 

hubungan antara durasi bermain video game 

dengan ketajaman penglihatan pada anak usia 

sekolah dasar (Kelas III-IV), dimana bermain 

video game dengan durasi tidak normal 

memiliki peluang 3,1 kali mengalami 

penurunan ketajaman penglihatan 

dibandingkan dengan siswa yang bermain 

video game dengan durasi normal7, 15, 16

Adanya pengaruh dan hubungan yang 

bermakna lama terpapar cahaya smartphone

yang penggunaannya diakumulasikan ke 

dalam tahun terhadap ketajaman penglihatan 

(visus) karena smartphone mengeluarkan high 

energy visible (heV) yang memiliki 

gelombang pendek dan energi besar yang 

menyebabkan mata mengalami gangguan.

Mata yang terpapar terlampau lama oleh high 

enrgy visible (heV) akan berdampak pada 

retina yaitu rusaknya sel ganglion retina dan 

nervus optikus sehingga dapat terjadi 

pembesaran cup disk ratio dan terjadi 

kerusakan retina yang kemudian 

menimbulkan defek skotoma pada retina yang 

memicu kebutaan6

bahkan lamanya terpapar 

cahaya smartphone di usia muda 

meningkatkan risiko kerusakan nervus optikus 

dan terjadinya kelelahan pada mata serta 

miopi8, 17

.

Pengaruh Lama Paparan Cahaya 

Smartphone (Tahun) terhadap Mata 

Kering

Berdasarkan analisis hasil Uji Fisher 

test untuk melihat pengaruh lama paparan 

cahaya smartphone yang diakumulasikan ke 

dalam tahun terhadap mata kering (Tabel 3) 

menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh 

yang bermakna lama paparan cahaya 

smartphone (tahun) terhadap mata kering (p￾value = 0,604> 0,05). Tidak adanya pengaruh 

atau hubungan yang bermakna antara 

intensitas lama paparan cahaya smartphone 

yang diakumulasikan ke dalam tahun terhadap 

mata kering karena adanya jeda waktu atau 

waktu dimana otot mata beristirahat dalam 

menggunakan smartphone sehari sehingga 

mata dapat terhindar dari kelelahan, 

ketegangan dan penurunan refleksi berkedip 

selama menatap layar smartphone.

Hasil penelitian lain juga mengatakan 

bahwa ketergantungan teknologi dan 

dampaknya terhadap evaporasi atau 

penguapan dan mekanisme inflamasi 

merupakan faktor resiko akibat penggunaan 

telepon seluler yang berhubungan dengan 

penurunan waktu mata berkedip14

.

Pengaruh Intensitas Paparan Cahaya 

Smartphone dalam Sehari (jam) terhadap 

Mata Kering

Berdasarkan analisis Uji Fisher untuk 

melihat pengaruh intensitas lama paparan cahaya smarthphone (jam) dalam sehari 

terhadap mata kering pada (Tabel 4), hasil 

penelitian menunjukkan bahwa intensitas 

lama paparan cahaya smartphone (jam) dalam 

sehari berpengaruh positif dan signifikan 

terhadap mata kering (p-value = 0,008 < 

0,05). Dimana nilai Odd Ratio sebesar 7,7 

kali, yang artinya bahwa individu yang 

memiliki intensitas terpapar cahaya 

smartphone >3 jam per hari memiliki resiko 

7,7 kali lebih besar untuk mengalami mata 

kering dibanding dengan individu yang 

memiliki intensitas terpapar cahaya 

smartphone 2-4 jam per hari (OR = 7.700; 

95%CI = 1.673-35.341; P = 0,008). Hasil 

penelitian ini sejalan dengan penelitian 

sebelumnya bahwa terdapat hubungan yang 

bermakna antara paparan cahaya yang 

dihasilkan oleh gadget dengan mata kering (p￾value = 0,042 < 0,05), hasil penelitian 

sebelumnya juga menyatakan bahwa 

pengguna komputer selama 2 jam 

memberikan dampak pada jumlah air mata 

sehingga mata menjadi kering18, 19. Penelitian 

sebelumnya juga melaporkan bahwa terdapat 

hubungan antara ketergantungan teknologi 

dan dampaknya terhadap evaporasi atau 

penguapan dan mekanisme inflamasi, yang 

diakibatkan adanya penggunaan telepon 

seluler, tablet, computer serta alat digital 

lainnya yang semuanya berhubungan dengan 

penurunan waktu berkedip20

. Dalam penelitian 

lain juga dikatakan bahwa terjadinya mata 

kering akibat terjadinya penurunan jumlah 

reflex berkedipnya mata sehingga 

mengakibatkan rendahnya produksi air mata 

dan secara temporer menimbulkan ketegangan 

pada kornea sehingga mengakibatkan mata 

kering21, 22. Adanya pengaruh yang bermakna 

antara intensitas lama terpapar cahaya 

smartphone (jam) terhadap mata kering

karena cahaya biru yang mengenai mata dapat 

meningkatkan reactive produksi oxygen 

species (ROS) terutama pada sel epitel 

kornea. Pada kondisi ini terjadi pengaktifkan 

ROS-nucleotide-binding domain, pyrin￾domain containing-3 (NLRP3)-inerleukin 

(IL)-1β signailing pathway sehingga 

timbulnya tekanan hiperosmotik yang memicu 

inflamasi pada sel epitel kornea. Hal ini 

mendorong terjadinya kerusakan secara 

oksidatif hingga apoptosis pada sel epitel 

kornea. Akibat kondisi tersebut memicu 

terjadinya inflamasi ocular dan xerophtalmin. 

Hal ini juga terjadi karena mikrovili pada 

lapisan epitel kornea kehilangan stabilitasnya 

dalam mempertahankan tear film. Kerusakan 

yang terjadi pada sel epitel kornea berupa 

fototoksisitas. Ditemukan bahwa cahaya biru 

menganggu fase mitosis pada sel epitel yang 

bergantung pada dosis paparan cahaya biru 

dan waktu paparan cahaya biru23, 24

Pengaruh Intensitas Paparan Cahaya 

Smartphone dalam Sehari (jam) terhadap 

Ketajaman Penglihatan (Visus)

Berdasarkan analisis Uji Fisher test 

untuk melihat pengaruh intensitas lama 

paparan cahaya smarthphone (jam) dalam 

sehari terhadap ketajaman penglihatan atau 

visus (Tabel 5), hasil penelitian menunjukkan 

bahwa intensitas lama paparan cahaya 

smartphone (jam) dalam sehari tidak 

berpengaruh terhadap ketajaman penglihatan 

atau visus (p-value = 0,769 > 0,05). Hasil 

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian 

yang telah dilakukan sebelumnya bahwa tidak 

terdapat pengaruh secara statistik antar 

frekuensi atau intensitas lamanya (jam) 

menggunakan gadget/smartphone terhadap 

penurunan ketajaman penglihatan atau visus25, 

26, 7. Tidak adanya pengaruh atau hubungan 

yang bermakna antara intensitas lama terpapar 

cahaya smartphone (jam) terhadap ketajaman 

penglihatan (visus) diduga dipengaruhi oleh 

adanya jeda waktu atau waktu dimana otot 

mata beristirahat dalam menggunakan 

smartphone sehari sehingga mata dapat 

terhindar dari kelelahan mata. Terdapat pengaruh lama paparan 

cahaya smartphone yang diakumulasikan ke 

tahun terhadap ketajaman penglihatan atau 

visus, dimana lama paparan smartphone >3 

tahun memiliki risiko 8,526 kali lebih besar 

untuk mengalami ketajaman penglihatan tidak 

normal (<6/6) dan tidak terdapat pengaruh 

pengaruh intensitas paparan cahaya 

smartphone (jam) dalam sehari terhadap 

ketajaman penglihatan atau visus (p-value = 

0,769> 0,05).

Terdapat pengaruh intensitas paparan 

cahaya smartphone (jam) dalam sehari 

terhadap mata kering (p-value = 0,008 < 

0,05), dimana intensitas paparan cahaya 

smartphone >4 jam per hari memiliki resiko 

7,700 kali lebih besar mengalami mata kering 

dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan 

lama paparan cahaya smartphone (tahun) yang 

diakumulasikan dalam tahun terhadap mata 

kering (p-value = 0,604> 0,05).

mata6






Gadget yaitu  suatu peranti atau 

instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi 

praktis yang secara spesifik dirancang lebih 

canggih dibandingkan dengan teknologi 

yang diciptakan sebelumnya (Eka, 2019). 

Namun, di era globalisasi ini, anak banyak 

terpengaruh dengan kemajuan teknologi, 

yang mengakibatkan perkembangan anak 

menjadi terganggu. Gadget mempunyai daya 

tarik untuk anak-anak dimana gadget dapat 

dipergunakan untuk mengisi berbagai 

macam aplikasi, seperti game online, video 

online sampai ke aplikasi pelajaran. 

Penyajian dari aplikasi tersebut menjadi 

lebih menarik dimana menerapkan beraneka 

warna dan karakter, sehingga anak yang 

sudah pernah mencoba menggunakan gadget 

akan ketagihan dan senang menggunakan 

gadget berlama-lama. Namun, perlu disadari 

bahwa pemakaian  gadget yang berlebihan 

sangatlah tidak baik yang dapat 

menyebabkan mata cepat lelah hingga 

mengalami kerusakan mata dan juga dapat 

mempengaruhi kejernihan mata dalam 

melihat 

Berdasarkan laporan dari We Are 

Social, GSMA Intelligience mencatat bahwa 

pada Januari 2017 terjadi peningkatan 

jumlah pemakaian  gadget sebesar 43 juta 

yang menunjukkan adanya peningkatan 

pengguna sebesar 1% dari tiga bulan 

terakhir. Pada bulan April 2017 terjadi 

peningkatan pengguna gadget yang sangat 

tinggi yaitu 5 miliar atau 4,96 miliar yang 

artinya ¾ dari populasi penduduk dunia telah 

memiliki gadget (Bawelle, Lintong and 

Rumampuk, 2016). Data statistik yang 

dilakukan terhadap aktivitas pemakaian  

gadget di Indonesia pada tahun 2018 

melaporkan sekitar 100 juta pengguna aktif 

gadget atau terjadi peningkatan 20% dari 

tahun sebelumnya dengan angka pengguna 

aktif gadget sebanyak 86,6 juta pengguna. 

Data statistic ini menjadikan Indonesia 

sebagai populasi pengguna gadget terbesar 

keempat setelah China, India, dan Amerika 

Serikat.

pemakaian  gadget secara berlebihan 

akan menyebabkan mata cepat lelah hingga 

mengalami kerusakan mata. Mata 

merupakan hal yang terpenting bagi semua 

kalangan, terutama anak-anak yang masih 

sangat rentan mengalami kerusakan mata, 

akibat belum terbentuknya dengan sempurna 

otot-otot mata. pemakaian  gadget yang 

terlalu sering dapat mempengaruhi 

kejernihan mata dalam melihat. Posisi, jarak 

pandang, lama pemakaian  dan 

pencahayaan dalam pemakaian  gadget

dapat mempengaruhi ketajaman 

penglihatan. Menggunakan gadget dalam 

posisi tidur dapat meningkatkan 6 kali resiko 

penurunan ketajaman penglihatan. Jarak 

antara mata dan layar gadget yang kurang 

dari 30 cm dapat meningkatkan 3 kali resiko 

penurunan ketajaman penglihatan. Lama 

pemakaian  gadget yang lebih dari 2 jam 

dapat meningkatkan 3 kali resiko penurunan 

ketajaman penglihatan. Kebiasaan 

pemakaian  gadget dengan penerangan 

yang terang lebih beresiko terjadi penurunan 

ketajaman penglihatan daripada pemakaian  

gadget dengan penerangan layar yang redup

Berdasarkan latar belakang tersebut, 

peneliti tertarik melakukan penelitian 

dengan judul “Analisis Hubungan

pemakaian  Gadget Dengan Ketajaman 

Penglihatan Pada Siswa SD Kelas IV dan V 

di SDN Joketro 1 Kecamatan Parang 

Kabupaten Magetan“, dimana bertujuan 

untuk memberikan informasi pemakaian  

gadget yang baik dan benar, informasi tentang kesehatan mata serta memberikan 

saran terkait permasalahan ini.


1. Gadget

Gadget yaitu  alat komunikasi 

masa kini, alat berkomunikasi yang 

mudah di bawa ke mana mana tanpa 

harus menyambungkan terlebih dahulu 

pada sambungan portable. Gadget di 

era sekarang merupakan pengembangan 

teknologi telepon dari masa ke masa, 

perangkat gadget tersebut digunakan 

sebagai perangkat mobile sebab bisa 

berpindah pindah tempat dan waktu 

dengan mudah, penyampaian informasi 

dari satu pihak ke pihak yang lain 

menjadi lebih efisien dan efektif 

Macam-macam jenis dari gadget

sendiri yaitu  komputer atau laptop, 

tablet PC, dan telepon seluler atau 

gadget. Gadget menjadi salah satu 

media teknologi yang sangat berperan 

pada era globalisasi saat ini dan bukan 

lagi menjadi benda asing untuk semua 

orang yang berada di perkotaan maupun 

di pedesaan. Setiap orang pada saat ini 

telah mampu mengoperasikan gadget

dengan baik dari berbagai golongan 

masyarakat usia tua, dewasa, remaja dan 

anak-anak. Pada awalnya gadget

difokuskan sebagai media komunikasi 

tetapi semakin berkembangnya zaman 

gadget menjadi semakin canggih 

dengan teknologi touchscreen dan berisi 

dengan berbagai macam aplikasi 

didalamnya seperti games dan youtube. 

Karena adanya kedua fitur tersebut 

menjadikan anak sangat menyukai 

untuk bermain gadget, sehingga hal 

tersebut dapat menyebabkan anak 

berlama-lama untuk menggunakan 

gadget 

2. Ketajaman Penglihatan

Ketajaman penglihatan atau yang 

disebut dengan visus yaitu  

kemampuan untuk membedakan 

bagian-bagian detail yang kecil, baik 

terhadap objek maupun terhadap 

permukaan. Ketajaman penglihatan 

juga dapat diartikan sebagai 

kemampuan mata untuk dapat melihat 

suatu objek secara jelas dan sangat 

tergantung pada kemampuan akomodasi 

mata . Akomodasi yaitu  

kemampuan lensa di dalam mata untuk 

mencembungkan yang terjadi akibat 

kontraksi otot siliar (Ilyas and Yulianti, 

2015). Kelainan ketajaman penglihatan 

merupakan gejala yang paling umum 

dikemukakan oleh seseorang yang 

mengalami gangguan lintasan visual 

Pemeriksaan ketajaman 

penglihatan untuk mengetahui keadaan 

penglihatan mata pada anak dapat 

dideteksi dengan melihat (secara 

monokuler) deret huruf pada 

SnellenChart. Pemeriksaan sebaiknya 

dilakukan di kamar yang tidak terlalu 

terang. Pemeriksaaan dilakukan pada 

jarak 5-6 meter dari kartu snellen. 

Ditentukan baris huruf terkecil yang 

masih dapat dibaca. Tajam penglihatan 

dinyatakan 6 dibagi jarak huruf baris 

yang masih terbaca .3. Anak Usia Sekolah

Anak usia Sekolah yaitu  anak 

dengan usia 6-12 tahun, dimana pada 

usia ini anak memperoleh dasar 

pengetahuan dan keterampilan untuk 

keberhasilan penyesuaian diri anak pada 

kehidupan dewasanya. Pada usia ini 

anak suka berkelompok (gangage), 

anak sudah mulai mengalihkan 

perhatian dari hubungan intim dalam 

keluarga dan mulai bekerjasama dengan 

teman dalam bersikap atau belajar

(Pangastuti, 2017). Anak pada usia 

sekolah menuntut kebutuhan dan 

kehidupan yang menantang. 

Kemampuan kognitif, fisik, psikososial, 

dan moral dikembangkan, dipeluas, 

disaring, dan disinkronisasi, sehingga 

individu dapat menjadi anggota 

masyarakat yang diterima dan menjadi 

seorang yang produktif. Lingkungan 

pada anak usia sekolah memiliki 

dampak signifikan dalam 

perkembangan dan hubungan anak 

dengan orang lain. Anak mulai 

bergabung dengan teman seusianya, 

mempelajari budaya masa kanak kanak, 

dan menggabungkan diri ke dalam 

kelompok sebaya, yang merupakan 

hubungan dekat pertama di luar 

kelompok keluarga 

Penelitian ini merupakan jenis 

penelitian kuantitatif korelasional dengan 

pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam 

penelitian ini yaitu  siswa kelas IV dan V di 

SDN Joketro 1 Kecamatan Parang Kabupaten 

Magetan dengan jumlah 40 siswa. Teknik 

sampling yang digunakan yaitu  stratified 

random sampling sehingga didapatkan 

jumlah sampel sebanyak 36 siswa. 

Variabel independent dalam penelitian 

ini yaitu  pemakaian  gadget sedangkan 

variabel dependennya yaitu  ketajaman 

penglihatan. Instrument penelitian ini 

menggunakan lembar observasi. pemakaian  

gadget menggunakan lembar observasi 

berupa pertanyaan yang diajukan berbentuk 

checklist dan responden memberikan 

jawaban dengan memberi tanda checklist 

sesuai keadaan yang sebenarnya. Sedangkan 

untuk ketajaman penglihatan menggunakan 

lembar observasi dengan menggunakan kartu 

snellen.

Uji validitas dengan besar r tabel 

sesuai dengan jumlah responden yang diuji 

dan untuk tingkat signifikan 0,05 yaitu 0,724. 

Pertanyaan dianggap valid jika r hitung > r 

tabel yang telah ditentukan. Hasil uji validitas 

pada kuesioner pemakaian  gadget dengan 

total 2 pertanyaan seluruh item dinyatakan 

valid. Uji validitas dengan besar r tabel sesuai 

dengan jumlah responden yang diuji dan

untuk tingkat signifikan 0,05 yaitu 0,724. 

Pertanyaan dianggap valid jika r hitung > r 

tabel yang telah ditentukan. Hasil uji validitas 

pada kuesioner pemakaian  gadget dengan 

total 2 pertanyaan seluruh item dinyatakan 

valid.

Teknik Analisa data dalam penelitian 

ini terdiri dari analisis univariat dan analisis 

bivariat. Analisis univariat yaitu 

mendiskripsikan pemakaian  gadget dengan 

ketajaman mata. Sedangkan analisa bivariat, 

untuk menguji hipotesa yang berbunyi 

adanya Hubungan pemakaian  Gadget 

Dengan Ketajaman Penglihatan Pada Siswa 

SD Kelas IV dan V menggunakan uji Chi 

Square dengan bantuan komputer. Cara 

penarikan hipotesanya yaitu  harga ρ value ≤ 

0,05 artinya H1 diterima, maka ada Hubungan 

pemakaian  Gadget Dengan Ketajaman 

Penglihatan Pada Siswa SD Kelas IV dan V 

di SDN Joketro 1 Kecamatan Parang 

Kabupaten Magetan, dan sebaliknya harga ρ 

value ≥ 0,05 artinya H1 ditolak, maka tidak 

ada Hubungan pemakaian  Gadget Dengan 

Ketajaman Penglihatan Pada Siswa SD Kelas 

IV dan V di SDN Joketro 1 Kecamatan 

Parang Kabupaten Magetan.

Berdasarkan tabel 1 diatas, terlihat 

mayoritas responden berjenis kelamin 

Perempuan sebanyak 22 responden (61,1%). 

Orang tua responden memiliki Pendidikan 

terakhir yaitu Tingkat menengah sebanyak 24 

responden (66,7%) dan sebagian besar

memiliki pekerjaan swasta sejumlah 18 

responden (50%). Dalam hal mendampingi

anak dirumah, dapat diketahui bahwa 

Sebagian besar pendamping anak yaitu  ibu 

dengan jumlah 24 responden (66,7%).

Dari tabel 2, rata-rata usia siswa yaitu  

12 tahun, nilai tengah usia 11 tahun, paling 

banyak yaitu  usia 12 tahun, usia terendah 

yaitu 10 tahun dan usia tertinggi yaitu 13 

tahun. Sedangkan rata-rata usia orang tua 

yaitu  39 tahun, nilai tengah usia 36 tahun, 

usia terbanyak sebesar 36 tahun, usia 

terendah yaitu 32 tahun dan usia tertinggi 

yaitu 55 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa 

usia siswa di SDN Joketro 1 sebagian besar 

yaitu  12 tahun dan usia orang tua sebagian 

besar berusia 36 tahun.

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui 

bahwa Sebagian besar pemakaian  gadget 

dalam batas normal yaitu sebanyak 19 

responden (52,8%). Pada variabel ketajaman 

mata, Sebagian besar responden yaitu  

normal dengan jumlah 24 responden 

(66,7%).Dari tabel 4 diatas dapat diketahui 

bahwa pemakaian  gadget normal dengan 

memiliki ketajaman penglihatan normal 

sebanyak 14 (38,9%), sebanyak 5 (13,9%) 

siswa mengalami penurunan ketajaman 

dengan kategori Low Vision Ringan. Pada 

pemakaian  Gadget tidak normal dengan 

memiliki ketajaman penglihatan normal 

sebanyak 10 (27,8%). Sebanyak 5 (13,9%) 

siswa mengalami penurunan ketajaman 

dengan kategori Low Vision Ringan, 

sebanyak 2 (5,6%) siswa mengalami 

penurunan ketajaman dengan kategori Low 

Vision Sedang, sebanyak 0 (0%) siswa tidak 

mengalami penurunan ketajaman penglihatan 

dengan kategori Low Vision Berat. 

Berdasarkan hasil uji statistik dengan 

menggunakan uji Chi Square Hubungan 

pemakaian  Gadget Dengan Ketajaman 

Penglihatan Pada Siswa SD Kelas IV dan V 

didapatkan nilai taraf signifikan 0,001 < 0,05 

maka kesimpulannya ada Hubungan 

pemakaian  Gadget Dengan Ketajaman 

Penglihatan Pada Siswa SD Kelas IV dan V 

di SDN Joketro 1 Kecamatan Parang 

Kabupaten Magetan, dengan nilai koefisien 

korelasi = 0,517 sehingga keeratan antara 

kedua variabel sedang dengan arah hubungan 

positif (+) artinya lama pemakaian  gadget 

berpengaruh pada kesehatan mata terutama 

pada ketajaman penglihatan.


1. pemakaian  Gadget Anak Pada Siswa

Berdasarkan hasil penelitian yang 

dilaksanakan pada 36 Siswa SD Kelas 

IV dan V dan dapat dilihat pada tabel 3

dengan hasil sebagian besar pemakaian  

gadget yaitu  normal sebanyak 19

responden (52,8%). 

Menurut asosiasi dokter anak 

Amerika dan Canada, mengemukakan 

bahwa anak usia 3-5 tahun diberikan 

batasan durasi bermain gadget sekitar 1

jam perhari, dan 2 jam perhari untuk 

anak usia 6-18 tahun (Pangastuti, 2017). 

Indikator dalam lama pemakaian  

gadget yaitu  berapa lamanya 

pemakaian  gadget dalam sehari. 

pemakaian  gadget menjadi kebutuhan

yang sangat penting bagi kehidupan saat 

ini yang memerlukan aktifitas tinggi. 

Menurut (Hidayat, 2023), bentuk-bentuk 

pemakaian  gadget pada anak sekolah 

diantaranya sebagai alat komunikasi, alat 

hiburan, alat mencari informasi dan 

mencari tugas, untuk berfoto, untuk 

membuka internet dan sosial media.

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui 

bahwa sebagian besar pendamping anak 

saat dirumah yaitu  ibu sebanyak 24 

responden (66,7%), hal ini dapat 

diketahui bahwa peran orang tua atau 

pendampingan orang tua memiliki peran 

penting dalam memberikan bimbingan, 

asuhan kasih sayang sehingga anak dapat 

menggunakan gadget sesuai batasan￾batasanya. Berdasarkan tabel 1 diketahui 

bahwa sebagian besar pendidikan ibu 

yaitu  dengan jenjang sekolah 

Menengah sebanyak 24 responden 

(66,7%). Dimana diketahui bahwa 

pendidikan orang tua yang berjenjang 

sekolah menengah artinya orang tua bisa memberikan penjelasan sesuai 

pemahaman anak tentang hal-hal yang 

positif maupun negatif dari pemakaian  

gadget.

Berdasarkan pembahasan diatas 

peneliti berasumsi bahwa gadget 

memiliki banyak kelebihan dan 

kekurangan, hal ini menyebabkan 

Sebagian besar siwa menggunakan 

gadget masih dalam batasan normal. 

Kelebihan pemakaian  gadget 

diantaranya mencari materi sekolah di 

internet, mempermudah komunikasi 

jarak jauh, bertukar informasi materi 

kepada teman yang lain. Sedangkan 

untuk kekurangan pemakaian  gadget 

diantaranya lebih focus dengan 

gadgetnya daripada dengan materi di 

sekolahnya, misal bermain games, 

bermain sosial media, swafoto, dan 

melihat video-video.

2. Ketajaman Penglihatan Pada Siswa

Berdasarkan hasil penelitian yang 

dilaksanakan pada 36 Siswa SD Kelas IV 

dan V dan dapat dilihat pada tabel 3

diketahui bahwa sebagian besar 

ketajaman mata yaitu  normal sebanyak 

24 responden (66,7%). Lowvision ringan 

sebanyak 10 responden (27,8%) dan 

Lowvision sedang sebanyak 2 responden 

(5,6%).

Menurut 

Ketajaman penglihatan diartikan sebagai 

kemampuan manusia dalam melihat 

dengan jelas jarak dekat atau jauh 

menggunakan mata normal atau 

biasanya 6 meter. Beberapa faktor 

seperti penerangan, kontras cahaya, 

perpaduan warna ataupun kelainan 

refraksi dapat menyebabkan 

menurunnya ketajaman penglihatan pada 

manusia. Penurunan ketajaman 

penglihatan yaitu  kelainan pembiasan 

sinar oleh media penglihatan yang terdiri 

dari kornea, cairan mata, lensa, badan 

kaca atau panjang bola mata sehingga 

bayangan benda dibiaskan tidak tepat di 

derah makulalutea tanpa bantuan 

akomodasi. Keadaan ini di sebut 

ametropia yang dapat berupa miopia, 

hipermiopia dan astigmatisma. 

Sebaliknya emetropia yaitu  keadaan di 

mana sinar yang sejajar atau jauh 

dibiaskan atau difokuskan oleh sistem 

optik mata yang tepat pada daerah 

makula lutea tanpa mata melakukan 

akomodasi.

Peneliti berasumsi bahwa ketajaman 

penglihatan pada siswa SDN Joketro 1 

sebagian besar memiliki ketajaman 

penglihatan normal karena terlihat dari 

hasil pemeriksaan dalam jarak 6 meter 

dengan menggunakan kartu Snellen 

Chart, sehingga dalam melakukan 

kegiatan atau aktivitas-aktivitas dalam 

kesehariaannya pandangangan 

penglihatannya normal. Dikatakan 

penglihatan normal yaitu  dengan jarak 

6/6 meter atau setara dengan 20/20 kaki.

3. Hubungan pemakaian  Gadget 

Dengan Ketajaman Penglihatan Pada 

Siswa

Berdasarkan tabel 4 diatas diketahui 

bahwa hubungan pemakaian  gadget 

dengan ketajaman penglihatan pada 

siswa kelas IV dan V yaitu  normal 

sebanyak (38,9%). Berdasarkan hasil uji 

statistik dengan menggunakan uji Chi 

Square Hubungan pemakaian  Gadget 

Dengan Ketajaman Penglihatan Pada 

Siswa SD Kelas IV dan V didapatkan 

nilai taraf signifikan 0,001 < 0,05 maka 

kesimpulannya ada Hubungan 

pemakaian  Gadget Dengan Ketajaman 

Penglihatan Pada Siswa SD Kelas IV dan 

V di SDN Joketro 1 Kecamatan Parang 

Kabupaten Magetan, dengan nilai r = 

0,517 sehingga keeratan antara kedua 

variabel sedang dengan arah hubungan 

positif (+) artinya lama pemakaian  

gadget berpengaruh pada kesehatan mata 

terutama pada ketajaman penglihatan.Dampak dari pemakaian  gadget 

yaitu  terganggunya kesehatan. Radiasi 

yang ditimbulkan dari monitor gadget 

dapat berpengaruh pada kesehatan, 

terutama kesehatan mata. Sebab mata 

yaitu  media pertama kali yang 

digunakan untuk melihat layar pada 

gadget. Lamanya radiasi yang di tatap 

oleh mata dapat menyebabkan mata 

menjadi lelah dan dalam jangka panjang 

dapat menjadikan penglihatan menjadi 

kabur 

Pengaruh intensitas cahaya saat 

menggunakan gadget terhadap 

ketajaman penglihatan. Saat 

pencahayaan terasa kurang oleh mata, 

mata akan berakomodasi lebih kuat 

untuk melihat benda. Daya pembiasan 

lensa bertambah kuat akibat dari 

akomodasi. Kekuatan akomodasi akan 

meningkatkan sesuai dengan kebutuhan. 

Semakin dekat benda maka semakin kuat 

mata harus berakomodasi. Intensitas 

pencahayaan yang tidak baik akan 

menyebabkan mata berakomodasi lebih 

kuat dan jika dibiarkan secara terus 

menerus akan menyebabkan penurunan 

ketajaman penglihatan permanen. 

Penurunan tajam penglihatan 

dikarenakan aktivitas melihat dekatyang 

terlalu sering akanmenyebabkan 

kekuatan akomodasi mata akan 

meningkat sesuai kebutuhan, 

makindekat benda makin kuat mata 

harus berakomodasi. Reflek akomodasi 

akanbangkit bila mata melihat kabur dan 

pada waktu melihat dekat (Qonita, 

2021). Saat pencahayaan terasa kurang 

oleh mata, maka mata akan 

berakomodasilebih kuat untuk melihat 

benda. Akomodasi yaitu  kemampuian 

lensa untukmencembung yang terjadi 

akibat kontraksi otot siliar. Daya 

pembiasan lensabertambah kuat akibat 

dari akomodasi. Kekuatan akomodasi 

akan meningkatsesuai kebutuhan. 

Semakin dekat benda maka semakin kuat 

mata harusberakomodasi 

Berdasarkan penjabaran diatas 

peneliti berasumsi bahwa siswa yang 

menggunakan gadget dalam rentang 

waktu yang lama akan berpengaruh pada 

ketajaman penglihatan, dimana mereka 

akan lebih fokus dengan gadgetnya dan 

tidak meninggalkan aktifitas yang 

seharusnya mereka kerjakan. Dilihat dari 

jumlah responden yang menggunakan 

gadget dengan rentang waktu normal (< 

2 jam) ada 19 siswa dan tidak mengalami 

penurunan ketajaman, sedangkan jumlah 

responden yang menggunakan gadget 

dengan rentang waktu tidak normal (> 2 

jam) ada 17 siswa dan mengalami 

penurunan ketajaman. Untuk 

pemakaian  gadget normal dengan 

kategori ketajaman penglihatan Low 

Vision Ringan sebanyak 5 siswa, 

sedangkan pemakaian  gadget tidak 

normal dengan kategori ketajaman 

penglihatan Low Vision Ringan 

sebanyak 5 siswa, dan dengan kategori 

ketajaman penglihatan Low Vision 

Sedang sebanyak 2 siswa.

Beberapa hal yang dapat dilakukan 

pada anak dalam menyikapi pada era 

digital saat ini yaitu salah satunya rasa 

sayang orangtua kepada anaknya tidak 

harus denganmemberikan semua hal 

yang di minta oleh anaknya, termasuk 

ketika anaknyameminta untuk diberikan 

gadget yang sebenarnya belum terlalu 

penting bagi anakusia sekolah. Jika sang 

anak merengek untuk diberikan 

gadget,berikan pengertian dengan 

bahasa semudah mungkin agar bisa di 

terima oleh sanganak. Gadget akan 

diberikan jika sudah waktunya, jika sang 

anak sudah paham bagaimana intensitas 

pemakaian  gadget agar tidak berlebih, 

posisi maupun intensitas pencahayaan agar ketajaman penglihatan para siswa 

tetap terjaga ketajamannya. Mengingat 

pemakaian  gadget secara berlebih dan 

dengan posisi maupun intensitas 

pencahayaan yang kurang akan sangat 

berpengaruh pada kesehatan mata anak


Gadget menjadi salah satu daya tarik 

bagi anak-anak karena dapat digunakan 

untuk berbagai macam aplikasi, seperti 

game online, video online, bahkan aplikasi 

pendidikan. Tujuan penelitian ini yaitu  

untuk menganalisis hubungan pemakaian  

gadget dengan ketajaman penglihatan pada 

siswa SD Kelas IV dan V di SDN Joketro 1 

Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.

Penelitian ini menggunakan jenis 

penelitian kuantitatif korelasional dengan 

desain Cross Sectional. Populasi penelitian 

ini berjumlah 40 siswa dan sampel 

menggunakan Teknik stratified random 

sampling sebanyak 36 siswa. Variabel yang 

diukur yaitu  pemakaian  Gadget sebagai 

variabel bebas, variabel terikat yaitu  

ketajaman penglihatan, instrumen penelitian 

menggunakan observasi, uji statistik 

menggunakan uji Chi Square.

Penelitian dengan menggunakan uji 

Chi Square terhadap hubungan pemakaian  

gadget menunjukkan nilai signifikan sebesar 

0,001 < 0,05. Maka disimpulkan terdapat 

hubungan antara pemakaian  gadget dengan 

ketajaman penglihatan.

Dari hasil penelitian dapat 

disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

kelas IV dan V di SDN Joketro 1 

menggunakan gadget namun masih dalam 

batasan normal, hal ini disebabkan adanya 

pengawasan dari orang tua. Namun, 

beberapa siswa mengalami penurunan 

ketajaman penglihatan karena orang tua tidak mengawasi pemakaian  gadget pada 

anak.